Uji Bebas Alkohol

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

P a g e | 227

Jurnal Info Kesehatan


Vo 15, No.1, Juni 2017, pp. 227-239
P-ISSN 0216-504X, E-ISSN 2620-536X
Journal homepage: http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes

Antibacterial Activity Test of Ethanol Extract of Faloak Tree Skin (Sterculia sp.) On
Staphylococcus Aureus Bacteria

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Pohon Faloak (Sterculia sp.) Terhadap
Bakteri Staphylococcus Aureus
1a
Priska Ernestina Tenda, 1bMaria Yangsye Lenggu, 1cMarini Sriyuni Ngale

1
Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Kupang

a
Email: [email protected]
b
Email: [email protected]
c
Email: [email protected]

HIGHLIGTS
• The purpose of this research is to know the antibacterial activity of ethanol extract of faloak bark (Sterculia
sp.) On the growth of Staphylococcus aureus bacteria.

ARTICLE INFO: ABSTARCT/ABSTRAK


Artikel Histori: Faloak is a medicinal plant that grows in extreme conditions in the East
Nusa Tenggara region. Faloak has benefits for herbal treatment where in
Received date: February 04th, 2017
the content of saponin compounds, steroids and triterpenoids,
Revised date: February 18th, 2017
flavonoids and alkaloids found in the bark of the faloak tree serves for
Accepted date: June 27th, 2017
the treatment of various diseases caused by bacteria. The purpose of this
Keywords: research is to know the antibacterial activity of ethanol extract of faloak
Ethanol Extract of Faloak Tree Leather bark (Sterculia sp.) On the growth of Staphylococcus aureus bacteria.
Antibacterial Activity Determination of antibacterial activity by diffusion method using
Diffusion Method cylinder, and see the existence of clear zone around cylinder. The results
showed that the concentration of 22.5% w / v; 45% w / v; 75% w / v and
100% w / v were able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus
bacteria with mean inhibitory zone diameter of 1.33 cm, 1.66 cm, 1.90
cm, 2.13 cm, the concentration of the inhibitory zone is greater so that
the effective concentration inhibiting the growth of Staphylococcus
aureus bacteria is 100% w / v.

Kata Kunci: Faloak merupakan tumbuhan obat yang tumbuh pada kondisi ekstrim di
wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Faloak mempunyai manfaat untuk
Ekstrak Etanol Kulit Pohon Faloak
pengobatan herbal dimana pada kandungan senyawa saponin, steroid
Aktivitas Antibakteri
dan triterpenoid, flavonoid dan alkaloida yang terdapat pada kulit pohon
Metode Difusi
faloak berfungsi untuk pengobatan berbagai penyakit yang disebabkan
oleh bakteri. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya aktivitas
antibakteri ekstrak etanol kulit pohon faloak (Sterculia sp.) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penentuan aktivitas
antibaketri dengan metode difusi menggunakan silinder, dan melihat
adanya zona bening disekitar silinder. Hasil analisis menunjukkan bahwa
konsentrasi 22,5% b/v; 45% b/v; 75% b/v dan 100% b/v mampu
P a g e | 228

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan


diameter rata- rata zona hambat berturut- turut sebesar 1,33 cm, 1,66
cm, 1,90 cm, 2,13 cm, semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat
makin besar sehingga konsentrasi efektif mengambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus adalah 100% b/v.

Copyright©2017 Jurnal Info Kesehatan


All rights reserved
Corresponding Author:
Priska Ernestina Tenda
Dosen Farmasi, Poltekkes Kemenkes Kupang
Jalan Farmasi, Kupang, Nusa Tenggara Timur- 85111
Email: [email protected]
P a g e | 229

