No Preparation Veneer

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

MAKALAH KEDOKTERAN GIGI KLINIK LANJUT

NO PREPARATION VENEER

Disusun Oleh :

Ridha Rasyida Arif 021511133083


Mochamad Aldy Sudarminto 021511133084
Rifda Raysyifa Anindita 021511133085
Sekar Firdhea Rizkifa Soetanto 021 021511133086
Erika Setyowati 021511133087
Ghina Anjani Faizahrizqitha 021511133088
Ratri Karunia Puspita Arum 021511133089
Juan Gabriel 021511133090
Theresa Ardiyani Wijaya 021511133091
I Nyoman Dhana Sudiartha 021511133092
Indah Permatasari 021511133093
Primarinda Dwita Hapsari 021511133094
Ardhyana Dea Maharani 021511133095
Ratih Cahyaning Puri 021511133096
Yoshua Christian Michael 021511133097

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2018-2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

2.1 Definisi dan Sejarah No Preparation Veneer ........................................ 3

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi No Preparation Veneer.............................. 4

2.3 Kelebihan dan Kekurangan No Preparation Veneer .............................. 5

2.4 Alat dan Bahan No Preparation Veneer ................................................. 6

2.5 Metode dan Teknik No Preparation Veneer ........................................... 10

BAB 3 PENUTUP ......................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh diagnostik wax up pada model ...................................... 6

Gambar 2.2 Light cure ................................................................................... 7

Gambar 2.3 Sonde .......................................................................................... 7

Gambar 2.4 Microbrush ................................................................................. 7

Gambar 2.5 Dental floss ................................................................................. 8

Gambar 2.6 Bahan cetak alginat .................................................................... 8

Gambar 2.7 Semen untuk pasang coba .......................................................... 9

Gambar 2.8 Bahan etsa 37% phosphoric acid ................................................ 9

Gambar 2.9 Bahan semen adesif .................................................................... 9

Gambar 2.10 Vivaneer (produk veneer)......................................................... 10

Gambar 2.11 Aplikasi try on paste pada gigi ................................................. 12

Gambar 2.12 Aplikasi etsa pada gigi ............................................................. 12

Gambar 2.13 Aplikasi bahan adesif pada gigi ............................................... 13

Gambar 2.14 Penipisan bahan adesif dengan udara ....................................... 13

Gambar 2.15 Curing ...................................................................................... 13

Gambar 2.16 Pembersihan kelebihan semen ................................................. 14

Gambar 2.17 Penggunaan dental floss pada interproksimal veneer .............. 14


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penampilan wajah yang menarik, kerapian susunan gigi dan warna gigi yang
putih menjadi penting bagi sebagian besar orang, karena gigi merupakan suatu hal
yang sering terlihat dalam bingkai wajah dan senyum seseorang. Sekarang ini
pentingnya warna gigi tidak dapat diremehkan, karena warna gigi adalah salah
satu faktor yang paling signifikan mempengaruhi estetika wajah (Sharma et al.,
2010).
Perubahan warna gigi adalah salah satu masalah estetik yang paling sering
memotivasi pasien untuk melakukan perawatan pada giginya, terutama bila yang
mengalami perubahan warna adalah gigi depan. Hal ini merupakan suatu
permasalahan estetik yang ternyata memiliki dampak yang cukup besar terhadap
kondisi psikologis (ST Manuel et al., 2010). Gigi yang putih dan bersih akan
meningkatkan kepercayaan diri seseorang, alasan tersebut menjadi satu dari
berbagai faktor semakin meningkatnya keinginan dan kebutuhan pelayanan gigi,
terutama dalam bidang esthetic dentistry (Ibiyemi dan Taiwo, 2011).
Perkembangan ilmu di bidang kedokteran gigi telah menemukan teknik untuk
merestorasi kelainan atau kerusakan gigi khususnya berkaitan dengan estetik.
Salah satu tehnik untuk mengoreksi gigi yang tidak estetik yang memenuhi
prinsip ini adalah veneer. Preparasi yang minimal dengan tetap menjaga keutuhan
enamel merupakan hasil terbaik dalam kedokteran gigi estetik. Dalam kedokteran
gigi estetik, veneer porselen memberikan modalitas konservatif klinis utama.
Konsep no preparation atau preparasi minimal telah mengikuti perkembangan
prosedur ikatan enamel yang sesuai (Sony dan Vivek, 2015)
Makalah ini dibuat untuk mengetahui prosedur pengaplikasian no
preparation veneer dalam praktik ilmu kedokteran gigi.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud no preparation veneer dan bagaimana sejarahnya?

