944 Article

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

2021 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2021

Asuhan Keperawatan Gangguan Hipertermia pada


An. A dengan Kejang Demam Kompleks di Ruang
Anggrek RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga
Novita Kustrani1,*, Roro Lintang2, Feti Kumala Dewi 3
1,3
Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga, Universitas Harapan Bangsa
2
Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan, Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa
1 2 3
[email protected]*; [email protected]; [email protected]

ABSTRACT

Febrile seizures are acute neurologic issues which might be not unusualplace in youngsters. The
prevalence of febrile seizures, in particular inyoungsters elderly four to six years. Febrile seizures are
the maximum not unusualplace form of seizure in childhood. In youngsters among the a long time of
6 months to five the prevalence of febrile seizures reaches 2-five%. Problems that arise in sufferers
with febrile seizures consisting of the chance of injury, anxiety, useless respiratory patterns,
hyperthermia. The reason of this take a look at is to offer a top level view of nursing take care of
hyperthermic issues in An. A with complicated febrile seizures withinside the Orchid room of RSUD
dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. This studies approach makes use of a descriptive case
take a look at design. In this situation take a look at, the concern is An. A with complicated febrile
seizures withinside the Orchid room of RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. The
effects confirmed that the writer made a nursing care plan for An. A which incorporates NICs for
Fever Treatment (3740) and Infection Control (6540). Evaluation after taking movement according
with the plan, an assessment is finished to discover and display development and investigate how a
success the nursing movement has been for An. A. Evaluation finished for three days hyperthermic
issues associated with the sickness had been resolved

Key Word: Nursing Care, Complex Febrile Seizure, and Hiperthermic Disorder

ABSTRAK

Kejang demam merupakan gangguan neurologis akut yang sering ditemukan pada anak-anak.
Kejadian kejang demam terutama pada anak umur 4 sampai 6 tahun. Tipe kejang yang sering
ditemukan pada usia anak ialah kejang demam. Pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 angka
kejadian kejang demam mencapai 2-5%. Masalah yang terjadi pada pasien kejang demam seperti
risiko cedera, kecemasan, ketidakefektifan pola nafas, hipertemia. Tujuan penelitian yaitu
memberikan gambaran asuhan keperawatan gangguan hipertemia pada An. A dengan Kejang
Demam Kompleks di ruang Anggrek RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Metode
penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif. Pada studi kasus ini yang menjadi subjek
adalah An. A dengan masalah kejang demam kompleks di ruang Anggrek RSUD dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga. Hasil menunjukan bahwa penulis membuat perencanaan asuhan
keperawatan pada An. A yang mencakup NIC Perawatan Demam (3740) dan Kontrol Infeksi (6540).
Evaluasi setelah melakukan Tindakan yang sesuai dengan rencana, dilakukan evaluasi untuk
mengetahui dan memantau perkembangan dan menilai seberapa tingkat keberhasilan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan pada An. A. Evaluasi yang dilakukan selama 3 hari gangguan
hipertermia berhubungan dengan penyakit sudah teratasi.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Kejang Demam Kompleks, dan Gangguan


