Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V11 SMP Negeri 10 Kendari
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V11 SMP Negeri 10 Kendari
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V11 SMP Negeri 10 Kendari
ABSTRACT
The problem in this study is "Is there a relationship between emotional intelligence with
student learning outcomes in class VII SMP 10 Kendari ?. The purpose of this study was to determine
the relationship between emotional intelligence and student learning outcomes in class VII SMP 10
Kendari. The population of this study were all students of class VII SMP 10 Kendari, amounting to
149 people and the sample of this study were 60 people.
Data collection methods used in this study are regression and correlation approaches using
questionnaires and tests prepared by the researcher and have been approved by the two supervisors.
The analysis techniques used in this study are: (1) test data analysis requirements, namely normality
test, (2) hypothesis testing using simple regression and correlation tests.
The results of this study indicate that there is a positive and significant relationship between
emotional intelligence with social studies learning outcomes for Grade VII students of SMP Negeri 10
Kendari. This can be seen from the correlation coefficient (r) obtained by 0.6, while the value of the
coefficient of determination (r2) is equal to 0.36 or 36% which means that student learning outcomes
are determined by emotional intelligence by 36% and the remainder is 64 % is determined by variables
not examined. This means that the higher the emotional intelligence, the higher the student learning
outcomes.
Based on the findings in this study it can be concluded that one of the variables that needs to
be considered in improving student learning outcomes is student emotional anxiety.
Keywords: Emotional Intelligence and Social Studies Learning Outcomes
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari?. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP
Negeri 10 Kendari. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari
yang berjumlah 149 orang dan sampel penelitian ini yaitu berjumlah 60 orang.
Metode pengumpulan data dalam yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan regresi dan
pendekatan korelasi dengan menggunakan angket dan tes yang disusun sendiri oleh peneliti dan telah
telah disetujui oleh kedua pembimbing. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas, (2) uji hipotesis dengan menggunakan uji regresi
dan korelasi sederhana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kecerdasan emosional dengan hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari. Hal ini dapat
dilihat dari koefisien korelasi (r) yang diperoleh sebesar 0,6, sedangkan nilai koefisien determinasi (r 2)
adalah sebesar 0,36 atau 36% yang berarti bahwa hasil belajar siswa ditentukan oleh kecerdasan
emosional yaitu sebesar 36% dan sisanya yaitu 64% ditentukan oleh variabel yang tidak diteliti. Hal
ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa salah satu variabel yang
perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah kecedasan emosional siswa.
1
PENDAHULUAN setelah ia menerima pengalaman belajarnya
Kurangnya kecerdasan emosional (Sudjana, 2000: 22).
dalam diri seorang siswa akan mengakibatkan Hasil belajar dapat diukur dari tinggi
siswa kurang termotivasi untuk belajar dan rendahnya kemampuan seseorang dalam
sulit untuk berkonsentrasi, sehingga siswa belajar yang di tunjukkan dengan adanya
akan sulit untuk memahami suatu mata perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.
pelajaran dan dapat mempengaruhi hasil Perubahan perilaku sebagai akibat dari
belajarnya. Sementara itu, mereka yang hanya perilaku sebagai akibat dari belajar dapat di
mengejar prestasi berupa nilai atau angka dan klasifikasikan dalam aspek-aspek tertentu.
mengabaikan pengontrolan, akan Setiap siswa yang belajar pasti ingin
menghalalkan segala cara untuk mendapakan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik,
nilai yang bagus, mereka cenderung untuk akan tetapi untuk mencapai hasil belajar yang
bersikap tidak jujur seperti mencontek pada diinginkan tersebut tidak semudah
saat ujian. Oleh karena itu, kecerdasan membalikkan telapak tangan, karena banyak
emosional mampu mendorong siswa mencapai hal yang diperhatikan untuk mendapatkan hasil
keberhasilan dalam belajarnya karena belajar yang baik.
kecerdasan emosional merupakan dasar untuk Dari hasil observasi awal yang
mendorong berfungsinya secara efektif dilakukan di SMP Negeri 10 Kendari pada
kecerdasan intelektual (IQ) siswa. tahun 2015 semester ganjil diketahui bahwa
Kecerdasan emosional perlu masih banyak siswa kelas VII belum
dikembangkan pada diri siswa, karena betapa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di
banyak kita jumpai siswa yang begitu cerdas sebabkan rendahnya kecerdasan emosional,
di sekolah, begitu cemerlang prestasi karena: (1). Siswa masih menunjukkan sikap
akademiknya, namun bila tidak dapat yang kurang aktif dan mandiri seperti meniru
mengelola emosinya, seperti mudah marah, tugas teman, (2) masih banyak siswa yang
mudah putus asa, atau angkuh dan sombong, terlambat (3) tidak ada keinginan mencari
maka prestasi tersebut tidak akan banyak materi-materi dari sumber lain, dan kurang
bermanfaat untuk dirinya. Kecerdasan mengeluarkan pendapatnya, (4) siswa tidak
emosional perlu lebih di hargai dan dibiasakan mengembangkan potensi berpikir,
dikembangkan pada siswa sedini mungkin dari sehingga siswa tidak bisa untuk menyelesaikan
tingkat pedidikan usia dini sampai ke masalah dengan menggunakan pikirannya
Perguruan Tinggi karena hal inilah yang sendiri akibatnya hasil belajarnya rendah.
mendasari keterampilan seseorang di tengah (Widodo, wawancara 17 Juni 2015).
