Plagiasi Hak Cipta Karya Seni Rupa Di Bali
Plagiasi Hak Cipta Karya Seni Rupa Di Bali
Plagiasi Hak Cipta Karya Seni Rupa Di Bali
Oleh:
Tjokorda Udiana Nindhia Pemayun
I Made Suwitra
I Made Sepud
Abstract
This thesis focuses comprehensively on plagiarism of copy rights of fine arts in Bali as
based on the laws of Republic of Indonesia No 28 Year 2014 on Copy Rights. In this thesis, it
is discussed 2 matters, i.e, first, the implementation and protection of copy rights of fine arts
in Bali and second, the law enforcement of the breach of copy right of fine arts in Bali. Four
legal theories are used : (1) Theory of Legal Certainty, (2) Theory of Legal Protection, (3)
Theory of Legal Fairness (4) Theory of Legal System. The relevance of the four theories are
used as the analysis tools. The findings of this thesis consist of: in the copy right, there are 2
inherent rights which are economical rights and moral rights. Plagiarism cases or plagiarism
towards copy right of fine arts in Bali leads more towards breach of moral rights of the
creators. The law enforcements and legal protection of copy rights emphasizes on the offenders
of the breach of copy rights of fine arts in Bali who produce and distribute rather than
individual users. Plagiarism of creation of fine arts in Bali is not only limited to scientific works
and other copy right objects but also towards patent and Brand rights.
Abstrak
Tesis ini difokuskan secara konfrehensif mengenai plagiasi hak cipta karya seni rupa di
Bali menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Dalam tesis ini membahas dua masalah yakni pertama, bagaimanakah pelaksanaan dan
perlindungan hukum hak cipta karya seni rupa di Bali dan kedua, bagaimanakah penegakan
hukum terhadap pelanggaran hak cipta karya seni rupa di Bali. Empat teori hukum
dipergunakan yakni (1) Teori Kepastian Hukum, (2) Teori Perlindungan Hukum, (3) Teori
Keadilan Hukum dan (4) Teori Sistem Hukum. Relevansi empat teori hukum yang digunakan
sebagai pisau analisis. Hasil tesis yakni: dalam Hak Cipta terdapat dua hak yang melekat, yaitu
Hak Ekonomi dan Hak Moral. Kasus plagiat atau plagiasi terhadap hak cipta karya seni rupa
di Bali lebih mengarah kepada pelanggaran terhadap Hak Moral Pencipta. Penegakan hukum
dan perlindungan terhadap Hak Cipta lebih mengutamakan kepada pelaku pelanggaran karya
cipta seni rupa di Bali yang membuat dan yang mendistribusikan ketimbang pengguna
perseorangan. Plagiat terhadap karya cipta seni rupa di Bali tidak hanya terbatas pada karya
ilmiah dan obyek hak cipta lainnya tetapi juga kepada Hak Paten dan Merk.
40
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
1 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, 2004, Hak 3 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op. Cit.
Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum. PT. Raja hal. 1-2.
Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 1. 4 Ismail Saleh, 1995,”Pembinaan Cinta Hukum dan
2Tim Visi Yustisia. 2015, Panduan Resmi Hak Cipta: Penerapan Asas-Asas Hukum Nasional Sejak Orde
dari Mendaftar, Melindungi, Hingga menyelesaikan Baru”, Majalah Hukum Nasional, No. 1, 1995, Edisi
Sengketa, Visimedia, Jakarta. Hal. 1. Khusus, BPHN, Hal. 15, dan lihat juga Budi Agus
Riswandi dan M, Syamsudin, Ibid. hal. 135.
41
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
belum dapat mensejahterakan dan menjadi Plagiasi Hak Cipta karya seni patung
kepastian hukum di kalangan seniman. Hal seniman Bali merupakan perkembangan
tersebut dikarenakan masih banyak terjadi yang seharusnya sudah sejak awal
plagiasi terhadap karya-karya seni rupa. dikenalkan Undang-undang Hak Cipta
Bangsa Indonesia saat ini sedang diundangkan di Indonesia tahun 1997
menghadapi cobaan sanggat berat, salah mendapat perhatian serius. Akan tetapi di
satunya adalah maraknya terjadi plagiasi Negara-negara maju telah berabad-abad di
(pembajakan, penggandaan, dan pengakuan kenal dan mempunyai manfaat yang cukup
hak cipta). Munculnya kasus-kasus hak besar bagi pendapatan negara dalam hal ini
cipta dikarenakan para pencipta, seniman, manfaat ekonomi. Adanya manfaat
pengerajin, ataupun para penghasil karya ekonomi yang besar dari penerapan UU. RI.
