Penatalaksanaan Pasien Dengan Sudut Tertutup Primer - Degiana

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

0

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

Laporan Kasus : Penatalaksanaan Pasien dengan Sudut Tertutup Primer


Penyaji : Degiana Syabdini Edwiza
Pembimbing : dr. R. Maula Rifada, Sp.M (K)

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh


Pembimbing Unit Glaukoma

dr. R. Maula Rifada, Sp.M (K)

Senin, 24 Juli 2017


Pukul 07.45 WIB
1

PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SUDUT TERTUTUP PRIMER

Abstract
Introduction : Treatment for angle-closure glaucoma is based on disease staging and ocular
examination. International Society of Ophthalmic Epidemiology in 2002 defined three
conseptual stages of angle-closure glaucoma; primary angle-closure suspect (PACS), primary
angle closure (PAC), and primary angle-closure glaucoma (PACG).
Purpose : To present three cases with treatment options for angle-closure glaucoma based on
staging and clinical evaluations
Case report : Case one, patient was diagnosed as primary angle-closure glaucoma (post acute
angle-closure) on the right eye (RE) and primary angle-closure on the left eye (LE) with
immature senile cataract on both eyes, undergone trabeculectomy with 5-fluorouracil on RE
and laser peripheral iridotomy (LPI) on LE.
Case two, patient was diagnosed as PACG on the RE and PAC on LE with immature senile
cataract on both eyes, undergone trabeculectomy on RE and LPI on LE.
Case three, patient was diagnosed PAC on the RE and PACG on LE with immature senile
cataract on both eyes, undergone combined procedure on LE.
Conclusions : Laser iridotomy is the initial management of primary angle-closure glaucoma.
Trabeculectomy indicated with the presence of failured LPI, poor compliance to maximal
medical therapy, and uncontrolled intraocular pressure with severe glaucomatous optic nerve
damage and visual field defect. Combined procedure with lens extraction is needed when
significant cataract is found.
Keywords : angle-closure glaucoma, trabeculectomy, laser iridotomy, combined procedure

I. Pendahuluan
Glaukoma adalah kumpulan penyakit dengan karakteristik optik neuropati,
gangguan lapangan pandang, dan atau tanpa peningkatan tekanan intraokular (TIO).
Glaukoma merupakan penyebab utama dari kebutaan permanen. Upaya untuk
memahami etiologi dan riwayat penyakit glaukoma dan mengembangkan strategi
manajemen yang efektif sebelumnya terhambat karena meluasnya penggunaan sistem
klasifikasi yang menekankan pentingnya serangan akut dengan fluktuasi tekanan
intraokular.1,2
Lebih dari setengah kasus kebutaan akibat glaukoma disebabkan oleh sudut tertutup
primer. Prevalensi glaukoma sudut tertutup bervariasi diantara berdasarkan ras dan
etnis. Prevalensi glaukoma sudut tertutup (Angle Closure Glaucoma) yang pada
umumnya primer, lebih tinggi daripada glaukoma tipe lainnya pada ras asia. Studi

1
2

populasi di Cina menyebutkan perbandingan prevalensi glaukoma sudut terbuka (Open


Angle Glaucoma) dengan ACG berkisar dari 1;1 sampai 2:6.1,2
Klasifikasi glaukoma sudut tertutup dapat dibagi menjadi akut, sub-akut, dan kronik
berdasarkan waktu dan timbulnya gejala. Klasifikasi terbaru oleh Foster et al (2002)
membagi penyakit sudut tertutup primer berdasarkan pengukuran tekanan intraokular,
gonioskopi, serta diskus dan evaluasi lapangan pandang. Klasifikasi ini dapat
menggambarkan derajat penyakit sudut tertutup primer, dibagi atas suspek sudut
tertutup primer (primary angle-closure suspect), sudut tertutup primer (primary angle-
closure), dan glaukoma sudut tertutup primer (primary angle-closure glaucoma).
Penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup berupa terapi medikamentosa, laser, atau
surgikal bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokular dan mengurangi resiko
kerusakan saraf optik lebih lanjut, mencegah terjadinya progresifitas sudut tertutup,
dan mengurangi resiko terjadinya serangan akut sudut tertutup. 3–5 Laporan kasus ini
akan membahas mengenai tatalaksana operatif dan laser pada glaukoma sudut tertutup
primer.

