Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan PR 878fc897
Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan PR 878fc897
Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan PR 878fc897
2 2007
Recently, the treatment process of waste water contains organic pollutant which used in
Indonesia especially in Jakarta is activated sludge process. The problem is its treated
water quality which frequently does not yet fulfilled to effluent standard of wastewater.
Some affecting factors are hydraulic retention time (HRT) too short, the fluctuation of
wastewater flow rate, unfavorable function of aeration process and also which do not less
important is operational mistake caused by insufficient knowledge of operator. To
overcome the mentioned problems it is needed technological innovation to increase
efficiency of wastewater treatment process especially activated sludge process.
This paper describes the study of domestic waste water treatment using activated sludge
process which is filled with bioball plastic media for attaching microorganism to increase
efficiency and keep stability of process.
Result of the study shows that within 6 hours hydraulic retention time (HRT), the removal
efficiency of COD, BOD, Ammonia and Total Suspended Solids (TSS) were 78.42%,
79.41%, 61.41%, and 82.06% respectively. The most effective of sludge circulation ratio
is R=0,5Q. In sludge circulation ratio R= 0,5Q, the removal efficiency of COD, BOD,
organic loading coming into bioreactor, the lower removal efficiency. In organic loading
(BOD loading) 0.3 - 1.0 kgBOD/m3.day, the removal efficiency of BOD was 80 - 85 %.
160
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
Jumlah air limbah secara keseluruhan di yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi
DKI Jakarta diperkirakan sebesar 1.316.113 (suspended culture), proses biologis dengan
M3/hari yakni untuk air limbah domestik biakan melekat (attached culture) dan proses
1.038.205 M3/hari, air limbah yang berasal dari pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam.
perkantoran dan daerah komersial 448.933 Proses biologis dengan biakan
M3/hari dan air limbah industri 105.437 M3/hari. tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan
Dilihat dari segi jumlah, air limbah domestik menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk
(rumah tangga) memberikan kontribusi terhadap menguraikan senyawa polutan yang ada dalam
pencemaran air sekitar 75 %, air limbah yang air dan mikro-organime yang digunakan
berasal dari perkantoran dan daerah komersial dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu
15 %, dan air limbah industri hanya sekitar 10 %. reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan
Sedangkan dilihat dari beban polutan dengan sistem ini antara lain : proses lumpur
organiknya, air limbah rumah tangga sekitar 70 aktif standar atau konvesional (standard
%, air limbah perkantoran 14 %, dan air limbah activated sludge), step aeration, contact
industri memberikan kontribusi 16 % (JICA, stabilization, extended aeration, oxidation ditch
1990). Dengan demikan air limbah rumah tangga (kolam oksidasi sistem parit) dan lainya (JSWA,
dan air limbah perkantoran adalah penyumbang 1979).
yang terbesar terhadap pencemaran air di Proses biologis dengan biakan melekat
wilayah DKI Jakarta. yakni proses pengolahan limbah dimana mikro-
Masalah pencemaran oleh air limbah organisme yang digunakan dibiakkan pada suatu
rumah tangga di wilayah DKI Jakarta lebih media sehingga mikroorganisme tersebut
diperburuk lagi akibat berkembangnya lokasi melekat pada permukaan media. Proses ini
pemukiman di daerah penyangga yang ada di disebut juga dengan proses film mikrobiologis
sekitar Jakarta, yang mana tanpa dilengkapi atau proses biofilm. Teknologi pengolahan air
dengan fasilitas pengolahan air limbah, sehingga limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter,
seluruh air limbah dibuang ke saluran umum dan biofilter tercelup, reaktor kontak biologis putar
akhirnya mengalir ke badan-badan sungai yang (rotating biological contactor , RBC), contact
ada di wilayah DKI Jakarta. Di lain pihak laju aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya
pembanguan fasilitas pengolahan air limbah (JSWA, 1979).
