Karakteristik Zone Agroekosistem Dan Kesesuaian Lahan Di Lereng Selatan Gunung Batukaru Kabupaten Tabanan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

KARAKTERISTIK ZONE AGROEKOSISTEM DAN KESESUAIAN

LAHAN DI LERENG SELATAN GUNUNG BATUKARU


KABUPATEN TABANAN
I Wayan Rusna
Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Abstract
The research of agroecosystem zone characteristics and land suitablities of
south slope Batukaru Mountain, Tabanan Regency, Bali Province, was conducted.
The aims of this research are to know the agroecosystem zone characteristics in
toposequence of south slope Batukaru Mountain, their land suitablity classes, and
limiting factors. This study was conducted through field survey by using zone or sub
zone of agroecosystem as land unit in taking soil sample. Each of agrosystem zone or
sub zone was observed and taken as the soil sample. The land characteristics were
classified using the criteria of land characteristics classification in evaluating the
land suitabilities. The land suitabilities, their potential, and limiting factors were
analyzed using land suitability evaluation criteria. This study resulted in that south
slope of Batukaru Mountain can be divided into 5 agroecosystem zones with various
characteristics and land suitabilities. The main limiting factor in rice field was the
lack of nitrogen, phosphate, and calium. On the other hand, in dried land, coconut
farming, and coffee farming, the limiting factors were the lack of Nitrogen and the
sloping land mainly in agroecosystem 3 and 4.
Key words: agroecosystem , land characteristics, land suitability, limiting factors
vertikal disebut topografi atau relief
1. Pendahuluan
Secara
permukaan

makro. Relief makro dapat dibedakan


umum

bumi

bentuk

menjadi dataran rendah, pegunungan

mempunyai

rendah,

perbedaan dari suatu tempat ke tempat

pegunungan

pegunungan

lainnya. Perbedaan tinggi rendahnya

makro

permukaan bumi yang diukur secara

tinggi.

secara

menengah
Keragaan

berurutan

dari

dan
relief
pantai

sampai ke puncak gunung disebut

suhu yaitu panas dan dingin. Suhu panas

toposekuen atau katena lahan. Dalam

umumnya

satu toposekuen terdapat beberapa zone

tempat dibawah 700 m di atas muka laut,

agroekosistem. Menurut Amien (1997)

sedangkan suhu dingin dijumpai pada

agroekosistem merupakan sekelompok

ketinggian tempat di atas 700 m di atas

wilayah

muka laut.

yang

keadaan

fisik

lingkungannya hampir sama dimana

dijumpai

pada

ketinggian

Fisiografi adalah bentukan alam

keragaan tanaman dan hewan dapat

dipermukaan

diharapkan tidak akan berbeda nyata.

berdasarkan proses pembentukan dan

Untuk daerah tropis seperti

bumi

yang

dibedakan

evolusinya (LREPP 1994a).

Proses

Indonesia pada umumnya dan Bali pada

pembentukan dan evolusinya

dapat

khususnya,

berasal

bumi

ketinggian

berpengaruh

terhadap

tempat

tenaga

dalam

jenis

(endogen) dan dari luar bumi (eksogen).

tanah, fisiografi dan penggunaan lahan.

Tenaga dari dalam adalah tenaga yang

Pengaruh tinggi tempat terhadap iklim

disebabkan

terutama terjadi terhadap komponen

akibat adanya arus radio aktif dilapisan

suhu, kelembaban dan curah hujan.

bumi paling dalam. Tenaga ini dapat

Makin tinggi suatu tempat makin tinggi

menimbulkan

curah hujan dan kelembabannya, tetapi

(tinggi

semakin

udaranya,

sedangkan tenaga eksogen berasal dari

demikian juga sebaliknya makin rendah

luar bumi, dan tenaga ini juga dapat

suatu tempat makin tinggi suhunya dan

menimbulkan perubahan pada permukaan

semakin rendah kelembabannya.

bumi. Dari pengertian fisiografi tersebut

rendah

Faktor

iklim,

dari

suhu

iklim

merupakan

wilayah

oleh

penimbunan

perubahan-perubahan

rendahnya)

yang

panas,

permukaan

berada

dalam

bumi,

satu

komponen agroekosistem yang paling

toposekuen dapat dibedakan menjadi

sulit untuk dimodifikasi.

beberapa fisiografi, karena wilayah dalam

Komponen

iklim yang paling berpengaruh terhadap

satu toposekuen

keragaan tanaman adalah suhu dan

macam proses pembentukan lahan dan

kelembaban.

evolusi.

