Cengkeh 1
Cengkeh 1
Cengkeh 1
Analisis Teknologi Pengolahan Hasil Dan Kelayakan Finansial Cengkeh Di Desa Lelamo, Kecamatan
Kulisusu Utara, Kabupaten Buton Utara
[Analysis Of Yield Processing Technology And Financial Feasibility Of Cloves In Lelamo Village, Northern
Kulisusu Subdistrict, Northern Buton District]
ABSTRACT
This study aims to ascertain whether it is financially feasible or not feasible for farmers to process dried clove
flowers, wet cloves and clove flower stalks and to find out the processing of clove flower stalks into essential oils. in Lelamo
Village, North Kulisusu Subdistrict, North Buton Regency which is still a beginner. The method of determining the sample
used in this study is the purposive sampling method. where each farmer counts total costs and variable costs and is
deducted by farmers' income from the results of one-year clove penen. The samples were then analyzed qualitatively with
income and quantitative analysis methods using the R / C ratio method. The results showed that the processing technology
of clove flower stems into essential oils was feasible to be developed with 260 kg of essential oils produced during one
harvest period. Where the receipt is Rp. 57,200,000, the total cost is Rp. 4,008,000 and the income is obtained from the
income minus the total cost of Rp. 17,120,000. The financial situation of the clove flower processing business produced by
the respondent farmers in Lelamo Village, North Kulisusu Subdistrict, North Buton Regency with an average production of
dried clove flowers as much as 347.5 kg / year, wet clove 119.6 kg / year, and clove flower stalks as much as 96.4 kg / year.
From the calculation results, the total total cost of processing clove flowers for one harvest season is Rp. 6,274,500 / year.
Based on the results of the calculation of the financial feasibility analysis of the clove flower business, the R / C ratio of 4.90
is obtained, which is obtained from the average revenue divided by the total cost. For the business of processing dried clove
flowers, wet cloves, and clove flower stems financially feasible to develop in terms of the feasibility of the R / C ratio> 1,
which is equal to 4.90.
Keywords: clove flowers, clove flower stalks, income
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memastikan apakah layak atau tidak layak secara finansial pendapatan petani pada
pengolahan bunga cengkeh kering, cengkeh basah dan tangkai bunga cengkeh dan untuk mengetahui proses pengolahan
tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri di Desa Lelamo, Kecamatan Kulisusu Utara, Kabupaten Buton Utara. Metode
penentuan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu setiap petani dihitung
biaya total dan biaya variabel dan dikurang dengan penerimaan petani dari hasil penen cengkeh selama satu tahun. sampel
kemudian dianalisis kualitatif dengan metode analisis pendapatan dan kuantitaf dengan metode R/C ratio, hasil yang
diperoleh menunjukan teknologi pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri layak untuk dikembangkan
dengan hasil produksi minyak atsiri sebanyak 260 kg selama satu kali periode musim panen. Dimana penerimaan sebesar
Rp 57.200.000, biaya total sebanyak Rp 4.008.000 dan pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurang biaya total sebesar
Rp 17.120.000. Keadaan finansial dari usaha pengolahan bunga cengkeh yang dihasilkan petani responden di Desa Lelamo
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara dengan rata-rata produksi bunga cengkeh kering sebanyak 347,5
kg/tahun, cengkeh basah 119,6 kg/tahun, dan tangkai bunga cengkeh sebanyak 96,4 kg/tahun. Dari hasil perhitungan
1
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
diperoleh besarnya biaya total rata-rata pengolahan bunga cengkeh untuk satu kali musim panen sebesar Rp
6.274.500/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pengolahan bunga cengkeh diperoleh
nilai R/C ratio sebesar 4,90. Untuk usaha pengolahan bunga cengkeh kering, cengkeh basah, dan tangkai bunga cengkeh
secara finansial layak untuk dikembangkan ditinjau dari kelayakan nilai R/C ratio > 1 yaitu sebesar 4,90.
Kata kunci :Bunga cengkeh, tangkai bunga cengkeh, pendapatan,
PENDAHULUAN
Cengkeh (sysngium aromaticum L Merr dan Perry), termaksud dalam family Myrtaceae dan merupakan
salah satu tanaman rempah asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Maluku, kemasyuhuran cengkeh dan
berbagai jenis rempah Indonesia lainnya sudah dikenal dunia sejak beradab-abad yang silam. Cengkeh ialah
sejenis bunga kering dari tanaman Syzigium Aromaticum. Cengkeh memiliki nama lain yakni cloves. Cengkeh
memang berupa bungan dari pohon Myrtaceae. Cengkeh dalam keadaan segar berwarna merah ketika mekar
berwarna coklat kehitaman apabila di keringkan, berbentuk seperti bunga kecil, dan beraroma wangi.
Cengkeh (Eugenia Aromaticam OK atau Zysigium Aromaticum L) termaksud dalam family Myrtaceae.
Merupakan tanaman yang cocok ditanam baik didaratan rendah maupun hidup dipegunugan pada ketinggian 500-
1100 m DPL dan ditanah yang berdrainase baik. Tanaman cengkeh memerlukan intensitas cahaya yang kuat.
Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh tanah yang gembur, humus sedang-tinggi, permeabilitas sedang,
keasaman tanah (pH) berkisar antara 5,0-6,5, suhu udara 25 0c-28 0c, curah hujan yang 1500-2500 mm/tahun.
Tanaman ini berbentuk pohon tingginya dapat mencapai 20-30 m, dapat berumur lebih dari pada 100 tahun.
Panen cengkeh adalah kegiatan memperkirakan jumlah bunga yang akan dipanen. Taksasi dikebun
brangga banaran mengunakan tehnik sensus dan dilakukan sebanyak 3 kali taksasi. Taksasi petama adalah
taksasi melihat kuncup bunga yang telah tumbuh. Taksasi ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah pohon
yang telah memiliki kuncup bunga dari seluruh pohon yang ada. Taksasi pertama biasanya dilakukan pada bulan
januari. Taksasi kedua adalah melihat perkembangan bunga dari taksasi petama taksasi kedua biasanya di
lakukan pada bulan maret. Taksasi ketiga yaitu menentukan volume panen. Panen cengkeh biasanya dilakukan
secara manual yaitu pekerja memetik secara langsung dengan mengunakan alat bantu seperti tanga. Kegiatan
panen biasanya berlansung 3 hinga 4 bulan (Juni – agustus). Pekerja panen terdiri dari pekerja borongan dan
pekerja harian. Peralatan panen yang digunakan di antaranya, karung, dan tangga peralatan lain yang sekiranya
di perlukan di bawa sendiri oleh pekerja seperti sepatu, sarung tangan, dan karung tambahan. Bunga yang di
panen adalah bunga yang sudah matang petik yang memiliki ciri warna bunga yang kuning kemerahan dan kepala
bunga berbentuk bulat besar (Luthfi, 2017).
2
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
Pengeringan cengkeh oleh petani biasanya dilakukan setelah proses pemetikan dan proses sortasi
berlangsung tanpa melakukan proses pemeraman terlebih dahulu. Proses pengeringan oleh petani dilakukan di
bawa sinar matahari langsung dengan mengunakan alas pengering terpal, karung, dan tikar. (Evendi, 2015).
Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh
mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, Tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan
cabang-cabangnya cukup lebat. Tanaman cengkeh memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat
telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan
atas mengkilap, panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna hijau muda atau cokelat muda saat masih muda dan
hijau tua ketika tua (Anonim, 2011).
Proses panen cengkeh lamanya waktu produksi dari kuncup bunga pertama hinga bunga siap dipanen
kurang lebih 6 bulan. Waktu panen cengkeh membutuhkan 3-4 bulan di karenakan jumlah bunga pertanaman
yang tidak sedikit dan tidak serentak waktu kematangan bunga cengkeh (Kanisius, 2005).
Kabupaten Buton Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang salah satu
adalah perekonomian sektor pertanian. Pada tahun 2015 diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kab.Buton
Utara bergantung pada sektor pertanian. Hampir separuh penduduk yang bekerja atau sekitar 49,24 persen
bekerja disektor pertanian dari jumlah penduduk 26.374 angkatan kerja (BPS Buton Utara, 2016).
Mempelajari dan meningkatkan keterampilan budidaya tanaman cengkeh serta pengelolaan produksi
bunga cengkih pada skala komersil. Kegiatan dilakukan selama empat bulan mulai Februari – Juni 2016 di Kebun
Branggah Banaran, Blitar, Jawa Timur. Pengelolaan panen bunga cengkih diperlukan untuk menjaga kualitas dan
kuantitas hasil panen yang dihasilkan dan untuk menentukan waktu panen yang tepat, karena hasil produksi
terbaik diperoleh pada saat bunga matang petik. Pengamatan yang dilakukan meliputi kapasitas pekerja, sampling
bunga, peralatan panen, taksasi panen dan teknik pengeringan. Hasil pengamatan menyatakan bahwa kapasitas
pekerja, sampling bunga dan ketepatan taksasi cukup baik namun masih terdapat kekurangan dalam penyediaan
peralatan panen khususnya alat pelindung diri. Pemanenan dilakukan selama 3-4 bulan. Penangan pasca panen
cengkeh ditingkat petani bisa dilakukan secara tradisional, perontokan bunga dengan tangan sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk itu pengeringan harus segera dilakukan setelah penen karena
keterlambatan pengeringan dapat berakibat buruk terhadap mutuhnya cuaca cerah. Pengelolaan panen di Kebun
Branggah Banaran secara umum telah dilakukan dengan cukup baik (Lutfi, 2018).