perkotaan masih sangat rendah yakni sampai Proses pengolahan air limbah secara
saat ini prosentase pelayanan hanya sekitar 2,5- biologis dengan lagoon atau kolam adalah
3 % .(PD. PAL JAYA, 199-) dengan menampung air limbah pada suatu
Untuk mengatasi hal tersebut di atas kolam yang luas dengan waktu tinggal yang
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-
mengeluarkan Peraturan Gubernur Propinsi organisme yang tumbuh secara alami, senyawa
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 122 polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah mempercepat proses penguraian senyawa
Domestik Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat
Jakarta. juga dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh
Menurut Peraturan Gubernur Nomor 122 proses pengolahan air limbah dengan cara ini
tahun 2005 Bab V pasal 7 tersebut telah adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi
mewajibkan untuk mengolah air limbah domestik (stabilization pond). Proses dengan sistem
sebelum dibuang kesaluran umum. Bangunan lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan
rumah tinggal atau bangunan non rumah tinggal sebagai proses biologis dengan biakan
wajib mengelola air limbah domestik (black water tersuspensi.
maupun grey water) sebelum dibuang ke saluran Proses pengolahan air limbah yang
umum/drainase. Bangunan rumah tinggal dan mengandung polutan organik yang banyak
atau bangunan usaha/ jasa/ industri yang telah digunakan di Indonesia khususnya di Jakarta
dibangun dan belum memiliki instalasi saat ini adalah proses lumpur aktif (activated
pengelolaan air limbah domestik yang sludge). Permasalahan yang banyak dihadapi
memenuhi syarat baku mutu air limbah, wajib adalah air hasil olahannya sering kali belum
memperbaiki dan atau membangun instalasi memenuhi baku mutu air limbah yang boleh
pengolahan air limbah domestik. dibuang sesuai dengan Pergub DKI jarta nomor
Untuk mengolah air limbah domestik 122 tahun 2005. Parameter yang sering
proses yang umum digunaan adalah proses melampaui baku mutu adalah parameter
pengolahan secara biologis, yakni menggunakan amoniak (NH4+). Beberapa faktor penyebab yang
aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan sering ditemui antara lain adalah waktu tinggal
senyawa polutan organik yang ada di dalam air hidrolik terlalu singkat, fluktuasi debit limbah
limbah. Pengolahan air limbah secara bilogis yang sangat besar, fungsi aerasi yang kurang
secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga baik, serta yang tidak kalah penting adalah
161
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
kesalahan operasional akibat pengetahuan maka proses pengolahan yang terjadi di dalam
operator tentang proses yang tidak memadai. rekator biologis (bioreaktor) adalah proses
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, biakan tersuspensi dan biakan melekat terjadi
perlu inovasi teknologi untuk meningkatkan secara bersama-sama. Dengan cara demikan
efisiensi pengolahan air limbah khususnya diharapkan selain meningkatkan jumlah
proses lumpur aktif (activated sludge). Salah mikroorganisme yang menguraikan polutan juga
satu contoh untuk meningkatkan proses lumpur suplai oksigen akan lebih merata sehingga
aktif adalah dengan cara menambahkan karbon kemampuan penyerapan oksigen menjadi lebih
aktif ke dalam bak aerasi. Dengan besar.
menambahkan karbon aktif ke dalam bak areasi
maka mikroorganisme akan tumbuh dan 1.2 TINJAUAN PUSTAKA
berkembang di permukaan karbon aktif sehingga
jumlah mikroorganisme yang menguraikan 1.2.1 Pengolahan Air Limbah Domestik
polutan organik di dalam bak areasi menjadi Dengan Proses Lumpur Aktif
lebih banyak sehingga efisiensi pengolahan
1.2.1.1 Proses pengolahan
menjadi lebih stabil. (Sublette, 1982).