Berdasarkan ketinggian

tempatnya di Indonesia dikenal dua

terdiri dari berbagai

Tanah merupakan komponen


sumberdaya

alam

mencakup

tanah dan penggunaan lahan yang sangat

semua bagian padat di atas permukaan

bervariasi. Untuk itu delineasi zone atau

bumi, termasuk semua yang ada di atas

sub zone agroekosistem lereng selatan

dan didalamnya yang terbentuk dari

Gunung

bahan induk yang dipengaruhi oleh

karakteristik lahan dan kesesuaian lahan

kinerja iklim, jasad hidup, dan relief

pertanian ini dapat dijadikan sebagai

setempat dalam waktu tertentu. Dalam

satuan lahan atau unit lahan. Penelitian

satu

ini

toposekuen

yang

Batukaru mempunyai fisiografi, iklim,

akan

dijumpai

Batukaru

dimaksudkan

dalam

untuk

penelitian

mengetahui

berbagai jenis tanah, sebagai akibat

karakteristik zone agroekosistem yang

adanya perbedaan bahan induk, iklim,

ada pada toposekuen lereng selatan

topografi

Gunung Batukaru, serta kelas kesesuaian

dan

penggunaan

lahan

(Hardjowigeno, 1993).

lahan dan faktor pembatasnya.

Dari

uraian di

atas dalam

pengelolaan

daerah

pertanian,

lahan

berdasarkan

Penelitian yang bertujuan untuk

keragaan fisik lingkungan yang sama

mengetahui karakteristik agroekosistem,

yang

zone

kesesuaian lahan dan faktor pembatasnya

agroekosistem dapat dijadikan sebagai

pada lereng selatan Gunung Batukaru,

wadah dalam penerapan satu teknologi

Kabupaten Tabanan, dilakukan melalui

pertanian tertentu. Komponen zone atau

pendekatan satuan agroekosistem, dengan

sub zone agroekosistem yang perlu

metode survei lapangan. Metode survei

dipertimbangkan kesamaannya dalam

lapangan

satu unit pengelolaan adalah

rangkaian kegiatan, yaitu pengumpulan

pengelompokan

selanjutnya

disebut

2. Metode Penelitian

iklim ,

ini

fisiografi, jenis tanah dan penggunaan

data

lahannya.

agroekosistem,

Keempat komponen ini

terdiri

sekunder,

dari

delineasi

satuan agroekosistem,

produksi tanaman pertanian. Lereng

pengambilan contoh tanah,

selatan Gunung Batukaru, mulai dari

laboratorium, dan

pantai

lahan.

kepuncak

Gunung

satuan

pengecekan batas-batas

sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

sampai

beberapa

pengamatan dan
analisis

analisis kesesuaian

kebenarannya

a. Pengumpulan Data Sekunder


Data

sekunder

dilapangan,

terutama

yang

terhadap batas-batas zone agroekosistem

hasil

yang masih meragukan. Batas-batas yang

penelitian sebelumnya yang berkaitan

tidak sesuai dengan kondisi lapangan

dengan tujuan penelitian baik berupa

selanjutnya diperbaiki sesuai dengan

peta maupun laporan.

kondisi zone agroekosistem yang ada di

dikumpulkan

adalah

data

Peta tersebut

antara lain adalah peta rupabumi skala

lapangan.

1 : 25.000,

pengecekan

laporan hasil penelitian

tanah, dan geologi.

Data ini sangat

Hasil

perbaikan

dari

adalah

zone

lapang

agroekosistem yang terdiri dari beberapa

penting untuk mendapatkan informasi

sub zone agroekosistem.

awal tentang kondisi daerah penelitian,


d.

seperti jenis tanah, kondisi geologi atau

Pengamatan

Berdasarkan

Delineasi zone agroekosistem

faktor-faktor

zone

selanjutnya dilakukan pengamatan dan

kesamaam

agroekosistem

satuan

agroekosistem yang telah ditetapkan,

b. Delineasi Satuan Agroekosistem

berdasarkan

Pengambilan

Contoh Tanah

bahan induk dan ketinggian tempat.

dilakukan

dan

pengambilan contoh tanah pada setiap

sepeti

sub zone agroekosistem.

