774 1804 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL MANUMATA VOL 8, N0 1 (2022) ISSN 2087-5703

Pengaplikasian Beton SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) dengan dosis Sikament-NN 0,6% ,0,7%,
0,8% dan penggunaan Agregat asal Quarry Waisakula Ambon

V. Johannes1 , Suryanto Intan2, Trideni Albert Suyudono3


1,2
Staf Pengajar Universitas Kristen Indonesia Maluku, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil
Gmail :, [email protected] , [email protected]
3
Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Maluku, Jalan OT Pattimaipauw Talake - Ambon
Gmail :, [email protected]

Abstract
Self-compacting concrete (SCC) is an innovation in the construction world. to facilitate service, especially in areas
that are difficult to reach so there is no need to use a vibrator. This research was conducted to determine the
compressive strength of normal concrete and SCC concrete 0.6%, 0.7%, and 0.8%, as well as the performance ratio
for normal concrete and SCC concrete 0.6%, 0.7%, and 0. 8%. The research was carried out in the UKIM structure
laboratory with materials for making SCC concrete including sand and crushed stone produced by PT. BAKUNG
PERMAI ABADI, cement type 1 brand Tonasa, water from UKIM campus, and Sikament-NN added materials
produced by PT. SIKA INDONESIA. The experimental method used is guided by the concrete mix design procedure
according to SNI 03-2834-2000. The compressive strength results obtained by normal concrete 28 days = 22.71 MPa,
0.6% SCC concrete = 23.29 MPa, 0.7% SCC concrete = 23.29 MPa, concrete SCC 0.8% = 22.04MPa. Percentage of
achievement obtained for normal concrete = 114%, 0.6% concrete SCC = 116%, 0.7% concrete SCC = 116%, and
0.8% concrete SCC = 110%. Thus, the results of the research on the compressive strength of normal concrete and
SCC concrete with the addition of Sikament-NN met the planned compressive strength of 20 MPa.

Keywords: SCC Concrete, Sikament-NN, Concrete Compressive Strength

1. PENDAHULUAN mempermudah dalam pengerjaan beton terutama pada


Perkembangan zaman begitu pesat dan ini struktur dengan menggunakan tulangan kompleks,
terjadi hampir di seluruh sektor kehidupan. Baik dari karna beton SCC dapat mengalir dan mengisi setiap
segi perekonomian, kemajuan teknologi, dan bahkan ruang kosong dari cetakannya dan ini sebagai
pada sektor pembangunan khususnya pada bidang alternatif dalam menghadapi kesulitan dalam
konstruksi. Dalam perkembangan dunia konstruksi, pengecoran di lapangan. (EFNARC, 2005)
banyak inovasi-inovasi yang bermunculan diantaranya Di Indonesia, pengembangan Beton SCC masih
ada yang berupa metode kerja, software, bahkan terbatas pada metode uji coba mix design. Selain dari
produk material dan lain-lain yang siap untuk segi ekonomis Beton SCC lebih mahal dari beton
diaplikasikan. konvensional, pemakaian semen portland pada Beton
Beton adalah campuran semen Portland atau SCC pun lebih banyak. Beton SCC sendiri baru
semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dipakai pada bangunan dengan kondisi-kondisi khusus
dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan seperti pembangunan bassemant yang membutuhkan
admixture.(SNI, 2847:2013) Beton Self Compacting beton dengan permeabilitas rendah.(Concrete, SCC
Concrete (SCC) adalah salah satu hasil inovasi dalam 2000)
perkembangan dunia konstruksi. Self Compacting PT. Sika Indonesia merupakan salah satu
Concrete (SCC) merupakan hasil riset di Jepang pada perusahaan manufaktur yang telah aktif sejak 1960
awal tahun 80-an. Beton pada umumnya hanya terdiri menyediakan serangkaian produk untuk beragam
dari campuran Semen, Agregrat (halus dan kasar), dan proyek-proyek prestisius seperti Pabrik Semen
air. Sedangkan untuk Beton Self Compacting Concrete Indocement Tunggal Perkasa di Cibinong,
(SCC) ada tambahan bahan admixture yang di klaim Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton di
meningkatkan workability campuran beton itu sendiri. Probolinggo, Jembatan Balerang di Batam,
Selain itu juga Beton SCC ini dapat menjangkau sudut Pembangkit Listrik Tenaga Air Singkarak di
terkecil tanpa bantuan vibrator dalam pekerjaan Sumatera, dan banyak lainnya. Sikament-NN adalah
pengecoran beton. Hal ini karena beton SCC dapat salah satu dari sekian produk PT. Sika Indonesia.
mengalir di bawah beratnya sendiri, sehingga dapat Bahan ini selain menjaga kualitas campuran beton,