seni masih belum banyak yang menyadari, No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
mengenai arti penting suatu hak cipta. menjadikan suatu negara peka terhadap
Pentingnya memahami hak cipta bagi terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum
komunitas intelektual seniman patung di Hak Kekayaan Intelektual oleh negara lain
Bali secara khusus dan di Indonesia secara termasuk juga plagiasi atau pembajakan.
umum mendesak untuk dipahami dan Kemudian, tidak menutup kemungkinan
disadari untuk menghadapi dunia global banyak muncul pelbagai permasalahan,
agar mendapat perlindungan dan kepastian perselisihan dan persengketaan dalam
hukum, serta terhindari dari plagiasi hubungan internasional jika terjadi suatu
terhadap karya seni yang diciptakan oleh pelanggaran Hak Cipta.
seniman. Para seniman di Bali merupakan
Plagiasi di dalam kehidupan masyarakat yang kreatif. Kekreatifan
berkesenian masyarakat Indonesia secara masyarakat dalam menciptakan karya seni
umum dan masyarakat Bali khususnya patung tentu memiliki nilai ekonomi. Nilai
mengalami perkembangan sesuai ekonomi banyak sekali produk-produk
perjalanan dan pengetahuan masyarakat. kreatif yang telah menjadi milik masyarakat
Perkembangan ilmu dan teknologi (Public Domain). Adanya undang-undang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial HAKI yang menampung kepentingan
di masyarakat. Perubahan sosial di produk yang telah menjadi domain publik
masyarakat tersebut dikarenakan salah saat ini menjadi permasalahan yang mesti
satunya adalah adanya plagiasi Hak atas dikaji lebih dalam untuk dapat memahami
Kekayaan Intelektual yang selanjutnya dan menganalisis. Banyak produk yang
disingkat HKI dalam tulisan ini. HKI dibuat seniman (perajin) di Bali atas dasar
didalamnya mencakup UU RI. No. 28 pesanan desainnya dari luar. Banyak
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, produk asli dan tradisional di Bali diakui
memberikan perlindungan hukum Hak orang lain, banyak produk asli dan
Cipta. tradisional di Bali ditiru orang lain, dan
Pembentukan UU RI. No. 28 Tahun banyak produk luar juga meniru
2014 Tentang Hak Cipta ini tidak terlepas (membajaknya).
dari perkembangan masyarakat dunia pada Selanjutnya, berkaitan dengan
umumnya dan Indonesia pada khususnya pengaturan-pengaturan HKI secara
untuk memberikan suatu efek hukum HKI, Internasional dapat dilihat pada Paris
oleh karena itu tidak heran ketika sebagian Konverension, WIPO (World Intellectual
besar negara di dunia mulai memperhatikan Property Organization), The Agreemen on
HKI sebagai identitas dan karakter suatu Trade Releted Aspek of Intellectua Property
bangsa. Right (Trips), dan WTO (World Trade
Organization). Dalam penegakan hukum
42
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
HKI termasuk Hak Cipta, semua negara adalah suatu pola pikir masyarakat yang
anggota harus sesegera mungkin mementingkan keuntungan diri sendiri.
mengharmonisasikan system hukum HKI Namun kenyataan yang terjadi dan
sesuai dengan standar Trips. Indonesia berkembang di masyarakat banyak
mendapat tenggang waktu 1 januari 2000 ditemukan terjadi pelanggaran-pelanggaran
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dan penegakan hukumnya tidak berjalan
Trips secara bertahap. Dengan demikian efektif. Hal inilah yang menjadi
Trips Agreement, HKI yang dilindungi ketertarikan penulis untuk meneliti lebih
adalah sebagai berikut; (1) Hak Cipta, (2) dalam berkaitan dengan plagiasi.