Alat yang digunakan adalah unit alat penyulingan minyak nilam milik rakyat sendiri. Setiap unit
penyulingan ini mempunyai ketel suling berisi nilam yang disuling, ketel uap, tungku api kayu, kondensor kukus-
3
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
minyak, ketel pemisah dua fasa air/minyak. Peralatan yang digunakan rakyat pada dasarnya satu sama lain sama
dalam hal tipe, geometri dan material alat. Material peralatan adalah drum bekas dari besi biasa. Teknologi
budidaya pasca panen cengkeh telah banyak di hasilkan badan Litbang Pertanian minyak tangkai bunga cengkeh
di peroleh dari hasil distilasi UAP dari tagkai bunga cengkeh. Komposisi minyak yang di hasilkan bergantung pada
kondisi tangkai bunga cengkeh dan distilasinya (Sjahrul, 2011)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode penyulingan uap, diperoleh %
rendemen yang terbesar 1,84% pada tekanan 0,5 barG selama 7 jam dengan komponen terbesar yaitu eugenol
sebesar 65,03% dan transcaryophyllene 20,94%. (Jayanudin, 2011). Daun cengkeh kering seberat 1,5 kg yang
sudah bersih dari kotoran dimasukan dalam ketel suling dan ditutup dengan rapat. Steam dari boiler dialirkan ke
ketel suling dengan tekanan 0,5 barG, 1 barG dan 1,5 barG selama 5, 6, dan 7 jam. Cairan yang keluar dari
condenser diamankan selama 24 jam untuk memisahkan air dengan minyak. Pada tahap pemurnian minyak daun
cengkeh menggunakan metode yang telah dilakukan (Marwati et al., 2015).
Minyak atsiri merupakan salah satu produk yang dibutuhkan pada berbagai industri seperti industri
kosmetik, obatobatan, makanan dan minuman. Minyak atsiri juga dapat digunakan sebagai aroma terapi
(Nurdjannah, 2004). Berdasarkan latar belakang maka dilaporkan hasil penelitian tentang Analisis Teknologi
Pengolahan Hasil dan Kelayakan Finansial Cengkeh di Desa Lelamo, Kecamatan Kulisusu Utara, Kabupaten
Buton Utara bertujuan untuk memastikan apakah layak atau tidak layak secara finansial pendapatan petani pada
bunga cengkeh kering, cengkeh basah dan proses pengolahan minyak atsiri pada tangkai bunga cengkeh untuk
masyarakat Desa Lelamo, Kecamatan Kulisusu Utara, Kabupaten Buton Utara yang masih pemula.
4
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
2. Tahapan Penelitian
a. Observasi Lapangan
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi lapangan pada bulan April 2018, melakukan peninjauan
lansung di lapangan, dan melakukan tanya jawab langsung terhadap masyarakat yang melakukan pasca panen
cengkeh dan usaha pengolahan bunga cengkeh.
b. Pembagian Kuisioner
Kuisioner sebagai alat bantu untuk melakukan wawancara terhadap responden. kuisioner ini bertujuan
untuk melihat tangapan para petani terhadap pengolahan tangkai bunga cengkeh yang di Desa Lelamo. 50
kuesioner dalam penelitian ini sebagai bahan perbandingan antara satu responden dengan responden yang lain.
Dengan tujuan mengumpulkan informasi dalam menjawab kriteria-kriteria yang telah di tetapkan.
c. Wawancara
Dalam penelitian ini metode wawancara yang digukan yaitu wawancara berstruktur karena dalam tahapan
wawancara mengunakan kuisioner sebagai pedoman wawancara terhadap responden.
d. Pengumpulan Data
Dalam penelitian mengukan metode pengumpulan data dengan hasil survey lapang dan hasil wawancara.
3. Analisis Data
1. Analisis kualitatif (Doll dan Orazem, 1992)
Analaisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui proses penyulingan tangkai bunga cengkeh secara
deskritif, apakah layak atau tidak untuk dikembangkan. Dimana proses penyulingan dilakukan dengan metode uap
dan air atau metode kukus. dengan tangkai bunga cengkeh kering sampai menjadi minyak atsiri lalu dipasarkan.
2.Analisis kuantitatif (Doll dan Orazem, 1992)
Analisis kualitatif uji kelayakan finansial dilakukan dengan metode pendapatan dimana pendapatan
pengolahan bunga cengkeh di kurang dengan biaya totan dan biaya variabel.dan untuk melihat kelayakan
finansian mengunakan metode R/C ratio dimana bila R/C ratio > 1 usahatani cengkeh layak secara ekonomi,R/C
ratio = 1 usahatani cengkeh secara ekonomi impas, dan R/C ratio < 1 usahatani cengkeh tidak layak secara
ekonomi.
5
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
6
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
Biaya Tetap
Biaya tetap pada pengolahan cengkeh lebih dominan berkaitan dengan penyusutan alat dalam kegiatan
pengolahan tangkai bunga cengkeh. Petani cengkeh pada umumnya tidak melakukan alokasi dana untuk
membeli alat baru dalam melakukan kegiatan pengolahan tangkai bunga cengkeh. Petani cengkeh lebih
cenderung untuk langsung membeli jika kondisi alat sudah rusak atau tidak produktif untuk mendukung pada
pengelolaan tangkai bunga cengkeh. Petani cengkeh juga sebagian besar tidak melakukan perawatan alat
pengolahan cengkeh secara intensif, sehingga alat pengolahan cengkeh mengalami penyusutan dalam
penggunaannya. Informasi penggunaan input tetap di Desa Lelamo dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penyusutan Rata-Rata Alat Usahatani Cengkeh Per tahun di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018.
