Morphology and Microscopic Characters of Vatica Sarawakensis Heim

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

CIRI MORFOLOGI DAN MIKROSKOPIS VATICA SARAWAKENSIS HEIM

Morphology and Microscopic Characters of Vatica sarawakensis Heim

Amiril Saridan dan Andrian Fernandes


Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda
Jl. A.W. Syahranie No.68, Sempaja, Samarinda; Tlp. (0541) 206364, Fax (0541) 742298.
e-mail : [email protected]; [email protected]
Diterima 18 Maret 2014, direvisi 11 Agustus 2014, disetujui 03 November 2014

ABSTRACT

Most of dipterocarps species grows spreadly in lowland mixed dipterocarps forest and has hight economic value. One
of them is Vatica sarawakensis Heim, which grows scattered in mixed dipterocarps forest on clay soil hilly territory, it
is endangered species based on 2013 IUCN Red List and forbidden to cut down. Mis-logging can be avoided by
understand tree morphology, while error in timber utilization can be prevented by observing macroscopic and
microscopic characteristics of wood. The research aims to understand the morphology, macroscopic and microscopic
characteristics of V sarawakensis Heim. Sampling tree is originated from IUPHHK-HA PT Gunung Gajah Abadi,
Muara Wahau, East Borneo. The result showed that V. sarawakensis Heim tree was a medium size of tree, had
horizontal ring on bark, 30 cm stem diameter, no buttres, 17 m total height and 12 m clear bole height, 6 m crown
diameters. Based on found trees, herbarium samples was taken and identified in Herbarium Wanariset Samboja.
Macroscopic characteristics of V. sarawakensis Heim had brownish yellow heartwood and yellowish white sapwood
when fresh cut. After dry, there was no different between sapwood and heartwood because it’s colour were yellowish
white. Smooth surface if touched. Straight grain. Microscopic characteristics of V sarawakensis Heim had indistinct
growth ring boundaries. Wood diffuse-porous with radial and tangential arranged, solitary and grouping until 4
vessels. Simple perforation, intervessel pits scalariform. Monoseriate and multiseriate (2-8) rays. Axial vasisentric
parenchyma and occasionally connected 2 until 3 vessels. Thick fibre walls.
Keywords: Vatica sarawakensis Heim, endangerd species, morphology characteristics, macroscopic characteristics,
microscopic characteristic

ABSTRAK

Sebagian besar jenis dipterokarpa tumbuh di hutan campuran dataran rendah dan bernilai ekonomi tinggi. Salah satu
jenis tersebut adalah Vatica sarawakensis Heim yang tumbuh secara tersebar pada tanah berlempung di daerah
perbukitan, termasuk jenis yang terancam punah (endangered) pada Red List IUCN tahun 2013, sehingga tidak
diizinkan untuk ditebang. Kesalahan penebangan pohon dapat dihindari dengan mengetahui ciri morfologi pohon,
sedangkan kesalahan dalam penggunaan kayu dapat dicegah dengan mengamati ciri makroskopis dan mikroskopis
kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri morfologi dan makroskopis serta mikroskopis V. sarawakensis
Heim. Pohon uji berasal dari IUPHHK-HA PT Gunung Gajah Abadi, Muara Wahau, Kalimantan Timur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa V. sarawakensis Heim merupakan pohon berukuran sedang, kulit memiliki gelang
dengan diameter pangkal batang mencapai 30 cm, tidak berbanir, tinggi total mencapai 17 meter, tinggi bebas cabang
12 meter, lebar tajuk 6 meter. Dari pohon yang ditemukan, diambil contoh material herbariumnya selanjutnya
diidentifikasi di Herbarium Wanariset Samboja. Ciri makroskopis V. sarawakensis Heim, saat segar kayu teras
berwarna kuning kecoklatan dan kayu gubalnya berwarna putih kekuningan. Saat kering, bagian kayu gubal dan teras
tidak dapat dibedakan karena keduanya berwarna putih kekuningan. Kesan raba halus. Arah serat lurus. Secara
mikrokopis V. sarawakensis tidak memiliki batas lingkaran tumbuh yang jelas. Berpori tata lingkar baur dengan
pembuluh tersusun secara radial dan diagonal, pembuluh ada yang tunggal dan ada yang bergerombol hingga empat
buah pembuluh. Perforasi sederhana. Ceruk antar pembuluh seperti tangga. Jari-jari monoseriate dan multiseriate (2-8).
Parenkim aksial vasisentrik dan kadang menghubungkan 2 hingga 3 pembuluh. Dinding serat sangat tebal.
Kata kunci : Vatica sarawakensis Heim, jenis terancam punah (endangered), ciri morfologi, ciri makroskopis, ciri
mikroskopis

