Handout PDF
Handout PDF
Handout PDF
ABSTRACT
1) Makalah Merupakan bagian dari skripsi pada Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Unhas
2) Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan Unhas,
3) Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan Unhas
2
Kadar abu = Bobot abu (g) x 100 % dengan memplot absorbansi contoh pada
Bobot sampel (g) kurva standar.
Penetapan kurva standar dilakukan
5.3. Kadar Serat Kasar (AOAC, 1995) dengan cara 40 mg amilosa, kemudian
Sampel sebanyak 2 g dimasukan ke dimasukkan kedalam tabung reaksi,
dalam labu Erlenmeyer 300 ml kemudian ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml
ditambahkan 50 ml H2SO4 0,325 N. NaOH 1 N. Selanjutnya campuran tersebut
Hidrolisis dengan Hot Plate selama 30 dipanaskan dalam air mendidih selama 10
menit pada suhu 1000 C. Setelah itu sampel menit (sampai terbentuk gel), kemudian
ditambahkan NaOH 1,25 N sebanyak 50 didinginkan. Setelah dingin, masing-masing
ml, kemudian dihidrolisis selama 30 menit. dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml
Sampel disaring dengan kertas saring dan volumenya ditetapkan sampai tanda
Whatman No. 41 yang telah dikeringkan tera dengan akuades. Selanjutnya masing-
dan diketahui bobotnya. Kertas saring masing dipipet sebanyak 1,2,3,4 dan 5 ml,
tersebut dicuci berturut-turut dengan air dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml,
panas. Kertas saring dikeringkan dalam masing-masing ditambah asam asetat 1 N
oven suhu 1050 C selama tiga jam, sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 ml dan
pengeringan dilanjutkan sampai bobot ditambahkan masing-masing 2 ml larutan
tetap. Kemudian dihitung dengan rumus: iodium. Volume larutan ditempatkan
sampai tanda tera dengan air, dan
Serat kasar = ((A-B)/C) x 100% didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya
intensitas warna yang terbentuk diukur
A = bobot kertas saring dan serat absorbansinya menggunakan
B = bobot kertas saring Spektrophotometer pada panjang
C = bobot sampel awal gelombang 625 nm untuk amilosa. Kurva
standar dibuat dengan memplot konsentrasi
5.4. Kadar Amilosa (Apriyantono et al., amilosa terhadap absorbansinya, dimana
1989). konsentrasi sebagai absis dan
Analisis kandungan amilosa dan absorbansinya sebagai ordinat.
amilopektin dalam sampel dilakukan
dengan menggunakan metoda yang 5.5. Analisa Kadar Pati (Laga, 2001)
dikembangkan oleh IRRI (1974) sebanyak Dibuat pereaksi iod menggunakan 0,1
100 mg contoh ditimbang, dimasukkan ke gr Iod yang dicampurkan dengan 2 gr KI,
dalam tabung reaksi, kemudian yang diencerkan hingga 50 ml. Buat kurva
ditambahkan 1 ml ethanol 95 % dan 9 ml standar dengan menggunakan Soluble
NaOH 1 N. Selanjutnya dipanaskan dalam starch pada kisaran 0,01 % sampai
air mendidih selama 10 menit dengan 0,1 %. Pipet masing-masing 1 ml ke
(sampai terbentuk gel), setelah itu dalam tabung reaksi, panaskan hingga suhu
didinginkan. Seluruh gel kemudian 80 0C (pati menjadi larut) setelah
dipindahkan kedalam labu takar 100 ml, didinginkan tambahkan 0,1 ml larutan Iod
kemudian ditambahkan dengan 1 ml asam (0,2 g Iod dan 2 g KI dalam 100 ml air),
asetat 1 N dan 2 ml larutan iodium. kemudian tambahkan aquadest masing-
Volumenya ditetapkan sampai tanda tera masing 3 ml. selanjutnya ukur intensitas
dengan air, dikocok dan didiamkan 20 warnanya pada spektrofotometer dengan
menit. Selanjutnya warna yang terbentuk panjang gelombang 610 nm.
diukur absorbansinya menggunakan Penetapan contoh dilakukan dengan
spectrophotometer UV-VIS 200 S pada mengambil contoh 1 ml yang telah
panjang gelombang 625 nm untuk amilosa. diencerkan, panaskan hingga suhu 80 0C (di
Penetapan kadar amilosa contoh dilakukan atas titik gelatinisasi maksimum), dinginkan
5
lalu tambahkan dengan larutan Iod 0,1 ml kelapa sawit memiliki karakter yang
kemudian tambhakn aquadest 3 ml. ukur spesial. Kandungan airnya tinggi 1,5
intensitas warnanya pada spektrofotometer sampai 2,5 kali dari bobot keringnya, serta
dengan panjang gelombang 610 nm. data memiliki kandungan selulosa dan lignin
yang diperoleh diplot pada persamaan yang rendah dan kandungan yang larut
kurva standar. dalam air dan NaOH yang tinggi dibanding
kayu karet dan ampas tebu (Tomimura,
5.6. Bentuk dan Ukuran Granula pati, 1992).
Metode Mikroskop (AOAC, 1995) Pati batang kelapa sawit tersimpan
Bentuk granula dapat dilihat dibawah dalam sel-sel parenkim dari jaringan
mikroskop yaitu, mikroskop mikroskop vaskular kasar yang mengandung persentasi
cahaya (Olympus model BHB, Nippon lignin yang tinggi. Ekstraksi pati dari sel ini
Kogaku, Jepang) yang dilengkapi dengan tergolong sulit karena struktur dan
kamera (Olympus model C-35A) dengan kandungan komposisi selnya menghalangi
cara sebagai berikut : proses penghancuran jaringan vaskular dan
Untuk pengamatan dibawah mikroskop sel parenkim (Azemi et al., 1999).