Weber, Hopkin dan Bloom (1970)
Pengolahan air limbah domestik dengan
mempublikasikan hasil penelitiannya yang
proses lumpur aktif konvensional (standar)
menyimpulkan bahwa mikroorganisme yang
secara umum terdiri dari bak pengendap awal,
tumbuh di permukaan karbon aktif dapat
bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak
mempertahankan efisiensi pada pengolahan air
khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen.
limbah lanjut (advanced treatment) dengan
Secara umum proses pengolahannya adalah
karbon granular (burtiran). Sedangkan Miller dan
sebgai berikut. Air limbah yang berasal dari
Rice (1960) telah memastikan adanya aktifitas
ditampung ke dalam bak penampung air limbah.
biologis pada filter karbon aktif di dalam sistem
Bak penampung ini berfungsi sebagai bak
pengolahan air dengan ozon dan karbon aktif
pengatur debit air limbah serta dilengkapi
butiran. Dengan demikian, sebenarnya
dengan saringan kasar untuk memisahkan
phenomena penambahan karbon aktif ke dalam
kotoran yang besar. Kemudian, air limbah dalam
proses biologis ini bukanlah hal yang baru.
bak penampung di pompa ke bak pengendap
Di dalam proses pengolahan secara
awal.
biologis dengan penambahan karbon aktif,
Bak pengendap awal berfungsi untuk
bakteri nitrifikasi yang tumbuh dan melekat di
menurunkan padatan tersuspensi (Suspended
permukaan karbon aktif dapat merangsang atau
Solids) sekitar 30 - 40 %, dan BOD sekitar 25 %.
mempercepat proses nitrifikasi senyawa
Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan
ammoniun-nitrogen.
ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak
Kurozawa dkk. (1978) telah melakukan
aerasi ini air limbah dihembus dengan udara
pengukuran kecepatan proses nitrifikasi
sehingga mikro organisme yang ada akan
ammonia di dalam sistem saringan pasir cepat,
menguraikan zat organik yang ada dalam air
yakni satu diisi dengan media pasir dan satu lagi
limbah. Energi yang didapatkan dari hasil
diisi dengan karbon aktif butiran. Dari hasil
penguraian zat organik tersebut digunakan oleh
pengukuran tersebut ternyata bakteri nitrifikasi
mikrorganisme untuk proses pertumbuhannya.
yang tumbuh di permukaan karbon aktif
Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut
mempunyai kecepatan nitrifikasi beberapa kali
akan tumbuh dan berkembang biomasa dalam
lebih cepat dari pada nitrifikasi di dalan saringan
jumlah yang besar. Biomasa atau
pasir cepat dengan media pasir, serta
mikroorganisme inilah yang akan menguraikan
memerlukan waktu yang lebih pendek untuk
senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
mencapai efisiensi pengolahan yang konstan.
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak
Selain itu, pengaruh temperatur terhadap proses
pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
nitrifikasi oleh bakteri atau mikroorganisme yang
yang mengandung massa mikro-organisme
tumbuh di permukaan karbon aktif lebih kecil
diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet
dibandingkan dengan pengaruh nitrifikasi oleh
bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air
bakteri yang tumbuh di permukaan saringan
limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir
pasir. Akan tetapi mekanisme prosesnya belum
dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
diketahui secara jelas.
kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan
Paper ini membahas tentang pengolahan
senyawa khlor untuk membunuh micro-
air limbah domestik dengan proses lumpur aktif
organisme patogen. Air olahan, yakni air yang
yangi diisi dengan media bioball sebagai tempat
keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
melekat mikroorganisme untuk meningkatkan
dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan
efisiensi serta menjaga stabilitas proses. Dengan
proses ini air limbah dengan konsentrasi BOD
penambahan media bioball ke dalam bak aerasi
250 -300 mg/lt dapat di turunkan kadar BOD nya
162
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
menjadi 20 -30 mg/lt. Skema proses pengolahan B. Mixed-liqour suspended solids (MLSS).