73
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol.8 No.2 Desember 2014: 73 - 80

I. PENDAHULUAN 2008). Oleh karena itu perlu dilakukan


pembuktian jenis kayu pada log atau papan agar
Hutan di wilayah Kalimantan banyak tidak terjadi kesalahan penggunaan kayu dari
didominasi oleh jenis-jenis dari suku jenis yang terncam punah (endangered species).
dipterokarpa yang dapat dimanfaatkan untuk Salah satu cara yang dapat digunakan adalah
kepentingan ekonomi maupun ekologi. Secara menggali informasi anatomi kayu yang sangat
keseluruhan di wilayah Kalimantan terdapat 9 relevan dalam mengetahui jenis pohon yang
marga yaitu Anisoptera, Cotylelobium, mulai langka (Rana, et al, 2009). Cara lain yang
Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, dapat dilakukan adalah mengidentifikasi kayu
Parashorea, Shorea, Upuna dan Vatica serta dapat menggunakan identifikasi DNA dan
tercatat sebanyak 268 jenis (Newman et al., anatomi kayu. Identifikasi DNA memerlukan
1999). Sebagian besar jenis dipterokarpa biaya dan waktu yang sangat besar, sedangkan
tersebar di hutan dataran rendah dan bernilai identifikasi anatomi kayu dengan mikroskop
ekonomi tinggi (Rana, et al, 2009). Dari dapat dilakukan dengan waktu yang cepat dan
berbagai jenis dalam suku dipterokarpa, ada biaya yang lebih murah (Rana, 2008).
yang tergolong dalam jenis dilindungi, yaitu Penggunakan mikroskop cahaya sudah dapat
Vatica sarawakensis. Jenis ini merupakan memberikan hasil yang cukup memuaskan
pohon yang tumbuh secara tersebar di hutan untuk mengidentifikasi jenis pohon (Gasson,
campur dipterokarpa pada tanah berlempung 2011).
daerah perbukitan, dan termasuk dalam jenis
yang terancam punah (endangered) pada Red Gasson, et al (2010) menyebutkan bahwa
List IUCN tahun 2013. untuk mengidentifikasi anatomi kayu dapat
menggunakan karakter pembuluh, jari-jari dan
V. sarawakensis tergolong dalam pohon parenkim. Secara mikrokopis sel parenkim
berukuran kecil hingga sedang, tinggi mencapai terlihat memiliki ciri dinding sel yang tipis. Ciri
25 meter dan lebih, diameter pangkal pohon khas pembuluh pada kayu adalah dilihat dari
mencapai 30 cm dan biasanya berbanir kecil. ukuran pembuluh, kerapatan pembuluh dan
Kulit pohon bagian luar berwarna putih keabu- penyebaran pembuluh (Sellin, et al, 2008). Sel
abuan, cenderung halus dan tipis. parenkim berfungsi untuk menyimpan dan
Penyebarannya di Kalimantan termasuk menyalurkan bahan makanan pada batang
Sarawak, Brunei, Sabah, Kalimantan selatan (Shmulsky dan Jones, 2011).
dan Kalimantan Timur. Secara ekologi tumbuh
pada hutan campuran dipterokarpa pada tanah Kesalahan penebangan pohon dapat
podsol (liat) sampai pada ketinggian 1000 m dpl dihindari dengan mengetahui ciri morfologi
(Sosef, et al, 1998). Kayu dari jenis ini pohon sedangkan kesalahan dalam penggunaan
tergolong kecil, maka sangat jarang digunakan kayu dapat dicegah dengan mengamati ciri
untuk produksi atau bangunan. makroskopis dan mikroskopis kayu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tentang ciri
Identifikasi pohon di hutan mudah
morfologi, ciri makroskopis dan ciri
dilakukan dengan melakukan pengamatan pada
batang, daun, bunga dan buah, namun setelah mikroskopis dari jenis V. sarawakensis.
pohon ditebang, maka identifikasi menjadi lebih
sulit (Khalid, et al, 2008). Namun setelah pohon II. METODOLOGI PENELITIAN
ditebang dan diolah menjadi papan atau produk Pohon uji berasal dari IUPHHK-HA PT
olahan akan sulit dilakukan. Bahkan dalam Gunung Gajah Abadi, Muara Wahau,
proses pengolahan kayu dapat terjadi proses Kalimantan Timur. Pengamatan morfologi
pencampuran dari berbagai jenis. Dalam pohon meliputi kondisi batang (kulit batang
pengiriman kayu, dapat terjadi pencampuran bagian luar, kulit dalam, damar, tinggi total,
beberapa kayu dari jenis yang berbeda (Rana, tinggi bebas cabang, banir) dan daun. Contoh