II. Laporan Kasus


2.1 Kasus 1
Pasien Tn.B, 62 tahun, pertama kali datang ke poliklinik glaukoma pada tanggal 4
Juni 2017 dengan keluhan sejak 1 bulan yang lalu mata kanan merah, nyeri, dan berair.
Riwayat penyakit glaukoma di keluarga tidak ada. Riwayat penyakit sistemik tidak ada.
Pasien dirujuk dari RSUD Serang dengan riwayat pengobatan timolol maleat 0,5%,
latanaprost tetes mata, acetazolamide tablet 250mg, dan kalium L-aspartate.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
oftalmologi didapatkan tajam penglihatan dasar mata kanan tidak ada persepsi cahaya
dan mata kiri 0,63. Pengukuran tekanan intraokular dengan tonometri aplanasi (ATN)
Goldmann didapatkan mata kanan berkisar antara 50-60 mmHg dan mata kiri 13-18
mmHg. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan didapatkan injeksi siliar, kornea
edema (+) microbullae (+), kedalaman bilik mata depan Van Herrick (VH) grade II,
3

flare dan cell (f/s) sulit dinilai, pupil mid-dilatasi, lensa keruh. Pada mata kiri
didapatkan kedalaman bilik mata depan VH grade II-III, f/s -/-, lensa agak keruh.
Pemeriksaan segmen posterior didapatkan mata kanan media keruh, mata kiri cup/disc
ratio 0,3. Pemeriksaan gonioskopi dengan Sussmann four-mirror didapatkan mata
kanan kesan sudut tertutup dengan gambaran schwalbe line pada keempat kuadran,
pada mata kiri didapatkan gambaran schwalbe line pada keempat kuadran bilik mata
depan, dengan indentasi kornea didapatkan kesan scleral spur pada kuadran superior,
temporal, dan nasal, dan schwalbe line dengan Peripheral Anterior Synechiae (PAS)
pada kuadran inferior.

Gambar 2.1. Segment anterior mata kanan dan kiri pasien 1


Sumber : RS Mata Cicendo

Pasien didiagnosis dengan glaukoma sudut tertutup primer (post sudut tertutup akut)
OD + sudut tertutup primer (PAC) OS + katarak senilis imatur ODS. Pasien diberikan
terapi timolol maleat 0,5% tetes mata 2xODS, acetazolamide tablet 250mg 3x1 tab per
oral, kalium L-aspartate 1x1 tablet per oral, gliserol 50% 50cc 1x1 per oral selama 2
hari. Pada mata kiri pasien dilakukan Laser Peripheral Iridotomy (LPI), mata kanan
dilakukan tindakan trabekulektomi + 5-fluorouracil(FU) dalam Monitored Anesthesia
Care (MAC) pada tanggal 19 Juli 2017.

2.2 Kasus 2
Pasien Ny.N, 62 tahun, pertama kali datang ke poliklinik glaukoma pada tanggal 10
Juli 2017 dengan keluhan mata kanan sering terasa sakit disertai buram dan silau sejak
4

5 bulan yang lalu. Riwayat mata merah berulang ada. Riwayat penyakit glaukoma di
keluarga tidak ada. Riwayat penyakit sistemik lainnya tidak ada. Pasien rujukan dari
RSUD Ciamis telah mendapatkan terapi timolol maleat tetes mata ODS, acetazolamide
tablet, dan kalium klorida tablet.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
oftalmologi didapatkan tajam penglihatan dasar mata kanan 0,8F2 pinhole 0,8 dan mata
kiri 0,8 pinhole 0,9. Tekanan intraokular ATN OD 36 mmHg dan OS 18 mmHg.
Pemeriksaan segmen anterior mata kanan didapatkan injeksi siliar, kornea iris
pigmen(+), kedalaman bilik mata depan VH gr III f/s-/-, pupil lonjong, terdapat sinekia
posterior dan atrofi pada iris, lensa agak keruh. Pada mata kiri didapatkan lensa agak
keruh. Pemeriksaan segmen posterior didapatkan mata kanan cup/disc ratio 0,7, mata
kiri cup/disc ratio 0,3-0,4. Pemeriksaan gonioskopi didapatkan mata kanan kesan sudut
tertutup dengan gambaran schwalbe line pada keempat kuadran, pada mata kiri
didapatkan kesan sudut tertutup dengan gambaran schwalbe line pada keempat
kuadran, didapatkan kesan sudut terbuka pada indentasi kornea dengan gambaran
scleral spur pada kuadran superior, inferior, dan nasal, dan PAS pada kuadran superior
dan temporal.