No Input Tetap Pengolahan Cengkeh Satuan Penyusutan (Rp)
1. Terpal Unit 152.559,76
2. Tikar Unit 63.310,83
3. Parang Unit 76.585,00
4. Tali Nilon Meter 104.937,15
5. Karung Unit 435.300,89
Total Biaya Tetap 435.300,89
Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah rata-rata nilai penyusutan alat pengolahan bunga cengkeh adalah
sebesar Rp 435.300/tahun. Jumlah rata-rata penyusutan disusun atas penyusutan masing-masing alat yang
digunakan dalam kegiatan pengolahan cengkeh. Nilai penyusutan alat tertinggi, yaitu terpal dengan nilai rata-rata
Rp 152.559/tahun dan penggunaan input rata-ratanya 30 (tiga puluh) unit. Nilai penyusutan alat terendah yaitu
karung nilai rata-rata Rp 39.150/tahun. Besarnya biaya penyusutan dipengaruhi oleh harga pembelian alat dan
lama pakai. Semakin lama pemakaian suatu alat dalam pengolahan cengkeh, maka biaya penyusutan semakin
kecil.
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk faktor-faktor produksi variabel. Biaya variabel dalam
pengolahan bunga cengkeh biasa beragam tergantung penggunaan faktor produksi dan harga satuan input.
Penggunaan input variabel yang tepat berdasarkan teknologi yang digunakan berpengaruh terhadap jumlah
produksi dan pada akhirnya mempengaruhi pendapatan petani. Biaya variabel yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan faktor produksi dalam memproduksi pengolahan bunga
cengkeh yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi cengkeh. Faktor produksi dalam pengolahan bunga
7
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
cengkeh di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara berkaitan dengan penggunaan rata-rata
tenaga kerja dan pengunaan pupuk yang dimana untuk pengguna tenaga kerja ketika luas lahan cengkeh kurang
lebih 1-4 Ha. Pengguna tenaga kerja digunakan hampir seluruh tahap budidaya namun frekuensi penggunaanya
tergantung pada petani. Umumnya pengguna tenaga kerja di Desa Lelamo sejak dari persiapan/pengolahan
lahan.
Berdasarkan penelitian ini upah yang dipakai untuk tenaga kerja yaitu berdasarkan hasil panen masing-
masing petani dengan upah sebesar 5000/liter untuk tenaga kerja perempuan dan laki-laki. Dalam hitungan
perhari utuk tenaga kerja paling laki-laki paling banyak bisa menghasilakan 35 liter sementara untuk tenaga kerja
perempuan paling banyak 20 liter/hari. Pengguna rata-rata secara keseluruhan tenaga kerja sebanyak 147 TKP
dan 22 TKW jadi jumlah keseluruhan tenaga kerja yang dibutuhkan seluruh petani cengkeh di Desa Lelamo
adalah 169 orang sementara untuk biaya rata-rata para tenaga kerja untuk TKP Rp 5.205.000 dan untuk TKW Rp
564.000 sehingga jumlah keseluruhan rata rata upah tenaga kerja Rp 5.769.000. Sedangkan pengunaan pupuk di
Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara tidak semua petani mengunakan nya, Pupuk
yang digunakan setiap petani berbeda-beda dari jenis merek dan harganya. Adapun rata-rata penguna pupuk di
Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara tersebut 0,26 dengan biaya penyusutan rata-rata
Rp 5.839.200.
Sementara biaya yang akan dikeluarkan dalam proses penyulingan meliputi biaya tenaga kerja,
pembelian tangkai bunga cengkeh, pembelian air dan pembelian kayu bakar. Untuk biaya tenaga kerja dalam satu
kali proses penyulingan tangkai bunga cengkeh sebesar Rp 150.000/orang dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
2 orang. Jadi untuk biaya keseluruhan tenaga kerja dalam satu kali proses penyulingan sebesar Rp 300.000.
Dalam proses penyulingan ini untuk pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri, tangkai bunga
cengkehnya dibeli dari petani dengan harga perkilonya sebesar Rp 5000. Lebih lanjut dalam satu kali proses
penyulingan tangkai bunga cengkeh membutuhkan tangkai bunga cengkeh sebanyak 700 kg. Jadi untuk biaya
yang dibutuhkan untuk pembelian tangkai bunga cengkeh dalam satu kali proses penyulingan sebesar Rp
3.500.000. Untuk biaya pembelian air dalam proses penyulingan sebesar Rp 3000. Sementara keseluruhan air
yang dibutuhkan dalam satu kali proses penyulingan sebanyak 6 kubik. Jadi biaya pembelian air dalam satu kali
proses penyulingan sebesar Rp 18000. Untuk penggunaan kayu bakar dalam satu kali proses penylingan sebesar
Rp 190.000 perkubik. Dalam proses pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri pada biasanya
dengan menyuling sebanyak 10 kali sampai selesai panen cengkeh. Jadi keseluruhan biaya pemakaian dalam
8
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
proses pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri dengan metode penyulingan uap sebesar Rp
4.008.000.