74
Ciri Morfologi dan Mikroskopis Vatica sarawakensis Heim…
(Amiril Saridan dan Andrian Fernandes)

pohon yang diambil dengan kondisi batang dikeringkan dengan suhu 45 oC dalam alat
lurus, tidak cacat dan diameter pangkal batang pengering.
minimal 30 cm. Dari pohon yang ditemukan, Pengamatan ciri mikroskopis dilakukan
diambil contoh material herbarium yang dengan bantuan mikroskop berkekuatan 75 –
selanjutnya diidentifikasi di Herbarium 750 kali meliputi sel pembuluh, jari-jari,
Wanariset Samboja. Pengamatan ciri parenkim dan dimensi serat kayu. Pengamatan
makroskopis dilakukan di Laboratorium B2PD ciri anatomi dilakukan bedasarkan standar
Samarinda, sedangkan ciri mikroskopis identifikasi dari International Association of
dilakukan di Laboratorium Anatomi Kayu Wood Anatomists (IAWA) dalam Wheeler et al.
Kehutanan Universitas Gajah Mada, (1989).
Yogyakarta.
Pohon uji yang ditebang sebanyak 1 pohon, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan dibuat disk setebal 10 cm dari bagian Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan
pangkal, tengah dan ujung. Setiap disk diamati bahwa pohon V. sarawakensis merupakan
ciri makroskopis kayunya. Untuk pengamatan pohon berukuran sedang, dengan diameter
ciri mikroskopis, dari setiap bagian batang pangkal batang mencapai 30 cm, tidak berbanir,
diambil 3 sampel berukuran 2 x 2 x 2 cm3 yang tinggi total mencapai 17 meter, tinggi bebas
terletak di bagian dekat empulur, antara cabang 12 meter, lebar tajuk 6 meter. Kulit
empulur dan kulit serta bagian dekat kulit. Jadi pohon memiliki gelang, bagian luar berwarna
dalam satu batang diambil sebanyak 9 sampel. putih keabu-abuan, cenderung halus dan tipis.
Metode pembuatan preparat sayatan Kulit dalam (inner bark) putih kekuningan
menggunakan metode Johansen (1940). Untuk sampai agak kecoklatan. Damar berwarna putih
memudahkan penyayatan, sampel uji sampai kekuningan dan tembus cahaya. Bentuk
dilunakkan terlebih dahulu dengan merebus daun melonjong sampai bulat telur yang
dalam air suling mendidih selama 10 menit, menjorong, ujung daun tumpul pendek, pangkal
kemudian didinginkan. Perebusan dilakukan daun agak membaji, panjang daun 16-25 cm
berulang-ulang sampai contoh kayu tenggelam, dan lebar 7-11 cm, tulang daun sekunder 15 –
sehingga kayunya menjadi lunak dan jenuh air. 20 pasang, tulang daun utama bagian atas
Sesudah itu dilakukan perendaman dalam timbul dan tulang daun sekunder bagian bawah
campuran alkohol-gliserin, berturut-turut melengkung ke bagian ujung daun yang
dengan perbandingan 2:1; 1:1; dan 1:2 dengan menyambung. Tangkai daun 1- 2 cm yang
selang 2 – 3 hari. Kayu dibiarkan dalam diselimuti oleh bulu-bulu rambut agak
campuran terakhir sampai lunak sehingga kecoklatan. Pohon berada pada lereng bukit
mudah disayat. Dari setiap contoh uji kayu dengan kelerengan curam, pada ketinggian 363
dibuat sayatan mikrotom setebal 15-20 mikron mdpl.
pada arah radial, tangensial dan transversal. Ciri makroskopis V. sarawakensis setelah
Dari sejumlah sayatan yang diperoleh dipilih ditebang saat segar, kayu teras berwarna kuning
masing-masing 5 sayatan terbaik untuk ketiga kecoklatan dan kayu gubalnya berwarna putih
arah. Sayatan ini selanjutnya dicuci dengan air kekuningan. Namun pada saat kering, bagian
suling dan berturut-turut diwarnai dengan kayu gubal dan teras tidak dapat dibedakan
safranin menurut metode dalam Sass (1961), karena keduanya berwarna putih kekuningan.
untuk kemudian didehidrasi bertingkat dengan Kesan raba halus. Arah serat lurus.
alkohol 30%, 50%, 70%, dan alkohol absolut. Secara mikrokopis V sarawakensis tidak
Selanjutnya sayatan dibeningkan dengan cara memiliki batas lingkaran tumbuh yang jelas.
merendamnya beberapa saat, berturut-turut Berpori tata lingkar baur dengan pembuluh
dalam karboxylol dan toluen. Setelah itu tersusun secara radial dan diagonal, pembuluh
sayatan direkat dengan canada balsam pada ada yang tunggal dan ada yang bergerombol
gelas obyek dan dibiarkan mengering atau hingga empat buah pembuluh. Perforasi