Hipertermia

Kustrani, Lintang, & Dewi 1134


PENDAHULUAN kejang demam terjadi di Indonesia.
Kejang demam merupakan kelainan Propinsi Jawa Tengah mencapai 2-3%
neurologis akut yang sering ditemui pada dan angka terjadinya di wilayah Jawa
usia anak. Kasus kejanng demam sering Tengah sekitar 2-5% pada anak usia 6
terjadi pada umur 6 bulan sampai 4 tahun. bulan sampai usia 5 tahun disetiap
Pada anak usia 5 tahun, hampi 3% tidak tahunnya. Dari data rekam medis RSUD
pernah mengalami kejang demam dr. R. Goeteng Taroenadibrata
(Ngastiyah, 2014). Purbalingga penderita anak dengan
kejang demam kompleks di ruang
Tipe kejang yang sering ditemukan
Anggrek dari tahun 2018-2020 terdapat
pada masa kanak-kanak adalah kejang
413 pasien, dari bulan Oktober-Desember
demam. Data terjadinya kejang demam
2020 terdapat 27 pasien.Kebanyakan
pada anak antara usia 6 bulan hingga 5
penderita kejang demam sembuh
tahun yaitu 2-5% (Judarwanto, 2012). Dari
sempurna, sebagian berkembang menjadi
penelitian menemukan jika anak laki- laki
epilepsy sebanyak 2-7%. Akibat dari
lebih sering menderita kejang demam
kejang demam yaitu penurunan
dibandingkan dengan anak perempuan,
intelegensi dan gangguan tingkah laku
diagnosis yang sering pada anak laki-laki
serta penurunan intelegensi, 4% penderita
adalah kejang demam kompleks (Judha &
kejang demam secara bermakna
Rahil, 2015).
mengalami penurunan intelegensi dan
Kejang demam yaitu kejang yang gangguan tingkah laku (Depkes Jateng,
sering diderita oleh anak-anak dan 2013).
berpeluang untuk terjadi kembali. Dari
Faktor pencetus dari kejang demam
hasil penelitian kejang demam pertama
pada anak ialah demam tinggi. Saat
banyak terjadi pada usia 11-20 bulan
terjadinya demam, peningkatan suhu
sebanyak 47,5%, sejumlah 62,5%
sebesar 1oC berakibat meningkatnya
pasiennya berjenis kelamin perempuan,
metabolisme basal berkisar 10% hingga
dengan adanya riwayat keluarga yang
15% dan peningkatan kebutuhan O2 20%.
menderita kejang demam sebanyak
Individu dewasa sirkulasi otak dari seluruh
72,5%, kejang demam sederhana pada
tubuh hanya 15% dibandingkan dengan
bangkitan kejang demam pertama 60%
anak yang berumur 3 tahun mencapai
dan 97,5% tanpa riwayat epilepsy di
65%, muatan listrik yang lepas efek dari
keluarga (Yunita & Syarif, 2016).Menurut
perubahan keseimbangan sel neuron
Word Health Organizazion (WHO)
karena peningkatan suhu berakibat dalam
revalensi kejang demam mempunyai lebih
waktu yang cepat terjadi disfusi dari ion
dari 21.65 juta penderita dan lebih dari
natrium ataupun ion kalium membrane.
216 ribu diantaranya meninggal. Kejadian
Lepasnya muatan listrik bisa meluas ke
kejang demam diperkirakan mencapai 4
semua sel maupun membrane sel yang
sampai 5% dari jumlah penduduk di
ada disekitar, kemudian dengan bahan
Amerika Selatan, Eropa Barat, dan
bantuan neurotransmitter akan terjadi
Amerika Serikat. Pada tahun yang sama
kejang (Ngastiyah, 2014).
di Asia angka kejadian lebih besar 8,3-
9,9%. Dari Survey Demografi Kesehatan Ketidakefektifan pola nafas, hipertermi,
Indonesia (SDKI), kejang demam di kecemasan, dan risiko cedera merupakan
Indonesia masuk dalam negara dengan masalah keperawatan yang kan muncul
lima penyakit terpenting pada usia anak, dari individu dengan diagnosa medis
sejumlah 17,4% kemudian meningkat kejang demam. Terjadinya konstriksi
sebanyak 22,2% dengan kejadian kejang pembuluh darah hingga menyebabkan
demam. aliran darah tidak lancer dan
terganggunya peredaran O2 di otak. O2
Demam yang diderita balita lebih tinggi
dalam otak yang kurang berakibat sel otak
33% dibanding dengan daerah perkotaan
rusak dan bisa terjadi kelumpuhan hingga
sebsesar 29%. Kejadian kejang demam
retardasi mental bila kerusakan tersebut
disebabkan oleh demam dan berpotensi
berat (Ngastiyah, 2014).
untuk terjadi kembali. Sebanyak 2-4%