Gambar 2.2. Segmen anterior mata kanan dan kiri pasien 2


Sumber : RS Mata Cicendo

Pemeriksaan penunjang Optical Coherence Topography (OCT) dilakukan untuk


Optic Nerve Head (ONH) Analysis dan Retinal Nerve Fiber Layer (RNFL) Thickness
Average Analysis. Didapatkan hasil vertikal cup/disc ratio mata kanan 0,68 dan mata
5

kiri 0,56. Terdapat penipisan dari RNFL mata kanan di segmen inferior dan superior.
Pemeriksaan lapang pandang dengan perimetri Humphrey didapatkan hasil visual field
index (VFI) 83%, mean deviation -11,39 dB, pattern standard deviation (PSD) 7,50
dB mata kanan, VFI 91%, MD -8,67 dB, PSD 6,79 dB mata kiri, dengan kesan diluar
batas normal pada kedua mata.

Gambar 2.3. Analisis Optic Nerve Head dan Retinal Nerve Fiber Layer
Sumber : RS Mata Cicendo

Gambar 2.4 Pemeriksaan lapang pandang perimetri Humphrey


Sumber : RS Mata Cicendo
6

Pasien didiagnosis dengan glaukoma sudut tertutup primer (PACG) OD + sudut


tertutup primer (PAC) OS + katarak senilis imatur ODS. Pasien diberikan terapi timolol
maleat 0,5% tetes mata 2xODS, acetazolamide tablet 250mg 3x1 tab per oral, kalium
L-aspartate 1x1 tablet per oral. Pasien dilakukan tindakan trabekulektomi dalam MAC
mata kanan pada tanggal 17 Juli 2017, dan direncanakan akan dilakukan LPI pada mata
kiri.

2.3 Kasus 3
Pasien Tn.A, 53 tahun, pertama kali datang ke poliklinik glaukoma pada tanggal 11
Juli 2017 dengan keluhan mata kiri dirasakan buram perlahan sejak 2 bulan yang lalu,
keluhan disertai sakit kepala dan mata merah. Riwayat penyakit glaukoma di keluarga
tidak ada. Riwayat penyakit sistemik lainnya tidak ada. Pasien dirujuk dari rumah sakit
AMC dengan riwayat pengobatan timolol maleat 0,5%, latanaprost tetes mata,
acetazolamide tablet 250mg, dan kalium L-aspartate.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
oftalmologi didapatkan tajam penglihatan dasar mata kanan 0,8 pinhole 1.0 dan mata
kiri 1/300. Tekanan intraokular ATN OD 20 mmHg dan OS 42 mmHg. Pemeriksaan
segmen anterior mata kanan didapatkan pterygium grade II, kedalaman bilik mata
depan VH gr III f/s-/-, lensa agak keruh. Pada mata kiri didapatkan pterygium grade II,
kornea edema (+), pigmen iris (+), COA VH grade II, f/s sulit dinilai, pupil lonjong,
neovaskularisasi (+) pada iris, lensa agak keruh, glaukomflecken (+). Pemeriksaan
gonioskopi didapatkan mata kanan kesan sudut tertutup dengan gambaran schwalbe
line pada kuadran superior, nasal, dan temporal, dan tampak anterior trabecular
meshwork pada kuadran inferior, kesan sudut terbuka dengan indentasi kornea. Pada
mata kiri didapatkan kesan sudut tertutup gambaran schwalbe line pada keempat
kuadran. Pemeriksaan segmen posterior didapatkan mata kanan cup/disc ratio 0,3-0,4,
mata kiri cup/disc ratio 0,9.
7

Gambar 2.5. Segmen anterior mata kanan dan kiri pasien 3


Sumber : RS Mata Cicendo

Pemeriksaan penunjang Optical Coherence Topography (OCT) dilakukan untuk Optic


Nerve Head (ONH) Analysis dan Retinal Nerve Fiber Layer (RNFL) Thickness Average
Analysis. Didapatkan hasil vertikal cup/disc ratio mata kanan 0,46 dan mata kiri 0,87. Terdapat
penipisan dari retinal nerve fiber layer mata kiri di segmen inferior, dan superior.