75
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol.8 No.2 Desember 2014: 73 - 80

sederhana. Ceruk antar pembuluh seperti menghubungkan 2 hingga 3 pembuluh. Dinding


tangga. Jari-jari monoseriate dan multiseriate serat sangat tebal seperti terlihat pada Gambar
(2-8). Parenkim aksial vasisentrik dan kadang 2.

A B
Sumber: dokumentasi penelitian.
Gambar 1. (A) Bentuk daun V. sarawakensis Heim; (B) Bentuk batang V. sarawakensis Heim.
Figure 1. (A) V.sarawakensis Heim leaf shape; (B) V. sarawakensis Heim stem shape.

A B

C D

Sumber: dokumentasi penelitian.


Gambar 2. (A) Penampang melintang batang V. sarawakensis Heim; (B) Penampang radial V.
sarawakensis; (C) Penampang transversal V. sarawakensis Heim; (D) Penampang
tengensial V. sarawakensis Heim.
Figure 2. (A) V.sarawakensis Heim Cross section; (B) V. sarawakensis Heim Radial section; (C)
Transversal section V.sarawakensis Heim; (D) Tangential section V.sarawakensis
Heim.

76
Ciri Morfologi dan Mikroskopis Vatica sarawakensis Heim…
(Amiril Saridan dan Andrian Fernandes)

Tabel 1. Ciri mikroskopis V.sarawakensis Heim.


