Morphology and Microscopic Characters of Vatica Sarawakensis Heim
Morphology and Microscopic Characters of Vatica Sarawakensis Heim
Morphology and Microscopic Characters of Vatica Sarawakensis Heim
ABSTRACT
Most of dipterocarps species grows spreadly in lowland mixed dipterocarps forest and has hight economic value. One
of them is Vatica sarawakensis Heim, which grows scattered in mixed dipterocarps forest on clay soil hilly territory, it
is endangered species based on 2013 IUCN Red List and forbidden to cut down. Mis-logging can be avoided by
understand tree morphology, while error in timber utilization can be prevented by observing macroscopic and
microscopic characteristics of wood. The research aims to understand the morphology, macroscopic and microscopic
characteristics of V sarawakensis Heim. Sampling tree is originated from IUPHHK-HA PT Gunung Gajah Abadi,
Muara Wahau, East Borneo. The result showed that V. sarawakensis Heim tree was a medium size of tree, had
horizontal ring on bark, 30 cm stem diameter, no buttres, 17 m total height and 12 m clear bole height, 6 m crown
diameters. Based on found trees, herbarium samples was taken and identified in Herbarium Wanariset Samboja.
Macroscopic characteristics of V. sarawakensis Heim had brownish yellow heartwood and yellowish white sapwood
when fresh cut. After dry, there was no different between sapwood and heartwood because it’s colour were yellowish
white. Smooth surface if touched. Straight grain. Microscopic characteristics of V sarawakensis Heim had indistinct
growth ring boundaries. Wood diffuse-porous with radial and tangential arranged, solitary and grouping until 4
vessels. Simple perforation, intervessel pits scalariform. Monoseriate and multiseriate (2-8) rays. Axial vasisentric
parenchyma and occasionally connected 2 until 3 vessels. Thick fibre walls.
Keywords: Vatica sarawakensis Heim, endangerd species, morphology characteristics, macroscopic characteristics,
microscopic characteristic
ABSTRAK
Sebagian besar jenis dipterokarpa tumbuh di hutan campuran dataran rendah dan bernilai ekonomi tinggi. Salah satu
jenis tersebut adalah Vatica sarawakensis Heim yang tumbuh secara tersebar pada tanah berlempung di daerah
perbukitan, termasuk jenis yang terancam punah (endangered) pada Red List IUCN tahun 2013, sehingga tidak
diizinkan untuk ditebang. Kesalahan penebangan pohon dapat dihindari dengan mengetahui ciri morfologi pohon,
sedangkan kesalahan dalam penggunaan kayu dapat dicegah dengan mengamati ciri makroskopis dan mikroskopis
kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri morfologi dan makroskopis serta mikroskopis V. sarawakensis
Heim. Pohon uji berasal dari IUPHHK-HA PT Gunung Gajah Abadi, Muara Wahau, Kalimantan Timur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa V. sarawakensis Heim merupakan pohon berukuran sedang, kulit memiliki gelang
dengan diameter pangkal batang mencapai 30 cm, tidak berbanir, tinggi total mencapai 17 meter, tinggi bebas cabang
12 meter, lebar tajuk 6 meter. Dari pohon yang ditemukan, diambil contoh material herbariumnya selanjutnya
diidentifikasi di Herbarium Wanariset Samboja. Ciri makroskopis V. sarawakensis Heim, saat segar kayu teras
berwarna kuning kecoklatan dan kayu gubalnya berwarna putih kekuningan. Saat kering, bagian kayu gubal dan teras
tidak dapat dibedakan karena keduanya berwarna putih kekuningan. Kesan raba halus. Arah serat lurus. Secara
mikrokopis V. sarawakensis tidak memiliki batas lingkaran tumbuh yang jelas. Berpori tata lingkar baur dengan
pembuluh tersusun secara radial dan diagonal, pembuluh ada yang tunggal dan ada yang bergerombol hingga empat
buah pembuluh. Perforasi sederhana. Ceruk antar pembuluh seperti tangga. Jari-jari monoseriate dan multiseriate (2-8).
Parenkim aksial vasisentrik dan kadang menghubungkan 2 hingga 3 pembuluh. Dinding serat sangat tebal.
Kata kunci : Vatica sarawakensis Heim, jenis terancam punah (endangered), ciri morfologi, ciri makroskopis, ciri
mikroskopis
73
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol.8 No.2 Desember 2014: 73 - 80
74
Ciri Morfologi dan Mikroskopis Vatica sarawakensis Heim…
(Amiril Saridan dan Andrian Fernandes)
pohon yang diambil dengan kondisi batang dikeringkan dengan suhu 45 oC dalam alat
lurus, tidak cacat dan diameter pangkal batang pengering.
minimal 30 cm. Dari pohon yang ditemukan, Pengamatan ciri mikroskopis dilakukan
diambil contoh material herbarium yang dengan bantuan mikroskop berkekuatan 75 –
selanjutnya diidentifikasi di Herbarium 750 kali meliputi sel pembuluh, jari-jari,
Wanariset Samboja. Pengamatan ciri parenkim dan dimensi serat kayu. Pengamatan
makroskopis dilakukan di Laboratorium B2PD ciri anatomi dilakukan bedasarkan standar
Samarinda, sedangkan ciri mikroskopis identifikasi dari International Association of
dilakukan di Laboratorium Anatomi Kayu Wood Anatomists (IAWA) dalam Wheeler et al.