masyarakat kelak, sehingga akan membuat Nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa
seluruh potensinya dapat berkembang secara di SMP Negeri 10 Kendari khususnya pada
lebih optimal dan hidupnya akan lebih siswa Kelas VII, di peroleh masih banyak yang
manusiawi. belum mencapai standar ketuntasan belajar,
Untuk dapat menghasilkan lulusan dilihat dari banyaknya nilai ulangan harian
yang handal, profesional dan siap maka harus siswa yang di bawah KKM. Sebagaimana
dilihat sejauh mana keberhasilan tujuan dapat di lihat dari tabel 1 di bawah ini.
pendidikan. Tolak ukur dari keberhasilan Tabel 1
tujuan pendidikan adalah hasil belajar yang Nilai Ulangan Harian IPS Siswa Kelas VII
diperoleh siswa. Karena hasil belajar Semester Ganjil
merupakan masalah sentral dalam kegiatan No Kela KK Tuntas Tidak Nilai
pendidikan belajar dan mengajar sebagai . s M (orang Tuntas Rata
aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, ) (orang -
yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar ) Rata
mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar 1. VII1 75 10 11 74
merupakan hasil yang dicapai siswa setelah 2. VII2 75 8 13 72
3. VII3 75 14 8 75
mengalami proses belajar dalam waktu
4. VII4 75 9 12 73
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
5. VII5 75 7 14 72
ditetapkan. Hasil belajar merupakan 6. VII6 75 5 16 69
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa 7. VII7 75 12 10 75
2
TOTAL 65 84 73 bertindak atau berbuat dalam suatu situasi
Sumber Data: Guru IPS Kelas VII SMP Negeri 10 secara cerdas atau bodoh; kecerdasan
Kendari seseorang dapat dilihat dalam caranya orang
Dari tabel di atas tersebut berbuat atau bertindak Kecerdasan
menunjukkan bahwa nilai ulangan juga merupakan istilah umum untuk
harian siswa SMP Negeri 10 kendari menggambarkan kepintaran atau kepandaian
masih banyak yang belum memenuhi orang (Munandir, 2001: 122).
standar KKM yang di tetapkan oleh Suharsono (2003: 43) menyebutkan
sekolah yaitu 75, dimana dari jumlah bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk
siswa sebanyak 149 orang yang tidak memecahkan masalah secara benar, yang
memenuhi standar KKM adalah secara relatif lebih cepat dibandingkan dengan
sebanyak 65 siswa dan sisanya 84 usia biologisnya. Lebih lanjut Rose (2002: 58)
siswa dinyatakan telah memenuhi mengemukakan bahwa kecerdasan adalah
KKM, hal ini mencerminkan bahwa kemampuan untuk memecahkan masalah atau
hasil belajar siswa sebanyak 84 orang menciptakan suatu produk yang bernilai dalam
dinyatakan bermasalah karena tidak satu latar belakang budaya atau lebih.
memenuhi Kriteria Ketuntasan Dalyono (1997: 182) mengartikan
Minimal yang telah ditetapkan oleh kecerdasan sebagai sebagai kemampuan
sekolah. Penyebab rendahnya hasil menyesuaikan diri dengan lingkungan atau
belajar siswa di SMP Negeri 10 belajar dari pengalaman. Hal ini didasarkan
Kendari khususnya pada mata bahwa manusia hidup dan berinteraksi di
pelajaran ilmu pengetahuan sosial dalam lingkungannya yang kompleks. Untuk
adalah salah satunya di pengaruhi oleh itu ia memerlukan kemampuan untuk
rendahnya kecerdasan emosional yang menguasai diri dengan lingkungannya demi
dimiliki oleh siswa itu sendiri. Siswa kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya
kurang berkonsentrasi dalam untuk kelestarian pertumbuhan, tetapi juga
mengikuti pembelajaran sehingga untuk perkembangan pribadinya. Karena itu
tidak memahami penyampaian yang manusia harus belajar dari pengalamannya.
disampaikan oleh guru didepan kelas. Kata emosi berasal dari bahasa latin,
Hal ini di sebabkan karena masih yaitu emoverey, yang berarti bergerak
ditemukan bebarapa siswa yang menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
terlambat, bermain Handphone dan kecenderungan bertindak merupakan hal
menganggu temannya dalam suasana mutlak dalam emosi. Emosi merujuk pada
pembelajaran berlangsung. suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu
Kecerdasan merupakan suatu keadaan biologis dan psikologis dan
kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup serangkaian kecenderungan untuk bertindak
yang hanya dimiliki oleh manusia. Kecerdasan Goleman (2006 : 411).
ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak Berdasarkan definisi diatas
itulah potensi kecerdasan ini mulai berfungsi menyatakan emosi pada dasarnya adalah
mempengaruhi tempo dan kualitas dorongan untuk bertindak. Emosi merupakan
perkembangan individu, dan manakala sudah reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
berkembang, maka fungsinya akan semakin dalam diri individu. Sebagai contoh emosi
berarti lagi bagi manusia yaitu akan gembira mendorong perubahan suasana hati
mempengaruhi kualitas penyesuaian diri seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
dengan lingkungannya. Kemampuan tertawa, emosi sedih mendorong seseorang
kecerdasan dalam fungsinya yang disebutkan berperilaku menangis. Pengertian Kecerdasan
terakhir bukanlah kemampuan genetis yang emosional adalah kemampuan seseorang
dibawa sejak lahir, melainkan merupakan mengatur kehidupan emosinya dengan
kemampuan hasil pembentukan atau inteligensi (to manage our emotional life
perkembangan yang dicapai oleh individu. with intelligence); menjaga keselarasan
Kecerdasan merupakan kata benda emosi dan pengungkapannya (the
yang menerangkan kata kerja atau keterangan. appropriateness of emotion and its
Menurut Sabri (1996: 115) Seseorang expression) melalui keterampilan kesadaran
menunjukkan kecerdasannya ketika ia diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati
3
dan keterampilan sosial (Goleman 2006 : Yadav (2011: 24) menyatakan
512). bahwa kecerdasan emosional adalah:
Goleman (2006: 413) menganggap “Emotional intelligence is the innate
emosi berdasarkan kerangka kelompok atau potential to feel, use, communicate,
dimensi, dengan cara mengambil kelompok recognize, remember, describe,
besar emosi marah, sedih, takut, bahagia, cinta, identify, learn from, manage,
malu, dan sebagainya sebagai titik tolak understand, and explain emotions.”