b. Apa indikasi dan kontra indikasi untuk no preparation veneer?

c. Apa kelebihan dan kekurangan no preparation veneer?

d. Apa alat dan bahan yang dibutuhkan pada prosedur no preparation

veneer?

e. Bagaimana metode dan teknik pada prosedur no preparation veneer?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui pengertian dan sejarah dari no preparation veneer

b. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi untuk no preparation veneer

c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan no preparation veneer

d. Mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan pada prosedur no

preparation veneer

e. Mengetahui metode dan teknik pada prosedur no preparation veneer


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Sejarah No Preparation Veneer

2.1.1 Definisi No Preparation Veneer

No preparation veneer adalah suatu tindakan pemasangan veneer porselen

ultrathin dengan cara dilekatkan pada permukaan labial dengan semen tetapi tidak

dilakukan preparasi gigi. No preparation veneers merupakan sebuah teknik atau

pendekatan yang konsisten dengan konsep tidak adanya kerusakan pada jaringan

gigi alami untuk meningkatkan estetik tanpa mengorbankan fungsi dari gigi. No

preparation veneers adalah teknik untuk menempatkan veneer pada gigi tanpa

persiapan struktur gigi yang mendasari. Sebelum melakukan No preparation

veneers harus dievaluasi terlebih dahulu tentang segi fungsional dan estetika

secara menyeluruh (Manuel et al, 2017).

2.2.2 Sejarah No Preparation Veneer

Selama bertahun-tahun, perawatan mahkota adalah satu-satunya bentuk

perawatan yang memprioritaskan estetika dan dapat diprediksi serta tahan lama.

Namun persiapan yang dilakukan untuk membuat mahkota konvensional

membutuhkan jaringan keras yang cukup besar untuk diasah. Menurut Smielak,

mahkota konvensional membutuhkan 63-72% dari total jaringan keras pada gigi.

Veneer memerlukan pengurangan jaringan keras 0-30% dari seluruh jaringan

keras pada gigi. Veneer hanya menutupi permukaan gigi yang terlihat secara

ekstra oral baik dari sisi labial dan sisi bukal (Smielak, Beata, 2015).

Perkembangan zaman membuat perawatan mahkota bukan satu-satunya

perawatan yang mengandalkan estetika. Perawatan lain yang memprioritaskan


estetika adalah implant dan juga veneer. Diawali dengan kemajuan sistem ikatan

untuk enamel dan dentin, pengenalan teknik total-etch dan pengembangan lebih

lanjut dari bahan komposit menyebabkan kemajuan yang cukup besar dalam

bidang konservatif, salah satunya adalah dalam bidang veneer. Upaya pertama

yang dilakukan dalam bidang veneer adalah mengembangkan veneer komposit.

Veneer komposit memiliki kekurangan pada klinis jangka panjang yaitu rentan

terhadap perubahan warna, abrasi dan terlepas pada bagian pinggir (Peumans et

al, 1997). Veneer porselen dikenalkan pada dekade berikutnya. Dr. Charles Pincus

mengembangkan veneer porselen untuk kebutuhan industri film pada tahun 1938.

Veneer pada tahun 1938 hanya bisa dipakai sementara karena tidak ada sistem

ikatan yang cocok. Beberapa tahun kemudian, saat Horn memperkenalkan sistem

yang melibatkan pengetsaan keramik dengan asam fluorida, Simonsen dan

Calama mengombinasikan pengetsaan email dan dentin serta memodifikasi

komposit pengikat, sehingga memungkinkan untuk mencapai efek klinis jangka

panjang pada veneer komposit (Simonsen dan Calama, 1983 ; Horn, 1983).

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi No Preparation Veneer

2.2.1 Indikasi Penggunaan No Preparation Veneer (Strassler, 2007)

a. Perubahan warna minor pada gigi

b. Menutupi kebocoran restorasi kelas III, IV dan V

c. Menutupi diastema

d. Gigi yang retak atau patah

e. Kelainan gigi seperti peg shaped dan mikrodonsia

f. Gigi anterior yang mengalami rotasi minor dan pergeseran lengkung

gigi
g. Recountouring gigi

2.2.2 Kontraindikasi No Preparation Veneer

a. Perubahan warna mayor pada gigi

b. Gigi protrusi dan berdesakan

c. Kerusakan yang besar dari kelas IV

d. Diastema besar

e. Pasien dengan kondisi bruxism

2.3 Kelebihan dan Kekurangan No Preparation Veneer

2.3.1 Kelebihan No Preparation Veneer (Prasant, Sivankutty dan

Harshakumar, 2017)

a. Dapat ditempatkan pada gigi tanpa / minimum pengurangan enamel. Tidak

diperlukan anestesi lokal. Siapa pun yang takut jarum atau memiliki

ambang batas nyeri yang rendah akan menyukai keuntungan ini.

