Pemeriksaan Eritrosit Dan Leukosit Pada Feses Balita Gizi Buruk Di Desa Mulyorejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan

Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 7

PEMERIKSAAN ERITROSIT DAN LEUKOSIT PADA FESES BALITA

GIZI BURUK DI DESA MULYOREJO KECAMATAN TIRTO


KABUPATEN PEKALONGAN

Fitrianingsih
Akademi Analis Kesehatan (AAK) Pekalongan
[email protected]
Abstract

A person's nutritional status depends on nutritional intake and their needs, if the nutritional
intake and body needs are balanced, it will result in a good nutritional status. The nutritional
intake needs of each individual differ between individuals, this depends on age, sex, activity,
body weight and height. Children who are underweight are due to insufficient nutritional
intake, this results in the use of their body's nutritional reserves for the needs and activities of
the body. Lack of nutritional intake from food can result in the use of body reserves, which
can cause tissue deterioration. This tissue deterioration is characterized by weight loss or
stunted growth in height. In this condition there have been chemical changes in the blood or
urine. Then there will be changes in the body's function to become weak and start to appear
distinctive signs due to deficiencies of certain nutrients.
In Mulyorejo Village, Tirto District, Pekalongan Regency is one of the villages included in
the poverty laboratory so it is a priority for the Pekalongan Regency Government in carrying
out development for the 2015-2020 period.
The results of this study varied the number of erythrocyte cells and leukocyte cells in
malnourished toddler feces. Based on the results of laboratory tests, it was found that two
children under five, the number of erythrocyte cells = 0-2 / TBSA, two children under five,
the number of erythocytes = 0-3 / TBSA, one toddler, the number of erythrocyte cells = 1-3 /
TBSA, two children under five, the number of cells. erythrocyte = 2-4 / TBSA, and one child
under five has a number of erythrocyte cells = 3-11 / TBSA. The results of the examination of
leukocytes showed that three children under five had the number of leukocyte cells = 1-4 /
TBSA, three children under five had the number of leukocytes = 2-5 / LPB, one toddler had
the number of leukocytes = 3-5 / TBSA, and one toddler had the number of cells leukocytes =
4-7 / LPB.
The conclusion of this study was that 100% of malnourished children under five had an
infection as evidenced by the results of the leukocyte examination above the normal value of
0-3 / TBSA and the results of the erythrocyte examination were not negative.

Keywords: Erythrocytes, Leukocytes, Malnourished Toddlers


A.Pendahuluan gizi mempunyai dimensi yang sangat

Gizi adalah salah satu faktor terpenting kompleks”. Adapun menurut Bappenas

yang mempengaruhi individu atau beberapa faktor yang menyebabkan gizi

masyarakat dan karenanya merupakan isu buruk atau kurang telah dijelaskan dan

fundamental dalam kesehatan masyarakat. diperkenalkan oleh UNICEF dan telah

Status gizi pada balita dapat berpengaruh disesuaikan dengan kondisi Indonesia,

pada beberapa aspek. Gizi kurang pada penyebabnya terdiri dari beberapa tahap

balita, membawa dampak negatif terhadap yaitu penyebab langsung, tidak langsung,

pertumbuhan fisik maupun mental yang akar masalah dan pokok masalah.

selanjutnya akan menghambat prestasi (Supariasa dkk,2012)

belajar. Akibat lainnya adalah penurunan Penyebab langsung yaitu konsumsi


daya tahan, menyebabkan hilangnya masa makanan anak dan penyakit infeksi yang
hidup sehat balita serta dampak yang lebih mungkin diderita anak. Penyebab gizi
serius adalah timbulnya kecacatan, kurang tidak hanya disebabkan makanan
tingginya angka kesakitan dan percepatan yang kurang tetapi juga karena penyakit
kematian.(Hartono,2020) infeksi. Anak yang mendapat makanan

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar yang baik tetapi karena sering sakit diare

(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan 17,7 atau demam dapat menderita kurang gizi.