Pengamatan/

fisiografi, iklim, dan jenis tanah. Setiap

pengukuran dilakukan secara langsung di

sone agroekosistem dapat terdiri dari

lapangan terutama terhadap

satu atau lebih tipe penggunaan lahan

tanahnya. Karakteristik fisik tanah yang

utama. Oleh karena itu setiap zone

diamati dilapangan disesuaikan dengan

agroekosistem selanjutnya dipisahkan

kebutuhan data yang diperlukan dalam

lagi menjadi sub zone agroekosistem,

analisis kesesuaian lahan. Data tersebut

berdasarkan perbedaan atau kesamaan

adalah kemiringan lereng, kedalaman

tipe penggunaan lahannya.

tanah, drainase, keadaan batuan/krikil,

sifat fisik

dan ancaman terhadap banjir (Djaenudin,


c. Pengecekan Batas-Batas Satuan

dkk, 2003). Sifat tanah yang tidak dapat

Agroekosistem

ditetapkan

Hasil delineasi batas-batas zone


agroekosistem

selanjutnya

dicek

dilapangan,

kemudian

dilakukan pengambilan contoh tanah

menggunakan kriteria LREPP II, 1994.

untuk dianalisis di laboratorium.

Dalam analisis ini juga ditetapkan faktor


prmbatasnya

e. Analisis Laboratorium

pada

masing-masing

penggunaan lahan tersebut.

Contoh tanah yang diambil di


lapangan,

kemudian

laboratorium.

dianalisa

di
3. Hasil dan Pembahasan

Adapun sifat tanah

Berdasarkan kesamaan komponen

tersebut adalah persentase (pasir, debu

utama pembentuk agroekosistem (iklim,

dan liat) dengan metode pipet, bahan

fisiografi, dan jenis tanah), toposekuen

organik dengan metode Black and

lereng selatan Gunung Batukaru dapat

Walky, salinitas dengan conductometer,

dibedakan menjadi 5 zone agroekosistem.

KTK tanah dengan metode NH4OAc,

Berdasarkan tipe penggunaan lahanya

pH tanah dengan pH meter, N total

yang

dengan metode Kyedall, P2O5 dengan

utama

masing-masing

zone

agroekosistem 1, 2 dan 3, dapat dibagi

metode Bray I , dan K2O Bray I.

lagi menjadi 2 sub zone agroekosistem.


Adapun

f. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk

tersebut,

kelima

zone

beserta

agroekosistem
sub

zone

mengetahui kelas kesesuaian lahannya.

agroekosistemnya secara berurutan dari

Data hasil pengamatan lapangan dan

selatan (pantai) kearah utara dapat dilihat

analisis

pada Gambar 1, sedangkan karakteristik

ditabulasi
kesesuaian

laboratorium
dan

selanjutnya

dianalisis

lahannya

kelas
dengan

masing-masing

zone

tersebut

sebagai

adalah

agroekoisten
berikut

:
`
1600
Keterangan :
Zone 1 : sw = sawah
tg = tegalan
Zone 2 : sw = sawah
kl = kelapa
Zone 3 : kp = kopi
sw = sawah
Zone 4 : kp = kopi
Zone 5 : ht = hutan

1400
1200
1000

ht

800

kp
sw

600

kp
400

sw

kl

tg

200

sw

Zone 1

Zone 5

Zone 4

Zone 3

Zone 2

0
0

5000

10000

15000

Gambar 1 Zone agroekosistim lereng selatan Gunung Batukaru

20000

25000

berkisar antara 49 70 cm. Kualitas

Zone Agroekosistem 1
Zone agroekosistem ini terletak

tanah lainnya seperti retensi hara

antara ketinggian 0 - 300 m, dengan

(KTK dan pH tanah), ketersediaan

fisiografi dataran aluvial,

jenis tanah

hara (N, P2O5 dan K2O5) dan

Aquik Eutropepts yang terbentuk dari

toksisitas (salinitas) tergolong cukup

bahan induk tufa, endapan lahar Buyan,

baik (Tabel 1). Lahan ini tersebar di

Beratan dan Batur. Karakteristik

desa Kelating, Kerambitan, Batuniti,

yang ada pada zone ini

iklim

termasuk C2

Meliling dan Timpag.