Merek Dagang, (3) Paten, (4) Desain Selanjutnya, berkaitan dengan
Produk Industri, (5) Indikasi Geografis, (6) terjadinya plagiasi hak cipta karya seni rupa
Desain Tata Letak Terpadu, dan (7) Rahasia di Bali, secara normatif sistem
Dagang.5 Dalam penelitian ini penulis pengaturannya secara historis menurut Tim
memfokuskan pada Hak Cipta. Visi Yustisia dalam buku berjudul Panduan
Ketentuan karya ciptaan Resmi Hak Cipta dari Mendaftar,
mendapatkan perlindungan hukum secara Melindungi, hingga menyelesaikan
otomatis yang tertuang dalam UU. RI. No. Sengketa menyebutkan bahwa :
28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. “… Di Indonesia, perlindungan hak
Berkaitan dengan hal tersebut, seharusnya cipta telah dimulai dari zaman Hindia
pencipta karya seni mendaftarkan karya- Belanda dengan berlakunya Auteurswet
karya ciptanya kepada Direktorat Jenderal 1912 Stbl. 600/1912. Sejalan dengan
HKI. Namun apa yang terjadi, sejatinya berlakunya Auteurswet 1912 tetap
kenyataan di lapangan hasil ciptaan karya dipertahankan hingga terbitnya Undang-
seni tersebut sangat sedikit didaftarkan. Undang no. 6 tahun 1982 tentang hak
Ada beberapa faktor yang menyebabkan cipta yang kemudian diubah menjadi
para seniman atau pencipta karya seni Undang-Undang Ri No. 7 tahun 1987.
patung di Bali sedikit mendaftarkan karya Sepuluh tahun berselang, undang-
ciptanya dengan alasan-alasan sebagai undang tersebut diperbaharui menjadi
berikut. Pertama, kesadaran hukum dan Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1997,
ketidaktahuan masyarakat seniman di Bali lalu diperbaharui lagi menjadi Undang-
dan kedua, ketaatan hukum dan konsep Undang RI No. 19 tahun 2002 tentang
budaya hukum yang berbeda yang hak cipta yang disahkan pada 29 Juli
melandasi konsep berpikir masyarakat 2002.
Indonesia khususnya di Bali yakni bersifat Setelah DPR menyetujui Rencana
komunal. Bersifat komunal yang Undang-Undang (RUU) tentang Hak
dimaksudkan dalam tulisan tesis ini artinya Cipta yang menggantikan Undang-
karya-karya seni yang dihasilkan dipahami Undang RI. No. 19 Tahun 2002 dalam
sebagai milik bersama yang dimiliki oleh rapat paripurna, maka siberlakukan
keluarga atau masyarakat adatnya. peraturan perundang undangan terbaru,
Kemudian, lain halnya dengan konsep yaitu Undang-ndangRI. No. 28 Tahun
budaya hukum yang melatar belakangi 2014 tentang Hak Cipta….”6
masyarakat Negara-negara barat yang Hak cipta telah tertuang dalam UU.
cenderung lebih mengedepankan No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
kepentingan hak-hak individu dengan Dalam ketentuan umumnya Pasal 1 ayat ( 1
watak kapitalis. Watak kapitalis maksudnya ) menyatakan bahwa:
5
OK. Saidin, 2004, Aspek Hukum Hak Kekayaan 6
Tim Visi Yustisia, 2015, Panduan Resmi Hak Cipta
Intelektual (Intellectual Property Rights), Raja Dari Mendaftar, Melindungi, hingga Menyelesaikan
Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 210. Sengketa, Jakarta, Visimedia, Hal. xi.
43
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
44
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
7Muhamad abdul Kadir, 2004, Hukum dan Penelitian 9 Ibid. Hal. 13-14.
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal. 134.
8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001,
Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Hal. 12.
45
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
Cipta, buku-buku hukum, artikel, jurnal dan undang-undang hak cipta yakni hak moral.
internet.Bahan hukum tersier adalah bahan Hak Moral. Sebagaimana disyaratkan oleh
hukum yang memberikan petunjuk maupun Konvensi Berne (Pasal 6 bis) yang mana
penjelasan terhadap bahan hukum primer Indonesia juga merupakan salah satu negara
dan sekunder.10 bahan hukum tersier yang yang turut meratifikasi, Undang-Undang
dipergunakan dalam rancangan penelitian Hak Cipta memberi Pencipta hak untuk
ini adalah kamus hukum dan kamus bahasa menuntut dicantumkan nama atau nama
Indonesia. samarannya di dalam karyanya ataupun
Teknik pengumpulan data berupa salinannya dalam hubungan dengan
wawancara secara purposive agar data penggunaan secara umum (Hak Moral).