PENDAHULUAN yang terdapat pada kulit pohon faloak


berufungsi untuk pengobatan berbagai
Sejak zaman dahulu masyarakat
penyakit yangdisebabkan oleh bakteri
Indonesia mengenal dan memanfaatkan
seperti, tifus (demam tifoid), reumatik,
tanaman obat yang dipercaya
tekanan darah, dan gangguan fungsi hati
mempunyai khasiat dalam
/ liver (Ranta, 2011).
penanggulangan masalah kesehatan
yang dihadapi. Pengetahuan tentang Pada pengujian senyawa-
pemanfaatan tanaman ini merupakan senyawa yang terdapat dalam ekstrak
warisanbudaya berdasarkan kulit pohon faloak digunakan sebagai
pengalaman, pengetahuan, dan antimikroba adalah senyawa saponin dan
ketrampilan yang secara turun temurun flavonoid. Saponin itu sendiri bekerja
telah diwariskan oleh generasi sebagai antibakteri dengan mengganggu
berikutnya termasuk generasi saat ini stabilitas membran sel bakteri sehingga
(Wijayakusuma, 2000). menyebabkan sel bakterilisis.
Sedangkan Flavonoid bekerja
Gaya hidup kembali ke alam
menghambat pertumbuhan bakteri
(back to nature) yang menjadi tren saat
sehingga menyebabkan terjadinya
ini membawa masyarakat kembali bahan
kerusakan permeabilitas dinding sel
alam, termasuk pengobatan dengan
bakteri (Darsana, et al., 2012).Didukung
tumbuhan berkhasiat obat (herbal).
pula Penelitian oleh Sengga (2013),
Selain ekonomis, efek samping ramuan
terdapat daya hambat ekstrak kulit
herbal sangat kecil, oleh karena itu
batang pohon faloak konsentrasi 100%
penggunaan obat herbal alami dengan
b/v terhadap bakteri Escherichia coli.
formulasi yang tepat lebih aman dan
efektif (Wijayakusuma, 2000). Pengkajian komponen zat
ekstraktif yang terkandung dalam pohon
Faloak merupakan tumbuhan
faloak seperti kayu, biji, daun kulit, dan
obat yang dapat tumbuh pada kondisi
pemanfaatannya sebagai tumbuhan obat
ekstrim di wilayah Nusa Tenggara Timur
sampai dengan saat ini belum dilaporkan
(NTT). Masyarakat memanfaatkan kulit
penggunaan secara empiris. Berdasarkan
faloak untuk berbagai keperluan
hal tersebut, maka perlu dilakukan
pengobatan herbal dimana pada
penelitian untuk mengidentifikasi zat
kandungan senyawa saponin, steroid dan
ekstraktif yang terdapat dalam faloak
triterpenoid, flavonoid dan alkaloida
P a g e | 230

dan khasiatnya bagi kesehatan ekstrak kulit faloak terhadap bakteri


khususnya zat antimokroba. Perbedaan Staphylococcus aureus. Variabel
komposisi dan strukutur sel bakteri pengganggu dalam penelitian ini adalah
Gram-negatif dan bakteri Gram- positif umur tanaman.
dimana perbedaan- perbedaan yang
Definisi Operasional
nyata dalam komposisi dan struktur
dinding sel yang menyebabkan kedua 1. Ekstrak etanol adalah ekstrak kental
kelompok bakteri ini memberi respon yang diperoleh dengan cara maserasi
terhadap perlakuan dan bahan seperti selama 5 hari menggunakan pelarut
pada pewarnaan gram dan antibiotik etanol 70%.
(Pelczar dan Chan, 1986). 2. Kulit pohon faloak adalah bagian
dari tanaman faloak yang diambil
Mengingat dari penelitian
kulit pohon yang sudah tua.
diatas menggunakan subyek penelitian
3. Aktivitas antibakteri adalah
bakteri Gram-negatif (Escherichia coli),
kemampuan ekstrak kulit pohon
mendorong penulis untuk menggunakan
faloak dalam
subyek penelitian Gram-positif dengan
menghambat pertumbuhan bakteri
judul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Staphylococcus aureus yang
Etanol Kulit Pohon Faloak (Sterculia Sp)
dianalisismenggunakan metode
terhadap Bakteri Staphylococcus
difusi diukur dengan diameter zona
aureus”.
bening yang terbentuk disekitar
METODE PENELITIAN silinder.