(Oldeman, dkk, 1983) yang mempunyai

Evaluasi

kesesuaian

lahan

ciri 5 bulan basah dan 4 bulan kering

dengan menggunakan kriteria LREPP

secara berturut-turut. Bulan basah yang

II (1984b) (Tabel 1) untuk tanaman

dimaksudkan

yang

padi sawah termasuk cukup sesuai

mempunyai curah hujan lebih besar atau

dengan faktor pembatas tekstur tanah

sama dengan

lempung liat berdebu (S2nr) yang

adalah

bulan

200 mm per bulan,

sedangkan bulan kering adalah bulan

dapat

yang mempunyai curah hujan rata-tata

perkembangan

kurang dari 100 mm per bulan.

Selain itu kurangnya ketersediaan

Zone

menjadi

menghambat

kondisi

perakaran.

agroekosistem ini sebagian dapat dibagi

unsur

menjadi 2 sub zone agroekosistem yaitu

merupakan faktor penghambat yang

sub zone agroekosistem lahan sawah, dan

sangat serius.

tegalan. Bentuk wilayahnya datar sampai

yang ditanami tanaman jagung hasil

berombak dengan kemiringan lereng 1

evaluasi

7 %. Secara visual pada zone ini tidak

tergolong sesuai marginal

ditemukan

faktor

adanya

batuan

di

atas

hara

seperti

K2O

juga

Untuk lahan tegalan

kesesuaian

pembatas

lahannya

kurangnya

dengan
unsur

permukaan tanah. Karakteristik fisik

nitrogen (S3n).

tanah yang mempengaruhi perakaran

tersebut di atas baik pada lahan sawah

tanaman seperti tekstur, drainase dan

maupun

kedalaman perakaran termasuk cukup

sementara (tidak permanen). Dengan

baik yaitu drainase tanah terhambat,

demikian faktor pembatas ini dapat

tekstur

diperbaiki

liat

dan

kedalaman

efektif

lahan

Faktor pembatas

tegalan,

dengan

bersifat

usaha-usaha

pemupukan. Usaha perbaikan kesuburan

lahannya masih termasuk cukup sesuai

tanah dengan penambahan pupuk Kalium

dengan faktor pembatas tekstur tanah

untuk

dan

yang kurang baik yaitu lempung liat

penambahan pupuk nitrogen pada lahan

berdebu (S2r). Untuk lahan tegalan

tegalan yang ditanami tanaman jagung

yang ditanami jagung usaha perbaikan

dapat

permasalahan

kesuburan tanah untuk meningkatkan

kesuburan tanah yang kurang subur.

potensi kesesuaian lahannya, dengan

Namun dengan adanya faktor pembatas

penambahan pupuk nitrogen

kondisi perakaran yang agak permanen

meningkatkan kelas kesesuaian lahan

pada tanaman padi sawah menyebabkan

aktualnya dari sesuai marginal (S3)

kelas kesesuaian lahan fotensial tanaman

menjadi

padi sawah tidak dapat ditingkatkan.

potensial cukup sesuai (S2).

tanaman

padi

memecahkan

Dengan demikian

sawah

kelas

kesesuaian

dapat

lahan

potensi kesesuaian

Tabel 1. Tarakteristik Tanah Lereng Selatan Gunung Batukaru


No Karakteristik

Zone agro ekosistem

lahan

1
Sawah

2
Tegala

Sawah Kebun

kelapa

3
Kebun

Sawah

kopi

Kebun

Hutan

kopi

lindun

(jagun

g)
1

Temperatur (t)
- Suhu (oC)

26

26

26

(S1)

(S1)

(S1)

(w)

1982

1982

1982

1982

2211

2211

2211

- Curah hujan

(S1)

(S1)

(S1)

(S2)

(S1)

(S1)

(S1)

Buruk

Baik

Buruk

Agak

Baik

Terham

Agak

26 (S2)

22

22 (S2)

(S1)

22

22

(S1)

Ketersediaan air
2211

Media
perakaran (r)

Baik

- Drainase

- Tekstur tanah

(S1)

(S1)

(S1)

baik

(S1)

Lempu Liat

Liat

(S1)

Lempu Lempun

ng liat

(S2)

Liat

ng

g liat ber Lempu g liat

berde

berpasir

berdeb

pasir

ng

berpas

bu

(S1)