Gambar 2.6. Analisis Optic Nerve Head dan Retinal Nerve Fiber Layer
Sumber : RS Mata Cicendo

Pasien didiagnosis dengan glaukoma sudut tertutup primer (PACG) OS + sudut


tertutup primer (PAC) OD + katarak senilis imatur ODS + pterygium grade II ODS,
pada pasien diberikan terapi timolol maleat 0,5% tetes mata 2xODS, acetazolamide
tablet 250mg 3x1 tab per oral, kalium L-aspartate 1x1 tablet per oral, latanaprost tetes
mata 1xOS. Laser peripheral iridotomy (LPI) dilakukan 1 hari setelah diagnosis pada
8

mata kanan pasien. Pasien dilakukan operasi combined + lensa intraokular dalam MAC
mata kiri 1 minggu kemudian pada tanggal 18 Juli 2017.

III. Diskusi
Glaukoma sudut tertutup merupakan kelainan anatomi okular yang ditandai dengan
penutupan sudut drainase akibat kontak aposisional atau sinekia iris terhadap
trabecular meshwork (iridotrabecular contact), menghambat akses keluar humor
akuos. Neuropati optik glaukomatosa umum terjadi terkait peningkatan tekanan
intraokular akibat penurunan akses aliran humor akuos keluar dari mata.2,5–7
Glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi glaukoma sudut tertutup primer dan
sekunder. Klasifikasi akut, sub-akut, kronik, dan laten didasarkan ada atau tidak adanya
gejala. Klasifikasi glaukoma berdasarkan International Society of Ophthalmic
Epidemiology yang dikembangkan oleh Foster pada tahun 2002 mendefinisikan
glaukoma sebagai kerusakan yang terjadi pada kepala saraf optik, kombinasi dari defek
lapangan pandang dan pembesaran cup/disc ratio melebihi batas statistik dari populasi
yang diteliti. Klasifikasi sudut tertutup primer terbagi menjadi tiga derajat konseptual
yang menggambarkan riwayat penyakit dari sudut bilik mata depan yang sempit secara
anatomis, adanya tanda dan gejala pada segmen anterior (peningkatan tekanan
intraokular dan/atau adanya PAS), sampai yang berujung menjadi neuropati optik
glaukomatosa (glaucomatous optic neuropathy/GON).2,3,5
Suspek sudut tertutup primer (primary angle-closure suspect/PACS) ditandai
dengan kemungkinan adanya kontak aposisional bagian perifer iris dengan trabecular
meshwork posterior. Sudut tertutup primer (primary angle-closure/PAC) ditandai
dengan oklusi sudut drainase dan tanda yang mengindikasikan obstruksi trabekular
oleh iris perifer telah terjadi, seperti PAS, peningkatan TIO, iris whorling (distorsi serat
iris yang berorientasi radial), kekeruhan lensa glaukomflecken, atau adanya deposisi
pigmen pada permukaan trabecular, tanpa adanya neuropati optik glaukomatosa.
Glaukoma sudut tertutup primer (PACG) ditandai dengan karakteristik sudut tertutup
primer disertai kerusakan pada diskus optikus dan defek lapangan pandang. 1,5-7
9