nuansa kehidupan emosional yang tak habis- Pendapat ini menyatakan bahwa
habisnya. Masing-masing kelompok ini kecerdasan emosional merupakan
mempunyai inti dasar di titik pusatnya, dengan potensi dari dalam diri seseorang
kerabat-kerabatnya mengembang keluar dari untuk bisa merasakan, menggunakan,
titik pusat tersebut dalam proses mutasi yang mengomunikasikan, mengenal,
berujung. Tepi luar “lingkaran emosi” diisi mengingatkan, mendeskripsikan
oleh suasana hati yang secara teknis lebih emosi.
tersembunyi dan berlangsung jauh lebih lama Menurut Cooper dan Sawaf
daripada emosi (meskipun agak langka terus (1997: 97) menyatakan bahwa
menerus berada di puncak amarah sepanjang kecerdasan emosional adalah:
hari, misalnya tidaklah seseorang berada dalam “Emotional intelligence is the ability
suasana hati yang mudah marah, mudah to feel, understand, and implement of
tersinggung, sehingga serangan marah kecil- the power and emotional sensitivity
kecilan dapat dengan mudah terpicu). Di luar actively as sources of energies,
suasana hati itu terdapat tempramen, yaitu information, connections and
kesiapan untuk memecahkan emosi tertentu influences thet have humanity”.
atau suasana hati tertentu yang membuat orang Artinya, kecerdasan emosi adalah
menjadi murung, takut, atau gembira. Dan kecerdasan untuk merasakan,
diluar bakat emosional semacam itu, ada juga memahami, dan mengimplementasikan
gangguan emosi seperti depresi klinis atau kepekaan tenaga dan emosi sebagai
kecemasan reda yaitu ketika seseorang siswa sumber kekuatan , informasi,
merasa terjebak dalam keadaan memedihkan. hubungan dan pengaruh yang
Hurlock (1979: 203) mengatakan, manusiawi.
emosi mewarnai presepsi individu terhadap Menurut Mayer (2001: 2)
dirinya sendiri dan lingkungannya serta kecerdasan emosional didefinisikan
berdampak pada perilaku seseorang. Dengan sebagai penalaran dengan emosi dalam
perasaan subjektif, kognitif, psikologi, dan empat bidang: mempresepsikan emosi,
perilaku yang dapat dilihat, seseorang dapat memadukannya dalam pikiran,
menyesuaikan diri terhadap gangguan atau memahami dan mengelolanya. Lebih
rangsangan sosial yang datang. Seseorang lanjut Weisinger (1998: 97-98)
yang dapat mengandalikan emosi atau gejolak membagi kecerdasan emosional ke
perasaan positif atau negatif, akan memiliki dalam empat bagian, yaitu: 1)
tindakan atau perilaku yang adaptif positif. kemampuan yang secara akurat
Sebaliknya seseorang yang tidak mampu mempersepsikan, menilai dan
mengendalikan emosinya akan bertindak menyatakan emosi; 2) kemampuan
destruktif. mengakses atau membangkitkan
Pengendalian emosi yang tepat akan perasaan sesuai dengan kebutuhan
memberikan berbagai pengaruh dalam hasil ketika mereka dapat memfasilitasi
belajar siswa. Karena emosi adalah sumber pemahaman diri atau orang lain; 3)
energy, pengaruh, dan informasi yang bersifat kemampuan untuk memahami emosi
batiniah yang telah dimiliki seseorang sejak dan pengetahuan yang mereka
lahir. Yang membedakan hanya apa yang kita hasilkan; dan 4) kemapuan untuk
perbuat dengan menggunakan informasi dan mengatur emosi uuntuk
energy darinya secara terarah dan langsung. mempromosikan pertumbuham
Kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosional dan intelektual.
perasaannya disebut kecerdasan emosional. Ketika berbicara mengenai urgensitas
kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang
4
dalam kehidupan, Suharsono (2004: 97) bersemangat tinggi dalam belajar, atau
mengungkapkan beberapa keuntungan untuk disukai teman-temanya di
kecerdasan emosional sebagai berikut: tempat-tempat bermain, juga akan
pertama, kecerdasan emosional jelas mampu membantunya dua puluh tahun
menjadi alat untuk pengendalian diri, sehingga kemudian ketika ia telah masuk dalam
seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan- dunia kerja atau ketika sudah
tindakan bodoh yang merugikan dirinya sendiri berkeluarga. Dalam sebuah survey
maupun orang lain. Kedua, kecerdasan nasional terhadap apayang diinginkan
emosional bias diimplementasikan sebagai oleh pemberi kerja baru, keterampilan-
cara yang sangat baik untuk memasarkan atau keterampilan teknik khusus tidak
membesarkan ide, konsep atau bahkan sebuah seberapa penting dibanding
produk. Ketiga, kecerdasan emosional adalah kemampuan dasar untuk belajar dalam
modal penting bagi seseorang untuk pekerjaan bersangkutan (GoIskandar,
mengembangkan bakat kepemimpinan dalam 2012: 86).