(S2)

berliat

ir

(S1)

(S2)
- Kedalaman
efektif (cm)

bat (S1)

(S1)

ba

ik

(S1)

Lempu

(s1)

55

49

56

90

69

43

(S1)

(S2)

(S1)

(S1)

(S1)

(S2)

68
70
(S1)

Retensi hara (f)


- KTK

31,2

28,76

49,89

30,37

25,91

28,97

25,90

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

6,15

6,78

6,62

6,1

5,53

6,15

5,59

5,09

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(n)

0,35

0,039

0,17

0,05

0,04

0,03

0,05

- N total (%)

(S1)

(S3)

(S2)

(S3)

(S3)

(S3)

(S3)

50,92

17,48

9,17

10,65

16,45

9,09

12,08

(S1)

(S2)

(S2)

(S2)

(S2)

(S3)

(S2)

20,07

59,13

30,58

69,71

50,49

56,58

22,28

(S2)

(S1)

(S2)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

- Salinitas

0,10

0,09

0,07

0,05

0,04

0,02

0.03

(mmhos/cm)

(S1)

S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

(S1)

0 (S1)

3 (S2)

0 (S1)

8 (S1)

21(S3)

0 (S1)

20

(me/100 g )
- pH (H2O)

Hara tersedia

- P2O5 (ppm)
- K2O (ppm)
6

Kegaraman (c)
0,01

Terain (s)
- Kemiringan
lereng (%)

(S3)

> 45

Batuan di

0 (S1)

0 (S1)

0 (S1)

0 (S1)

0 (S1)

<1 (S1)

permukaan (%)

Kesesuaian

1
0 (S1)

S2 nr

S3n

S2n

S3n

S3ns

S3n

S3ns

S2n

S2n

S1

S2n

S3s

S2r

S2n

lahan aktual
9

Kesesuaian
lahan potensial

Keterangan :
n = hara tersedia
r = media perakaran
s = terain (lereng dan batuan permukaan)
S1 = sangat sesuai
S2 = cukup sesuai
S3 = sesuai marginal
Untuk

meningkatkan

kelas

jenis tanah Fluventik Eutropepts yang

kesesuaian lahan potensialnya menjadi

terbentuk dari bahan induk Tufa,

sangat sesuai (S1) selain pemberian

endapan lahar buyan, beratan batur,

pupuk nitrogen, pembuatan teras bangku

dan

perlu dilakukan. Hal ini terjadi karena

batukaru dengan

pada tingkat kelas cukup sesuai (S2),

(Oldeman, dkk. 1983) yaitu zone iklim

kemiringan lereng muncul sebagai faktor

yang mempunyai karakteristik 5 bulan

pembatas yang kedua setelah faktor

basah dan 4 bulan kering secara

pembatas

berturut-turut.

rendahnya

unsur

nitrogen

dalam tanah.

batuan gunung api gunung


zone iklim C2

Zone agrosistem ini

dapat dibagi menjadi 2 sub zone


agroekosisten

yaitu

sub

zone

agroekosistem lahan sawah, dan kebun

Zone Agroekosistem 2
Zone agroekosistem ini terletak

kelapa/ tegalan / kebun campuran.

antara ketinggian 300 - 450 m di atas

Bentuk wilayahnya

muka laut, dengan fisiografi kaki volkan,

dengan kemiringan lereng 8 10 %,

10

bergelombang

tanpa adanya batuan diatas permukaan

lahannya dari sesuai marginal (S3)

tanah.

Karaktersistik fisik tanah yang

sampai pada tingkat cukup sesuai (S2).

mempengaruhi perakaran tanaman seperti

Hal ini terjadi karena faktor keseburan

tekstur termasuk lempung berdebu, liat

tanah untuk lahan kebun kelapa setelah

berpasir dan liat berdebu, drainase tanah

dilakukan usaha perbaikan dengan

agak baik dan kedalaman efektif tanah

pemberian pupuk N pada kelas cukup

berkisar antara 42 79 cm. Karakteristik

sesuai (S2) muncul faktor pembatas

tanah lainnya seperti retensi hara (KTK

baru yaitu kurangnya unsur P. Untuk

dan pH tanah), ketersediaan hara (N total,

meningkatkan

P2O5

toksisitas

lahannya menjadi sangat sesuai (S1)