Biaya Total
Biaya total yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan biaya yang digunakan dalam
pengolahan bunga cengkeh dalam satu siklus produksi. Biaya total pengolahan bunga cengkeh terdiri atas biaya
tetap dari penyusutan alat yang digunakan dalam proses produksi pengolahan cengkeh dan biaya variabel dari
biaya pengadaan faktor produksi. Biaya rata-rata pengolahan cengkeh di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Biaya Total Rata-Rata Usahatani Cengkeh di desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara kabupaten Buton
Utara
No Komponen Biaya pengolahan bunga Cengkeh Jumlah (Rp)
1. Biaya Tetap (Rp/tahun) 435.300,90
2. Biaya variabel (Rp/Tahun) 5.839.200,00
3. Biaya Total Rata-Rata (Rp/Tahun) 6.274.500,90
Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah biaya total rata-rata pengolahan bunga cengkeh di Desa Lelamo
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara sebesar 6.274.500,90/Tahun. Hal ini menunjukan bahwa
petani cengkeh dalam setiap tahunya mengeluarkan biaya dalam melakukan kegiatan pengolahan cengkeh baik
itu biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tetap yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh petani cengkeh dalam pengunaan faktor-faktor produksi tetap dalam kegiatan pengolahan
cengkeh seperti Terpal, Tikar, parang, tali, dan karung. Biaya tetap rata-rata digunakan dalam pengolahan
cengkeh di Desa Lelamo sebesar 435.300,90/ tahun.
Besarnya nilai penyusutan terpal, salah satunya disebabkan karena banyaknya jumlah terpal yang
diperlukan dalam proses penjemuran cengkeh, memingat ukuran terpal yang tidak menentu ada yang besar dan
ada yang kecil sehingga petani cengkeh yang ada di Desa Lelamo banyak yang peminat dan harga yang tidak
menentu sehingga menyebabkan petani cengkeh mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pembelian tikar.
Harga rata-rata yang di keluarkan petani untuk pembelian terpal ialah sebesar 62.900,00/unit.
Terpal dan Tikar memiliki fungsi yang sama dalam pengolahan cengkeh, yakni digunakan sebagai alas
untuk menjemur cengkeh, karung digunakan sebagai wadah untuk penyimpan cengkeh basah setelah di petik
maupun cengkeh kering setelah dijemur. Tali memiliki fungsi yang cukup komples, yakni digunakan untuk
mengikat karung agar cengkeh yang telah dimasukan masukan dalam karung tidak tertumpah dan agar mudah
9
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
untuk di arik ulur ketika diatas pohon, sebagai pengikat tangga yang di sandarkan pada pohon cengkeh, dan
sebagai pengikat tempat duduk diatas pohon ketika cengkeh dipetik, sedangkan parang merupakan alat yang di
gunakan untuk memangkas pohon cengkeh pada proses pemeliharaan. Berdasarkan hasil penelitian, biaya tetap
yang memiliki nilai penyusutan paling besar ialah terpal, dengan nilai penyusutan rata-rata sebesar
152.559,76/tahun.
Biaya variabel yang dimaksud merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani cengkeh untuk faktor-faktor
produksi yang habis pakai dalam satu kali siklus kegiatan pengolahan cengkeh seperti upah tenaga kerja dan
pengunaan pupuk. Pengunaan rata-rata tenaga kerja adalah sebesar 5.839.200,00/ tahun. Upah tenaga kerja di
Desa Lelamo dalam proses pasca panen dihitung berdasarkan banyaknya cengkeh yang dihasilkan oleh masing-
masing tenaga kerja dengan upah sebesar 5000/liter. Semakin banyak pemakaian input variabel maka akan
menyumbang output yang semakin sedikit.
Penerimaan
Penerimaan industri rumah tangga minyak daun cengkeh adalah perkalian antara produksi dan harga
minyak daun cengkeh. Jadi, penerimaan ditentukan oleh besar kecilnya produksi minyak daun cengkeh yang
dihasilkan dari harga produksi minyak daun cengkeh tersebut (Arizona et al., 2016). Penerimaan pengolahan hasil
bunga cengkeh merupakan nilai ekonomi atas penjualan hasil produksi cengkeh. Besarnya nilai penerimaan
pengolahan cengkeh tergantung pada hasil produksi total dan harga pasar yang disepakati sehingga masing-
masing pengolah cengkeh memiliki tingkat penerimaan yang berbeda-beda. Penerimaan rata-rata pengolahan
tangkai bunga cengkeh di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara dapat diliahat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Penerimaan Rata-Rata Pengolahan Hasil Bunga Cengkeh di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara Tahun 2018
No. Penerimaan Pengolahan Bunga Cengkeh Hasil Harga Jual Satuan Jumlah (Rp)
produksi
1. Bunga Cengkeh Kering 347.500 81.740 Kg/Rp 28.429.000
2. Bunga Cengkeh Basah 119.600 14.100 Liter/Rp 1.794.000
3. Tangkai Bunga Cengkeh 96.400 4.900 Kg/Rp 508.000
Penerimaan Total Rata-Rata 30.731.000
Tabel 3 menunjukan bahwa jumlah biaya total rata-rata penerimaan pengolahan cengkeh di Desa Lelamo
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Tingkat penerimaan dipengaruhi oleh tingkat hasil produksi
harga jual hasil pengolahan cengkeh. Nilai penerimaan rata-rata hasil produksi sebesar Rp 28.429.000/tahun
10
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
untuk bunga cengkeh kering, bunga cengkeh basah sebesar Rp 1.794.000/tahun, sementara untuk biaya total
rata-rata penerimaan petani pada pengolahan tangkai bunga cengkeh basah Rp 508.000/tahun.