Table 1. Microcopics character of V. sarawakensis Heim.
Nomor Parameter Satuan
(Number) (Parameters) (Units)
1 Pembuluh
Vessel
Diameter pembuluh (µm) 112,50
Vessel diameter (µm)
Tinggi pembuluh (µm) 271,00
Vessel height (µm)
Jumlah pembuluh tiap mm2 20 - 32
Number of vessel each mm2
2 Jari-jari
Rays
Tinggi jari-jari (µm) 945
Rays height (µm)
Lebar jari-jari (µm) 325
Rays width (µm)
Jumlah jari-jari tiap mm2 4-7
Number of rays each mm2
3 Serat
Fiber
Panjang serat (µm) 1723
Fiber length (µm)
Diameter serat (µm) 25,15
Fiber diameter (µm)
Diameter lumen (µm) 4,75
Lumen diameter (µm)
Tebal dinding serat (µm) 10,20
Fiber wall thickness (µm)
4 Persentase Sel
Cells percentage
Persentase Pembuluh (%) 31,37
Vessel percentage (%)
Persentase Jari-jari (%) 2,94
Rays percentage (%)
Persentase Serat (%) 63,50
Fiber percentage (%)
Persentase Parenkim (%) 2,19
Parenchyma percentage (%)
Sumber: diolah dari data primer

Menurut IAWA (2008), diameter rata-rata Menurut Martawijaya, et al (2005), tinggi


pembuluh 112,50 µm kayu V. sarawakensis jari-jari V. sarawakensis 945 µm termasuk luar
tergolong sedang, tinggi pembuluh 271,00 µm biasa tinggi dan lebar jari-jari 325 µm tergolong
tergolong pendek, jumlah pembuluh 20-32 per luar biasa lebar. Sedangkan jumlah jari-jari 4-7
mm2 tergolong sedang. Thomas et.al (2004)
per mm2 termasuk sedang (IAWA, 2008).
menyebutkan bahwa diameter pembuluh,
persentase pembuluh dan tebal dinding serat Panjang serat 1723 µm tergolong panjang
merupakan faktor yang mempengaruhi berat (IAWA, 2008). Diameter serat 25,15 µm
jenis kayu. tergolong besar (Casey, 1980). Wagenfuer

77
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol.8 No.2 Desember 2014: 73 - 80