Pada ketiga kasus, glaukoma sudut tertutup ditegakkan dari pemeriksaan tekanan
intraokular, segmen anterior dan posterior, pemeriksaan gonioskopi, dan pemeriksaan
penunjang OCT dan lapang pandang. Pemeriksaan gonioskopi pada ketiga pasien
menunjukkan kesan sudut tertutup yang menetap dengan indentasi permukaan kornea
pada mata glaukoma dan kesan sudut tertutup yang dapat terbuka pada keempat
kuadran atau sebagian dengan indentasi permukaan kornea pada mata kontralateral.
Pasien dengan sudut tertutup sinekial dan neuropati optik glaukomatosa tingkat
lanjut diperlukan manajemen aktif untuk mengontrol tekanan intraokular. Intervensi
bedah yang tepat untuk glaukoma sudut tertutup harus sesuai dengan defek kelainan
anatomi, patofisiologi yang mendasari, dan derajat dari penyakit. Intervensi bedah pada
glaukoma sudut tertutup diindikasikan pada TIO yang tidak terkontrol dengan
kerusakan progresif pada saraf optik, atau tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi
medikamentosa ataupun laser iridotomy.2,5,6,8
Laser iridotomy bertujuan membuat rute alternatif untuk humor akuos keluar dari
bilik mata belakang menuju bilik mata depan sehingga akan mengurangi obstruksi iris
terhadap trabecular meshwork. Indikasi laser iridotomy berupa glaukoma sudut
tertutup, sudut tertutup primer, dan suspek sudut tertutup terutama dengan sudut
tertutup pada mata kontralateral, adanya riwayat keluarga glaukoma, atau tidak respon
dengan medikamentosa.1,2,5,6,8

Gambar 3.1 Laser iridotomy atau iridektomi pada glaukoma sudut tertutup
Sumber : AAO1
10

Pada ketiga pasien pada laporan kasus ini dilakukan laser peripheral iridotomy
(LPI) pada mata kontralateral bertujuan untuk profilaksis terjadinya mekanisme blok
pupil dan progresifitas penutupan sudut drainase. LPI biasanya dilakukan dengan laser
argon atau laser Nd:YAG. Pasien-pasien pada pada kasus ini LPI dilakukan dengan
laser Nd:YAG.
Studi dari Liwan Eye Study (2006) menyebutkan 100% kasus suspek PAC
mengalami penurunan TIO 3 mmHg, namun kedalaman aksial bilik mata depan tidak
berubah secara signifikan dengan ditemukan 19,4% kasus dengan kesan sudut bilik
mata depan menetap pada pemeriksaaan gonioskopi. Studi lain (Alipanahi, 2009)
menyebutkan LPI efektif untuk mengontol TIO pada ras kaukasian, namun inadekuat
untuk mengontrol TIO jangka panjang pada populasi asia. Terapi medikamentosa
optimal dan tindakan bedah mungkin saja diperlukan. Pada pasien pada laporan kasus
ini, mendapatkan terapi timolol maleat 0,5% pada mata dengan sudut tertutup
primer.1,8,9
Trabekulektomi diindikasikan pada glaukoma sudut tertutup dengan TIO yang tidak
terkontrol dan kerusakan saraf optik yang progresif, dengan pemberian terapi
medikamentosa optimal atau kegagalan pada laser iridotomy. Trabekulektomi dengan
pemberian agen antifibrotic biasanya dianjurkan pada grup resiko tinggi seperti pasien
dengan afakia atau pseudofakia, glaukoma neovaskular, atau riwayat kegagalan
operasi. Singapore 5-fluorouracil trabeculectomy study (2013) menyebutkan bahwa
penggunaan 5-FU sebagai terapi adjunctive pada trabekulektomi akan meningkatkan
angka keberhasilan dalam beberapa tahun.4,5,10,11
Pasien pada kasus 1 dilakukan tindakan trabekulektomi dengan 5-FU dan pasien
pada kasus 2 menjalani tindakan trabekulektomi. Pasien pada kasus 1 dilakukan
tindakan trabekulektomi dengan 5-FU sebagai terapi adjunctive dengan tujuan
keberhasilan yang lebih tinggi pada pasien ini. Pasien didiagnosis dengan PACG post
serangan glaukoma sudut tertutup akut tanpa ada perbaikan setelah terapi
medikamentosa. Pasien kasus 2 dilakukan tindakan trabekulektomi dipertimbangkan
11

dari hasil pemeriksaan oftalmologis dan pemeriksaan penunjang pasien dapat


dikategorikan sebagai low-risk patient.
Trabekulektomi kombinasi dengan ekstraksi katarak dapat dipertimbangkan apabila
katarak dan glaukoma saling menjadi faktor pendukung terhadap penurunan tajam
penglihatan, dan adanya kesulitan dalam evaluasi segmen posterior sehingga prognosis
visual setelah operasi tidak dapat ditentukan dengan tepat.4–6
Pasien kasus 3 dilakukan trabekulektomi kombinasi ekstraksi lensa, dengan
pertimbangan kekeruhan lensa signifikan dengan posisi yang sedikit anterior, sehingga
lensa dianggap sebagai faktor predisposisi pembentukan sudut tertutup.