(salinitas) disajikan pada Tabel 1. Zone

memberian input berupa pupuk P

agroekosisten ini

di Desa

sangat diperlukan. Dengan demikian

Jegu Tengah, Cepag, Nyeleket, dan

pemberian input (pupuk N dan P) yang

Ubung.

ltinggi, dapat meningkatkan

dan

K2O5)

dan

ditemukan

Evaluasi kesesuaian lahan untuk


lahan yang ditanami tanaman padi sawah,

kelas

kesesuaian

kelas

kesesuaian lahan potensialnya menjadi


sangat sesuai (S1).

termasuk cukup sesuai dengan faktor


pembatas kurangnya unsur hara N, P dan

Zone Agroekosistem 3

K (S2n), sedangkan lahan yang ditanami

Zone

agroekosistem

ini

pohon kelapa kelas kesesuaian lahannya

terletak pada ketinggian antara 450 -

termasuk sesuai marginal dengan faktor

700 m di atas muka laut,

pembatas rendahnya kandungan N total

fisiografi lereng bawah volkan. Jenis

tanah (S3n). Usaha perbaikan kesuburan

tanah yang berkembang pada zone ini

tanah dengan penambahan pupuk N, P

adalah

dan K pada lahan sawah yang ditanami

terbentuk dari bahan induk Tufa,

tanaman padi sawah, dapat meningkatkan

endapan lahar buyan, beratan dan

kelas kesesuaian lahannya menjadi sangat

batur.

sesuai (S1). Untuk tanaman kelapa

pada zone agroekosisten ini zone C1

penambahan pupuk N hanya dapat

(Oldeman,

meningkatakan

karakteristik curah hujan terdiri dari 5

kelas

kesesuaian

11

Typic

Eutropepts

pada

yang

Karakteristik iklim yang ada

dkk,

1983)

dengan

bulan basah dan 3 bulan kering secara

tersebar di Desa Bolangan, Senganan

berturut-turut. Zone agrosistem ini dapat

Kangin, Bugbug Kelod, Bugbug Kaja,

dibagi menjadi 2 sub zone agroekosistem

dan Soka Kangin.


Evaluasi

yaitu sub zone agroekosistem lahan

kesesuaian

lahan

Bentuk

untuk lahan yang ditanami tanaman

dengan

padi sawah, termasuk sesuai marginal

15 21 %, tanpa

dengan faktor pembatas kurangnya

adanya batuan di atas permukaan tanah.

unsur hara N total dan P2O5 (S3n),

Karakteristik

sedangkan

sawah,

dan

kebun

wilayahnya

kopi.

berbubukit

kemiringan lereng

fisik

tanah

yang

lahan

tanaman

tekstur,

kedalaman

lahannya termasuk sesuai marginal

perakaran termasuk cukup baik yaitu

dengan faktor pembatas rendahnya

drainase

kandungan nitrogen total tanah dan

tanah

dan

baik

sampai

agak

kelas

ditanami

mempengaruhi perakaran tanaman seperti


drainase

kopi

yang

terhambat, tekstur liat, lempung, lempung

kemiringan

berliat, dan lempung liat berpasir dengan

perbaikan kesuburan tanah dengan

kedalaman efektif tanah berkisar antara

penambahan pupuk N, dan P

43 69 cm. Karakteristik tanah lainnya

lahan sawah yang ditanami tanaman

seperti retensi hara (KTK dan pH tanah)

padi sawah, dapat meningkatkan kelas

tergolong sangat baik sehingga tidak

kesesuaian lahannya menjadi cukup

merupakan penghambat pertumbuhan dan

sesuai

produksi tanaman.

kedalaman efektif dan tekstur tanah

Karakteristik tanah

lereng

kesesuaian

dengan

(S3sn).

faktor

Usaha

pada

pembatas

ketersedianan hara seperti N, P2O5 dan

liat berpasir ( S2r).