Kustrani, Lintang, & Dewi 1135


Menurut Cristian, dkk (2015) Penulis memprioritaskan gangguan
mejelaskan hal yang perlu dimiliki perawat hipertermia sebagai masalah atau
untuk penanganan kejang demam pada diagnosa keperawatan yang utama,
anak diantaranya wawasan perawat karena hipertermia dapat menimbulkan
tentang anak yang kejang demam, masalah kebutuhan kenyamanan pada
pengalaman primary survey pada anak seseorang dan berperan penting dalam
yang kejang demam, ketepatan perlindungan tubuh, Hipertermi diartikan
penanganan kejang demam, paham akan sebagai keadaan dimana individu beresiko
tindakan yang sulit dan bisa mengatasinya atau mengalami kenaikan suhu tubuh >
saat menangani kejang demam pada 36,8 per oral atau 38,0C per rektal yang
anak. sifatnya menetap karena faktor eksternal
(Carpenito, 2012).
Dalam upaya untuk menurunkan suhu
kulit dengan cepat, dapat diberikan Hipertermia yaitu kondisi suhu tubuh
kompres hangat dengan cara yang tepat (suhu rektal >38,8°C yang berhubungan
(Ayu, 2015). dengan ketidakmampuan tubuh untuk
menghilangnya panas ataupun
Dari latar belakang yang telah
mengurangi produksi panas (Perry &
diuraikan, penulis tertarik mengambil judul
Potter, 2010).
“Asuhan Keperawatan Gangguan
Pengkajian
Hipertermia Pada An. A dengan Kejang
Pengkajian dilakukan pada tanggal 04
Demam Kompleks di Ruang Anggrek
Januari 2021 meliputi pengkajian data
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
(identitas, riwayat kesehatan dan kondisi
Purbalingga” dengan tujuan memberikan
fisik klien) dan pengkajian psikososial
asuhan keperawatan semaksimal
(status mental, status sosial, perilaku
mungkin.
kesehatan, lingkungan, pemanfaatan
layanan kesehatan dan tingkat
METODE PENELITIAN pengetahuan/ sikap) klien. Setelah
Penelitian ini menggunakan metode dilakukan pengkajian pada An. A,
deskriptif. Pada studi kasus ini yang ditemukan data berupa adanya keluhan
menjadi subjek adalah An. A dengan demam. Ibu klien mengatakan An. A
masalah gangguan hipertermia dengan masih demam, rewel. Dari data tersebut
kejang demam kompleks di ruang muncul masalah keperawatan Gangguan
Anggrek RSUD dr. R Goeteng Hipertermia.
Taroenadibrata Purbalingga. Diagnosa Keperawatan Gangguan
Pengumpulan data dimulai dari Hipertermia Berhubungan dengan
anamnesa, Dokumentasi dan Observasi Penyakit
Menurut Gobel (2017) hipertermia
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan
Berdasar kasus yang dikelola
tubuh untuk menghilangkan panas
menggunakan proses keperawatan dari
ataupun mengurangi produksi panas.
pengkajian hingga evaluasi, diperoleh
Hipertermia adalah suatu keadaan dimana
beberapa hal yang perlu dilakukan
suhu tubuh melebihi titik tetap (set point)
pembahasan. Sehubungan dengan
lebih dari 37 oC, yang biasanya diakibatkan
permasalahan yang timbul pada kasus
oleh kondisi tubuh atau eksternal yang
dalam tinjauan teori, penegakan diagnosa
menciptakan lebih banyak panas daripada
keperawatan, intervensi/rencana
yang dapat dikeluarkan oleh tubuh (Pratiwi
keperawatan dan respon klien atau
dkk, 2016). Demam merupakan respon
perkembangan masalah. Setelah
normal tubuh terhadap adanya infeksi.
pengelolaan selama tiga hari pada kasus
Infeksi adalah keadaan masuknya
An. A dengan gangguan hipertermi
mikroorganisme ke dalam tubuh, dapat
menggunakan asuhan keperawatan,
berupa virus, bakteri, parasite, maupun
penulis memprioritaskan masalah
jamur. Demam pada anak biasanya
gangguan hipertermi berhubungan
disebabkan oleh paparan panas yang
dengan penyakit.

