Babad Tanah Jawi
Babad Tanah Jawi
ABSTRACT
Mentor Nur Fauzan Ahmad S.S., M.A., Dra. Mirya Anggrahini, M.Hum.,
INTISARI
Fransiska, 2018. “Perbandingan Cerita Arya Penangsang Versi Naskah Babad Pajang
dan Cerita Rakyat (Kajian Intertekstual disertai Suntingan Teks”. Skripsi S1 Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.
Pembimbing Nur Fauzan Ahmad, S.S., M.A., Dra. Mirya Anggrahini, M.Hum.,
Naskah Babad Pajang diperoleh penulis dengan studi pustaka dan observasi
pada Katalogus daring Yayasan Sastra Lestari Surakarta dengan nomor 1845. Penulis
menemukan delapan naskah dengan judul serupa di katalog daring dari beberapa situs
penyimpanan naskah. Selain itu penulis juga menggunakan cerita rakyat dari
masyarakat Desa Jipang sebagai objek penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah memaparkan deskripsi naskah, transliterasi,
translasi teks, suntingan teks, dan analisis intertekstual cerita Arya Penangsang dalam
Babad Pajang dan cerita rakyat. Landasan teori yang digunakan adalah teori filologi
untuk memperoleh suntingan teks yang mendekati asli, teori folkor untuk
memperoleh cerita rakyat yang beredar di masyarakat Desa Jipang, teori struktural
untuk menganalisis unsur intrinsik dalam Babad Pajang dan cerita rakyat, serta teori
intertekstual untuk menganalisis keterkaitan cerita Arya Penangsang dalam Babad
Pajang dan cerita rakyat. Sedangkan metode yang digunakan meliputi pengumpulan
data, analisis data dan penyajian hasil analisis data.
Observasi cerita rakyat yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan
bahwa tidak semua masyarakat Jipang berani untuk menceritakan kisah seputar Arya
Penangsang. Masyarakat desa mempercayai bahwa mereka akan terkena malapetaka
jika salah dalam menceritakan hal yang berkaitan dengan tokoh Arya Penangsang.
Hasil analis naskah dengan menggunakan intertekstual adalah Babad Pajang
merupakan hipogram dari cerita rakyat Arya Penangsang yang beredar di masyarakat
Jipang. Kedua versi cerita memiliki keterkaitan dan berfungsi saling melengkapi.
METODE PENELITIAN
1. Pengumpulan Data
Usaha pengumpulan data menjadi langkah utama dalam suatu penelitian
filologi, data yang digunakan penulis adalah data primer dan data sekunder, data
primer dari penelitian ini adalah cerita mengenai Arya Penangsang yang diambil
dari masyarakat Jipang dan naskah Babad Pajang sedangkan data sekundernya
adalah beberapa hal terkait dengan cerita Arya Penangsang di Jipang.
DESKRIPSI NASKAH
1. Bagian umum
a) Judul Naskah : Babad Pajang
b) Tempat Penyimpanan naskah : Yayasan Sastra Lestari
c) Judul dalam teks : terdapat 26 judul pupuh/
tembang yang berada dalam
naskah Babad Pajang tetapi
penulis hanya mengambil enam
d) Nomor naskah : 1845pupuh yaitu dua pupuh
e) Ukuran sampul : 35 x dhandanggula,
22 cm pangkur, sinom,
f) Halaman : 33,5 durma,
x 19 cmdan asmaradhana.
g) Blok teks : 25,8 x 14 cm
h) Bahasa : Jawa kuna (kawi)
i) Aksara : Jawa
e) Jumlah baris/halaman : 26
f) Jarak antar baris : 1 cm
g) Ukuran pias : 5,7 x 5,5 cm
h) Jumlah kuras : 13
i) Jumlah pelindung : Tidak ada
j) Cara penggarisan : Tidak ada
k) Jild : 1 dari 1
3. Tulisan
a) Penulisan halaman :
Penulisan menggunakan tinta berwarna
hitam yang sekarang sudah berwarna
kecoklatan pada bagian belakang sudah
tembus pada halaman berikutnya tulisan
miring ke kanan.
Berikut ini merupakan ringkasan cerita rakyat Arya Penangsang dari beberapa variasi
teks yang didapatkan dari ketiga narasumber.
Aspek: Latar
Babad Pajang Cerita rakyat Kedua cerita memiliki latar
memiliki latar memiliki latar yang sama dan berbeda.
dominan di Kerajaan dominan di Kerajaan Latar pada Babad Pajang
Pajang Jipang dan Demak lebih sering terjadi di
Kerajaan Pajang, sedangkan
dalam cerita rakyat latar
sering terjadi di Kerajaan
Jipang dan Demak. Hal ini
juga dipengaruhi oleh
dimana cerita ini tumbuh.
Babad Pajang berkembang
di daerah Pajang, sedangkan
cerita rakyat berkembang di
daerah Jipang
KESIMPULAN
Babad Pajang merupakan naskah yang diperoleh dari Yayasan Sastra Lestari,
Solo. Naskah ini ditulis pada tahun 1503 A.J tanpa disertai nama penulis (anonim),
ditulis dengan aksara Jawa, dan bahasa Jawa Kawi, bernomor katalog 1845 dengan
jumlah halaman 275. Dalam naskah ini terdapat 26 pupuh yang berupa tembang.
Namun, penulis hanya akan meneliti enam pupuh dari 26 pupuh yang terdapat dalam
naskah Babad Pajang, yaitu dua pupuh dhandhanggula, pangkur, sinom, durma, dan
asmaradhana, karena terdapat peristiwa yang menceritakan tentang konflik Adipati Arya
Penangsang dengan Sultan Hadiwijaya.
DAFTAR PUSTAKA
Baried, Siti Baroroh. 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan
Publikasi Fakultas Sastra Seksi Filologi UGM.
Danandjaja James. 1994. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.
Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Tim Jurusan Sastra Indonesia. 2012. Buku Pedoman Pembimbingan, Konsultasi, dan
Penulisan Skripsi. Semarang: FASindo.