(1984), diameter lumen 4,75 µm tergolong Quantitative Wood Anatomy, Principal


sangat kecil dan tebal dinding sel 10,20 µm Component Analysis and Naïve Bayes
Classification. Annals of Botany Journal. Vol. 105
tergolong sangat besar. Sel serat berfungsi Hal.45-56.
untuk kekuatan mekanik pada batang
Gasson, P. 2011. How Precise Can Wood Identification
(Shmulsky dan Jones, 2011), sehingga semakin
Be? Wood Anatomy’s Role in Support of The
tinggi persentase serat pada batang pohon maka Legal Timber Trade, Especially Cites. IAWA
kekuatan mekanik kayu semakin baik. Journal. Vol. 32. No.2. Hal.137-154.
IAWA, 2008. Identifikasi Kayu: Ciri Mikroskopik untuk
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Identifikasi Kayu Daun Lebar. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
A. Kesimpulan
Dari Pohon V. sarawakensis Heim yang IUCN. 2013, IUCN Red List of Threatened Species.
Version 2013.2. www.iucnredlist.org. Diakses 20
tergolong dalam kategori terancam punah Februari 2014.
merupakan pohon berukuran sedang, kulit luar
Johansen, D.A. 1940. Plant Microtechnique. McGraw
mempunyai gelang dengan diameter pangkal
Hill Book Co., Inc. New York.
batang mencapai 30 cm. Ciri makroskopis V.
sarawakensis Heim saat segar kayu teras Khalid, M., E. L. Y. Lee, R. Yusof, dan M. Nadaraj.
2008. Design of an Intelligent Wood Species
berwarna kuning kecoklatan dan kayu gubalnya Recognition System. IJSSST. Vol. 9. No.3. Hal.9-
berwarna putih kekuningan. Namun pada saat 18.
kering, bagian kayu gubal dan teras tidak dapat
Martawijaya, A., I. Kartasudjana, S. A. Prawira dan K.
dibedakan karena keduanya berwarna putih Kadir. 2005. Atlas Kayu Jilid I. Badan Litbang
kekuningan. Kesan raba halus. Arah serat lurus. Kehutanan. Bogor.
Secara mikrokopis V. sarawakensis Heim tidak Newman. M.F., P.F. Burgess, T.C. Whitmore. 1999.
memiliki batas lingkaran tumbuh yang jelas. Pedoman Identifikasi Pohon-pohon
Berpori tata lingkar baur dengan pembuluh Dipterocarpaceae Pulau Kalimantan. PROSEA
tersusun secara radial dan diagonal, pembuluh Indonesia. Bogor.
ada yang tunggal dan ada yang bergerombol, Rana, R. 2008. Correlation Between Anatomical/
hingga empat buah pembuluh. Perforasi Chemical Wood Properties and Genetic Markers
sederhana. Ceruk antar pembuluh seperti as a Means of Wood Certification. Desertasi.
tangga. Jari-jari monoseriate dan multiseriate Faculty of Forest Science and Forest Ecology of
Georg-August University of Goettingen,
(2-8). Parenkim aksial vasisentrik dan kadang Germany.
menghubungkan 2 hingga 3 pembuluh. Dinding
Rana, R., R. L. Heyser, R. Finkeldey, dan A. Pole. 2009.
serat sangat tebal.
Functional Anatomy of Five Endangered Tropical
B. Saran Timber Wood Species of The Family
Dipterocapaceae. Trees Journal. Vol. 23. Hal.
Berdasarkan pada Red List IUCN tahun 521-529.
2013, jenis V. sarawakensis Heim, termasuk
Sass, JE. 1961. Botanical Microtechnique. The IAWA
dalam jenis yang terancam punah (endangered),
State University Press.
oleh karena itu perlu upaya konservasi jenis
tersebut dari kepunahan melalui koservasi ex- Sellin, A., A. Rohejarv dan M. Rahi. 2008. Distribution
of Vessel Size, Vessel Density and Xylem
situ maupun in-situ. Conducting Efficiency Within a Crown of Silver
Birch (Betula pendula). Trees Journal. Vol. 22.
DAFTAR PUSTAKA Hal. 205-216.
Casey, JP. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Shmulsky, R dan P. D. Jones. 2011. Forest Product and
Chemical Technology. Thrid Edition. Vol. 1. A Wood Science, an Introduction. Sixth Ed. Wiley-
Wiley-Interscience Publisher Inc. New York. Blackwell. Oxford. UK.
Gasson, P., R. Miller, D. J. Stekel, F. Whinder dan K. Sosef, MSM, LT Hong, dan S Prawirohatmodjo. 1998.
Zieminska. 2010. Wood Identification of PROSEA No. 5(3). Timber Trees : Lesser Known
Dalbergia nigra (CITES Appendix I) Using Timber. Yayasan PROSEA. Bogor. Indonesia.

78
Ciri Morfologi dan Mikroskopis Vatica sarawakensis Heim…
(Amiril Saridan dan Andrian Fernandes)

Thomas, DS., KD Montagu dan JP Conroy. 2004. Blackwell, Oxford, UK.


Changes in Wood Density of Eucaluptus
camaldulensis Due to Temperature – the Wagenfuer, R. 1984. Anatomic des holzes, Veb. Fachbich
Physiological Link Between Water Viscosity and Verlag Lepzig.
Wood Anatomy. Forest Ecology and Management Wheeler, E.A., P. Baas dan P.E. Gasson. 1989. IAWA.
Journal. Vol. 193. Hal. 157-165. Elsevier. List of microscopic features for hardwood
Shmulsky, R. dan P. D. Jones, 2011, Forest Products and identification. Rijksherbarium, Leiden, The
Wood Science, An Introduction, Sixth Ed., Wiley- Netherland.

79
JURNAL Penelitian Dipterokarpa Vol.8 No.2 Desember 2014: 73 - 80

80

You might also like