Kustrani, Lintang, & Dewi 1136


berlebihan, dehidrasi atau kekurangan mendapat imunisasi DPT-III. Imunisasi
cairan, alergi maupun dikarenakan juga merupakan penyebab demam,
gangguan system imun (Cahyaningrum & karena saat melakukan imunisasi berarti
Putri, 2017). seseorang dengan sengaja memasukkan
bakteri, kuman atau virus yang
Gejala dan tanda mayor suhu tubuh
dilemahkan ke dalam tubuh (Widjaja,
diatas nilai normal, tanda dan gejala minor
2013). Penyebab hipertermi yaitu
anatra lain kulit kemerahan, kejang,
dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
takikadi, takipnea, kulit terasa hangat.
proses penyakit (misalnya, infeksi,
Tanda dan gejala mayor minor yang
kanker), ketidaksesuaian pakaian dengan
didapatkan pada An. A yaitu suhu 38,2 oC,
lingkungan, peningkatan laju metabolisme,
kulit tampak kemerahan dan kulit terasa
respon trauma, aktivitas berlebihan, dan
hangat. Penulis memprioritaskan
penggunaan inkubator (PPNI T. S, 2016).
gangguan hipertermia berhubungan
dengan prose penyakit karena saat Intervensi yang kedua yaitu monitor
dilakukan pengkajian didapatkan data suhu tubuh, penulis menggunakan
subjektif ibu pasien mengatakan pasien thermometer infra merah non kontak
mengalami demam sejak pagi dan dilakukan pada bagian dahi dan bertujuan
mengalami kejang kurang lebih 5 menit untuk memantau suhu tubuh pasien.
sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Pengukuran fisiologis merupakan kunci
Intervensi Keperawatan Gangguan untuk mengevaluasi status fisik dan fungsi
Hipertermia Berhubungan Dengan vital, salah satunya pengukuran suhu
Penyakit tubuh. Pengukuran suhu menggunakan
Penulis menyusun rencana thermometer infra merah non kontak
keperawatan dengan tujuan (NOC) cocok digunakan saat pandemic covid-19
Termoregulasi (0800), setelah dilakukan yang terjadi saat ini karena tanpa harus
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, menyentuh permukaan kulit, tetapi perlu
diharapkan gangguan hipertermia dapat menjadi catatan bahwa suhu yang terukur
teratasi dengan kriteria hasil : peningkatan akan menjadi berbeda dengan suhuyang
suhu kulit berkurang, penurunan suhu sesungguhnya bila cara pengukuranya
kulit, hipertermia dapat berkurang serta kurang tepat, sepertijarak pengukurannya
tidak ada perubahan warna kulit. yang terlalu jauh. Pengukuran dengan
hasil derajat kesesuaian termometer infra
Intervensi yang penulis rencanakan
merah dan thermometer air raksa
yaitu Perawatan Demam (3740), karena
terhadap pengukuran suhu tubuh melalui
penulis ingin membantu pasien dalam
aksila tergolong “kurang dari sedang”
meredakan dan menghilangkan
yang artinya memiliki derajat kesesuaian
hipertermia yang dirasakan pasien.
yang cukup rendah (Wartono, dkk, 2018).
Intervensi berdasarkan NIC NIOC yang
dilakukan antara lain : identifikasi Intervensi ketiga yaitu berikan cairan
penyebab hipertermia dengan rasional oral.Menurut penulis berikan cairan oral
untuk mengetahui penyebab hipertermi, adalah dengan menganjurkan pada ibu
monitor suhu tubuh untuk memantau pasien untuk menjaga pemenuhan cairan
keadaan suhu tubuh pasien, berikan pada anak untuk mencegah terjadinya
cairan oral (memberikan minum yang hidrasi yang akan menyebabkan
banyak), lakukan pendinginan eksternal peningkatan suhu tubuh. Dehidrasi
(pemberian kompres hangat pada bagian merupakan komplikasi dari kejadian
dahi/ aksila ) dengan rasional untuk hipertermia yang dimana banyaknya
membantu menurunkan suhu tubuh, kehilangan cairan menentukan derajat
kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit dehidrasi, dan menyebabkan gangguan
intravena (PPNI T. S., 2018). pada termoregulasi di hipotalamus
anterior sehingga terjadi demam.
Intervensi yang pertama yaitu
Gangguan keseimbangan cairan dan
identifikasi penyebab hipertermia. Jadi
elektrolit akan menyebabkan perubahan
menurut penulis penyebab hipertermia
konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
pada pasien karena infeksi, An. A setelah
sehingga terjadi ketidakseimbangan