Penelitian adalah penelitian Alat dan Bahan


eksperimen. Subyek penelitian adalah
Alat
bakteri Staphylococcus aureus ATCC
6538. Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian antara lain, autoclave, batang
Variabel Penelitian
pengaduk, beaker glass 50 mL dan 100
Variabel bebas dalam penelitian mL, bejana maserasi, botol coklat steril,
ini adalah konsentrasi ekstrak kulit cawan petri, cawan porselin, colony
faloak 22,5% b/v; 45% b/v; 75% b/v dan counter, disposable steril 5 mL, gelas
100% b/v.Variabel terikat dalam ukur 25 mL dan 100 mL, hot plate,
penelitian ini adalah aktivitas antibakteri watebath, incubator, kain Jangka sorong,
P a g e | 231

kassa steril, kapas, karet hisap, labu ditambahkan 750 mL etanol 70%
erlemeyer 250 mL, labu ukur 5 mL & 10 kemudian ditutup. Campuran tersebut
mL, laminar Air Flow, lampu bunsen, kemudian diserkai. Ampas dicuci
silinder, pinset, pipet ukur 0,1 dan 0,5 dengan etanol 70% secukupnya
mL, pipet volume 1 ml, 5 mL, dan 10 hingga memperoleh 1000 mL
mL, tabung reaksi. maserat. Pindahkan dalam bejana
penutup dan dibiarkan di tempat yang
Bahan
sejuk terlindung dari cahaya selama 2
Aquadest, alkohol 70%, aquadest steril, hari, kemudian dienaptuang. Maserat
bakteri Staphylococcus aureus, ekstrak diuapkan dengan alat rotavapor pada
etanol kulit pohon faloak, media BPA, suhu 68°C kemudian dipekatkan lagi
media Brain heart Infusion Broth menggunakan waterbath.
(BHIB), media Pepton Dilution Fluid
e. Uji bebas etanol
(PDF), media Plate Count Agar (PCA).
Pengujian bebas etanol
Prosedur Penelitian dilakukan dengan cara dimasukkan
sampel ke dalam tabung reaksi,
a. Persiapan alat dan bahan
tambahkan asam asetat dan asam
Sebelum dilakukan percobaan,
sulfat kemudian dipanaskan. Ekstrak
terlebih dahulu alat dan bahan
dikatakan bebas etanol bila tidak ada
disterilkan.
bau ester yang khas dari etanol.
b. Pengambilan sampel
f. Identifikasi kualitatif ekstrak
Kulit faloak diambil dari pohon
etanol
faloak yang sudah tua kemudian
1. Identifikasi flavonoid
dicuci lalu dikeringkan, setelah kering
Ekstrak kental 0,1 g dilarutkan
kulit faloak dirajang lalu dihaluskan
dalam 10 mL etanol kemudian
dengan cara ditumbuk sampai halus.
dibagi kedalam empat tabung
c. Pembuatan ekstrak etanol kulit reaksi. Tabung pertama digunakan
d. Pembuatan ekstrak etanol sebagai tabung kontrol, tabung
simplisia kulit batang faloak kedua, ketiga, dan keempat
sebagai berikut: berturut-turut ditambahkan NaOH,
Sebanyak 100 g serbuk simplisia H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-HCl
dimasukkan ke dalam bejana tertutup, pekat. Warna pada masing-masing
P a g e | 232

tabung dibandingkan dengan pada larutan ditandai dengan


tabung kontrol, jika terjadi terbentuknya busa/buih (Gafur et,
perubahan warna maka posotif al, 2013).
mengandung flavonoid (Gafur
4. 4. Identifikasi steroid
dkk, 2013).
Sebanyak 0,1 g ekstrak
2. Identifkasi alkaloid ditambahkan 2 mL, kloroform
Sebanyak 0,1 g ekstrak kemudian ditambah lagi 5 tetes
dilarutkan dengan 10 mL H2SO4 6 M. Uji positif adanya
kloroform amoniakal dan hasilnya steroid pada larutan dengan
dibagi dalam dua tabung. Tabung perubahan warna larutan menjadi
pertama ditambahkan dengan cokelat (Gafur dkk, 2013).
H2SO4 2N. Lapisan asam
5. 5. Identifikasi terpenoid
dipisahkan, dibagi dalam 2 tabung
Ekstrak kental ditimbang
reaksi dan masing-masing tabung
sebanyak 1 g kemudian
dilakukan pengujian dengan
ditambahkan 20 mL etanol, 2 mL
menggunakan pereaksi
kloroform, dan 3 mL H2SO4 pekat.
Mayer dan Wagner.Tabung Uji positif adanya terpenoid
kedua dilakukan pengujian dengan ditandai dengan perubahan warna
menggunakan pereaksi Hager.Jika larutan menjadi merah (Gafur
terbentuk endapan maka sampel et,al, 2013).
tersebut positif mengandung
g. Pembuatan kultur bakteri
alkaloid (Gafur et, al, 2013).
Staphylococcusaureus
3. 3. Identifikasi saponin Dikeluarkan 1 beads bakteri
Ekstrak ditimbang sebanyak Staphylococcus aureus ATCC
0,1 g dilarutkan dengan air panas 6538 darikultur induk, kemudian
sebanyak 15 mL kemudian dimasukan dalam 10 mL media
dipanaskan selama 5 menit. BHIB. Diinkubasi pada suhu 37
Selanjutnya disaring dan filtratnya 0C selama 24 jam. Isolasi 1 ose
diambil sebanyak 10 mL dan biakan dari media BHIB ke media
dimasukkan kedalam tabung BPA dengan cara digores,
reaksi, larutan kemudian dikocok- kemudian diinkubasi pada suhu 37
kocok. Uji positif adanya saponin 0C selama 24-48 jam. Dilakukan
P a g e | 233