% balita masih mengalami masalah gizi. Adapun penyebab tidak langsung yaitu

Angka tersebut terdiri atas balita yang ketahanan pangan di keluarga, pola

mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan pengasuhan anak, serta pelayanan

yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Menurut Data Profil Kesehatan persentase Faktor-faktor tersebut sangat terkait

balita usia 0-59 bulan menurut status gizi dengan tingkat pendidikan, pengetahuan

dengan indeks BB/U tahun 2017 di Jawa dan ketrampilan keluarga. Pola

Tengah angka gizi buruk 3%, gizi kurang pengasuhan anak dapat berpengaruh

14%, dan gizi baik 81,6% sementara tahun terhadap konsumsi makanan anak dan

2018 angka gizi buruk 3,1%, gizi kurang penyakit infeksi yang mungkin diderita

13,7% dan gizi baik 80,6%.(Depkes,2018) anak balita. (RI dan WHO,2020)

Dalam buku penilaian status gizi Berdasarkan data dari Bappeda

buruk (2002) “konsep terjadinya keadaan Kabupaten Pekalongan tahun 2019, desa
Mulyorejo termasuk dalam Desa Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.
Laboratorium kemiskinan sehingga Sampel dalam penelitian ini adalah balita
menjadi prioritas pembangunan oleh gizi buruk di Desa Mulyorejo sebanyak 8
Pemerintah Kabupaten Pekalongan. orang balita. Penelitian dilakukan pada
Menurut data dari Puskesmas Tirto II pada tanggal 24,26 dan 27 Januari 2020 di Balai
bulan Agustus 2019 terdapat 8 orang balita Desa Mulyorejo.
menderita gizi buruk di Desa Mulyorejo
Tahapan dalam penelitian ini meliputi :
Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan
namun terdapat 1 orang balita yang 1. Survey Lokasi Desa Mulyorejo
meninggal dunia pada akhir bulan Kecamatan Tirto Kabupaten
Desember. Menurut informasi dari bidan Pekalongan.
desa bahwa balita yang mengalami gizi 2. Pengambilan Data Balita Gizi Buruk
buruk seperti fenomena gunung es di Puskesmas Tirto II Kabupaten
maksudnya adalah penderita gizi buruk Pekalongan.
yang terlihat hanya dari segi permukaan 3. Wawancara pendahuluan dengan
saja sementara kemungkinan jumlah Bidan Desa di Kelurahan Mulyorejo
penderita gizi buruk yang sebenarnya lebih terkait data jumlah balita gizi buruk
banyak. serta data jumlah posyandu.
4. Tentukan topik yang akan dijadikan
Berdasarkan uraian di atas peneliti
sebagai bahan penelitian dilanjutkan
tertarik melakukan penelitian tentang
pembuatan proposal penelitian atas
pemeriksaan eritrosit dan leukosit pada
persetujuan pimpinan AAK.
feses balita gizi buruk di Desa Mulyorejo
5. Sosialisasi tentang pengambilan
Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.
feses pada ibu balita gizi buruk
B. Metode Penelitian sebelum hari H penelitian.
6. Pemberian informasi ke orang tua
Penelitian ini merupakan jenis
balita mengenai prosedur
penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian
pengambilan feses disertai
yang bertujuan memberikan gambaran
pembagian pot feses dan pengisian
tentang suatu fenomena/gejala. Pada
inform consent kemudian setelah pot
penelitian ini dilakukan pemeriksaan
feses terkumpul lalu dilakukan
eritrosit dan leukosit pada feses balita gizi
pengiriman pot feses ke laboratorium
buruk. Populasi dalam penelitian ini adalah
Gajah Mada Pekalongan.
seluruh balita di Desa Mulyorejo
7. Pengambilan hasil pemeriksaan di ke tiga semua sampel baru bisa terkumpul
laboratorium Gajah Mada kemudian dengan baik.
menyampaikan hasilnya kepada
bidan desa untuk dikomunikasikan
kepada ibu balita gizi buruk serta Hasil penelitian pemeriksaan eritrosit
sebagai bahan diskusi untuk dan leukosit pada feses balita gizi buruk di
disampaikan kepada Dokter Desa Mulyorejo Kecamatan Tirto
Puskesmas. Kabupaten Pekalongan adalah sebagai
berikut:
C.Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Eritrosit dan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal leukosit Pada Feses Balita Gizi
24,26 dan 27 Januari 2020 di Desa Buruk di Desa Mulyorejo
Mulyorejo Kecamatan Tirto. Pembagian kecamatan Tirto