Kustrani, Lintang, & Dewi 1137


potensial membrane ATP ASE, difusi Na+, ditetapkan yang mencakup peningkatan
K+ kedalam sel, depolarisasi neuron dan kesehatan, pencegahan penyakit,
lepas muatan listrik dengan cepat melalui pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
neurotransmitter sehingga timbul kejang koping (Yanti & Warsito, 2013).
(Hidayat, 2014).
Implementasi keperawatan yang sudah
Intervensi keempat yaitu lakukan berjalan sesuai dengan intervensi yang
pendinginan eksternal (melakukan dipilih, tetapi ada beberapa tindakan yang
kompres hangat) di bagian dahi/ aksila tidak dilaksanakan sepenuhnya, yang
pasien. Menurut penulis melakukan dilakukan pada hari pertama diantaranya :
kompres hangat bertujuan untuk memonitor suhu tubuh pasien, nadi,
membantu menurunkan suhu tubuh. memonitor adanya perubahan warna kulit,
Menurut Dewi (2016) kompres hangat menganjurkan pasien meningkatkan
adalah sebuah teknik kompres hangat intake cairan, serta kolaborasi pemberian
yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat antipiretik (injeksi paracetamol 5 cc) dan
membantu proses evaporasi atau pemberian antibiotik (injeksi ceftriaxone 1
penguapan panas tubuh. Suhu tubuh lebih x 400 mg). Untuk hari kedua dan ketiga
hangat dari pada suhu udara atau suhu air implementasi yang dilakukan sama
memungkinkan panas akan pindah ke dengan hari pertama, hanya saja pada
molekul-molekul udara melalui kontak hari kedua dilakukan tindakan pendidikan
langsung dengan permukaan kulit. kesehatan tentang kejang demam dan
pemberian kompres hangat pada dahi/
Intervensi kelima yaitu kolaborasi
aksila pasien.
pemberian cairan dan elektrolit intravena
(kolaborasi dengan dokter untuk Implementasi pertama yaitu memonitor
pemberian antipiretik dan antibiotik untuk suhu menggunakan thermometer infra
menurunkan panas dan menghentikan merah non kontak di bagian dahi pasien.
proses infeksi). Pemberian antipiretik Memonitor suhu tubuh sangat perlu
bertujuan untuk menurunkan demam dilakukan pada pasien dengan masalah
anak. Menurut Athailah (2012), obat keperawatan hipertermia karena untuk
antipiretik bekerja sebagai pengatur mengetahui apakah ada peningkatan atau
kembali pusat pengatur panas dan penurunan suhu tubuh. Monitor suhu
menginduksi suhu tubuh, yang kemudian harus dilakukan secara kontinyu sehingga
tubuh akan bekerja untuk menurunkan komplikasi akibat demam dapat dicegah
suhu tubuh dan hasilnya adalah (Iqomh dkk., 2019).
penurunan demam. Hilangnya panas
Implementasi kedua yaitu berikan
terjadi dengan meningkatnya aliran darah
cairan oral dengan menganjurkan pada
ke perifer dan pembentukan keringat.
ibu pasien untuk memenuhi cairan anak
Efekya bersifat sentral, tetapi tidak
selama dirawat di rumah sakit untuk
langsung pada neuron hipotalamus. Obat
mencegah peningkatan suhu tubuh.
antibiotik adalah obat yang kuat dalam
Menganjurkan meningkatkan intake cairan
melawan bakteri lainnya. Obat antibiotik
bertujuan agar tidak terjadi dehidrasi pada
berfungsi untuk melawan,
pasien karena suhu tubuh yang meningkat
menghancurkan, serta memperlambat
mengakibatkan hilangnya cairan tubuh
pertumbuhan bakteri.
melalui penguapan dan keringat serta
Implementasi Keperawatan Gangguan
membantu menurunkan panas, hal ini
Hipertermia Berhubungan Dengan
disebabkan karena air minum merupakan
Penyakit
unsur pendingin tubuh yang penting dalam
Implementasi keperawatan yang
lingkungan panas dan air sendiri
diberikan mengacu pada intervensi yang
diperlukan untuk mencegah dehidrasi
telah disusun sebelumnya yaitu perawatan
akibat keringat (Sodikin, 2011).
demam. Implementasi adalah
pelaksanaan dari rencana intervensi untuk Implementasi ketiga melakukan
mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan pendidikan kesehatan tentang kejang
dari implementasi adalah membantu demam dan pemberian kompres hangat
pasien mencapai tujuan yang telah untuk pemberian kompres hangat pada