air limbah dengan sistem lumpur aktif standar
atau konvesional dapat dilihat pada Gambar 1. Isi di dalam bak aerasi pada proses
pengolahan air limbah dengan sistem lumpur
aktif disebut sebagai mixed liqour yang
merupakan campuran antara air limbah dengan
biomassa mikroorganisme serta padatan
tersuspensi lainnya. MLSS adalah jumlah total
dari padatan tersuspensi yang berupa material
organik dan mineral, termasuk di dalamnya
adalah mikroorganisme. MLSS ditentukan
dengan cara menyaring lumpur campuran
dengan kertas saring (filter), kemudian filter
Gambar 1 : Diagram Proses Pengolahan Air dikeringkan pada temperatur 1050 C, dan berat
Limbah Dengan Proses Lumpur Aktif Standar padatan dalam contoh ditimbang.
(Konvensional).
C. Mixed-liqour volatile suspended solids
Surplus lumpur dari bak pengendap awal (MLVSS).
maupun akhir ditampung ke dalam bak
pengering lumpur, sedangkan air resapannya Porsi material organik pada MLSS diwakili
ditampung kembali di bak penampung air limbah. oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan
Keunggulan proses lumpur aktif ini adalah dapat mikroba, mikroba hidup dan mati, dan hancuran
mengolah air limbah dengan beban BOD yang sel (Nelson dan Lawrence, 1980). MLVSS
besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang diukur dengan memanaskan terus sampel filter
besar. Proses ini cocok digunakan untuk yang telah kering pada 600 - 6500C, dan nilainya
mengolah air limbah dalam jumlah yang besar. mendekati 65-75% dari MLSS.
Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain
yakni kemungkinan dapat terjadi bulking pada D. Food - to - microorganism ratio atau
lumpur aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur Food – to - mass ratio disingkat F/M
yang dihasilkan cukup besar. Selain itu Ratio.
memerlukan ketrampilan operator yang cukup.
Parameter ini menujukkan jumlah zat organik
1.2.1.2 Variabel Operasional Di Dalam Proses (BOD) yang dihilangkan dibagi dengan jumlah
Lumpur Aktif massa mikroorganisme di dalam bak aerasi atau
reaktor. Besarnya nilai F/M ratio umumnya
Variabel perencanan (design variabel) ditunjukkan dalam kilogram BOD per kilogram
MLLSS per hari. F/M dapat dihitung dengan
yang umum digunakan dalam proses
menggunakan rumus sebagai berikut :
pengolahan air limbah dengan sistem lumpur
Q (S0 – S)
aktif adalah sebagai berikut:
F/M = (2)
MLSS x V
A. Beban BOD (BOD Loading rate atau
dimana :
Volumetric Loading rate).
Q = Laju alir limbah m3 per hari.
S0 = Konsentrasi BOD di dalam air limbah
Beban BOD adalah jumlah massa BOD di
dalam air limbah yang masuk (influent) dibagi yang masuk ke bak areasi (reaktor)
(kg/m3).
dengan volume reaktor. Beban BOD dapat
S = Konsentrasi BOD di dalam efluent(kg/m3).
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
MLSS =Mixed liquor suspended solids
Q x S0
(kg/m3).
Beban BOD = kg/m3.hari (1)
V = Volume reaktor atau bak aerasi (m3).
V
Dimana : Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur
Q = debit air limbah yang masuk (m3/hari) laju sirkulasi lumpur aktif dari bak pengendapan
S0= Konsentrasi BOD di dalam air limbah akhir yang disirkulasi ke bak aerasi. Lebih tinggi
yang masuk (kg/m3) laju sirkulasi lumpur aktif lebih tinggi pula rasio
V= Volume reaktor (m3) F/M-nya. Untuk pengolahan air limbah dengan
Untuk untuk proses lumpur aktif standar beban sistem lumpur aktif konvensional atau standar,
BOD umumnya kerkisar antara 0,3 – 0,8 rasio F/M adalah 0,2 - 0,5 kg BOD5 per kg MLSS
kg/m3.hari, sedangkan untuk proses lumpur aktif per hari, tetapi dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika
Extended Areation beban BOD yang umum digunakan oksigen murni (Hammer, 1986). Rasio
digunakan berkisar antara 0,15 – 0,25 F/M yang rendah menujukkan bahwa
kg/m3.hari. (JSWA, 1979).