pengamatan terhadap koloni yang pada Colony counter, maka


tumbuh dengan ciri koloni pengenceran supensi bakteri
berwarna kuning keemasan, Staphylococcus aureus pada
struktur dinding sel tebal, bentuk media PDFyang diambil untuk
sel batang atau lagmen, dinding uji aktivitas antibakteri adalah
selnya mengandung lipid yang pengenceran bakteri
lebih normal, dan mengandung Staphylococcusaureus yang
asam terkuat. menunjukkan
pertumbuhankoloni ± 1.000.000
h. Penetapan bakteri Staphylococcus
sel/mL sebagai standar.
aureus
2. Untuk mengetahui sterilitas dari
Biakan dari media BIHB yang
media dan pengencer, tuang 15
telah diinkubasi pada suhu 370C
mL media PCA ke dalam cawan
selama 24 jam dipipet 1 mL kemudian
petri dibuat duplo (sebagai
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kontrol media) dan pipet 1 mL
yang berisi 9 mL (pengenceran 10-1).
media PDF ditambahkan 15 ml
Dari pengenceran 10-1 dipipet mL
media PCA, masukkan kedalam
kedalam tabung reaksi yang berisi 9
cawan petri dibuat duplo (sebagai
mL media PDF (pengenceran 10-2)
kontrol pengencer). Setelah
dan seterusnya hingga diperoleh
media memadat diinkubasi pada
pengenceran 10-9. Dari masing-
suhu 370C selama 24-48 jam dan
masing pengenceran dipipet 1 mL ke
kemudian diamati.
dalam cawan petri dan dibuat duplo.
i. Uji aktivitas antibakteri
1. Masukan 15 mL media PCA ke kulit batang pohon faloak
dalam masing- masing cawan terhadap bakteri Staphylococcus
petri yang telah berisi supensi aureus
bakteri Staphylococcusaureus, 1. Dibuat larutan sampel dengan
kemudian diinkubasi pada konsentrasi 22,5% b/v; 45% b/v;
suhu370C selama 24-48 jam. 75% b/v dan 100% b/v Dibuat 40
Setelah 24-48 jam, dipilih cawan mL media PCA sebagai base
dengan koloni ± 1.000.000 layer untuk 3 cawan petri
sel/mL dan koloni berwarna masing-masing 10 mL, dibiarkan
putih. Setelah perhitungan koloni memadat. 3 cawan petri untuk
P a g e | 234