Kustrani, Lintang, & Dewi 1138


bagian dahi/ aksila pasien. Pada proses Evaluasi hari kedua untuk masalah
pemberian kompres hangat mekanisme keperawatan gangguan hipertermia
kerja pada kompres tersebut memberikan berhubungan dengan penyakit dapat
efek adanya penyaluran sinyal ke teratasi sebagian dengan data yang
hipotalamus melalui keringat dan diperoleh sebagai berikut : Ibu An. A
vasodilatasi perifer sehingga proses mengatakan jika demam pada pasien
perpindahan panas yang diperoleh dari sudah turun, ibu pasien mengatakan
kompres hangat ini berlangsug melalui pasien kadang masih rewel. Pada tabel
dua proses yaitu konduksi dan evaporasi indikator hipertermia masih tampak ada
dimana proses perpindahan panas melalui keluhan sedang, pada indikator
proses konduksi ini dimulai dari tindakan peningkatan suhu kulit ada keluhan
mengompres anak dengan waslap dan sedang, keluhan sedang pada perubahan
proses evaporasi ini diperoleh adanya warna kulit dan untuk peningkatan jumlah
seka pada tubuh saat pengusapan yang sel darah putih ada keluhan sedang.
dilakukan sehingga terjadi proses
Evaluasi hari ketiga untuk masalah
penguapan panas menjadi keringat
keperawatan gangguan hipertermia
(Haryani dkk, 2018).
berhubungan dengan penyakit dapat
Implementasi keempat yaitu kolaborasi teratasi sebagian dengan data yang
dengan dokter terkait pemberian obat diperoleh sebagai berikut : An. A suhu
antipiretik dan antibiotik untuk 37,5oC, pasien terlihat lebih tenang dan
menurunkan panas dan menghentikan jarang rewel. Pada tabel indikator
terjadinya infeksi. Pada kasus ini An. A hipertermia masih tampak keluhan ringan,
mendapatkan terapi antipiretik obat keluhan ringan pada peningkatan suhu
Paracetamol 5 cc diberikan secara injeksi kulit, dan perubahan warna kulit sudah
IV. Menurut Aziz (2019) sistem kerja obat tercapai karena warna kulit pasien sudah
antipiretik adalah dengan cara normal yaitu sawo matang, peningkatan
menurunkan set-point di otak dan jumlah sel darah putih sudah normal yaitu
membuat pembuluh darah kulit melebar dengan hasil laboratorium 10.200 dan
sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. tampak tidak ada kemerahan di wajah
Sedangkan obat antibiotik, pada kasus ini pasien.
An. A mendaptkan terapi injeksi
Evaluasi hasil dari kasus asuhan
Ceftriaxsone 400mg per 24 jam. Antibiotik
keperawatan yang diberikan selama 3 hari
adalah obat yang berasal dari seluruh
masalah keperawatan gangguan
atau bagian tertentu mikroorganisme dan
hipertermia sudah teratasi dan untuk
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
tindakan lebih lanjut setelah pasien pulang
(Fernandez, 2013).
diharapkan dapat mematuhi peraturan
Evaluasi Keperawatan Gangguan
yang telah diberikan perawat di rumah
Hipertermia Berhubungan Dengan
sakit yaitu dengan memberikan informasi
Penyakit
mengenai tindakan farmakologi maupun
Evaluasi hari pertama untuk masalah
nonfarmakologi dalam mengurangi
keperawatan gangguan hipertermia
gangguan hipertermia pada pasien
berhubungan dengan penyakit belum
sehingga orang tua pasien dapat
dapat teratasi dengan data yang diperoleh
mengaplikasikan informasi yang telah
sebagai berikut :
disampaikan saat di rumah nantinya.
Ibu An. A mengatakan pasien masih
demam, pasien tampak rewel, kulit pasien SIMPULAN
terasa hangat, suhu 38,2oC. Pada tabel Evaluasi hasil dari kasus asuhan yang
indikator hipertermia, peningkatan suhu diberikan selama 3 hari dengan masalah
kulit, penurunan suhu kulit, perubahan gangguan hipertermia didapatkan adanya
warna kulit darah dan peningkatan jumlah suhu tinggi, kulit tampak kemerahan, kulit
sel darah putih belum tercapai karena teraba hangat dan rewel. Proses asuhan
pada pengkajian pasien rewel dan ibu keperawatan pada masalah keperawatan
pasien mencoba menenangkan pasien pertama adalah gangguan hipertermia
saat itu. berhubungan dengan penyakit, masalah