163
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam oksigen, dan pengendalian dan operasi bak
kondisi lapar, semakin rendah rasio F/M pengendapan akhir. Bak pengendapan akhir ini
pengolah limbah semakin efisien. mempunyai dua fungsi yakni untuk penjernihan
(clarification) dan pemekatan lumpur
E. Hidraulic retention time (HRT). (thickening).
Waktu tinggal hidrolik (HRT) adalah waktu Campuran air limbah dan lumpur (mixed
rata-rata yang dibutuhkan oleh air limbah masuk liqour) dipindahkan dari tangki aerasi ke bak
dalam bak atau tangki aerasi. Untuk proses pengendapan akhir. Di dalam bak pengendapan
lumpur aktif, nilainya berbanding terbalik dengan akhir lumpur yang mengandung mikroorganisme
laju pengenceran (dilution rate, D). yang masih aktif dipisahkan dari air limbah yang
telah diolah. Sebagian dari lumpur yang masih
HRT = 1/D = V/ Q (3) aktif ini dikembalikan ke bak aerasi dan sebagian
dimana : lagi dibuang dan dipindahkan ke pengolahan
V = Volume reaktor atau bak aerasi (m3). lumpur. Sel-sel mikroba terjadi dalam bentuk
Q = Debit air limbah yang masuk ke dalam agregat atau flok, densitasnya cukup untuk
Tangki aerasi (m3/jam) mengendap dalam tangki penjernih.
D = Laju pengenceran (jam-1). Pengendapan lumpur tergantung ratio F/M
dan umur lumpur. Pengendapan yang baik dapat
F. Ratio Sirkulasi Lumpur (Hidraulic terjadi jika lumpur mikroorganisme berada dalam
Recycle Ratio, HRT). fase endogeneous, yang terjadi jika karbon dan
sumber energi terbatas dan jika pertumbuhan
Ratio sirkulasi lumpur adalah perbandingan bakteri rendah. Pengendapan lumpur yang baik
antara jumlah lumpur yang disirkulasikan ke bak dapat terjadi pada rasio F/M yang rendah
aerasi dengan jumlah air limbah yang masuk ke (contoh : tingginya konsentrasi MLSS).
dalam bak aerasi. Sebaliknya, Rasio F/M yang tinggi
mengakibatkan pengendapan lumpur yang
G. Umur Lumpur (sludge age) buruk.
Untuk air limbah domestik, rasio F/M yang
Umur lumpur sering disebut waktu tinggal optimum adalah 0,2 - 0,5 (Gaudy, 1988;
rata-rata cel (mean cell residence time). Hammer, 1986). Rata-rata waktu tinggal sel yang
Parameter ini menujukkan waktu tinggal rata-rata diperlukan untuk pengendapan yang efektif
mikroorganisme dalam sistem lumpur aktif. Jika adalah 3 - 4 hari (Metcalf dan Eddy, 1991).
HRT memerlukan waktu dalam jam, maka waktu Pengendapan yang tidak baik dapat terjadi
tinggal sel mikroba dalam bak aerasi dapat akibat gangguan yang tiba-tiba pada parameter
dalam hitungan hari. Parameter ini berbanding fisik (suhu dan pH), kekurangan makanan
terbalik dengan laju pertumbuhan mikroba. (contoh N, suhu, mikro-nutrien), dan kehadiran
Umur lumpur dapat dihitung dengan rumus zat racun (seperti logam berat) yang dapat
sebagai berikut (Hammer, 1986) : menyebabkan hancurnya sebagian flok yang
Umur Lumpur (Hari) = sudah terbentuk. Untuk operasi rutin, operator
harus mengukur laju pengendapan lumpur
MLSS x V dengan menentukan indeks volume lumpur.