pengujian dan 1 cawan petri sampel dapat berdiusi ke dalam


sebagai kontrol media. Dibuat 80 media.
mL media PCA sebagai seed 5. Diinkubasi pada suhu 370C
layer untuk 4 cawan petri selama 24 jam. Setalah 24 jam,
masing- masing 20 mL. Tiga silinder diangkat lalu diamati
cawan petri untuk pengujian dan zona hambatan atau daerah
1 cawan petri sebagai kontrol bening disekitar silinder yang
media. terbentuk dan dengan
2. Masukan 1% inokulium dengan menggunakan jangka sorong.
jumlah koloni ± 1.000.000 Teknik Pengumpulan Data dan
sel/mL dari hasil pengenceran ke Analisis Data
dalam seed layer, dicampur
Teknik pengumpulan data
dengan cara dikocok hingga
homogen. Pengumpulan data dilakukan
3. Pipet 20 mL media PCA sebagai dengan cara mengumpulkan data hasil
seed layer yang telah berisi pengukuran diameter zona hambatan
supensi bakteri Staphylococcus ekstrak kulit faloak terhadap bakteri
aureus, dimasukkankedalam 3 Staphylococcus aureus yang ditandai
cawan petri yang telah berisi dengan adanya zona hambatan berupa
media PCA sebagai base layer, lingkaran bening disekitar silinder
dibiarkan memadat. pada setiap perlakuan.
4. Disiapkan 5 silinder, 4 silinder
Analisis data
untuk larutan sampel ekstrak
kulit faloak dan 1 silinder diisi Data yang diperoleh
dengan aquadest steril sebagai selanjutnya dianalisis dengan analisis
kontrol negatif. Pipet 0,1 mL Sidik Ragam (ANOVA) menurut
sampel ekstrak kulit faloak dari Rancangan Acak Lengkap untuk
masing- masing konsentrasi memperlihatkan pengaruh dari
dimasukkan dalam silinder. perlakuan yang diujikan, apabila
Dimasukkan juga aquadest steril menunjukkan perbedaanyang nyata p
ke dalam pecadang sebagai value> α = 0,05 dilanjutkan dengan uji
kontrol negatif. Cawan petri LSD dan SNK.
dibiarkan selama 60 menit agar
P a g e | 235

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 16,51 ram dengan presentase rendesman


sebesar 16,51 %. Kemudian dilakukan
Penelitian untuk mengetahui aktivitas
uji bebas etanol pada ekstrak kental yang
antibakteri dari ekstrak kulit pohon
diperoleh hingga tidak tercium bau etil
faloak terhadap pertumbuhan bakteri
asetat, dan dibuat konsentrasi 22,5% b/v;
Staphylococcus aureus. Penelitian
45% b/v; 75% b/v dan 100% b/vuntuk
dilakukan dilaboratorium Jurusan
melakukan uji aktivitas antibakteri
Farmasi pada bulan Juli 2016.Penelitian
dalam menghambat pertumbuhan
ini dilakukan dengan beberapa tahap.
bakteriStaphylococcus aureus.
1. Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit
2. Identifikasi Kualitatif Ekstrak
Pohon Faloak
Etanol
Sampel diambil dari pohon
Sebelum dilakukan uj iaktivitas
yang sudah tua dan berdiameter minimal
antibakteri ekstrak etanol kulit pohon
30 cm. Kemudian dicuci lalu
faloak terlebih dahulu dilakukan uji
dikeringkan, setelah kering sampel
identifikasi zat aktif yang terkandung
dirajang lalu dihaluskan dengan cara
dalam simplisia, berdasarkan pengujian
ditumbuk sampai halus kemudian
yang dilakukan menunjukkan bahwa
diekstraksi menggunakan metode
ektrak etanol kulit pohon faloak terdapat
maserasi dengan cairan penyari etanol
kandungan senyawa didalamnya dan
70%. Hasil ekstraksi yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel 1.
kemudian diuapkan diatas waterbath
hingga diperoleh ektrak kental sebanyak

Tabel 1. Hasil Identifikasi Kualitatif Esktrak Etanol Kulit Pohon FaloakKulit Pohon
Faloak(Sterculiasp.)

No Senyawa Pereaksi Perubahan dengan Pereaksi Hasil

1 Flavonoid Mg-HCl - -

H2SO4 p Cokelat – Cokelat kehitaman +

NaOH Cokelat – Hitam kecokelatan

2 Alkaloid Mayer Endapan cokelat +


P a g e | 236

Wagner Endapan cokelat +

Hager Endapan cokelat +

3 Steroid Uji Cokelat – cokelat +

Salkowski’s

4 Terpenoid 0,1 g + 2 mL Tidak terjadi perubahan warna +

etanol + 2 mL

CHCl3 + 3

ml H2SO4

5 Saponin Aquades Terbentuk busa +

(Sumber: Data Primer Penelitian, 2016)