bidang apapun. Karena setiap model Ginanjar (2003: 62)
kepemimpinan sesungguhnya membutuhkan mengartikan kecerdasan emosional
visi, misi, konsep, program dan yang tak kalah sebagai kemampuan untuk
pentingnya adalah dukungan dan partisipasi “mendengarkan” bisikan emosional,
dari para anggota. dan menjadikannya sebagai sumber
Untuk memberikan informasi maha penting untuk
pemahaman dasar tentang kecerdasan memahami diri sendiri dan orang lain
emosional, Goleman (2006: 415) demi mencapai sebuah tujuan. Sejalan
mencoba menjelaskan beberapa dengan pemikiran Ginanjar, Iskandar
konsep keliru yang paling lazim terjadi mengartikan (2012: 59) kecerdasan
dan harus diluruskan.pertama, emosional adalah mencangkup
kecerdasan emosi tidak hanya kemampuan untuk membedakan dan
“bersikap ramah”. Pada saat-saat menanggapi dengan tepat suasana hati,
tertentu yang diperlukan mungkin temperamen, motivasi dan hasrat
bukan “sikap ramah” melainkan, tetapi antar-pribadi ini lebih menekankan
mengungkapkan kebenaran yang pada aspekkognisi atau pemahaman.
selama ini dihindari. Selanjutnya Davies (2006: 21)
kecerdasan emosi bukan berarti menjelaskan bahwa kecerdasan emosi
memberikan kebebasan kepada adalah kemampuan seseorang untuk
perasaan untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri
berkuasa-“memanjakan perasaan- dan orang lain, membedakan satu
perasaan, melainkan mengelola emosi dengan lainnya dan
perasaan-perasaan sedemikian rupa menggunakan informasi tersebut untuk
sehingga terekspresikan secara tepat menuntun proses berpikir dan
dan efektif, yang memungkinkan berperilaku seseorang. Goleman
orang bekerjasama dengan lancer (2006: 57-59) menyatakan ada lima
menuju sasaran bersama. Tingkat domain kecerdasan pribadi dalam
kecerdasan emosi tidak terikat dengan bentuk kecerdasan emosional, yaitu:
fakor genetis, tidak juga hanya dapat kemampuan mengenali emosi diri,
berkembang pada masa kanak-kanak. kemampuan mengelola emosi,
Tidak seperti IQ yang berubah hanya kemampuan memotivasi diri,
sedikit setelah melewati usia remaja, kemampuan mengenali emosi orang
kecerdasan emosi lebih banyak di lain, dan kemampuam membina
peroleh melalui belajar dari hubungan sosial.
pengalaman sendiri, sehingga Arifin (2000: 47) hasil belajar
kecakapan-kecakapan kita dalam hal merupakan indikator dari perubahan
ini dapat terus tumbuh. yang terjadi pada individu setelah
Hasil-hasil penelitian mengalami proses belajar mengajar,
menunjukan bahwa keterampilan EQ dimana untuk mengungkapkannya
akan mampu membuat anak-anak menggunakan suatu alat penilaian
5
yang disusun oleh guru, seperti tes tertentu; dan 5) sikap, yakni kecenderungan
evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk seseorang untuk berprilaku tertentu terhadap
mengetahui sejauh mana siswa suatu lingkungannya.
tersebut memahami dan mengerti Menurut Triyuni (2009: 81)
pelajaran yang diberikan. menyatakan bahwa hasil belajar adalah
Dimyati (2002: 3) mengartikan hasil salahsatu ukuran keberhasilan pencapaian
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tujuan pembelajaran. Hasil belajar juga
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi merupakan kemampuan yang diperoleh siswa
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses melalui kegiatan belajar dan belajar itu adalah
evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar suatu proses dalam diri seseorang yang
merupakan berakhirya penggal dan puncak berusaha memperoleh sesuat dalam bentuk
proses belajar. Salah satu upaya mengukur perubahan tingkah laku yang relative menetap.
hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar Perubahan tingkah laku dalam belajar sudah
siswa itu sendiri. ditentukan berdasarkan kemampuan siswa.
Hasil belajar adalah hasil dari proses Ali (2000: 250) mengatakan bahwa
pembelajaran sebagai perwujudan segala hasil belajar merupakan hasil yang dapat
upaya yang telah dilakukan selama proses dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi
pembelajaran berlangsung. Ibrahim dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
Syaodiah (2003: 86) menyatakan bahwa dalam tingkat perkembangan mental yang lebih baik
proses belajar mengajar akan diperoleh suatu bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
hasil yang kemudian disebut hasil pengajaran Tingkat perkembangan mental dapat
atau hasil belajar. Selanjutnya Anni (2006: 40) diwujudkan pada jenis-jenis ranah kognitif,
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan afektif, dan psikomotor.
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar Berdasarkan deskripsi teori di atas
setelah mengalami aktivitas belajar. Dari dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa hasil akhir dari proses belajar sampai proses
hesil belajar merupakan hasil dari segala upaya perwujudan atas segala upaya yang dilakukan
yang dilakukan individu selama melakukan selama proses belajar mengajar berlangsung
proses belajar. dengan berdasarkan tujuan pembelajaran yang
Nawawi (2002: 127) membagi tujuan telah ditentukan dan diukur melalui tes.
hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu: 1)
hasil belajar berupa kemampuan keterampilan Sebuah laporan dari National
atau kecakapan di dalam melakukan atau Center for Clinical Infant Programs
mengerjakan suatu tugas, termasuk didalamnya pada tahun 1992 menyatakan bahwa
keterampilan menggunakan alat; 2) hasil keberhasilan di sekolah bukan
belajar yang berupa kemampuan penguasaan diramalkan oleh kumpulan fakta
ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan; seorang siswa atau kemampuan
3) hasil belajar yang berupa perubahan sikap dininya untuk membaca, melainkan
tingkah laku. oleh ukuran-ukuran emosional dan
Pramutadi (2004: 19) mengemukakan sosial : yakni pada diri sendiri dan
lima kategori hasil belajar yaitu: 1) mempunyai minat; tahu pola perilaku
keterampilan intelektual, memungkinkan yang diharapkan orang lain dan
seseorang untuk berinteraksi dengan bagaimana mengendalikan dorongan
lingkungannya berdasarkan symbol, gambar hati untuk berbuat nakal; mampu
dan konsep yang sudah terhimpun dalam menunggu, mengikuti petunjuk dan
struktur kognitifnya; 2) strategi kognitif, mengacu pada guru untuk mencari
keterampilan yang khusus dan sangat penting bantuan; serta mengungkapkan
yaitu kemampuan seseorang untuk secara kebutuhan-kebutuhan saat bergaul
pribadi mengatur pola belajar, berpikir dan dengan siswa lain. Hampir semua
mengingat; 3) informasi-informasi yang siswa yang prestasi sekolahnya buruk,
terhimpun sebagai pengetahuan yang menurut laporan tersebut, tidak
terorganisasi; 4) keterampilan motorik, yaitu memiliki satu atau lebih unsur-unsur
kemampuan seseorang untuk mengendalikan kecerdasan emosional tanpa
dan mengatru urat dagung dalam pekerjaan memperdulikan apakah mereka juga
6
mempunyai kesulitan-kesulitan
kognitif seperti kertidakmampuan Populasi dan Sampel Penelitian
belajar (Goleman, 2002: 273). Populasi
Keterampilan dasar emosional Populasi dalam penelitian ini
tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, adalah seluruh siswa kelas VII SMP
tetapi membutuhkan proses dalam Negeri 10 Kendari semester ganjil
mempelajarinya dan lingkungan yang 2015/2015 yang berjumlah 149 siswa,
membentuk kecerdasan emosional yang berdistribusi dalam 7 kelas.
tersebut besar pengaruhnya. Hal positif Sampel
akan diperoleh bila anak diajarkan Penentuan besarnya sampel pada
keterampilan dasar kecerdasan penelitian ini dilakukan dengan
emosional, secara emosional akan menggunakan rumus Yamane dalam
lebih cerdas, penuh pengertian, mudah Riduwan (2007: 26) yaitu:
menerima perasaan-perasaan dan lebih
banyak pengalaman dalam N
memecahkan permasalahannya sendiri,
n=
N . d 2 +1
sehingga pada saat remaja akan lebih
banyak sukses disekolah dan dalam Keterangan :
berhubungan dengan rekan-rekan
sebaya serta akan terlindung dari n = Jumlah Sampel
resiko-resiko seperti obat-obat N = Jumlah Populasi
terlarang, kenakalan, kekerasan serta
seks yang tidak aman (Gottman, 2001 : d2 = Presesi yang ditetapkan
250).
Proses belajar akan berhasil Jumlah siswa sebanyak (N) = 149
bila seseorang mampu memusatkan orang dan presesi (d2) = 10%. Dengan
perhatian pada pelajaran, tetapi apabila perhitungan sebagai berikut:
pada dirinya terdapat masalah N 149 149 1
kejiwaan, seperti kecewa, malu, sedih, n= = = =
N . d +1 149 . 0.1 + 1 149 . 0.01+ 1 3
2 2
kurang percaya diri, maka dengan
sendirinya akan mempengaruhi
prestasi belajar (Indriyani, 2008). Teknik Pengumpulan Data
Dari uraian di atas dapat Pengumpulan data dalam penelitian ini
diambil kesimpulan bahwa kecerdasan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan
emosional merupakan salah satu faktor tes hasil belajar. Kuesioner dalam penelitian
utama yang seharusnya dimiliki oleh ini terdiri dari butir-butir pernyataan yang
siswa yang memiliki kebutuhan untuk digunakan untuk mengumpulkan data yang
meraih prestasi belajar yang lebih baik berkaitan dengan kecerdasan emosional dan
di sekolah. hasil belajar siswa. Instrumen dalam penelitian
METODE ini dikembangkan oleh peneliti dengan
Desain Penelitian mengadopsi model skala Likert lima pilihan
Desain penelitian hubungan antara dengan menggunakan angket tertutup.
variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X) Sedangkan tes hasil belajar digunakan untuk
dapat digambarkan sebagai berikut: mengukur pengetahuan siswa setelah
mempelajari beberapa materi pembelajara IPS.
Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan
X Y ganda dengan empat pilihan.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner
Dimana : kecerdasan emosional dan tes hasil belajar
: Hubungan siswa. Instrumen tersebut dikembangkan oleh
X : Kecerdasan Emosional peneliti. Sebelum digunakan dalam penelitian,
Y :Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan instrumen yang dikembangkan terlebih dahulu
Sosial diujicobakan. Sebelum pelaksanaan uji coba
7
empiris, instrumen terlebih dahulu diperiksan mengenali emosi orang lain (empati), dan (5)
oleh pembimbing untuk menilai sejauh mana membina hubungan (kerjasama).
butir-butir instrumen telah mengukur sasaran Insturmen yang dikembangkan terdiri atas 30
ukurannya, sebagaiman dijelaskan dalam butir penyataan dengan teknik penskoran yaitu
definisi operasional, indikator, dan kisi- 5 = Sangat Sering, 4 = Sering, Skor 3 =
kisinya. Kadang-kadang, 2 = Jarang, 1= Tidak Pernah.