= (4) Cara konvensional untuk mengamati
SSe x Qe + SSw X Qw kemampuan pengendapan lumpur adalah
dimana : dengan menentukan Indeks Volume Sludge
MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l). (Sludge Volume Index = SVI). Caranya adalah
V = Volume bak aerasi (L) sebagai berikut : campuran lumpur dan air
SSe = Padatan tersuspensi dalam effluent limbah (mixed liquor) dari bak aerasi dimasukkan
(mg/l). dalam silinder kerucut volume 1 liter dan
SSw = Padatan tersuspensi dalam lumpur dibiarkan selama 30 menit. Volume sludge
limbah (mg/l) dicatat. SVI adalah menunjukkan besarnya
Qe = Laju effluent limbah (m3/hari) volume yang ditempati 1 gram lumpur (sludge).
Qw = Laju influent limbah (m3/hari). SVI dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Umur lumpur dapat bervariasi antara 5-15 SV x 1 000
hari untuk sistem lumpur aktif konvensional. SVI (ml/g) = mm/gr. (5)
Pada musim dingin dapat menjadi lebih lama MLSS
dibandingkan pada musim panas. Parameter dimana :
penting yang mengendalikan operasi lumpur aktif SV = Volume endapan lumpur di dalam silinder
adalah beban organik atau beban BOD, suplai kerucut setelah 30 menit pengendapan (ml).
164
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
165
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
Pengolahan air limbah dengan proses biofim 1.2.3 Pengolahan Air Limbah Dengan Proses
tercelup mempunyai beberapa keunggulan Lumpur Aktif Yang Diisi Dengan Media
antara lain : Penyangga.
Oleh karena di dalam proses pengolahan Tujuan penelitian ini adalah untuk
air limbah dengan sistem biofilm mikroorganisme mengetahui pengaruh variasi waktu tinggal dan
atau mikroba melekat pada permukaan medium rasio resirkulasi terhadap efisiensi pengolahan
penyangga maka pengontrolan terhadap air limbah domestik dengan proses lumpur aktif
mikroorganisme atau mikroba lebih mudah. yang diisi dengan media penyangga bioball
Proses biofilm tersebut cocok digunakan untuk secara aerob. Beberapa parameter yang diamati
mengolah air limbah dengan konsentrasi rendah antara lain adalah BOD, COD, ammonia, dan
maupun konsentrasi tinggi. TSS.
166
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
Media Bioball
Pengukuran pH :
167
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
media tidak mudah terlepas, maka dilakukan mengalir ke bak pengendap akhir melalui weir.
pengaturan debit udara yang berasal dari blower. Lumpur yang mengendap di dalam bak
pengendap akhir tersebut disirkulasi ke
bioreaktor aerob. Sedangkan air limpasan dari
bak pengendap akhir dibuang ke saluran umum.
Setelah proses seeding berjalan selama 2
minggu, pada permukaan media bioball akan
tumbuh lapisan mikroorganisme yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di
dalam air limbah. Selanjutnya Debit air limbah
domestik yang akan diolah diatur agar sesuai
dengan waktu tinggal di dalam bioreaktor areob
yakni 48 jam, 24 jam, 12 jam dan 6 jam, dengan
ratio sirkulasi lumpur sebesar 0,25 Q, Tiap-tiap
kondisi operasi dengan waktu tinggal tertentu
dilakukan analisa kuaitas air limbah sebelum dan
sesudah pengolahan.