b. Preparasi minimum sehingga perlekatan keramik langsung ke gigi,

membuat ikatan sangat kuat dan tahan lama.

c. Merupakan tindakan yang reversibel, sehingga dapat diganti dengan

veneer / mahkota konvensional kapan saja.

d. Biaya biasanya lebih murah daripada veneer tradisional.

2.3.2 Kekurangan No Preparation Veneer (Prasant, Sivankutty dan

Harshakumar, 2017)

a. Karena hanya ada sedikit atau tidak ada gigi yang dipreparasi, benjolan

kecil kemungkinan akan tumbuh di antara veneer dan gusi. Hal ini tidak

terjadi ketika veneer konvensional digunakan. Benjolan dapat


menyebabkan iritasi pada gusi, dan dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya pewarnaan dan kerusakan gigi

b. Tidak bisa mencapai bentuk yang diinginkan hanya dengan penambahan

keramik karena preparasi gigi minimal

c. Lapisan veneer minimum / tanpa preparasi tidak dapat menutupi

perubahan warna lebih dari dua nada di atas skala

d. Tidak dapat dilakukan pada gigi yang secara struktural tidak utuh

e. Tidak dapat dilakukan pada gigi dengan karies besar

f. Gingiva harus sehat. Pendarahan dari gingiva akan mengganggu

mekanisme perlekatan.

2.4 Alat dan Bahan No Preparation Veneer

2.4.1 Alat
Berikut adalah alat-alat yang biasa diperlukan dalam prosedur no preparation
veneer (Pini, 2012):

a. Diagnostik wax up/mock up


Digunakan untuk menunjukkan gambaran hasil perawatan baik untuk
pasien maupun dokter gigi sendiri.

Gambar 2.1 Contoh diagnostik wax up pada model (Pini, 2012)


b. Light cure
Digunakan untuk aktivasi bahan adesif saat sementasi veneer

Gambar 2.2 Light cure (DeAndrade, 2010)

c. Sonde
Instrumen ini digunakan untuk mengambil kelebihan semen saat prosedur
sementasi

Gambar 2.3 Sonde (DeAndrade, 2010)

d. Microbrush
Digunakan untuk aplikasi bahan adesif pada gigi

Gambar 2.4 Microbrush (DeAndrade, 2010)


e. Dental floss
Dental floss dapat digunakan pada tahap akhir untuk memeriksa daerah
interproksimal hasil veneer

Gambar 2.5 Dental floss (McLaren, 2010)

2.4.2 Bahan

Berikut adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam prosedur no


preparation veneer (McLaren, 2010) :

a. Bahan cetak alginat


Bahan cetak berupa alginat diperlukan untuk membuat model studi guna
berbagai keperluan seperti diagnosa dan untuk wax up.

Gambar 2.6 Bahan cetak alginat (McLaren, 2010)


b. Semen untuk pasang coba

Gambar 2.7 Semen untuk pasang coba (Dimatteo, 2009)

c. Bahan etsa pada gigi untuk prosedur sementasi

Gambar 2.8 Bahan etsa 37% phosphoric acid (Dimatteo, 2009)

d. Bahan semen adesif untuk sementasi permanen veneer pada gigi

Gambar 2.9 Bahan semen adesif (Dimatteo, 2009)


e. Bahan produk veneer
Bahan untuk veneer bisa berasal dari komposit maupun porselen. Beberapa
contoh produk veneer yang digunakan tanpa preparasi yaitu (Dimatteo,
2009):
1. Lumineers oleh Cerin
2. Vivaneer
3. DURAthin Veneers
4. daVinci Veneers
5. Veneers MAC (Micro Advanced Cosmetic Division Veneers)
6. IPS e.max Tekan lithium disilicate veneer

Gambar 2.10 Vivaneer (produk veneer) (Dimatteo, 2009)

2.5 Metode dan Teknik No Preparation Veneer

Dalam melakukan no preparation veneer, biasanya dibutuhkan tiga kali


kunjungan dari pasien. Ketiga kunjungan tersebut meliputi diagnosis, rencana
perawatan, mencetak, dan sementasi (Gurel, 2007).