pot feses dilakukan pada tanggal 24 No. Nama Hasil Pemeriksaan


Januari sekaligus pengisian inform consent Laboratorium
oleh ibu/bapak balita gizi buruk sebelum Eritrosit Leukosit
1 Roh 0-3/LPB 2-4/LPB
dilakukan pengambilan sampel feses. 2 M.Al 0-2/LPB 1-3/LPB
Peneliti memberikan pengarahan tentang 3 M.Hu 0-2/LPB 3-5/LPB
4 Ris 1-3/LPB 2-5/LPB
bagaimana prosedur pengambilan feses 5 Alk 0-3/LPB 2-5/LPB
kepada ibu/bapak balita gizi buruk beserta 6 Ais 2-4/LPB 1-3/LPB
7 Erz 2-3/LPB 1-4/LPB
waktu pengambilannya. Pada pot feses 8 Bim 3-11/LPB 4-7/LPB
sudah diberi label nama penderita balita
gizi buruk untuk memudahkan dalam
melakukan identifikasi. Pada hari pertama
penelitian terdapat 3 orang balita yang D. Pembahasan
belum bisa memberikan sampel feses
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan
sehingga peneliti memberikan jangka
absorbsi dari makanan yang dimakan lalu
waktu untuk pengambilan feses balita.
dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.
Begitu sampel sudah diperoleh sebanyak 5
Jumlah normal produksi 100-200
pot sampel feses lalu dilakukan
gram/hari. Feses terdiri dari air, makanan
pengiriman ke laboratorium gajah mada
tidak tercerna, sel epitel, debris, selulosa,
Pekalongan untuk dilakukan pemeriksaan.
bakteri dan bahan patologis. Jenis
Pada hari kedua baru ada 1 orang yang
makanan serta gerak peristaltik
mengumpulkan feses kemudian pada hari
mempengaruhi bentuk, jumlah maupun pengambilan feses hari I yaitu pada
konsistensinya dengan frekuensi defekasi tanggal 27 Januari 2020 responden
normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu. memberitahu bahwa balitanya sudah
Indikasi dilakukan pemeriksaan feses mengeluarkan feses. Peneliti lalu
antara lain adanya diare dan konstipasi, membawa pot feses ke laboratorium gajah
adanya darah dalam tinja, adanya lendir mada.
dalam tinja, adanya ikterus, adanya Menurut literatur eritrosit hanya
gangguan pencernaan, dan kecurigaan terlihat bila terdapat lesi dalam kolon,
penyakit gastrointestinal. rektum atau anus. Sedangkan bila
Feses untuk pemeriksaan sebaiknya lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah
yang berasal dari defekasi spontan. Jika hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu
pemeriksaan sangat diperlukan, sampel berarti abnormal. Berdasarkan hasil
tinja diambil dengan jari bersarung dari pemeriksaan ditemukan eritrosit terbanyak
rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai pada balita yaitu 3-11/LPB.
tinja sewaktu, jarang digunakan tinja 24 Dalam keadaan normal dapat terlihat
jam untuk pemeriksaan tertentu. Tinja beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.
hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan
kalau dibiarkan mungkin sekali unsur- peradangan didapatkan peningkatan
unsur dalam tinja itu menjadi rusak. jumlah leukosit. Berdasarkan hasil
Umumnya pengambilan sampel feses pemeriksaan ditemukan leukosit terbanyak
dilakukan di rumah/laboratorium. Bila pada balita yaitu 4-7/LPB.
sampel feses diambil di rumah, feses 100% balita gizi buruk mengalami
sebaiknya dibawa ke laboratorium, kurang infeksi dibuktikan dengan hasil
dari 1 jam. pemeriksaan leukosit di atas nilai normal
Pada penelitian ini, responden telah 0-3/LPB dan hasil pemeriksaan eritrosit
diberitahu tentang prosedur pengambilan tidak ada yang negatif. Infeksi merupakan
