5601 11330 1 SM
5601 11330 1 SM
5601 11330 1 SM
Abstract: Hospitals are included in the group vulnerable to disasters that it is necessary to determine how
attitudes of regulation, knowledge and attitudes of nurses are related to earthquake preparedness. The purpose
of this study was to determine the relationship of regulation, knowledge and attitudes to disaster preparedness in
the Regional Public Service Agency (BLUD) of Ibu dan Anak Hospital. This study used quantitative research,
with cross-sectional study method. The population of this study was all nurses in BLUD of Ibu dan Anak
Hospital of Aceh Government. Samples were collected by using purposive sampling technique with total samples
of 74 people. The variables of this study consists of independent variables were attitudes of regulation,
knowledge, attitudes of nurses and dependent variable was earthquake disaster preparedness. The results
showed that the value of 2-count (regulation=8.644, knowledge=10.014, attitude=13.682) > 2-tabel (3.841). It
could be concluded that there was a relationship between regulation, knowledge and attitudes to the earthquake
disaster preparedness in BLUD of Ibu dan Anak Hospital of Aceh Government.
Abstrak: Rumah sakit termasuk dalam kelompok rentan terhadap bencana maka dipandang perlu untuk
mengetahui bagaimanakah sikap tentang regulasi, pengetahuan dan sikap perawat berhubungan dengan
kesiapsiagaan bencana gempa bumi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan sikap tentang regulasi,
pengetahuan dan sikap perawat terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi di Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Ibu dan Anak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif, dengan metode cross
sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di BLUD Rumah Sakit Ibu dan
Anak Pemerintah Aceh, pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling sehingga didapatkan sampel
sebanyak 74 orang, variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu sikap tentang regulasi,
pengetahuan, sikap perawat dan variabel dependen kesiapsiagaan bencana gempa bumi, selanjutnya data di
analisis menggunakan chi-kuadrat. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai x2 hitung untuk sikap tentang
regulasi adalah 8.644, pengetahuan 10,014 dan sikap perawat 13.682 > dari x 2 tabel (3,841) sehingga dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara sikap tentang regulasi, pengetahuan dan sikap perawat terhadap
kesiapsiagaan bencana gempa bumi di BLUD Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh.
PENDAHULUAN
Berdasarkan atlas peta risiko bencana Aceh kapan saja (TDMRC, 2011). Belajar dari
2011, menunjukkan bahwa kejadian gempa dan peristiwa ini masyarakat internasional telah
tsunami di Aceh pernah terjadi pada tahun menyusun suatu kesepakatan tentang Hyogo
1797, 1891, 1907 dan 2004. Kejadian tsunami Framework for Action (HFA) atau Kerangka
26 Desember 2004 mengakibatkan 126.915 Aksi Hyogo (2005-2015) membahas tentang
jiwa meninggal, 37.063 jiwa hilang, kira-kira aksi-aksi yang harus dilakukan untuk
100.000 jiwa menderita luka berat dan luka membangun ketangguhan bangsa dan
ringan disertai 517.000 unit rumah hilang, masyarakat terhadap bencana yang memiliki 5
serangkaian peristiwa ini telah mengingatkan prioritas aksi utama yaitu pengurangan risiko
kita bahwa gempa dan tsunami bisa terjadi bencana / PRB sebagai prioritas nasional dan
daerah yang dilaksanakan melalui kelembagaan kemampuan untuk memobilisasi sumber daya
yang kuat, mengidentifikasi, mengkaji, dan (LIPI, UNESCO/ISDR, 2006).
ketahanan pada seluruh tingkatan masyarakat,
mengurangi faktor-faktor mendasar penyebab Djalali, dkk., (2012) menyatakan bahwa
timbulnya atau meningkatnya risiko bencana, partisipasi rumah sakit yang ada di Iran telah
memperkuat kesiapsiagaan dalam menghadapi membuat keputusan yang lebih baik selama
bencana pada semua tingkatan masyarakat agar berlangsunggnya pelatihan Hospital Incident
respon yang dilakukan lebih efektif Command System (HICS), dimana rumah sakit
(International Strategy for Disaster Reduction, tingkatan menengah telah meningkatkan
2005). performance yag lebih baik setelah
penggabungan Rumah Sakit Pendidikan dan
Lahirnya Undang-Undang Nomor 24 tahun Rumah Sakit Publik. Hasil kerja HICS telah
2007 tentang Penanggulangan Bencana yang dapat digunakan sebagai langkah respon rumah
diikuti dengan beberapa turunan peraturan di sakit. Kami percaya sebuah perencanaan
tahun 2008, memberikan berbagai pertanda komprehensif disaster plan rumah sakit tidak
membaiknya penanggulangan bencana di hanya dari elemen manajerial dan operasional
Indonesia di tingkat regulasi. Hal tersebut patut kesiapsiagaan rumah sakit, tetapi juga perlu
kita hargai, terlepas dari masih adanya celah, dukungan dari berbagai organisasi rumah sakit.