K2O5 dalam tanah, ketersediaannya tidak

peningkatan kelas kesesuaian lahan

optimum

mendapat

dari sesuai marginal (S3) ke kelas

perhatian jika diusahakan sebagai lahan

cukup sesuai (S2) melalui usaha

pertanian.

kegaraman

pemupukan mulcul faktor pembatas

(salinitas) sangat rendah, sehingga sangat

baru yaitu kondisi perakaran tanaman

baik untuk usaha pertanian.

yang kurang baik.

sehingga

perlu

Keberadaan

Adapun

Hal ini terjadi

Untuk tanaman

karakteristik tanah secara keseluruhan

kopi usaha perbaikan kelas kesesuaian

disajikan pada Tabel 1.

lahan

Lahan ini

12

dengan

penambahan

pupuk

Nitrogen tidak dapat meningkatkan kelas

dengan kemiringan lereng 20 31 %,

kesesuaian lahan, karena adanya faktor

batuan permukaan < 1 %. Karakteristik

pembatas kemiringan lereng yang sulit

fisik

dikelola dengan masukan rendah. Untuk

perakaran tanaman seperti tekstur,

itu kelas kesesuaian lahannya tetap sesuai

drainase dan kedalaman perakaran

marginal

termasuk cukup baik yaitu drainase

kemiringan

dengan
lereng

faktor

pembatas

(S3s).

Untuk

tanah

tanah

yang

agak

mempengaruhi

baik

sampai

agak

meningkatkan kelas kesesuaian lahan

terhambat,

tanaman kopi menjadi cukup sesuai maka

berliat dan lempung liat berpasir.

perlu

Kedalaman efektif berkisar berkisar

pengelolaan

khusus

dengan

tekstur

tanah

lempung

masukan tinggi yaitu membuat teras

antara 68 70 cm.

bangku.

tanah lainnya secara lengkap disajikan


pada Tabel 1.

Dari Tabel 1 dapat

dilihat bahwa retensi hara (KTK dan

Zone Agroekosistem 4
Zone agroekosistem ini terletak
antara ketinggian 700 -

Karakteristik

800 m, pada

fisiografi lereng tengah volkan.

Jenis

pH tanah) tergolong sangat baik,


kecuali ketersediaan
P2O5)

kurang

hara (N, dan


mendukung

tanah yang berkembang pada ketinggian

pertumbuhan tanaman secara optimal.

ini

yang

Untuk salinitas dan ketersediaan K2O

terbentuk dari bahan induk Tufa, endapan

dapat digolongkan sangat baik untuk

lahar

mendukung

adalah

Typic

buyan,

Hapludand

beratan

dan

batur.

pertumbuhan

tanaman.

Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman,

Lahan ini tersebar di Desa Senganan

dkk (1983) daerah ini termasuk ke dalam

dan Gunung Sari.

zone iklim C1, yaitu zone iklim yang

Hasil evaluasi kesesuaian lahan

mempunyai karakteristik 5 bulan basah

untuk tanaman kopi kelas kesesuaian

dan 3 bulan kering secara berturut-turut.

lahannya termasuk sesuai marginal

Zone agroekosistem ini oleh masyarakat

dengan faktor pembatas rendahnya

setempat umumnya digunakan sebagai

kandungan nitrogen total dalam tanah

kebun kopi dan kebun campuran. Bentuk

dan kemiringan lereng (S3sn). Usaha

wilayahnya berbukit sampai bergunung

perbaikan

13

kesuburan

tanah

untuk

tanaman kopi

dengan penambahan

bergunung,

pupuk nitrogen

dan pembuatan teras

kemiringan lereng > 45 %. Batuan

bangku

meningkatkan

kelas

yang merupakan penghambat dalam

kesesuaian lahan aktualnya dari kelas

pengelolaam tanah lebih besar dari

sesuai marginal menjadi kelas kesesuaian

1%.

lahan potensial cukup sesuai dengan

mempengaruhi

faktor pembatas ketersediaan hara (S2n).

seperti

Munculnya faktor pembatas kesuburan

kedalaman perakaran termasuk cukup

tanah ini bukan karena kurang nitrogen

baik

dalam tanah tetapi karena munculnya

terhambat baik, tekstur lempung liat

kekurangan unsur hara lain yaitu P2O5.

berpasir

dapat

yang

mempunyai

Karakteristik fisik tanah yang


perakaran

tekstur,

yaitu

drainase

drainase

dan

tanaman

tanah

kedalaman

dan

agak

efektif

berkisar antara 49 70 cm. Retensi


hara (pH tanah) 5,09 dan salinitas
tanah 0,01 mmhos.