feses pada balitanya. Tidak semua balita salah satu penyakit yang sering terjadi
rutin mengeluarkan feses 3x per-hari pada anak batita, dimana salah satu
sampai 3x per-minggu. Ada satu balita penyebab infeksi adalah keadaan status
yang mengeluarkan fesesnya 1x per- gizi batita yang kurang secara langsung
minggu sehingga peneliti mendatangi dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan
kembali rumah responden untuk Ibu khususnya tentang makanan yang
menanyakan apakah balita tersebut sudah bergizi. Kecukupan gizi yang baik pada
mengeluarkan fesesnya. Setelah 4 hari dari anak akan meningkatkan daya tahan
terhadap penyakit, anak yang mengalami Hasil penelitian ini sejalan dengan
kurang gizi akan mudah terkena penyakit penelitian sebelumnya (Gupta SS dan
terutama penyakit infeksi. Seperti Monira S,2011) di India dan di Bangladesh
diketahui bahwa hubungan infeksi dengan melaporkan kejadian diare banyak dialami
status gizi sangat erat demikian juga oleh anak malnutrisi karena terjadi
sebaliknya. inflamasi kronis pada lambung bagian
Faktor konsumsi makanan merupakan bawah dan berkaitan dengan ulserasi usus
penyebab langsung dari kejadian gizi dan lambung, selain itu balita malnutrisi
buruk pada balita. Hal ini disebabkan juga sering mengalami infeksi saluran
karena konsumsi makanan yang tidak cerna sehingga berakibat pada malabsorbsi
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi zat gizi dan penurunan kesehatan.
yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu
beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan
aman sehingga akan berakibat secara
langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan balita. Faktor penyakit
infeksi berkaitan dengan penyakit menular
terutama diare, cacingan dan penyakit E.Daftar Pustaka
pernapasan akut (ISPA). Faktor 1. Hartono.Status Gizi Balita dan
kemiskinan sering disebut sebagai akar Interaksinya. Sehat
dari kekurangan gizi, yang mana faktor ini negeriku.kemkes.go.id, diakses
tanggal 10 Januari 2020.
erat kaitannya terhadap daya beli pangan
2. Data dan Informasi Profil Kesehatan
di rumah tangga sehingga berdampak Indonesia 2018.www.depkes.go.id,
terhadap pemenuhan zat gizi. diakses tanggal 10 Januari 2020.
3. Supariasa, IDN, Bakri, B, dan
Status gizi buruk pada balita dapat Fajar,I.2012. Penilaian Status
Gizi.Jakarta:Gizi Kedokteran EGC.
menimbulkan pengaruh yang dapat
4. RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan
menghambat pertumbuhan fisik, mental, dan Gizi Nasional 2001-2005. Jakarta.
maupun kemampuan berpikir. Balita yang 5. Irawati Y. Hubungan antara Riwayat
menderita gizi buruk dapat mengalami Infeksi dan Pengetahuan Gizi Ibu
dengan Status Gizi Balita di
penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10%. Puskesmas Jatibarang Brebes.[cited
Dampak paling buruk dari gizi buruk yaitu 2015 Feb 2]. Semarang:Universitas
kematian pada umur yang sangat dini. Muhammadiyah Semarang, 2007.
6. Notoadmodjo. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. PT Rineka
Citra: Jakarta.
7. Gupta SS, Mohammed MH, Ghosh
TS, Kanugo S, Nair GB, Mande SS.
Metagenome of the gut of a
malnourished children. Gut pathogens.
2011; 3: 1-9.
8. Monira S, Nakamura S, Gotoh K,
Izutsu K, Watanabe H, Alam NH, et
al. Gut microbiota of healthy and
malnourished children in Bangladesh.
Frontiers in microbiology. 2011; 2: 1-
7.

You might also like