Kustrani, Lintang, & Dewi 1139


sudah teratasi dengan data diperoleh Urat. Edisi 1.Yogyakarta: Buku pintar.
sebagai berikut: ibu An. A mengatakan Novitasari, D; Wirakhmi, I.N. (2018).
pasien sudah tidak mengalami demam Hubungan nyeri kepala dengan
dan anak tampak tidak rewel. Pada tabel kemampuan activity of daily living pada
indikator hipertermia masih tampak penderita hipertensi di Kelurahan Mersi,
Purwokerto. Proceeding 2018 Enhanching
keluhan ringan, pada tabel indikator
memory, reproduction, and quality of life in
peningkatan suhu kulit dan penurunan elderly. LPPM Stikes Harapan Bangsa (1):
suhu kulit sudah tercapai serta perubahan 35-47
warna kulit sudah tercapai karena sudah Nurarif, A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi
tidak tampak kemerahan pada wajah Asuhan Keperawatan Berdasarkan
pasien. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction
Putri, S.Q.D. (2017). Pengaruh Pemberian
SARAN Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri
Bagi penulis mampu memberikan dan Gout Artritis Pada Lansia Di Pstw Budi
meningkatkan asuhan keperawatan Sejahtera Kalimantan Selatan. Jurnal
dengan kualitas pelayanan yang baik Keperawatan dan Kesehatan Vol 5 No 2
pada pasien khususnya pada pasien Radharani, R. (2020). Kompres Jahe Hangat
kejang demam sesuai dengan standar dapat Menurunkan Intensitas Nyeri pada
operasional prosedur (SOP). Bagi petugas Pasien Gout Artritis. Jurnal Ilmiah
kesehatan di RSUD dr. R. Goeteng Kesehatan Sandi Husada. Volume 11,
Taroenadibrata Purbalingga diharapkan Nomor 1, Juni 2020, pp;573-57
juga terus memberikan pelayanan dengan Riset Kesehatan Dasar. 2018. Jakarta: Badan
sepenuh hati dan sesuai standar Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. Alfiyanti, Y.
operasional prosedur (SOP). Bagi institusi
2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif
pendidikan diharapkan selalu memberi Dalam Reset Keperawatan. Jakarta:
motivasi dan bimbingan kepada Rajawali Pers
mahasiswa untuk kemajuan praktik Ambarwati, F. R. N. N. 2014. Buku Pintar
asuhan keperawatan. Asuhan Kepperawatan Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Cakrawala Ilmu
Anurogo, Dito. 2012. Penyakit yang Banyak
DAFTAR PUSTAKA ditemukan di Masyarakat. Yogyakarta: CV
Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan ANDI
Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans. Info Arief. 2015. Penatalaksanaan Kejang Demam.
Media. Cdk-232, 42(9), 658-661. http://doi.
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. 2018. Org/http://dx.doi.org/10.1097/DCR.0b013e318
Diagnosis KeperawatanDefinisi & 28d97c9
Klasifikasi2015-2017 Edisi 10. Jakarta: Aryanti, W., dkk. 2016. Perbandingan
EGC Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan
Mansjoer, A. 2012. Kapita Selekta Kedokteran, dan Tepidsponge Terhadap Penurunan
edisi 4, Jakarta : Media Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami
Maramis, R. l. 2016. Kebermakanaan hidup Demam. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan kecemsan dalam mengdahapi Badrul, M., 2015. Neurologi Dasar. Malang:
kematianpada lansia di panti wedha Sagung Seto.
samarinda. ejournal Psikologi , 319- 332. Bulechek, G., Butcher, H. K., Dochterman, J.
Mubarak, I.W., et al., 2015. Buku Ajar Ilmu M dan Wagner, C. 2016. Nursing
Keperawatan Dasar (Buku 1). Salemba Interventions Classification (NIC), edisi ke-
Medika : Jakarta. 6. Jakarta: Elsevier Inc
Nugroho. 2012. Hubungan Dukungan Sosial
dengan Tingkat Sosial pada Lansia. Skripsi Cahyaningrum, E. D. 2017. Pengaruh
tidak dipublikasikan, Fakultas Ilmu Kompres Hangat Terhadap Suhu Tubuh
kesehatan Muhammadiyah, Surakarta, Anak Demam PROSIDING: Seminar
Indonesia Nasional dan Presentasi Hasil-
NANDA. (2015). Panduan Diagnosa HasilPenelitian Pengabdian Masyarkat.
Keperawatan NANDA 2015-2017 Definisi Dalam: http://ojs.akbidylpp.ac.id
dan Klasifikasi. Philadhelpia. Dewi, A. K. 2016. Penurunan Suhu Tubuh
Novianti.(2015). Hidup Sehat Tanpa Asam Antara Pemberian Kompres Hangat