Untuk penerimaan pengolahan tangkai bunga menjadi minyak atsiri tergantung pada hasil produksi total
dan harga pasar yang disepakati sehingga masing-masing pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak
atsiri memiliki tingkat penerimaan yang berbeda-beda. Dalam proses pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi
minyak atsiri pada biasanya dengan menyuling sebanyak 10 kali sampai selesai panen cengkeh. Untuk harga
penjulan minyak atsiri sebesar Rp 220.000/kg. Pada biasa satu kali penyulingan menghasilkan 26 kg. Jadi
penerimaan dalam satu kali proses penyulingan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri sebesar Rp
5.720.000. Sementara penerimaan keseluruhan pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri sampai
selesai panen cengkeh sebesar Rp 17.120.000.
Pendapatan
Pendapatan petani dapat dilihat dari seberapa banyak produksi cengkeh yang dihasilkan oleh petani,
dimana semakin banyak produksi yang dihasilkan maka pendapatan yang diperoleh semakin besar dengan biaya
yang dikeluarkan tidak lebih besar dibandingkan penerimaan (Asrawati et al., 2017). Tingkat pendapatan
pengolahan hasil bunga cengkeh yang tinggi merupakan bagian dari hasil produksi pengolahan cengkeh yang
maksimum. Pendapatan pengolahan cengkeh dapat dikatakan sebagai dampak akhir yang diterima dari hasil
produksi setelah seluruh biaya pengolahan cengkeh dikeluarkan. Pendapatan memiliki perbedaan tergantung
pada tingkat penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Informasi mengenai nilai rata-rata
pendapatan pengolahan cengkeh di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Pendapatan Rata-Rata pengolahan hasil bunga cengkeh di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
No Pendapatan Usaha Pengolahan Bunga Cengkeh Satuan Jumlah Rp/Tahun
1. Penerimaan Total Rp/Kg 30.371.000
2. Biaya Total Rp 6.274.500
3. Pendapatan Bersih Rata-Rata 24.457.00
Tabel 4 menunjukan bahwa pendapatan rata-rata pengolahan cengkeh di Desa Lelamo sebesar Rp
24.457.000/tahun. Besarnya pendapatan pengolahan tangkai cengkeh didukung oleh penerimaan rata-rata
pengolahan cengkeh sebesar Rp 30.731.000/tahun dan biaya total rata-rata pengolahan cengkeh sebesar Rp
6.274.500. Pendapatan petani dipengaruhi oleh proses pemanen karna kualitas dari hasil produksi pengolahan
cengkeh, semakin lama dilakukan pemanenan maka bunga cengkeh dan tangkai bunga cengkeh membentuk
11
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
polong yang tidak dapat dijual atau kurang memiliki nilai ekonomis. Sementara pendapatan keseluruhan
pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri Rp 57.200.000 selama 10 kali penyulingan sampai
selesai masa panen cengkeh.
Analisis Teknologi Pengolahan Hasil dan Kelayakan Finansial Pengolahan Cengkeh
Pendapatan digunakan untuk mengetahui selisi antara penerimaan dan pengeluaran. Lebih lanjut
dikatakan bahwa analisis pendapatan pengolahan cengkeh menunjukan imbalan yang diperoleh dari pengeluaran
faktor-faktor produksi pengolahan cengkeh yang berupa biaya tenaga kerja, pengelolahan dan modal milik sendiri
atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani (Soekartawi et a.l, 1990). Sehingga dalam penelitian
ini menggunakan analisis pendapatan untuk melihat kelayakan secara finansial pengolahan cengkeh di Desa
Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Lebih lanjut proses pengolahan bunga cengkeh
menggunkan proses pengeringan secara manual dari alam yaitu dengan menggunakan sinar matahari, sementara
untuk tangkai bunga cengkeh dengan menggunakan proses penyulingan uap. Proses pengolahan dengan
menggunakan teknologi penyulingan uap dengan tahapan dimasak diatas bara api untuk dihasilkannya minyak
atsiri. Teknolgi ini masih kurang dimiliki masyarakat khususnya di Desa Lelamo. Pada tahapan pengolahan bunga
cengkeh dan tangkai bunga cengkeh melewati berbagai macam proses, sehingga dari proses pengolahan ini kita
dapat mengetahui bahwa pada analisis teknologi apakah layak secara finansial atau tidak diterapkan pada
masyarakat di Desa Lelamo. Berikut Analisis pendapatan yang digunakan untuk menentukan hasil produk
pengolahan cengkeh. Adapun analisis teknologi pengolahan hasil dan kelayakan finansial Cengkeh Di Desa
Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Nilai analisis pendapatan pada teknologi pengolahan
hasil dan kelayakan finansial cengkeh di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun
2018 dapat dilihat pada langkah-langkah dibawah ini.