42
JURNAL MANUMATA VOL 8, N0 1 (2022) ISSN 2087-5703

juga menambah kekuatan beton itu sendiri. Menurut Concrete yaitu memiliki nilai Slump berkisar antara
data teknis PT. Sika Indonesia (2011), dosis 500-700 mm. (Egziabher and Edwards, 2013)
penggunaan zat aditif Sikament-NN dianjurkan hanya Kriteria workability dari campuran beton yang baik
pada SCC adalah sebagai berikut :
sebanyak 0,30% - 2,30% terhadap berat semen.
a. Fillingability, kemampuan campuran beton
(‘Sikament NN - Dinamika Utama) untuk mengisi ruang bagesting sendiri.
Untuk daerah Maluku khususnya Kota Ambon b. Passingability, kemampuan beton untung
sendiri, Sikament-NN tergolong baru dan belum mengalir melewati struktur ruangan yang rapat.
pernah dipakai. Adapun ketertarikan penulis untuk c. Segregation resustance, ketahanan campuran
mengetahui efek persentase pemakaian Sikament-NN beton segar terhadap efek segregasi.
terhadap mutu beton. Untuk itu penulis ingin
melakukan penelitian dengan judul: “Pengaplikasian
Beton Self Compating Concrete (SCC) Dengan
Dosis Sikament-NN 0,6% , 0.7% , 0,8% Dan
Penggunaan Agregat Asal Quarry Wai-Sakula ,
Ambon”

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Beton.
Beton adalah campuran dari agregat dengan
semen yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan
tertentu (Wuryati Samekto,2001). Ini juga yang sering
disebut dengan beton normal (Plain Concrete). Beton Beton Memadat Sendiri (Self Compacting Concrete)
juga dapat didefenisikan sebagai bahan bangunan dan Sesuai gambar tabel diatas, adapun aturan batasan
konstruksi yang sifat-sifatnya dapat ditentukan berat dan batasan volume dari semua bahan penyusun
terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan beton SCC. Ada pula aturan untuk omposisi agregat
pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang halus dalam susunan beton SCC berkisar antara 48-
dipakai. Salah satu keunggulan dari beton yaitu 55% dari berat agregat total.
mempunyai kekuatan yang besar, tetapi sebelum
material-material penyusun beton mengeras, 2.3 Material Penyusun Beton SCC Agregat
campuran beton merupakan campuran plastis yang Agregat ialah butiran mineral alami yang
sering disebut sebagai beton segar. Selain beton berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
normal, adapun beton menggunakan admixture yang beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70%
diberi nama lebih spesifik sesuai spesifikasinya, dari volume beton. Walaupun namanya hanya sebagai
misalnya beton mutu tinggi, beton mengalir, dan lain bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh
sebagainya.(Polii, Sumajouw and Windah, 2015) terhadap beton. Adapun peraturan yang mengatur
tentang agregat yaitu SNI 03-2461-1991 tentang
2.2 Beton Self Compacting Concrete (SCC) Spesifikasi Agregat Ringan, dan ASTM C 33 tentang
Beton Self Compacting Concrete (SCC) Spesifikasi Agregat untuk Beton. Agregat harus
merupakan campuran beton yang dapat memadat memiliki bentuk yang baik (bulat atau mendekati
sendiri tanpa menggunakan alat pemadat (vibrator) kubus), bersih, keras, kuat, dan gradasinya baik. (Polii,
untuk memperoleh kualitas beton yang baik. Dengan Sumajouw and Windah, 2015)
kata lain SCC merupakan beton yang mampu mengalir a. Semen
dibawah beratnya sendiri dan mampu memnuhi atau Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa
mengisi begisting dan mencapai kepadatan tertinggi. bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
Beton Self Compacting Concrete sendiri diteliti di menghaluskan Klinker (bahan ini terdiri dari silikat-
Jepang pada tahun 1990-an sebagai alternatif yang silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu
dapat digunakan dalam pengecoran bangunan dengan gips sebagai bahan tambahan. Fungsi semen sendiri
tingkat pengerjaan yang rumit. (EFNARC, 2005) adalah sebagai pengikat butir-butir agregat baik halus
Beton dapat dikategorikan Self Compacting maupun kasar. (Indonesia and Nasional, 2000)
Concrete apabila memiliki sifat tertentu. Salah satunya b. Air
memiliki Slump yang menunjukan campuran atau Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang
pasta beton yang memiliki kuat geser dan lentur yang penting namun harganya yang paling murah. Dalam
rendah sehingga dapat masuk dan mengalir dalam pembuatan beton air diperlukan untuk bereaksi dengan
celah ruang begisting. Karakteristik Self Compacting semen Portland dan sebaagai bahan pelumnas antar
butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan

43
JURNAL MANUMATA VOL 8, N0 1 (2022) ISSN 2087-5703

(diaduk, dituang, dan dicetak) Air yang digunakan pun 2.6 Faktor Air Semen (FAS)
tidak boleh yang mengandung kotoran yang berlebih Faktor air semen ialah perbandingan berat air
karena akan mengganggu proses pengerasan atau dan berat semen yang digunakan dalam adukan beton.
ketahanan beton. Air yang dipakai dalam pembuatan Faktor air semen yang tinggi dapat menyebabkan
beton haruslah sesuai dengan masa agregat dan semen beton yang dihasilkan mempunyai kuat tekan yang
karena kelebihan air akan membuat proses perkerasan rendah dan semakin rendah faktor air semen maka
semakin panjang dan kualitas beton yang dihasilkan kuat tekan beton semakin tinggi. Namun demikian,
pun semakin menurun.(Badan Standardisasi Nasional, nilai faktor air semen yang semakin rendah tidak
2002) selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi.
Nilai faktor air semen yang rendah akan menyebabkan
2.4 Bahan Tambah (Admixture Superplasticizer) kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan
berupa bubuk atau cairan yang ditambahkan kedalam menyebabkan mutu beton menurun. Oleh sebab itu
campuran adukan beton selama pengadukan, dengan ada suatu nilai faktor air semen optimum yang
tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. menghasilkan kuat tekan maksimum. Umumnya nilai
(SNI 03-1968, 1990). Superplasticizer ialah polimer faktor air semen minimum untuk beton normal sekitar
linear yang mengandung Sulfonic Acid (asam 0,4 dan maksimum 0,65. .(Indonesia and Nasional,
sulfonat). Perkembangan superplasticizer bermula 2000)
dari Jepang dan Jerman pada tahun 1960-an dan
menyusul kemudian di Amerika Serikat pada tahun 2.7 Metode Perancangan Campuran Beton
1970-an. Fungsi asam sulfonat pada plasticizer yaitu Pada pengujian kuat tekan beton ini metode
menghilangkan gaya permukaan pada partikel semen perancangan campuran beton mengacu kepada
sehingga lebih menyebar, melepaskan air yang terikat pedoman ‘Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
pada kelompok partikel semen , untuk menghasilkan Beton Normal’ dalam SNI 03-2834-2000. Dibawah ini
viskositas/kekentalan adukan pasta semen atau beton adalah bagan alur proses perancangan campuran beton
segar yang lebih rendah. normal dalam SNI 03-2834-2000 :

Gambar 2. Prosedur Perancangan Campuran Beton


Menurut Metode SNI 03-2834-2000

Gambar 1. Proses penguraian permukaan oleh 2.8 Slump Flow Test


Superplasticizer (http//:google.search.com ,2009) Slump Flow Test / pengujian Slump merupakan
besarnya nilai keruntuhan beton secara vertikal yang
2.5 Sikament-NN diakibatkan karena beton belum memiliki batas yield
Sikament-NN merupakan Superplasticizer stress yang cukup untuk menahan berat sendiri karena
dengan pengurang air dalam jumlah yang besar dan ikatan antara partikelnya masih lemah sehingga tidak
mempercepat pengerasan beton. Superplasticizer yang mampu untuk mempertahankan ikatan semulanya.
berupa cairan ini sangat efektif dengan aksi ganda Nilai dapat menggambarkan tingkat kelecakan dari
untuk produksi beton yang mengalir atau bahan untuk beton tersebut. Beton segar seiring dengan
mengurangi air beton guna membantu menghasilkan pertambahan waktu akan mengalami kehilangan
kekuatan awal dan kekuatan akhir tinggi, (EFNARC, Slump dan akan berakhir pada nilai Slump nol secara
2005). otomatis juga kehilangan kelecakannya (loss
workability).

44
JURNAL MANUMATA VOL 8, N0 1 (2022) ISSN 2087-5703

Berikut merupakan Tabel Konversi kuat tekan beton


3, 7, 14, 21, 28 dan 56 hari.
Tabel 2. Tabel Konversi Kuat Tekan Beton
(www.Google.com/Search/TabelKonversiKuatTekan
BetonPBI)
Umur (hari) Angka Konversi
3 0,4
7 0,65
14 0,88
21 0,95
28 1
Gambar 3. Alat Slump Cone 3. METODE PENELITIAN
Nilai slump ini dapat hilang karena pertambahan 3.1. Alir Penelitian
waktu pada selang waktu tertentu. Hilangnya slump
disebabkan karena terjadinya proses pengikatan pada
beton yang semakin kuat. (Indonesia and Nasional,
2000).