3. asil Uji Aktivitas Antibakteri pohon faloak dilakukan


Ekstrak Etanol Kulit Pohon pembuatan suspensi bakteriStaphyloccus
Faloak Terhadap Bakteri aureus dengan tujuanuntuk melihat pada
Staphylococcus aureus pengenceran berapa yang menunjukkan
Penelitian ini dilakukan dengan jumlah koloni bakteri ± 1.000.000
3 tahap yaitu pembuatan kultur bakteri sel/mL dilakukan dari pengenceran (10-
1
Staphyloccus aureus standar dan ) dipipet 1 mL ke dalam 9 mL media
ujiaktivitas antibakteri ekstrak etanol PDF dan seterusnya hingga diperoleh
kulit pohon faloak terhadap pengenceran (10-9). Hasil pengenceran
pertumbuhan Staphyloccus aureus. yang didapat pada pengenceran (10-6)
Media yang digunakan adalah media terdapat pertumbuhan kolono bakteri ±
BHIB (Brain Heart Infusion Broth), 1.000.000 sel/mL.Selanjutnya dibuat
BPA (Braid Parker Agar). kontrol media untuk mengetahui media
yang digunakan masih murni atau sudah
Bakteri Staphyloccus aureus
tercemar oleh mikroba atau jamur.
yang digunakan adalah baketri strain
murni ATCC 6538 koleksi BPOM Uji aktivitas antibakteri
kupang yang telah diremajakan dan dilakukan dengan menggunakan
diperkaya pada media Nutrient Agar metode silinder, dengan cara meletakkan
Miring. Sebelum dilakukan uji aktivitas silinder yang terbuat dari alluminium di
antibakteri ekstrak etanol kulit atas media agar yang telah diinokulasi
P a g e | 237

bakteri. Tiap silinder ditempatkan adanya zona bening disekitar silinder.


sedemikian rupa sehingga berdiri diatas Zona bening tersebut kemudian diukur
media agar, kemudian silinder diisi diameternya menggunakan jangka
dengan larutan yang akan diuji dan sorong. Hasil pengukuran dapat dilihat
diinkubasi selama 24 jam dan terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Kulit


Pohon Faloak Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.

Replikasi
Perlakuan Jumlah Rata- rata
I 2 3

kontrol (-) 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm 0 cm
25% 0,9 cm 1,30 cm 1,80 cm 4 cm 1,33 cm
50% 1,30 cm 1,60 cm 2,10 cm 5 1,66 cm

75% 1,52 cm 1,90 cm 2,30 cm 5,72 cm 1,90 cm


100% 1,90 cm 2,10 cm 2,40 cm` 6,4 cm 2,13 cm

(sumber: Pengelolaan Data Primer Laboratorium, 2016)


P a g e | 238

Hasil pengukuran diameter zona 45% b/v; 75% b/v dan 100% b/vmempunyai
hambat menunjukkan bahwa ekstrak etanol aktivitas daya hambat terhadap pertumbuhan
kulit pohon faloak dengan pengenceran pada bakteri Staphylococcus aureus ,
konsentrasi 22,5% b/v; 45% b/v; 75% b/v dan dankonsentrasi yang semakin tinggi
100% b/v mampu menghambat pertumbuhan menghasilkan zona hambat yang lebih besar
bakteri Staphylococcus aureus. Adapun sehingga konsentrasi efektif mengambat
diameter rata-rata zona hambat dari masing- pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
masing konsentrasi adalah 22,5% sebesar 1,33 adalah 100%b/v.Faktor yang mempengaruhi
cm, 45% sebesar 1,66 cm, 75% sebesar 1,90 dalam penelitian adalah pembuatan
cm, 100% sebesar 2,13 cm. konsentrasi ekstrak etanol kulit pohon faloak
pada penggunaan vial untuk seri konsentrasi
Data hasil pengukuran diameter zona
larutan zat uji karena alat pengukuran yang
hambat ekstrak etanol kulit pohon faloak
digunakan tidak kuantitatif.
kemudian dianalisis menggunakan uji
ANOVA menurut Rancangan Acak Lengkap IV. KESIMPULAN
(RAL), dan menunjukkan nilai pvalue = 0,000
1. Simpulan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak
a. Ekstrak etanol kulit pohon faloak
etanol kulit pohon faloak memiliki efek
dengan konsentrasi 22,5% b/v; 45%
antibakteri. Data analisis dengan
b/v; 75% b/v dan 100%
menggunakan SPSS versi 16,0 menunjukkan p
b/vmempunyai aktivitas antibakteri
value 0, 30 maka data dikatakan terdidtribusi
terhadap pertumbuhan bakteri
dengan normal.
Staphylococcus aureus.
Hasil yang diperoleh selanjutnya b. Semakin tinggi konsentrasi maka
dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat zona hambat makin besar sehingga
perbedaan makna pada setiap konsentrasi konsentrasi efektif dalam
maupun kontrol. Kemudian dilakukan uji SNK mengambat pertumbuhan bakteri
untuk mengetahui adanya beda nyata pada Staphylococcus aureus adalah100%
setiap konsentrasi, dan hasil yang didapat tidak b/v.
terdapat adanya beda nyata, karena pada setiap 2. Saran
konsentrasi memiliki zona hambat yang Untuk peneliti selanjutnya dapat
terpaut kecil sehingga tidak terdapat beda melakukan pengujian aktivitas
nyata antara setiap konsentrasi, sehingga dapat antibakteri ekstrak etanol kulit pohon
ditarik kesimpulan bahwa Ekstrak etanol kulit faloak denganmetode yang berbeda
pohon faloak dengan konsentrasi 22,5% b/v;
P a g e | 239