sesuai dengan topik dan rumusan masalah Hak Moral terpisah dari Hak Ekonomi dan
dalam penelitian ini yang digunakan yaitu akan terus mengikuti Pencipta bahkan jika
pertama studi dokumen melalui Pencipta telah mengalihkan hak
kepustakaan yang digunakan dengan cara ekonominya kepada pihak lain. UU RI No
menganalisis data-data yang bersumber 28 Tahun 2014 tentang hak cipta juga
dari data primer maupun data sekunder. melarang perubahan atas suatu karya tanpa
Data sekunder berbentuk bahan hukum izin Pencipta, termasuk perubahan judul
dikumpulkan dengan teknik dokumen dan dan anak judul karya tulis, pencantuman
pencatatan yang berupa buku-buku, tulisan dan perubahan nama atau nama samaran
dan pendapat para ahli hukum, dan bahan Pencipta. Termasuk perubahan yang
hukum tersier yang beruka kamus hukum dilarang yaitu distorsi, modifikasi, mutilasi
dan kamus bahasa Indonesia. Kedua, atau bentuk perubahan lainnya yang
wawancara adalah situasi peran antara meliputi pemutarbalikan, pemotongan,
pribadi bertatap muka (face to face), ketika perusakan, penggantian yang berhubungan
seorang yakni pewawancara mengajukan dengan karya cipta yang pada akhirnya
pertayaan-pertayaan yang dirancang untuk akan merusak apresiasi dan reputasi
memperoleh jawaban-jawaban yang Pencipta. Hak-hak tersebut di atas tidak
relevan dengan masalah penelitian.11 dapat dipindahkan selama Penciptanya
Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar, masih hidup, kecuali atas wasiat Pencipta
Kabupaten Badung dan Kabupaten berdasarkan peraturan perundang-
Gianyar. Berdasarkan data primer maupun undangan.
data sekunder selanjutnya akan dianalisis Pembatasan Hak Cipta, UU RI No 28
dengan menggunakan interpretasi dan Tahun 2014 tentang hak cipta mengatur
kualitatif. pemaparan yang dijelaskan pada soal pembatasan hak cipta ini di Pasal 43
masalah di atas maka analisis yang sampai 51. Pembatasan dan pengecualian
digunakan yakni analisi deskriptif, hak cipta dikenal dengan istilah "fair use"
interpretasi, dan kualitatif. atau "fair dealing" yang mengizinkan
pemakaian, pengambilan atau perbanyakan
4. Pembahasan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak
ciptanya sepanjang penggunanya menyebut
4.1 Pelaksanaan dan Perlindungan sumbernya dan hal itu dilakukan terbatas
Hukum Hak Cipta Karya Seni Rupa untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial
di Bali termasuk untuk kegiatan sosial. Fair use
Berbicara menganai pelaksanaan hak yang diatur dalam UU RI No 28 Tahun
cipta karya seni rupa Bali berkaitan dengan 2014 tentang hak cipta di antaranya:
10Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam 11Amirudin dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar
Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 23. Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, Hal. 84.
46
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
47
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
untuk menikmati secara ekonomis hasil dari Bali, mereka baru melakukan tindakan
suatu kreativitas intelektual.15 hukum apabila dilaporkan terlebih dahulu
Jadi pencipta karya seni rupa di Bali atau ada pihak yang melaporkan terjadinya
selain berhak memperbanyak barang suatu tindalan plagiasi terhadap karya seni.
ciptaanya, juga berhak mendapatkan hak Tujuan dari hak terkait dengan hak
ekonomisnya berupa upah dari hasil cipta adalah untuk melindungi kepentingan
ciptaanya. Menurut pasal 4 Undang- hukum pada orang tertentu dan badan
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak hukum yang memiliki kontribusi untuk
Cipta menyebutkan di dalam hak cipta pembuatan karya cipta terkait lainnya.
terkandung dua hak yaitu hak moral dan Namun, yang tidak dapat dikualifikasikan
hak ekonomi. Hak moral merupakan hak sebagai karya cipta berdasarakn UU RI No
dari pencipta untuk memperbanyak hasil 28 Tahun 2014 tentang hak cipta dari
ciptaanya sedangkan hak ekonomi adalah seluruh negara meskipun karya mereka
pencipta berhak mendapatkan royalty berisi keahlian organisional yang cukup
berupah upah dari hasil ciptaanya.16 secara teknis dan kreativitas untuk
Perlindungan hukum hak cipta karya pembenaran pengakuan sebagaimana suatu
seni rupa di Bali pada era globalisasi ini, karya cipta yang dilindungi hak cipta
pada umumnya orang sangat sebagai bagian dari hak kekayaan
mementingkan hak pribadinya, baik karya intelektual seorang pencipta. Hukum dari
cipta seninya maupun yang lainnya. hak terkait dengan hak cipta bertujuan
Sekarang hak cipta karya seni seseorang bahwa produksi sebagai hasil aktivitas
seniman sangat diperhatikan, terutama hak orang dan badan hukum tersebut diakui dan
morak dan hak ekonomi dari suatu karya dilindungi secara hukum dengan
yang telah mendapatkan hak cipta. sendirinya, sebagaimana hakl tersebut
Prakteknya di Bali, hanya hak terkait dengan perlindungan kepemilikan
ekonomi yang di dapatkan pencipta, berupa karya cipta di bawah hukum hak cipta.