Selanjutnya instrumen diuji cobakan Sehingga skor maksimal instrumen kecerdasan
pada 30 responden. Sampel uji coba dipilih emosional adalah 150 (5 x 30) dan skor
secara acak sederhana dari populasi penelitian, minimal 30 (1 x 30).
dimaksudkan untuk menentukan validitas butir Analisis Validitas dan Reabilitas Instrumen
sebagai dasar pemilihan butir-butir instrumen Kecerdasan Emosional
yang berkualitas yang dapat digunakan dalam Analisis validitas instrumen kecerdasan
pengumpulan data. Validitas butir instrumen emosional dilakukan dengan cara
digunakan menggunakan rumus korelasi mengkorelasikan skor tiap butir instrumen
Product Moment dari Pearson, yaitu dengan dengan skor total instrumen dengan
cara mengkorelasikan skor masing-masing menggunakan rumus statistic Korelasi Product
butir pendukung suatu instrumen dengan skor Moment dengan ketentuan bahwa jika rhitung
totalnya. Semakin tinggi korelasi suatu skor lebih besar dari rtabel pada dk = n – 2 dan α =
butir dengan skor total, semakin tinggi 0,05 maka butir tersebut dinyatakan valid, dan
dukungan butir tersebut terhadap instrumen, sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka
sebaliknya semakin rendah korelasiny maka butir tersebut dinyatakan tidak valid dan
semakin kecil dukungan butir tersebut. selanjutnya didrop. Hasil pengujian validitas
Penerimaan dan penolakan butir-butir dengan menggunakan bantuan program
instrumen diperoleh melalui perhitungan Microsoft Office Excel 2007 setelah dilakukan
dengan harga kritis (r) yang diperoleh dari r uji coba instrumen kepada 30 orang responden
pada α = 0,05 dan n = 30 yaitu sebesar 0,361. yang telah dipilih secara acak, maka diperoleh
Suatu butir instrumen dapat dipertahankan 27 butir soal yang valid dan 3 butir lainnya
apabila (r) > 0,361. dinyatakan tidak valid yaitu butir 1, 8, dan 14
Sedangkan, koefisien reliabilitas (Lihat lampiran 2 halaman 82).
instrumen dihitung menggunakan rumus Alpha Analisis reliabilitas instrumen kecerdasan
Cronbach. Dengan ketentuan bahwa apabila emosional dilajukan pada butur-butir
koefisien reliabilitas 0,60 ke atas maka sudah instrumen yang dinyatakan valid dengan
dianggap memadai (Naga, 1992: 129). menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Secara keseluruhan perhitungan koefisien Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
validitas dan koefisien reliabilitas dilakukan koefisien reliabilitas sebesar 0,844. Nilai
menggunakan program Excel. tersebut mendekati angka 1 sehingga angket
Instrumen Kecerdasan Emosional mempunyai keterandalan yang tinggi, yakni
Definisi Konsep instrumen kecerdasan emosional yang
kecerdasan emosional adalah potensi dikembangkan mampu mengukur sebesar
yang dimiliki oleh siswa untuk dapat 84,4% dari keragaman kecerdasan emosional
mengenali emosi dirinya sendiri dan orang siswa di lokasi penelitian (Lihat lampiran 3
lain, membedakan satu emosi dengan lainnya halaman 83).
dan menggunakan informasi tersebut untuk Insrumen Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
proses berpikir dan berprilaku agar dapat Sosial
mengatasi tuntutan dan tekananan lingkungan Definisi Konseptual
baik di sekolah maupun di masyarakat. Hasil belajar adalah hasil akhir dari
Definisi Operasional belajar sampai proses perwujudan atas segala
kecerdasan emosional adalah total skor upaya yang dilakukan selama proses belajar
yang diperoleh responden (siswa) dari mengajar berlangsung dengan berdasarkan
instumen penelitian kecerdasan emosional tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan
yang diungkapkan melalui indicator angket diukur melalui tes
yaitu: (1) mengenali emosi diri, (2) mengelola Definisi Operasional
emosi diri, (3) memotivasi diri sendiri, (4) Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
8
total skor yang dicapai oleh siswa setelah ( f o −f e )2
2
menjawab tes ilmu pengetahuan sosial yang χ =∑
berbentuk pilihan ganda sebanyak empat fe (Nurgiantoro,
pilihan yang mencakup pokok bahasan: 1) 2004: 111)
lingkungan kehidupan manusia; 2) kehidupan Dimana:
sosial manusia; dan 3) usaha manusia
memenuhi kebutuhan. Instrumen yang χ2 : chi-kuadrat
dikembangkan dalam penelitian ini berjumlah fe : frekuensi harapan
35 butir pernyataan dengan teknik penskoran fo : frekuensi observasi
yaitu apabila jawaban siswa benar maka akan Kriteria pengujiannya yaitu jika
diberikan skor 1 dan apabila jawaban siswa 2 2
salah maka akan diberikan skor 0. Dengan χ hitung > χ tabel pada taraf
demikian skor maksimal tes hasil belajar siswa
adalah sebesar 30 (1 x 30) dan skor minimal signifikan 95 % ( α=0, 05 ) distribusi
,
sebesar 0 (0 x 30). 2
Analisis Validitas dan Reliabilitas data adalah tidak normal dan jika χ
Instrumen Hasil Belajar 2
Analisis validitas instrumen tes hasil hitung < χ pada taraf signifikan 95 % (
belajar dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor tiap butir instrumen α=0 ,05 ), distribusi data adalah
dengan skor total instrumen dengan normal.
menggunakan rumus statistic Korelasi Product Pengujian Hipotesis
Moment dengan ketentuan bahwa jika rhitung Sesuai dengan tujuan penelitian,
lebih besar dari rtabel pada dk = n – 2 dan α = maka untuk mendeskripsikan data dan menguji
0,05 maka butir tersebut dinyatakan valid, dan hipotesis, menggunakan dua bentuk analisis
sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka yaitu: (1) analisis deskriptif, untuk menyajikan
butir tersebut dinyatakan tidak valid dan data-data secara deskriptif secara rata-rata
selanjutnya didrop (Lihat lampiran 5 halaman ( χ ) , median (Me), modus (Mo), dan
93).Hasil pengujian validitas dengan standar deviasi untuk masing-masing variabel.