Analisa kualitas air limbah dilakukan
secara periodik dengan cara mengambil contoh
air limbah yang masuk ke reaktor biofilter aerob
Gambar 2 : Bak Pengendap Akhir. dan air olahan yang keluar dari bak pengendap
akhir. Parameter yang diperiksa adalah BOD,
Lumpur yang mengendap di dalam bak COD, TSS, dan ammonia.
pengendap akhir sebagian disirkulasi ke bak Diagram proses pengolahan air limbah
aerasi (bioreaktor aerob) dengan menggunakan domestik yang digunakan pada saat penelitian
pompa sirkulasi (Lifetech AP 2800) yang dapt dilihat pada Gambar 3., sedangkan foto
beroperasi selama 24 jam. Sirkulasi ini dilakukan peralatan yang digunakan selama penelitian
untuk mengembalikan lumpur yang masih dapat dilihat pada Gambar 4.
mengandung biomassa yang akan menguraikan
zat organik yang masuk ke dalam reaktor.
168
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
hanya pH dan detergent. Hal ini dapat dilihat mikroorganisme diamati dengan mengukur
pada Tabel 3. penyisihan COD di dalam reaktor biofilter aerob
setelah proses berjalan 2 minggu. Pengukuran
dilakukan setiap hari sampai efisiensi penyisihan
COD realtif stabil. Grafik konsentrasi COD
sebelum dan sesudah pengolahan serta efisiensi
penyisihan COD selama proses seeding dapat
dilihat pada Gambar 5. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa setelah proses seeding berjalan
selama 10 (sepuluh) hari efisiensi penyisihan
COD mencapai sekitar 90 %. Dari pengamatan
secara fisik dapat dilihat bahwa setelah dua
minggu operasi pada permukaan media bioball
telah tumbuh lapisan mikroorganisme yang
melekat di permukaan media (Gambar 6).
Penghilangan (%)
70
Gambar 4 : Foto bioreaktor yang digunakan
Efisiensi
200 60
selama penelitian. 50
150 40
100 30
Tabel 3: Analisa Karakteristik Air Limbah 20
Domestik 50
10
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Baku Mutu Waktu Operasi (hari)
Parameter Satuan Limbah (PerGub DKI
Domestik No. 122 Tahun COD input (mg/l) COD output (mg/l) COD efisiensi (%)
2005)
169
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
waktu tinggal di dalam bioreaktor areob yakni 48 10,97mg/l, efisiensi penyisihan BOD mencapai
jam, 24 jam, 12 jam dan 6 jam, dengan ratio 88,03%. Dengan waktu tinggal 24 jam (1 hari)
sirkulasi lumpur sebesar R= 0,25 Q. Dalam konsentrasi BOD influen rata-rata sebesar 96
pengoperasian ini, debit air limbah disesuaikan mg/l, sedangkan konsentrasi rata-rata BOD
dengan waktu tinggal. efluen turun menjadi 13,52 mg/l, dengan
Dengan waktu tinggal 48 jam (2 hari) demikian efisiensi rata-rata penyisihan BOD
konsentrasi rata-rata COD influen 187,10 mg/l 85,74%. Untuk waktu tinggal 12 jam konsentrasi
sedangkan konsentrasi rata-rata COD efluen rata-rata BOD influen 92,21 mg/l, sedangkan
23,71 mg/l dengan efisiensi penyisihan COD konsentrasi rata-rata BOD efluen 15,16 mg/l,
mencapai 87,23 %. Untuk waktu tinggal 24 jam efisiensi rata-rata penyisihan BOD 83,56%.
(1 hari) konsentrasi rata-rata COD influen 203,69 Untuk Waktu tinggal 6 jam konsentrasi rata-rata
mg/l, sedangkan konsentrasi rata-rata COD BOD influen 96,02 mg/l, sedangkan konsentrasi
efluen 28,63 mg/l, dengan efisiensi penyisihan rata-rata BOD efluen i 19,35 mg/l,efisiensi rata-
COD rata-rata menjadi 85,96%. Untuk waktu rata penyisihan BOD 79,41%.