Untuk mengetahui pendapatan pengolahan hasil bunga Cengkeh Di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu
Utara maka mengunakan analisis pendapatan menurut Soekartawi (1995).
Pd = TR-TC …………………………… (1)
Keterangan : Pd = Pendapatan Bersih, TR = Penerimaan Total, TC = Biaya Total
Pd = 30.731.000 – 6.274.500
Pd = 24.457.000
Sedangkan untuk mengetahui kelayakan pengolahan hasil bunga cengkeh mengunakan rumus R/C ratio
dengan Rumus
R/C = TR/TC …………………………. (2)
12
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
Keterangan :R/C ratio > 1, pengolahan hasil bunga cengkeh layak secara ekonomi, R/C ratio = 1,
pengolahan hasil bunga ekonomi impas, R/C ratio < 1, pengolahan hasil bunga layak secara
ekonomi.
R/C = TR/TC
R/C = 30.731.00/6.274.500
R/C = 4,90
Analisis Kualitatif
Hasil analisis kualitatif proses penyulingan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri yang diperoleh
dari Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Penyulingan dilakukan dengan cara
memanaskan bahan baku dan air yang dimasukan dalam tempat ketel. Dalam metode penyulingan dengan
menggunakan uap air. Alat penyulingan ini berumur sudah 3 tahun tapi baru tahun 2018 digunakan sebagai
penyulingan minyak atsiri dari tangkai bunga cengkeh. Dalam satukali proses penyulingan membutuhkan waktu
24 jam dengan hasil 1 kali menyuling 26 kg minyak atsiri dengan jumlah bahan (tangkai bunga cengkeh)
sebanyak 700 kg dengan cara dikukus. Untuk suhu penyulingan 2000C, sementara bahan bakar yang di gunakan
dalam satu kali menyuling membutuhkan kayu bakar sebanyak 1 ret open kap dengan jumlah air sebanyak 6
kubik.
Pada umumnya untuk proses-proses penyulingan membutuhkan karyawan sebagai pekerja untuk
mengontrolnya. Biasanya karyawan yang dipekerjakan sebanyak 2 (dua) orang dengan gaji masing-masing Rp
150.000/hari. Untuk proses pemisahan minyak atsiri dengan air ini dilakukan dengan menggunakan selang agar
air dan minyaknya terpisah dan air dibuang, tempat penyimpanan hasil proses penyulingan minyak atsiri ini
dimasukan kedalam jergen bimoli yang berukuran 20 liter dengan lama penyimpanan selama 1 (satu) minggu
karna mempegaruhi PA minyak atsiri. Selama para petani cengkeh masih melakukan pemanenan untuk proses
penyulingan bisa dilakukan sebanyak 10 (sepuluh) kali penyulingan. Setelah hasil produksi minyak atrisi selesai,
hasilnya dijual diluar daerah yaitu di Kolaka. Untuk harga penjualan minyak atsiri ini sebesar Rp 220.000 per
kilonya dengan kualitas pasaran yang biasa di terima 60 PA.
13
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
Pada proses pengukusan yang paling penting diperhatikan adalah keluarnya minyak bersama air dengan
keadaan terpisah, airnya berada diatas sementara minyaknya mengendap dibawah air. Untuk proses pemisahan
minyak dengan air ini dilakukan dengan menggunakan selang agar air dan minyaknya terpisah dan air dibuang,
tempat penyimpanan hasil proses penyulingan minyak atsiri ini dimasukan kedalam jergen bimoli yang berukuran
20 liter dengan lama penyimpanan selama 1 (satu) minggu karna mempegaruhi PA minyak atsiri. Selama para
petani cengkeh masih melakukan pemanenan untuk proses penyulingan bisa dilakukan sebanyak 10 (sepuluh)
kali penyulingan.
Analisis Kuantitatif
Tingkat pendapatan usaha pengolahan bunga cenkeh yang tinggi merupakan bagian dari hasil produksi
usahatani cengkeh yang maksimum. Pendapatan usahatani cengkeh dapat dikatakan sebagai dampak akhir yang
diterima dari hasil produksi setelah seluruh biaya usahatani cengkeh dikeluarkan. besarnya pendapatan usahatani
cengkeh didukung oleh penerimaan rata-rata usahatani cengkeh sebesar Rp 13.824.071 ha/tahun dan biaya totai
rata-rata usahatani cengkeh sebesar Rp 615.061/ha. Nilai pendapatan tertingi petani cengkeh sebesar Rp
57.408.888 ha/tahun dan pendapatan terendah sebesar Rp 472.500 ha/tahun (Hamiza, 2018).
