Determinan Perilaku Suami Yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan Bagi Istri
Determinan Perilaku Suami Yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan Bagi Istri
Determinan Perilaku Suami Yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan Bagi Istri
halaman 42 - 49
ABSTRACT
Background: Culture often gives limitation for women in decision taking regarding their health. In fact, husbands
play an absolute role to determine who will attend and help the delivery.
Objective: To explore husbands behavior in choosing and determining that will help their wifes delivery.
Methods: This is a survey study using cross-sectional design. The samples were 110 husbands who had a
wife delivering in Pekuncen Sub Districts primary health center, Banyumas District, Central Java, during the
period of 1 January 2005 31 December 2005.
Results: The variables that had significant relationship in choosing and determining birth attendant were
husbands education OR = 7.57 (95% Cl: 2.11 27.15), delivery cost OR = 6.77 (95% Cl: 2.06 22.28) and
husbands trust OR = 0.15 (95% Cl: 0.04 0.55). Husbands with higher level of education had an opportunity of
7.5 times increased to choose and determine the birth attendant compared to those with lower lever of education.
Husbands trust had an opportunity of 7 times decreased to choose and determine the birth attendant compared
to those with no trust to the birth attendant. Expensive delivery cost would be 6.7 times increased the determination
of the birth attendant by health provider compared to cheap delivery cost. It was because of some additional
cost for the health provider that was relatively high. As a result, mean distribution curve of the birth attendant
cost would tend to go to the right.
Conclusions: Husbands education, cost, and trust factors were the determinant factors in choosing and
determining who would attend the delivery.
Keywords: health reproduction, husband, determining of child-birth assistant
PENDAHULUAN
Sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yaitu meningkatnya secara
bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri
dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.1
Sampai saat ini, kematian ibu masih merupakan
salah satu masalah prioritas di bidang kesehatan
ibu dan anak di Indonesia. Setiap satu jam dua orang ibu di Indonesia meninggal saat melahirkan
karena berbagai penyebab. Jika seorang ibu
meninggal, maka anak-anak yang ditinggalkannya
mempunyai kemungkinan tiga sampai sepuluh kali
lebih besar untuk meninggal dalam waktu dua tahun
bila dibandingkan dengan mereka yang masih
mempunyai kedua orang tua.2
Pernyataan bersama antara WHO, ICM, dan
FIGO menegaskan pentingnya peranan tenaga
kesehatan yang terlatih tersebut yaitu bahwa tenaga
kesehatan yang terlatih merupakan pusat
keberlangsungan perawatan.3 Penolong persalinan
merupakan salah satu indikator kesehatan terutama
42
43
44
halaman 42 - 49
45
Analisis bivariabel
Dari analisis karakteristik suami dengan pilihan
penolong persalinan hanya faktor pendidikan yang
signifikan terhadap pilihan penolong persalinan,
dimana diperoleh hasil uji statistk (OR=7,57 : CI 95%
2,11-27,15) dan p=<0,001. Hasil analisis bivariabel
hubungan antara determinan dukungan sosial dengan
perilaku suami dalam memilih penolong persalinan
diperoleh hasil uji statistik nilai p=0,072 (p 0,05).
Berarti tidak ada hubungan signifikan antara
determinan dukungan sosial dengan perilaku suami
dalam memilih penolong persalinan. Dari hasil analisis
bivariabel didapatkan adanya hubungan yang
signifikan antara biaya persalinan dengan pemilihan
penolong persalinan (OR=4,889 ; CI 95% 1,76113,574) dan p 0,05. Tinggi biaya persalinan yang
harus dibayar mempengaruhi kecenderungan
responden untuk memilih tenaga bukan kesehatan
biaya murah dibandingkan dengan tenaga bukan
kesehatan biaya mahal. Dari analisis antara
pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan,
diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan
(p=0,202). Hasil analisis keyakinan suami terhadap
perilaku suami memilih penolong persalinan bagi istri,
didapatkan ada hubungan signifikan antara keyakinan
suami terhadap perilaku suami memilih penolong
persalinan bagi istri (p= <0,001). Hasil analisis sikap
suami terhadap perilaku suami memilih penolong
persalinan bagi istri, tidak ada hubungan yang
signifikan antara sikap suami terhadap perilaku suami
memilih penolong persalinan bagi istri (p=0,121).