tinggal 12 jam konsentrasi rata-rata COD influen Penurunan efisiensi pada saat
184,25 mg/l, dan konsentrasi rata-rata COD penggantian waktu tinggal terjadi karena adanya
efluen turun menjadi 30,15 mg/l dengan efisiensi perubahan debit aliran dari pengoperasian
penyisihan COD 83,64%. Untuk waktu tinggal 6 sebelumnya sehingga beban hidroliknya menjadi
jam konsentrasi rata-rata COD influen 204,10 lebih besar. Dari hasil penelitian menunjukkan
mg/l, konsentrasi rata-rata COD efluen turun bahwa semakin pendek waktu tinggal pada
menjadi 42,89 mg/l dengan efisiensi penyisihan bioreaktor maka efisiensi penyisihan BOD
COD mencapai 78,42%. semakin menurun. Grafik penyisihan BOD untuk
Pada saat penggantian waktu tinggal kondisi berbagai variasi Waktu Tinggal (WTH)
menjadi lebih pendek terjadi penurunan efisiensi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 8 .
terlebih dahulu dan setelah 2 – 3 hari baru
mencapai kestabilan. Penurunan efisiensi pada
saat penggantian waktu tinggal terjadi karena
adanya perubahan debit aliran dari
pengoperasian sebelumnya sehingga beban
hidroliknya menjadi lebih besar. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin pendek
waktu tinggal pada reaktor maka efisiensi
penyisihan COD semakin menurun. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.
170
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
171
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
4.4.2 Analisa Efisiensi Penyisihan BOD pada 4.4.4 Analisa Efisiensi Penyisihan TSS pada
Berbagai Variasi Rasio Resirkulasi Berbagai Variasi Rasio Resirkulasi
Gambar 12 : Grafik Penyisihan BOD pada Gambar 14 : Grafik Penyisihan TSS pada
Berbagai Variasi Rasio Resirkulasi Berbagai Variasi Rasio Resirkulasi.
4.4.3 Analisa Efisiensi Penyisihan Ammonia 4.5 Hubungan Antara Beban Organik
pada Berbagai Variasi Rasio (Organic Loading) dengan Efisiensi
Resirkulasi Penyisihan
172
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa untuk Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa untuk
beban COD sebesar 0,094 kg COD/ m3.hari beban BOD sebesar 0,077 kg BOD/ m3.hari,
efisiensi penyisihan COD mencapai 89,95%. efisiensi penyisihan BOD mencapai 95,16%.
Sedangkan untuk beban COD sebesar 0,204 kg Sedangkan untuk beban BOD sebesar 0,266 kg
COD/ m3.hari, efisiensi penyisihan COD turun BOD/ m3.hari, efisiensi penyisihan BOD turun
menjadi 85,96%. Untuk beban COD sebesar menjadi 85,74%. Untuk beban BOD sebesar
0,816 kg COD/ m3.hari, efisiensi penyisihan COD 1,065 kg BOD/ m3.hari, efisiensi penyisihan BOD
hanya 78,42%. Dari hasil perhitungan Tabel 4 hanya 79,41%. Dari data hasil perhitungan Tabel
dapat diplotkan dalam bentuk grafik hubungan 5 dapat diplotkan dalam bentuk grafik yang
antara beban COD dengan efisiensi penyisihan dapat dilihat pada Gambar 16.
yang dapat dilihat pada Gambar 15.
Grafik Hubungan Beban Organik BOD dan Efisiensi
Grafik Hubungan Beban Organik COD dan Efisiensi
100 100
y = -4.2048Ln(x) + 79.41
y = -4.721Ln(x) + 80.072
95 90 R2 = 0.8579
R2 = 0.9432
Efisiensi (%)
90
Efisiensi (%)
85 80
80
70
75 Efisiensi Penghilangan
Efisiensi Penghilangan
70 Log. (Efisiensi Penghilangan)
60 Log. (Efisiensi Penghilangan)
65
50
60
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 0.0 0.5 1.0 1.5
Beban organik (Kg/m3.hari) Beban Organik (Kg/m3.hari)
173
Nusa I. Said dan Kristianti Utomo : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Proses... JAI Vol.3, No.2 2007
174