Hasil analisis kuantitatif pada pendapat pengolahan bunga cengkeh dan tangkai cengkeh dapat dilihat
dari penerimaan semua hasil produksi pengolahan cengkeh yang dikurang dengan biaya total. Dimana biaya total
diperoleh dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan hasil penelitian ini maka didapatkan biaya tetap
dari pembelian alat yang digunakan petani dalam proses pengolahan cengkeh tiap tahunya yaitu: terpal, tikat,
parang, tali nilon, dan karung dengan biaya penyusutan rata-rata Rp 435.300, biaya variabel didapat dari
pembelian pupuk dan gaji kariawan pada usahatani cengkeh selama satu tahun biaya penyusutan rata-rata Rp
5.839.200. dan total biaya yang di gunakan dalam satukali panen rata-rata Rp 6.274.500. penerimaan petani
dalam pengolahan sebesar Rp 30.731.000 dalam satu tahun.
14
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
Untuk melihat suatu kelayakan yaitu dapat dilihat dari pendapatan dan penerimanaan total di bagi
dengan biaya total Rp 30.2731.000/6.274.000 = 4,90. Maka dari hasil ini dikatakan layak secara finansial karna
hasil dari R/C ratio > 1. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian (Sulistyanto et al., 2013) dimana dalam penelitian
usahatani tanaman padi menunjukan bahwa layak secara finansial dengan nilai hasil 1,82.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan mengenai analisis pendapatan pada analisis pengolahan hasil dan
kelayakan finansial pengolahan hasil bunga cengkeh kering, bunga cengkeh basah, dan tangkai bunga cengkeh
di Desa Lelamo Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara maka dapat disimpulkan bahwaTeknologi
pengolahan tangkai bunga cengkeh menjadi minyak atsiri layak untuk dikembangkan dengan hasil produksi
minyak atsiri sebanyak 260 kg selama satu kali periode musim panen. Berdasarkan hasil perhitungan analisis
kelayakan finansial usaha pengolahan bunga cengkeh diperoleh nilai R/C ratio sebesar 4,90, yang diperoleh dari
penerimaan rata-rata dibagi biaya total. Untuk usaha pengolahan bunga cengkeh kering, cengkeh basah, dan
tangkai bunga cengkeh secara finansial layak untuk dikembangkan ditinjau dari kelayakan nilai R/C ratio > 1 yaitu
sebesar 4,90.
DAFTAR PUSTAKA
Asrawati, A.M, 2017. Analisis Pendapatan Usahatani Cengkeh di Desa Talaga Kecamatan Dampelas Kabupaten
Donggala, e-J. Agrotekbis 5(4) :476-482.
Arizona, M.N.H., and Lamusa, A, 2016. Analisis Pendapatan Industri Rumah Tangga Penyulingan Minyak Daun
Cengkeh di Desa Palau Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala. e-J. Agrotekbis 4(4) :461-
467.
BPS Buton Utara. 2016. kabupaten Buton Utara dalam Angka Tahun 2015.
Bustaman S, 2011. Potensi Pengembangan Miyak Daun Cengkeh Sebagai Komoditas Ekspor Maluku. Blai Besar
Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.
Deputi, A.N, 2007. Pengumpulan dan Pengolahan Data. Audit Kinerja Sektor Publik. BPKP. Jakarta
15
J. Sains dan Teknologi Pangan (JSTP) 2019
J. Sains dan Teknologi Pangan
Vol. x, No.x, P. X-X, Th. 2019
Doll, J.P., and Orazem, F. 1992. Production Economy: Theory With Application. Second Edition.John Wiley &
Sons. New York
Evendi R, 2015. Pengeringan Cengkeh (Elgenia Aromaticum) Mengunakan Energi Surya. Sripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas SyahKuala. Banda Aceh.
Hamiza, 2018. Hubungan Produktifitas Lahan dan Pendapatan Pada Usahatani Cengkeh. Fakultas Pertanian.
Kendari.
Luthfi , 2017. Pengelolaan Panen Bungan Cengkeh (Syzygium Aromaticum L) Di Kebun Branggah Banaran, PT
Perkebunan Cengkeh, Blitar, Jawa Timur. Bogor.
Luthfi, M. and Kurniawati, A. 2018, Pengelolaan Panen Bungan Cengkeh (Syzygium Aromaticum L) Di Kebun
Branggah Banaran,Blitar Jawa Timur. Jurnal IPB. 6(2) :188-197
Jayanudin, 2011. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cengkeh Dari Proses Penyulingan Uap, Jurnal Teknik
Kimia Universitas Sultan Ageng.3(2) :61-70.
Sulistyanto, D.G. and Kusrini, N. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Tanaman Padi di Kecamatan Sebangki
Kabupaten Landak. Universitas Tanjungpura. 4(2) :65-72.
Soekartawi, and A. Soeharjo, 1995. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press.
Jakarta.
16