3.
Analisis Multivariabel
Analisis multivariat, dilakukan dengan regresi
logistik dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat secara
bersama sehingga diperoleh variabel-variabel yang
paling berperan (bermakna), pada tingkat
kepercayaan () = 0,05 dan Confidence Interval (95%
CI). Variabel pendidikan suami OR= 7,57 (95% CI:
2,11 27,15) biaya persalinan mempunyai
OR=6,77(95% CI: 2,06 -22,28) dan keyakinan suami
46
halaman 42 - 49
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis multivariat dapat
dijelaskan bahwa dari berbagai variabel yang
dianalisis, variabel-variabel yang signifikan terhadap
determinan perilaku suami yang mempengaruhi
pemilihan penolong persalinan bagi istri meliputi
karakteristik suami hanya pendidikan suami yang
signifikan dengan OR= 7,57 (95% CI: 2,11-27,15),
variabel lain adalah biaya persalinan dengan
OR=6,77(95% CI: 2,06-22,28) terakhir variabel
keyakinan suami OR= 0,15 (95% CI: 0,04 -0,55) .
Dari odds ratio (OR) ditemukan bahwa
responden yang berpendidikan tinggi mempunyai
peluang 7,5 kali memilih tenaga kesehatan
dibandingkan dengan responden yang berpendidikan
rendah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
akan semakin baik pengetahuannya terhadap program kesehatan, sehingga ada kecenderungan
mereka memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.11 Tingkat pendidikan dapat menjadi hambatan
dalam penyerapan informasi, pendidikan rendah
menyebabkan seseorang acuh tak acuh terhadap
masalah kesehatan, sehingga mereka tidak
mengenali bahaya yang mungkin terjadi, walaupun
sarananya ada mereka belum tentu mau
menggunakannya.
47
48
halaman 42 - 49
4.
KEPUSTAKAAN
1. Depkes. Indonesia Sehat 2010 visi baru, misi,
kebijakan dan strategi pembangunan
kesehatan. Depkes RI. Jakarta, 1999.
2. Tinker A. Safe Motherhood as an economic and
sicial Investment. presentation at Safe Motherhood Technical Consultation in Sri Lanka 18-23
October 1997. 1997.
3. WHO. A joint statement by WHO, ICM, and
FIGO. Making Pregnancy Safer; the critical role
of the skilled attendant. 2004. Retrieved November 13, 2006 from http://www.who.int/reproductiv e-health/pubications/2004/
skilled_attendant.pdf
4. Tim Kajian AKI-AKA Depkes RI. Kajian Kematian
ibu dan anak di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Depkes RI. 2004.
5. Depkes. Rencana strategis nasional making
pregnancy safer (MPS) di Indonesia 2001-2010.
Depkes RI. Jakarta, 2001
6. Andayani B. & Koentjoro. Psikologi keluarga,
peran ayah menuju coparenting. Yogyakarta:
Citramedia, Yogyakarta. 2004.
7. Bappenas. Indonesia: Laporan perkembangan
pencapaian tujuan Pembangunan Milenium
(Millennium
Dev elopment
Goals),
Bappenas.Jakarta, 2004.
8. Dinkes Kabupaten Banyumas.. Laporan seksi
KIA Dinkes Kabupaten Banyumas. Banyumas:
Kantor Dinkes Kabupaten Banyumas. 2004.
9. Puskesmas Kecamatan Pekuncen. Laporan
Tahunan Puskesmas Kecamatan Pekuncen,
Kabupaten Banyumas. 2002.
10. Gordis L. Epidemiology (2nd ed.). W.B Saunders
Company. Philadelphia, 2000.
11. Depdikbud. Program W ajib Belajar 9
Tahun.1994.
12. Martaadisoebrata D, Obstetri Sosial, Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung, Bandung.
1982.
13. Manueke I. Hubungan Kemampuan Membayar
Keluarga dengan Pemanfaatan Penolong
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
49