cahaya yaitu suspense pati disiapkan
dengan mencampur butir pati dengan air 1. Preparasi Bahan
destilasi, kemudian ditambahkan larutan iod Batang kelapa sawit yang dijadikan
untuk menambah daya kontras. Suspensi ini bahan penelitian ekstraksi pati berasal dari
diteteskan di atas gelas objek dan kemudian kebun Dinas Pertanian Kabupaten Gowa,
ditutup dengan gelas penutup. Objek diuji Propinsi Sulawesi Selatan hasil peremajan
di bawah mikroskop. kebun percomtohan yang telah berusia 25
tahun. Dipilih pohon kelapa sawit yang
5.7. Derajat Putih (AOAC, 1995) memiliki ketinggian sekitar 8 sampai 9
Derajat putih diukur dengan meter. Proses penebangan di kebun Dinas
pengamatan secara organoleptik dengan Pertanian Gowa ini dapat dilihat pada
standar warna putih (BaSO4 = 100 %). Gambar 01.
diperoleh 8 kepingan. Seperti pada gambar yaitu kadar air, kadar abu, kadar serat kasar,
02. Kemudian perlakuan yang dilakukan kadar amilosa, kadar pati, bentuk dan
adalah memisahkan bagian kulit keras ukuran granula pati, derajat putih, analisa
dengan bagian empulurnya. Bagian viskositas, rendemen dan suhu gelatinisasi.
empulur tersebut kemudian dijadikan
serbuk dengan menggunakan alat pemotong 3. Rendemen
batang hingga menjadi serbuk yang siap Rendemen merupakan perbandingan
untuk diekstraksi patinya. berat produk yang diperoleh terhadap berat
bahan baku yang digunakan. Perhitungan
rendemen dilakukan berdasarkan berat
kering bahan. Rendemen tepung
menyatakan nilai efisiensi dari proses
pengolahan sehingga dapat diketahui
jumlah tepung yang dihasilkan dari bahan
dasar awalnya (Anonim, 2011b).
Hasil pengukuran rendemen dari hasil
ekstraksi tepung pati dari bahan batang
kelapa sawit dari berbagai tingkat
Gambar 02. Kepingan Batang Kelapa Sawit yang ketinggian dapat dilihat pada Gambar 03.
Telah dipisahkan antara Kulit keras dan Empulurnya
14
12
10
Kkadar Pati (%)
6 12.3
10.54 10.4
4 6.84
2 3.87
2.77 1.96 1.35
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Ketinggian Sumber Pati pada Batang (meter)
Gambar 04. Hubungan Tingkat Ketinggian Batang Pohon Kelapa Sawit (Dari Atas ke Bawah) terhadap
Kadar Pati dari Tepung Pati yang Diperoleh
8
pada pati yang diperoleh dari ketinggian 3 Berdasarkan hasil yang diperoleh,
meter dengan tingkat viskositas 38000 Cp. maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Batang kelapa sawit memiliki
kandungan pati yang dapat diperoleh
60000 dengan melakukan ekstraksi, di mana
hasil terbaik adalah pati pada bagian
Viskositas (Cp)
Chilmijati N. 1999. Karakterisasi Pati Susila RW. 2003. Peta perencanaan dan
Garut dan Pemanfaatannya sebagai Peluang Investasi pada Regenerasi
Sumber Bahan Baku Glukosa Cair Perkebunan Kelapa Sawit di
(tesis). Bogor : Pasca Sarjana, Institut Indonesia. Seminar Nasional :
Pertanian Bogor. Mengantisipasi Regenerasi Pertama
Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Ginting S. 1995. Sifat-Sifat Pasta Pati 9 10 April 2003. Bali : max havelaar
Batang Kelapa Sawit dalam Bentuk indonesiafoundation.
Derivat Asetat dan Derivat berikatan
Silang Fosfat pada berbagai pH Smith PS. 1982. Starch Derivatives and
(tesis). Program Pascasarjana, Their Use in Foods. Di dalam : Food
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Carbohydrates. Lineback DR, Inglet
GE, editor. Wesport, Connecticut :
Guritno P, Darnoko D. 2003. Teknologi AVI Publ. Co. Inc.
Pemanfaatan Limbah Dari
Peremajaan Perkebunan Kelapa Swinkels JJM. 1985. Sources of Starch, its
Sawit. Seminar Nasional : Chemistry and Physics. Di dalam :
Mengantisipasi Regenerasi Pertama Starch Conversion Technology. Van
Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Beynum GMA, Roels A, editor. New
9 10 April 2003. Bali : max havelaar York : Marcel Dekker Inc.
indonesiafoundation.