a. Kunjungan pertama

Pada kunjungan pertama dokter gigi melakukan diagnosis dan rencana


perawatan. Pada tahapan diagnosis dan rencana perawatan, sebelum
menyarankan opsi perawatan kepada pasien, dokter gigi harus melakukan
pemeriksaan yang lengkap. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dievaluasi
yaitu (Hedge, 2008):
1. Ekspektasi dan keinginan pasien
2. Kondisi jaringan periodontal
3. Kondisi radiografi
4. Model studi
5. Letak midline pasien
6. Posisi dan ketebalan bibir
7. Posisi incisal edge
8. Oklusi
9. Warna gigi

Hal-hal tersebut dapat memberikan dokter gigi dan juga pasien tentang
gambaran dari perawatan. Setelah dokter gigi melakukan analisis senyum dari
pasien dan menentukan letak serta bentuk yang ideal dari gigi setelah
perawatan, kemudian dokter gigi dapat mulai menentukan jenis veneer yang
paling cocok sesuai kondisi dan keinginan pasien (Hedge, 2008).

b. Kunjungan kedua
Pada kunjungan kedua tidak perlu dilakukan preparasi atau pengurangan gigi,
oleh karena itu tidak diperlukan anestesi dan restorasi sementara. Tebal veener
yang dapat dibuat pada teknik ini adalah 0.2-0.7 mm. Selanjutnya dilakukan
pencetakan, bahan cetak yang dipilih berpengaruh dalam pembuatan veneer
yang baik. Pada teknik ini juga tidak diperlukan penggunaan cord dalam
pencetakan (Gurel, 2007).

c. Kunjungan ketiga
Pada kunjungan ketiga tahapan yang dilakukan adalah bonding. Membaca
aturan pabrik sangat penting dalam melakukan sementasi veneer. Berikut
adalah hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan pada kunjungan ketiga
(Thomsen, 2006):
 Perbesaran
Penggunaan alat pembesaran dengan kekuatan 4-power dianjurkan dalam
pemasangan veneer
 Pesiapan veneer
Veneer pertama-tama diberi porcelain conditioner selama 30 detik lalu
dibilas dan dikeringkan kemudian aplikasikan primer selama 30 detik
kemudian ditipiskan

 Pasang coba veneer

Gambar 2.11 Aplikasi try on paste pada gigi (Gurel, 2007)

Tahap ini perlu dilakukan untuk memastikan kepuasaan pasien, veneer


bisa dicoba dipasang dengan menggunakan air atau try on paste. Beberapa
merk resin semen veneer memiliki gel untuk pasang coba yang memiliki
warna yang sesuai dengan semennya. Apabila warna bahan untuk pasang
coba sudah sesuai, maka resin transparan bisa digunakan untuk sementasi
final. Namun, apabila warna masih perlu untuk dimodifikasi maka dapat
digunakan chemical cured resin. Selanjutnya apabila pasien sudah
menyetujui hasilnya, maka resin dihilangkan dan veneer dibersihkan
dengan aseton atau air. Namun, tidak perlu dilakukan apapun pada bagian
dalam dari veneer (McLearn, 2006).

 Persiapan permukaan gigi

Gambar 2.12 Aplikasi etsa pada gigi (Gurel, 2007)


Gambar 2.13 Aplikasi bahan adesif pada gigi (Gurel, 2007)

Gambar 2.14 Penipisan bahan adesif dengan udara (Gurel, 2007)

Permukaan gigi pertama-tama dipoles dengan polishing paste kemudian


dietsa 20 detik. Setelah itu aplikasikan bahan adesif dengan microbrush
dan kemudian diberi udara untuk menipiskan bahan (McLearn, 2006).

 Bonding veneer

Gambar 2.15 Curing (Gurel, 2007)


Gambar 2.16 Pembersihan kelebihan semen (Gurel, 2007)

Pada tahapan ini perlu dilakuakan pemilihan warna resin semen yang
sesuai. Kemudian saat melakukan bonding, pastian veneer berada di posisi
yang benar. Terakhir, hilangkan kelebihan semen dengan explorer di
sekitar veneer dan lakukan curing beberapa detik. Ulangi pembersihan
kelebihan semen dan curing beberapa kali (Javaheri, 2007).