IV. Simpulan
Evaluasi klinis dan monitoring terapi pada glaukoma sudut tertutup diperlukan
untuk pertimbangan pemilihan tindakan bedah. LPI merupakan tatalaksana inisial pada
glaukoma sudut tertutup dengan mekanisme blok pupil yang tidak responsif dengan
pemberian terapi medikamentosa optimal atau sebagai profilaksis pada mata dengan
anatomi sudut tertutup sebelum terjadi kerusakan saraf optik dan defek lapangan
pandang lebih lanjut. Trabekulektomi merupakan baku emas sebagai filtering surgery
pada pasien glaukoma sudut tertutup dengan kegagalan laser iridotomy dan kegagalan
atau kepatuhan yang buruk terhadap terapi medikamentosa. Operasi kombinasi dengan
ekstraksi lensa diindikasikan apabila terdapat kekeruhan lensa yang signifikan dan
lensa merupakan faktor pendukung terjadinya sudut tertutup pada sudut drainase.
12

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. Glaucoma. San Francisco: American


Academy of Ophthalmology; 2014. Hal 109-204.
2. Hippocratic T, Yusuf SS, British I, Banister R, Academy A. Primary angle-closure
glaucoma. Dalam: Stamper R, Lieberman M, Drake M, editors. Becker-Shaffer’s
Diagnosis and Therapy of The Glaucomas. Edisi Ke-8. St. Louis Missouri: Mosby
Elsevier; 2009. Hal 188–211.
3. Thygesen J, Kessing S. Primary Angle-closure and Angle-closure Glaucoma.
Amsterdam: Kugler Publications; 2007. Hal 95-108
4. See JLS, Aquino MCD, Chew PTK. Angle-Closure Glaucoma. Dalam: Yanoff M,
Duker J, editors. Ophthalmology. Edisi Ke-4. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2017. Hal 1060–1069.e2.
5. Hong C, Yamamoto T. Angle-Closure Glaucoma. Amsterdam: Kugler
Publications; 2007. Hal 201-274.
6. Tarongoy P, Ho CL, Walton DS. Major Review : Angle-closure Glaucoma : The
Role of the Lens in the Pathogenesis, Prevention, and Treatment. Survey
Ophthalmology. 2009;54(2): Hal 211–25.
7. Foster P, Day A, Low S. Primary Angle-Closure Glaucoma. Dalam: Shaarawy
TM, Sherwood MB, Hitchings RA, Crowston JG, editors. Glaucoma. Edisi Ke-2.
Amsterdam: Elsevier Limited; 2015. Hal 346–56.
8. Lee JW, Lee JH, Lee KW. Prognostic factors for the success of laser iridotomy for
acute primary angle closure glaucoma. Korean J Ophthalmol. 2009;23: Hal 286–
90.
9. He M, Friedman DS, Ge J, Huang W, Jin C, Lee PS, et al. Laser Peripheral
Iridotomy in Primary Angle-Closure Suspects: Biometric and Gonioscopic
Outcomes: The Liwan Eye Study. American Academy of Ophthalmology.
2007;114(3):Hal 494–500.
10. Wong TT, Khaw PT, Aung T, Foster PJ, Htoon HM, Oen FTS, et al. The Singapore
5-Fluorouracil Trabeculectomy Study. Effects on Intraocular Pressure Control and
Disease Progression at 3 Years. Ophthalmology. 2009;116(2): Hal 175–84.
11. Wong MHY, Husain R, Ang BCH, Gazzard G, Foster PJ, Htoon HM, et al. The
singapore 5-fluorouracil trial: Intraocular pressure outcomes at 8 years.
Ophthalmology. 2013;120(6):Hal.1127–34.

12

You might also like