Kustrani, Lintang, & Dewi 1140


Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak (Leher) dalam Penurunan Demam
Demam. Jurnal Keperawatan Tanggerang: STIKes Widya Dharma
Muhammadiyah, 1(1): 63-71 Husada Tanggerang. Tersedia dalam
Erdina Yunita, V., & Syarif, I. 2016. Gambaran http://stikes.wdh.ac.id (Diakses tanggal 30
Faktor yang Berhubungan dengan Mei 2018)
Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak:
Pasien. Jurnal Kesehatan Andalas Gangguan Gastrointestinal dan
Fernandez. B. A., 2013. Studi Penggunaan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika
Antibiotik Tanpa Resep di Kabupaten Wardiyah, Aryanti. 2016. Perbandingan
Manggarai dan Manggarai Barat- NTT. Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu
Surabaya. 2(2): 9-10 Tubuh Anak yang Mengalami Demam
Gobel. 2017. Studi Penatalaksanaan Tindakan Rsud Dr. H. Moelek Provinsi Lampung.
Keperawatan Pada Pasien Hipertermi Di Jurnal Ilmu Keperawatan- Volume 4, No. 1,
Ruang Rawat Inap Blud Rsd Liun Kendage 45. Diakses dari
Tahuna. e- jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/1
journal.polnustar.ac.id/jis/article/download/3 01/94 pada 12 Januari 2018
1/20/. Diakses pada 2 Maret 2019 World Health Organization (WHO). 2018.
Herdman, T. H, & Kamitsuru, S. 2018. Dasar-dasar Keamanan Vaksin Pelatihan
NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi Melalui Elektronik. WHO
Dan Klasifikasi 2018-2020, edisi-11. Wulandari, D, & Erawati, M. 2016. Buku Ajar
Jakarta: EEG Keperawatan Anak. Yoyakarta: Pustaka
Hidayat, Aziz, A., Uliyah, Musrifatul .2. 2014. Pelajar.
Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Salemba Medika
IDAI. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan
Kejang Demam, Unit Kerja Koordinasi
Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
https://doi.org/10.1109/JQE.2014.2330255
Indrayanti. 2019. Gambaran Kemampuan
Orang Tua Dalam Penaganan Pertama
Kejang Demam Pada Anak. Jurnal Ilmiah
Permas, 149-154
Jitowiyono, S & Kristiyanasari 2012. Asuhan
Keperawatan Post Operasi Dengan
Pendekatan Nanda, NNIC, NOC.
Yogyakarta: Nuha Medika
Kakalang, J. P, dkk. 2016. Profil Kejang
Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Jurnal E-Clinic (ECI)
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M. L, &
Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC), edisi ke-5. Jakarta:
Elsevier Inc
Ngastiyah. 2014. Perawatan anak sakit.
Jakarta: EGC
Nurarif, A. H, & Kusuma, H. 2015. Asuhan
Keperawatan Praktik Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NNIC, NOC
dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
MediAction
Nursalam. 2015. Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta:
Salemba Medika
Pratiwi, dkk. 2016. Efektifitas Pemberian
Kompres Hangat Pada Axilla dan Servikal

Kustrani, Lintang, & Dewi 1141

You might also like