dan menggunakan bakteri penyebab Parasitologi untuk Perawat.Cetakan


II. PT Citra Aditya Bakti. Bandung
infeksi lain.

V. REFERENSI Gafur, M. A., Isa, I., dan Bialangi, N. 2013.


Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Direktorat Flafonoid dari Daun Jamblang
Jenderal Pengawasan Obat dan (Syzygium cumini).
Makanan.Jakarta Htpp://repository.ung.ac.id/get/simlit
_res/1/458. (21 April 2016)
--------.1995. Materia Medika Indonesia Jilid
IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta Ganiswarna, Sulistia G., Rianto Setiabudy,
Frans D. Suyatna, Purwantyastuti &
--------. 2003. Bakteriologi medik. Bayumedia Nafrialdi.1995. Farmakologi dan
Publishing. Jakarta terapi. Edisi4. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran-Universitas
Apriani, Azhar Seli., Chairul Saleh & Indonesia.Jakarta
Alimuddin. 2014. Uji Fitokimia
danAktivitas Antibakteri dari Jawets, Melnick & Adelberg’s. 2005.
Tanaman Merkubung (Macaranga Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
gigantean (Rchb.f. & Zoll) Mull. Arg.) Pertama. Salemba Medika.
dengan Ekstrak Total, Fraksi n- Jakarta
Heksana, Etil Asetat dan Etanol Air
Terhadap BakteriEscherichia coli dan Khasanah, A. N. 2011. Uji Aktivitas
Staphylococcus aureus. Jurnal Kimia Penangkap Radikal Ekstrak Etanol
FMIPA UniversitasMulawarman. Fraksi-fraksi dari Kulit Buah dan Biji
Samarinda Rambutan (Nephelium)
Ranta, 2011. Sifat Antimikroba zatekstraktif
Darsana, I. G. O., I Nengah kerta besung pohon Faloak (Sterculia
&Hapsari Mahatmi. 2012. Potensi comosaWallich). TesisPascasarjana
Daun binahon g (Anredera Cordifolia IPB. Bogor
(Tenore) Steenis) dalam Menghambat
Ranta, Fransiscus X. Dako dan
Pertumbuhan Bakteri Escherichia
Meylin Pathibang, 2013. Dampak
Coli. Jurnal Fakultas Kedokteran
Perlakuan Perendaman terhadap Sifat-
Hewan Universitas Udayana. Bali
sifat Silvikultur Faloak (Sterculia
comosa Wall). Jurnal.IPB.Bogor
Dewi, Fajar Kusuma. 2010.
AktivitasAntibakteri Ekstrak Etanol
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2007.
Buah Mengkudu (Morinda Obat-obat Penting Edisi IV. PT
citrifolia, Linnaeus) Terhadap Elexmedia Komputindo
Bakteri Pembusuk Daging Gramedia.Jakarta Sumarno.2000.
Segar. Skripsi Universitas Sebelas Teknik Dasar Pemeliharaan
Maret. Surakarta Mikroba.Intan Prawira.Jakarta
Wijayakusuma, Hembing.2000. Tumbuhan
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar
Berkhasiat Obat Indonesia.Jilid 1.PT.
Mikrobiologi. Cetakan Ke 16.
Prestasi InsanIndonesia. Jakarta.
Djambatan.Jakarta Entjang.
2003.Mikrobiologi dan

You might also like