seperti hambatan internal dari kelembagaan
formal di semua tingkat sebagai birokrasi yang Bencana gempa yang telah terjadi berulang kali
tidak efisien, proses pembuatan kebijakan yang harusnya menjadikan pembelajaran untuk lebih
top-down dan yang tidak berbasis hak (Lassa, menyiapkan diri terhadap dampak yang
dkk., 2009). mungkin timbul, khususnya di tempat-tempat
gedung publik atau kelompok-kelompok yang
Gempa bumi merupakan bencana yang tidak lebih rentan terhadap bencana. Namun
secara langsung menyebabkan kematian pada demikian, fenomena yang terjadi dalam
korban, hal yang perlu dilakukan untuk penanganan gempa
mengurangi resiko kematian dan kesakitan
akibat gempa ialah dengan mengurangi resiko selama ini belum berjalan optimal dimana
gempa di masyarakat, yakni dengan jalan perhatian dan kepedulian semua pihak masih
meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait terfokus pada paska terjadinya gempa untuk
gempa untuk pengurangan risiko bencana. merespon tanggap darurat, rehabilitasi dan
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana rekonstruksi. Sedangkan upaya-upaya mitigasi
adalah sebuah proses pembelajaran bersama dan kesiapsiagaan masih belum mendapat
yang bersifat interaktif di tengah masyarakat perhatian yang lebih optimal ditingkat lembaga
dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan atau institusi, demikian juga dengan institusi
pendidikan pengurangan risiko bencana lebih rumah sakit. Rumah sakit sebagai institusi
luas daripada pendidikan formal di sekolah dan pelayanan kesehatan telah memiliki suatu
universitas. Termasuk di dalamnya adalah regulasi yaitu Pasal 3 dalam Undang-undang
pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional No 44 menyatakan tentang memberikan
dan pengetahuan lokal bagi perlindungan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
terhadap bencana alam. Kesiapsiagaan untuk masyarakat, lingkungan rumah sakit dan
mengantisipasi bencana alam yaitu pengetahuan sumber daya manusia di rumah sakit (UU
dan sikap terhadap resiko bencana, kebijakan No.44 Tahun 2009).
dan panduan, rencana untuk keadaan darurat Rumah sakit sebagai salah satu sub sektor
bencana, sistem peringatan bencana dan pembangunan di bidang kesehatan dalam
Tabel 4
Tabel 2
BLUD Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah sebanyak 81%. Parameter terendah adalah
Aceh, dilakukan dengan menggunakan formula masyarakat yang tinggal dispenjang daerah
Chi Square dapat dilihat pada Tabel 6 berikut pesisir dan berpotensi sebagai nelayan dan
ini : mayoritas tingkat pendidikannya rendah yang
terkesan cuek dengan informasi-informasi yang
Tabel 6 disampaikan oleh pemerintah atau pihak
Hubungan pengetahuan dengan kesiapsiagaan berwenang baik melalui penyuluhan langsung
bencana gempa Bumi oleh perawat pelaksana di ataupun melalui media massa cetak atau
televisi. Sesuai dengan hasil penelitian LIPI
(2006), menunjukkan pengaruh paling besar
Kesiapsiagaan dalam perhitungan tingkat kesiapsiagaan
Bencana Gempa
Penge masyarakat perdesaan Aceh adalah tingkat
Bumi
Total x2 pengetahuan yang dinilai cukup baik untuk
hitung
tahuan individu/rumah tangga, sehingga nilai indeks
Siap Kurang
Siap pengetahuan rumah tangga sebesar 72 yang
dapat dikategorikan siap.
44 7
Baik (86,3% (13,7%) 51 Hubungan sikap perawat dengan
) kesiapsiagaan bencana gempa bumi
10,0 Analisa bivariat hubungan antara sikap perawat
12 11
14 dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi di
Kurang (52,2% (47,8%) 23
) BLUD Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah
Aceh, dilakukan dengan menggunakan formula
Jumlah 56 18 74 Chi Square dapat dilihat pada Tabel berikut ini
:
RSIA Pemerintah Aceh
Tabel7
International Strategy for Disaster Reduction. Santosa, E., dan Rianita, T. 2013. Analisis
2005. Hyogo Framework for Action Kapasitas Fungsional RSU
2005-2015. A/CONF.206/6. World PKUMuhammadiyah Bantul, Yogyakarta
Conference on Disaster Reduction. .Jurnal Medicoeticolegal dan Manajeman
Rumah Sakit. Vol 2 (3): 4-10.
Lassa, J., Pujiono, P., Pristiyanto, D.,
Paripurno, E.T., Magatani, A., Purwati,H. Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan
2009. Kiat Tepat Mengurangi Risiko Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Bencana. Jakarta : Gramedia Widiasarana Pelajar.
Indonesia.
Saptadi, G & Djmal, H. 2012. Kajian model
Lenawida. 2011. Pengaruh pengetahuan, sikap desa tangguh bencana dalam
dan dukungan anggota keluarga terhadap kesiapsiagaan penanggulangan bencana
kesiapsiagaan rumah tangga dalam bersama BPBD D.I Yogyakarta. Jakarta.
menghadapi bencana gempa bumi di desa Jurnal Penanggulang Bencana, Vol 3(2)
Deyah Raya kecamatan Syiah Kuala :1-13.
Kota Banda Aceh. Tesis.
Syafrizal. 2013. Tingkat Pengetahuan,
LIPI–UNESCO/ISDR. 2006. Kajian Kesiapsiagaan dan Partisipasi
Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Masyarakat dalam Pembangunan Jalur
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Evakuasi Tsunami di Kota Padanguntuk
Tsunami. Jakarta: Deputi Ilmu dalam ejournal.unp.ac.id/students/index.p
Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu hp/pgeo/article/download/582/341di
Pengetahuan Indonesia. unduh tanggal 6 Desember 2013.
Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku TDRMC. 2011. Atlas peta risiko bencana aceh.
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. TDRMC, Banda Aceh.