menggunakan bantuan program Microsoft (2) analisis inferensial untuk menguji hipotesis
Office Excel 2007 setelah dilakukan uji coba penelitian menggunakan uji regresi linear
instrumen kepada 30 orang responden yang sederhana dan uji korelasi.
telah dipilih secara acak, maka diperoleh 30 Untuk uji regresi linear sederhana
butir soal yang valid dan 5 butir lainnya menggunakan rumus sebagai berikut:
dinyatakan tidak valid yaitu butir 6,15,18, 28,
dan 31. Ŷ= a + b X (Sudjana, 1983: 6)
Analisis reliabilitas tes hasil belajar Keterangan:
dilajukan pada butir-butir tea yang dinyatakan
valid dengan menggunakan rumus Alpha Ŷ = variabel terikat (hasil belajar IPS siswa)
Cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan X = variabel bebas (kecerdasan emosional
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,683.
Nilai tersebut berarti bahwa tes yang siswa)
dikembangkan terpercaya dan mampu a = nilai konstanta (nilai Ŷ pada saat x = 0)
mengukur 68,3% dari keragaman hasil belajar
b = koefisien variabel x
IPS siswa (Lihat lampiran 6 halaman 94).
Sedangkan untuk mengetahui
Teknik Analisi Data
keberartian koefisien regresi digunakan uji-F
Uji Persyaratan Analisi Data
dengan rumus:
Sebelum data hasil penelitian di analisis
maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
F hitung =
RJK ( b a)
analisis data yaitu uji normalitas data. Uji RJK ( s )
normalitas data dalam penelitian ini dihitung (Sudjana, 1983: 12)
dengan menggunakan uji chi-kuadrat dengan Dengan kriteria pengujian jika Fhitung>
rumus sebagai berikut: Ftabel pada taraf signifikan 95% (α = 0,05)
9
berarti keofisien regresi variabel Y atas Departemen Pendidikan Nasional terlihat
variabel X signifikan dan jika F hitung< Ftabel pada bahwa hasil belajar 5% hasil belajar siswa
taraf signifikan 95% (α = 0,05) berarti tergolong sedang, 22,2% hasil belajar siswa
keofisien regresi variabel Y atas variabel X tergolong tinggi, dan 12,6% hasil belajar siswa
tidak signifikan. yang tergolong sangat tinggi.
Untuk mengetahui linearitas Salah satu variabel dalam penelitian ini
persamaan regresi, maka digunakan uji dan diduga turut memberikan konstribusi
linearitas dengan rumus: terhadap hasil belajar adalah kecerdasan
RJK ( TC ) emosional. Dari hasil analisis deskriptif
Fhitung = diketahui bahwa 28,33% atau 17 orang
RJK ( G ) responde berada pada kelompok rata-rata dan
(Sudjana, 1983: 12) 25% atau 37 responden berada di atas
Dengan kriteria pengujian jika Fhitung kelompok rata-rata serta 10% atau 6 responden
> Ftabel pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) lainnya berada di bawah kelompok rata-rata.
berarti persamaan regresi yang diperoleh tidak Berdasarkan hasil analisis regresi
linear dan jika Fhitung< Ftabel pada taraf signifikan linear sederhana menunjukkan bahwa hasil
95% (α = 0,05) berarti persamaan regresi yang belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 10
diperoleh bersifat linear. Kendari dipengaruhi oleh kecerdasan
Selanjutnya untuk mengetahui emosional yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
hubungan kecerdasan emosioanal dengan hasil Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi (b)
belajar pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sebesar 0,585 dan nilai konstanta (a) sebesar
sosial dilakukan uji korelasi produc moment 7,337. Dengan demikian bahwa setiap
dengan rumus: kenaikan satu skor kecerdasan emosional
n ( Σ XY )−( ΣX )( ΣY ) siswa, maka akan diikuti dengan kenaikan
r xy = hasil belajar siswa sebesar 0,585 pada
√ {n ( ΣX 2 )−( ΣX )2}−{n ( ΣY 2 ) −( ΣY )2 } konstanta 7,337. Demikian pula sebaliknya,
(Sudjana, 1983: 38) setiap penurunan satu skor kecerdasan
Untuk menguji keberartian koefisien emosional siswa, maka akan diikuti dengan
korelasi antara variabel kecerdasan emosioanl menurunnya nilai hasil belajar siswa sebesar
(X) dengan hasil belajar pada mata pelajaran 0,585 pada konstanta 7,337. Selanjutnya,
ilmu pengetahuan ocial (Y) pada taraf nyata berdasarkan hasil analisis korelai sederhana
α = 0,05, maka digunakan uji-t yaitu: koefisien korelasi (r) sebesar 0,6 dengan
r √ n−2 determinasi (r2) sebesar 0,36 atau 36% yang
t hitung= berarti bahwa kecerdasan hasil belajar siswa di
√1−r 2 (Sudjana, 1983: 48) tentukan oleh kecerdasan emosional yaitu
Dengan Kriteria pengujian jika thitung> sebesar 36%, sedangkan sisanya yaitu 64%
ttabel pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), maka ditentukan oleh variabel yang tidak diteliti.