Zone Agroekosistem 5

Pada Zone ini

Zone agroekosistem ini terletak

tidak dilakukan evaluasi kesesuaian

pada ketinggian di atas 800 m, pada

lahan, karena zone ini merupakan

fisiografi lereng tengah bagian atas,

hutan alam yang harus dipertahankan

lereng atas dan puncak volkan.

Jenis

keberadaannya dan ditetapkan oleh

tanah yang berkembang pada zone ini

pemerintah sebagai kawasan hutan

didominasi

Typic

lindung. Dilihat dari sifat fisik tanah,

Hapludands yang terbentuk dari bahan

tanah di kawasan ini tergolong sangat

induk abu vulkanis, tufa, endapan lahar

peka terhadap erosi, sehingga sangat

buyan, beratan dan batur.

cocok sebagai kawasan hutan lindung.

oleh

jenis

tanah

Berdasarkan

klasifikasi iklim Oldeman, dkk (1983)


daerah ini termasuk ke dalam zone iklim

4. Simpulan dan Saran

C1, yaitu zone iklim yang mempunyai

Simpulan

karakteristik 5 bulan basah dan 3 bulan

1). Lereng selatan Gunung Batukaru

kering

dapat

secara

berturut-turut.

Zone

dipilah

menjadi

zone

agroekosistem ini merupakan kawasan

agroekosistem. Dari ke lima zone

Hutan

tersebut empat zone merupakan daerah

dengan

bentuk

wilayah

14

budidaya

pertanian

dan

satu

zone

P2O5 dan K2O pada lahan sawah,

merupakan hutan alam yang ditetapkan

dan nitrogen

sebagai hutan lindung.

kelapa;

1. Penggunaan

lahan

zone

agroekosistem

masing-

terdapat faktor pembatas nitrogen

masing zone agroekosistem lereng

dan kemiringan lereng pada kebun

selatan

kopi serta nitrogen dan P2O5 pada

Gunung

pada

pada lahan kebun

Batukaru

adalah

sawah dan tegalan pada zone 1,

tanah

sawah dan kebun kelapa pada zone 2,

agroekosistem 4 terdapat faktor

sawah dan kebun kopi pada zone 3,

pembatas kemiringan lereng dan

kebun kopi pada zone 4, dan hutan

nitrogen pada kebun kopi.

sawah;

dan

zone

lindung pada zone 5.


2. Karakteristik

lahan

zone

2). Saran

agroekosistem 1 adalah cukup sesuai

Penelitian

untuk tanaman padi sawah dan sesuai

menggambarkan

marginal untuk tegalan;

agroekositem pada kondisi (iklim,

zone 2

cukup sesuai untuk tanaman

padi

jenis tanah,
pada

ini

hanya

dapat

variasi

zone

dan fisiografi) yang

sawah dan sesuai marginal untuk

sama

berbagai

kebun kelapa; zone 3 sesuai marginal

ketinggian tempat mulai dari pantai

untuk tanaman padi sawah dan kopi;

ke arah puncak Gunung Batukaru.

zone 4 cukup sesuai untuk tanaman

Untuk

kopi; dan zone 5 merupakan hutan

kondisi zone agroekosistem pada

alam yang ditetapkan sebagai hutan

kelas ketinggian yang sama, perlu

lindung.

dilakukan penelitian yang intensif

memberikan

variasi

gambaran

3. Faktor pembatas yang terdapat pada

dengan mengambil sampel lebih

zone agroekosistem 1 adalah tekstur

banyak pada masing-masing kelas

tanah dan K2O pada tanaman padi

ketinggian.

sawah, dan nitrogen total pada lahan


tegalan;

zone

agroekosistem

terdapat faktor pembatas Nitrogen,

15

Daftar Pustaka
Amien I. 1997. Karakterisasi dan Analisis Zone Agroekologi. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Djaenudin D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
LREPP II. 1994a. Pedoman Klasifikasi Landform. Laporan Teknis No.5 Juni
1994.
LREPP II. 1994b. Kesesuaian Lahan Utuk Tnaman Pertanian dan Tanaman
Kehutanan. Laporan Teknis No. 7. Versi 1.0 April 1994.
Oldeman, Irsal Las dan Mulyadi. 1983. Agroclimatic Map of Bali Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur. Scale 1 : 2.250.000. Central research
Institute for Agriculture Bogor.
Samlawi Azhari. 1997. Etika Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sitorus, Santun R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito
Bandung.

16

You might also like