 Penyempurnaan

Gambar 2.17 Penggunaan dental floss pada interproksimal veneer (Gurel, 2007)

Pastikan seluruh kelebihan semen tidak ada. Permukaan interproksimal


juga di cek kekasarannya menggunakan dental floss (Javaheri, 2007).
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

No preparation veneer merupakan pilihan perawatan yang sangat baik untuk

situasi di mana elemen gigi dalam keadaan sehat dan dapat dimodifikasi dengan

penambahkan bahan veneer, serta pasien tidak ingin memiliki gigi yang aus akibat

preparasi dan ingin mendapatkan estetika yang baik. Keberhasilan perawatan

tergantung pada kerjasama antara pasien, dokter, dan teknisi gigi.


DAFTAR PUSTAKA

DeAndrade O.S., G.A.Borges, A.Stefani, F.Fujiy, and P.Battistella, “A step-by-


step ultraconservative esthetic rehabilita-tion using lithium disilicate
ceramic,” in Quintessence of Dental Technology ,vol.33,pp.114–131,2010
Dimatteo A. M., “Prep vs no prep: the evolution of veneers,” Inside Dentistry,
vol.5,no.6,pp.72–79,2009.
Gurel G. Porcelain laminate veneers: minimal tooth preparation by design. Dent
Clin North Am 2007;51(2):419-31, ix.
Hedge TK. Minimal prep veneers: a conservative alternative. Pract Proced
Aesthet Dent. 2008;20(8):475-7.
Horn RH. Porcelain laminate veneers bonded to etched enamel. Dent Clin of

North Am. 1983;27:671-84.

Ibiyemi, O., Taiwo, J.O., 2011. Psychosocial Aspect of Anterior Tooth


Discoloration Among Adolescents in Igbo-Ora, Southwestern
Nigeria.Ann. Ib. Postgrad. Med. 9, 94–99.
Javaheri D. Considerations for planning esthetic treatment with veneers involving
no or minimal preparation. J Am Dent Assoc 2007;138(3):331-
Manuel S. Thomas, Swat Pralhad, Alok Kumar Basaiwal. 2017. Minimally

invasive Indirect Veneers. The New York State Dental Journal, 32-36.

Manuel ST, Abhisek P, Kundala M. 2010. Etiology of tooth discoloration-a


review. India: Department of Concervative Dentristry and Endodontics.
McLaren E. A. and Y. Y. Whiteman, “Ceramics: rationale for material selection,”
Compendium of Continuing Education in Dentistry ,vol.31,no.9,pp.666–
668,670,672,680,700,2010.
McLearn EA.Porcelain veneer preparations: to prep or not to prep. Inside
Dentistry May 2006:76-79.
Peumans M, Van Meerbeek B, Lambrechts P, et al. The five-year clinical

performance of direct composite additions to correct tooth form and

position. Part I: aesthethic qualities. Clin Oral Invest. 1997;1:19-26.


Pini N. P., F. H. B. Aguiar, D. A. N. Leite Lima, J. R. Lovadino, R.S. Suga
Terada, and R. C. Pascotto, “Advances in dental veneers:materials,
applications, and techniques,” Clinical, Cosmetic and Investigational
Dentistry,vol.4,no.10,pp.9–16,2012.
Prasant V, Sivankutty S dan Harshakumar.2017. Minimum Preperation Porcelain
Laminate Veneers- A Clinical Report . IOSR Journal of Dental and
Medical Sciences (IOSR-JDMS) e-ISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-
0861.Volume 16, Issue 4 Ver. V (April. 2017), PP 114-117 Report.
International Journal of Applied Dental Sciences; 1(4): 98-100
Sharma, K.K., Saikia, R., Kotoky, J., Kalita, J.C. & Devi, R., 2011, Antifungal
Activity of Solanum melongena L., Lawsonia inermis L., Justicia gendarussa
B. against Dermatophytes, International Journal of Pharmtech Research, 3
(3), 1635-1640.
Simonsen RJ, Calamia JR. Tensile bond strength of etch porcelain. J Dent Res.

1983;62:297 Abstract 1154.

Smielak, Beata. 2015. No Preparation and Minimally Invasive Veneers In Clinical


Practice. Part 1. Smile Dental Journal. Vol 10. Issue 1, pp 12-15
Soni R dan Vivek R. 2015. Esthetic rehabilitation by porcelain laminates - A case

Strassler HE. Minimally invasive porcelain veneers: indications for a conservative

esthetic dentistry treatment modality. Gen Dent 2007;55(7):686-94.

Thomsen N. Teeth veneer do more than just whiten and reshape teeth. J of
national madical association August 2006 98(8):1379.

You might also like