Kehutanan Universitas Gajah Mada, (1989).
Yogyakarta.
Pohon uji yang ditebang sebanyak 1 pohon, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan dibuat disk setebal 10 cm dari bagian Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan
pangkal, tengah dan ujung. Setiap disk diamati bahwa pohon V. sarawakensis merupakan
ciri makroskopis kayunya. Untuk pengamatan pohon berukuran sedang, dengan diameter
ciri mikroskopis, dari setiap bagian batang pangkal batang mencapai 30 cm, tidak berbanir,
diambil 3 sampel berukuran 2 x 2 x 2 cm3 yang tinggi total mencapai 17 meter, tinggi bebas
terletak di bagian dekat empulur, antara cabang 12 meter, lebar tajuk 6 meter. Kulit
empulur dan kulit serta bagian dekat kulit. Jadi pohon memiliki gelang, bagian luar berwarna
dalam satu batang diambil sebanyak 9 sampel. putih keabu-abuan, cenderung halus dan tipis.
Metode pembuatan preparat sayatan Kulit dalam (inner bark) putih kekuningan
menggunakan metode Johansen (1940). Untuk sampai agak kecoklatan. Damar berwarna putih
memudahkan penyayatan, sampel uji sampai kekuningan dan tembus cahaya. Bentuk
dilunakkan terlebih dahulu dengan merebus daun melonjong sampai bulat telur yang
dalam air suling mendidih selama 10 menit, menjorong, ujung daun tumpul pendek, pangkal
kemudian didinginkan. Perebusan dilakukan daun agak membaji, panjang daun 16-25 cm
berulang-ulang sampai contoh kayu tenggelam, dan lebar 7-11 cm, tulang daun sekunder 15 –
sehingga kayunya menjadi lunak dan jenuh air. 20 pasang, tulang daun utama bagian atas
Sesudah itu dilakukan perendaman dalam timbul dan tulang daun sekunder bagian bawah
campuran alkohol-gliserin, berturut-turut melengkung ke bagian ujung daun yang
dengan perbandingan 2:1; 1:1; dan 1:2 dengan menyambung. Tangkai daun 1- 2 cm yang
selang 2 – 3 hari. Kayu dibiarkan dalam diselimuti oleh bulu-bulu rambut agak
campuran terakhir sampai lunak sehingga kecoklatan. Pohon berada pada lereng bukit
mudah disayat. Dari setiap contoh uji kayu dengan kelerengan curam, pada ketinggian 363
dibuat sayatan mikrotom setebal 15-20 mikron mdpl.
pada arah radial, tangensial dan transversal. Ciri makroskopis V. sarawakensis setelah
Dari sejumlah sayatan yang diperoleh dipilih ditebang saat segar, kayu teras berwarna kuning
masing-masing 5 sayatan terbaik untuk ketiga kecoklatan dan kayu gubalnya berwarna putih
arah. Sayatan ini selanjutnya dicuci dengan air kekuningan. Namun pada saat kering, bagian
suling dan berturut-turut diwarnai dengan kayu gubal dan teras tidak dapat dibedakan
safranin menurut metode dalam Sass (1961), karena keduanya berwarna putih kekuningan.
untuk kemudian didehidrasi bertingkat dengan Kesan raba halus. Arah serat lurus.
alkohol 30%, 50%, 70%, dan alkohol absolut. Secara mikrokopis V sarawakensis tidak
Selanjutnya sayatan dibeningkan dengan cara memiliki batas lingkaran tumbuh yang jelas.
merendamnya beberapa saat, berturut-turut Berpori tata lingkar baur dengan pembuluh
dalam karboxylol dan toluen. Setelah itu tersusun secara radial dan diagonal, pembuluh
sayatan direkat dengan canada balsam pada ada yang tunggal dan ada yang bergerombol
gelas obyek dan dibiarkan mengering atau hingga empat buah pembuluh. Perforasi
75
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol.8 No.2 Desember 2014: 73 - 80
A B
Sumber: dokumentasi penelitian.
Gambar 1. (A) Bentuk daun V. sarawakensis Heim; (B) Bentuk batang V. sarawakensis Heim.
Figure 1. (A) V.sarawakensis Heim leaf shape; (B) V. sarawakensis Heim stem shape.
A B
C D
76
Ciri Morfologi dan Mikroskopis Vatica sarawakensis Heim…
(Amiril Saridan dan Andrian Fernandes)
77
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol.8 No.2 Desember 2014: 73 - 80
78
Ciri Morfologi dan Mikroskopis Vatica sarawakensis Heim…
(Amiril Saridan dan Andrian Fernandes)
79
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol.8 No.2 Desember 2014: 73 - 80
80