pembayaran upah setelah hasil karya selesai Beberapa hukum secara jelas menyatakan
diciptakan pencipta. Sedangkan hak moral bahwa pelaksanaan hak terkait harus
dari pencipta banyak dilanggar oleh berpulang kepada dan tidak dengan cara
oknum-oknum yang tidak apapun membawa akibat perlindungan hak
bertanggungjawab dengan berupaya cipta17.
membuat perbayakan hasil ciptaan Mengacu uraian tersebut di atas,
termasuk dalam hal ini plagiatsi dari karya menurut Rahmi, teori huku yang menjadi
cipta. Hak Cipta merupakan delik biasa, argument perlindungan hak terkait dengan
bukan hanya pencipta saja yang boleh hak cipta didasarkan pada dua alasan yaitu:
bertindak ketika adanya pelanggaran, pertama, karya pemegang hak terkait tidak
namun pihak berwajib juga dapat bertindak memenuhi standard of copyrights ability,
apabila terjadi pelanggaran, namun dalam utamanya karena karyanya derajat keaslian
prakteknya di Bali, petugas berwajib dalam (originality) dan kreativitas (creativity)
hal ini kepolisian tidak ada yang bertindak sangat rendah. Kedua, kontribusinya bukan
ketika adanya suatu pelanggaran seperti merupakan “ Intelectual personal creation”
perbuatan plagiasi saat terjadinya
pelanggaran terhadap karya seni rupa di
15
Hadi Setia Tunggal, 2012,, Hukum Hak Letak Sirkuit Terpadu, CV. Novindo Pustaka
Kekayaan Intelektual(HKI/ HAKI), Harvarindo, Mandiri, Jakarta,h.4
Jakarta, h.1. 17
Rahmi Jened, 2014, Hukum Hak Cipta (copyrights
16
Sayud Margono, 2001, Komentar Atas Undang- law) . PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal.203-204.
undang Rahasia Dagang,Desain Induistri. Desain
48
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
18Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta dan Hak Terkait 19Ahkam Jayadi, 2015, Memahami Tujuan
dengan Hak Cipta, Program Magister HKI, Program Penegakan Hukum, Genta Perss, Yogyakarta,
Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, hal.53.
Januari 2013, Hal 1-3, lihat juga Rahmi Jened, Ibid,
205.
49
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
banyak Rp. 100. 000. 000,-00 (seratus tempat pertunjukan langsung (live
juta rupiah)”. performance). Dalam seni rupa (lukis dan
patung) penggandaan dapat terjadi dengan
Berdasar pada penjelasan pasal di metode mencetak untuk mendapatkan
atas, pasal 9 ayat (1) huruf I dimana produksi karya seni dalam jumlah banyak.
pencipta atau pemegang hak cipta Mencetak suatu produk seni banyak terjadi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 yakni dalam perkembangan seni dewasa ini untuk
hak ekonomi merupakan hak eksklusif mengejar materiil.para seniman tanpa
pencipta atau pemegang hak cipta untuk disadari karya-karya mereka di pebanyak
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan dengan metode mencetakan dan hasilnya
untuk melakukan penyewaan ciptaan. Hal sama perseis. Demikian juga terhadap
ini menunjukan bahwa penyewaan hak pendistribusian ciptaan atau salinannya
cipta penting dipahami oleh para seniman. para plagiator akan berusaha membuat
Dalam pasal 113 ayat (3) UU RI No. salinannya semirip mungkin untuk
28 Tahun 2014 disebutkan bahwa: mendapatkan pembeli sebanyak-bayaknya.
50
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
51
Vol. 1 No. 1 : 40-52 Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Juni 2017
ISSN 2597-7555
52