ada hubungan yang signifikan antara variabel Temuan di atas menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional dengan variabel hasil kecerdasan emosional turut mempengaruhi
belajar siswa dan jika F hitung ≤ Ftabel pada taraf hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan
signifikan 95% (α = 0,05), maka tidak ada pendapat (Gottman, 2001:xvii) Individu yang
hubungan yang signifikan antara variabel memiliki tingkat kecerdasan emosional yang
kecerdasan emosional dengan variabel hasil lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam
belajar siswa. menenangkan dirinya dengan cepat, jarang
HASIL PENELITIAN tertular penyakit, lebih terampil dalam
Berdasarkan hasil analisis deskriptif hasil memusatkan perhatian, lebih baik dalam
belajar IPS siswa Kelas VII MP Negeri 10 berhubungan dengan orang lain, lebih cakap
Kendari diketahui bahwa 20% atau 12 orang dalam memahami orang lain dan untuk kerja
responde berada pada kelompok rata-rata dan akademis dalam hal ini hasil belajar siswa di
33,33% atau 20 responden berada di atas sekolah akan menjadi lebih baik. Proses belajar
kelompok rata-rata serta 56,67% atau 28 akan berhasil bila seseorang mampu
responde lainnya berada di bawah kelompok memusatkan perhatian pada pelajaran, tetapi
rata-rata. Selain itu, dari analisis hasil belajar apabila pada dirinya terdapat masalah
dengan menggunakan patokan dari kejiwaan, seperti kecewa, malu, sedih, kurang
10
percaya diri, maka dengan sendirinya akan Dalyono. 1997. Akselerasi Intelegensi;
mempengaruhi hasil belajar siswa (Indriyani, Optimalkan IQ, EQ, dan SQ. Depok:
2008). Inisiasi Press.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil Daryanto. 2009. Penduan Proses
penelitian sebelumnya, di antaranya penelitian Pembelajaran Kreatif dan Inovatif.
yang dilakukan oleh Defila, Muslimin, Jakarta: Publisher..
Saehana (2014) dengan judul penelitian “ Davies, Mark. 2006. Tes EQ Anda.
Hubungan Antara Kecerdasan Emosioanl Terjemahan Michael Wong, Suharsono,
dengan Hasil Belajar IPS Siswa SMP dan Siti Khotimah. Jakarta: Mitra
Negeri 1 Palu” yang menemukan bahwa Media.
terdapat hubungan yang positif dan signifikan Defila, Muslimin , Saehana. 2014. Hubungan
antara kecerdasan emosional dengan hasil Antara Kecerdasan Emosioanl dengan
belajar IPS Siswa SMP Negeri 1 Palu. Hasil Belajar IPS Siswa SMP negeri
KESIMPULAN 1.
Berdasarkan pembahasan hasil Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003
penelitian di atas dapat disimulkan bahwa tentang Pendidikan Sistem Nasional.
terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan Jakarta.
Antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Dimyati. 2004. Belajar dan Pembelajaran.
Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Jakarta: Depdikbud.
Kendari. Hal ini dapat dilihat dari nilai Ginanjar. 2003. Islam dan Pikologi. Ciputat
koefisien korelasi yang diperoleh (r) yaitu Tangerang: UIN Jakarta Press.
sebesar 0,6, serta hasil uji signifikan koefisien Goiskandar. 2012. Manajemen ESQ Power.
korelasi yang diperoleh thitung sebesar 7,14 dan Jogjakarta: DIVA Press.
ttabel sebesar 2,00 pada α = 0,05 yang berarti Goleman, Daniel.2006.Kecerdasan
terdapat Hubungan yang positif dan signifikan Emosional.terjemahan T. Hermaya.
antara kecerdasan emosional dengan hasil Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
belajar IPS. Dengan demikian semakin tinggi Utama.
kecerdasan emosional siswa maka akan Gottman. 2001. Manajemen Kecerdasan.
semakin tinggi pula hasil belajarnya. Jadi salah Cetakan Ketiga. Mizan. Bandung.
satu variabel yang perlu dipertimbangkan Nawawi H. 2002. Organisasi Sekolah dan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung
kecerdasan Agung.
DAFTAR PUSTAKA Nawawi H. 2002. Teknik Penelitian Hasil
Ahiri, Jafar. 2008. Faktor-Faktor yang Belajar. Jakarta: Bina Bangsa.
Mempengaruhi Hasil Belajar. Nurgiantoro, B. 2004. Statistik Terapan untuk
Kendari: UNHALU press. Penelitian Ilmu-IlmuSosial. Yogyakarta:
Ali, Mohammad. 2000. Teori Belajar dan UGM Press.
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Pasiak, T. (2002) Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara
Anni, Lestari. 2006. Metode Pembelajaran. Neurosains dan Al-Quran. Cetakan
Bandung: CV Wacana Prima. Pertama. Mizan, Bandung.
Arifin. 2000. Hasil Belajar. Jakarta: PT. Pilgrim, Susan.
Ganesha. http//pertinent.com/pertifo/business/spil
Arikunto, 2005, Dasar-Dasar Evaluasi grim8.html. p. 1.
Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Pramutadi, S. 2004. Proses Belajar Mengajar
Bumi Aksara. di Perguruan Tinggi. Bandung: ITB.
Arikunto, Suharsimin. 2000. Prosedur Pramutadi, S. 2004. Proses Belajar Mengajar
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.. di Perguruan Tinggi. Bandung: ITB.
Cooper, Robert K and Ayman Sawaf. 1997. Riduwan. 2005. Dasar-Dasar Statistik.
Emotional Intelligence in Leadship and Bandung: Alfabeta.
Organizations. New York: Advance Robbins, Stephen P. 1998. Organization
Intelligence Techonologies. Behavior. Upper Saddle River, New
Dali, S Naga. 1992. Pengantar Teori Skor Jesrsey: Prentice Hall, Inc.
Pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta:
BESBATS.
11
Rose Colin dan Malco J Nicholl. Cara Belajar
Cepat Abad XXI, penerjemah Dedy
Ahimas. Bandung: Nuansa.
Sabri, M Alisuf. 2001. Pengantar Psikologi
Umum dan Perkembangan. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya
12
13