2.9 Kuat Tekan Beton


Menguji tekanan beton adalah suatu tujuan
memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang
benar dengan pengertian Kuat Tekan Beton
merupakan besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani
dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan dengan
mesin tekan.(SNI1974-2011, 2011)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan
beton yaitu :
a) Faktor air semen dan kepadatan
Semakin rendah nilai faktor air semen (fas) maka
semakin tinggi kuat tekan betonnya. Tetapi
apabila fas terlalu rendah adukan beton akan sulit
dipadatkan. Kepadatan adukan beton sangat
mempengaruhi nilai kuat tekan beton setelah
mengeras.
b) Umur Beton
Umur beton mempengaruhi kekuatan dari beton
itu sendiri. Semakin panjang umur beton, maka
semakin bertambah kekuatan beton.
c) Jenis Semen
Jenis semen yang dipakai dalam pembuatan
beton haruslah yang ber-SNI dan pemakaiannya
sesuai dengan jenis dan tipe tiap pekerjaan beton.
d) Sifat Agregat Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
Sifat agregat yang berpengaruh terhadap
kekuatan beton adalah kekasaran permukaan dan 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
ukuran. Pemakaian butir agregat yang terlalu Penelitian ini di lakukann selama 3 bulan, mulai
besar akan mengurangi kekuatan beton karena dari alat dan bahan hingga hasil kuat tekan semua
butiran agregat akan mengurangi luas permukaan benda uji dilakukan. Penelitian dimulai dengan
beton sehingga kelekatan antara butiran agregat mengambil material (agregat) pada Quarry Wai
kurang kuat. Sakula Laha Ambon, kemudian dilakukan pengujian
Tekanan (P) didefinisikan sebagai gaya (F) per satuan material di Laboratoriun Struktur Universitas Kristen
luas bidang (A). dinyatakan dengan persamaan : Indonesia Maluku.

P=F/A

45
JURNAL MANUMATA VOL 8, N0 1 (2022) ISSN 2087-5703

2. Agregat halus quarry Waisakula


Tabel 4. Rekapitulasi hasil pemeriksaan batu pecah
quarry waisakula (Sumber : Pengujian Laboratorium
UKIM)
Hasil Pengujian Laboratorium Spesifikasi Batu Kerikil Alami
No. Jenis Pengujian Satuan Keterangan
(Batu Kerikil Dicuci) Umum Standar
1,2 s/d 1,76
1 Berat Volume gr/cm3 1,27 ACI E1 -07 Masuk
gr/cm3
Berat Jenis (Bulk) - 2,52 -
2 Berat Jenis SSD - 2,60 2,4 s/d 2,9 Masuk
ACI E1 -07
Berat Jenis Semu (Apparent) - 2,75 -
3 Penyerapan Air - 3,20% 0,5 - 4 % Masuk
4 Kadar Air % 3,81% - SNI 03-1971-1990
Analisa Saringan (Finenes
Gambar 5. Peta Lokasi Quarry Wai-Sakula 5
Modulus)
- 6,63 6,0 s/d 7,1 ACI E1-07 Masuk
(Sumber : www.google.com/maps/, 2020) 6 Kandungan Lumpur % 0,60% Max 1 % ACI E1-07 Masuk

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Campuran Untuk 1 Silinder


Berikut merupakan uraian singkat tentang 1 Semen 0,0053 x 394,23 = 2,09
pengujian yang dilakukan pada Laboratorium Teknik 2 Air 0,0053 x 188,51 = 1,00
Sipil UKIM dalam proses penulisan skripsi ini : 3 Agregat Halus 0,0053 x 892,40 = 4,73
1. Pemeriksaan karakteristik material baik agregat 4 Agregat Kasar 0,0053 x 844,86 = 4,48
kasar maupun agregat halus dari Quarry 5 Sikament NN 0,6% 0,0053 x 2,37 = 0,013
6 Sikament NN 0,7% 0,0053 x 2,76 = 0,015
Waisakula Ambon yang akan dipakai dalam
7 Sikament NN 0,8% 0,0053 x 3,15 = 0,017
campuran beton SCC.
2. Melakukan persiapan komposisi campuran untuk Volume Campuran Untuk 15 Silinder
masuk ke tahap Mix beton SCC dengan bahan 1 Semen 2,09 x 15 x 1,2 = 37,62
tambah Sikament-NN 0,6% , 0,7%, dan 0,8%. 2 Air 1,00 x 15 x 1,2 = 18,00
3. Menguji kekuatan Beton SCC dengan variasi 3 Agregat Halus 4,73 x 15 x 1,2 = 85,14
dosis penggunaan bahan tambah Sikament-NN 4 Agregat Kasar 4,48 x 15 x 1,2 = 80,64
yang di Mix dengan agregat asal Quarry 5 Sikament NN 0,6% 0,013 x 15 x 1,2 = 0,234
Waisakula Ambon. 6 Sikament NN 0,7% 0,015 x 15 x 1,2 = 0,270
4.1. Rekapitulasi Hasil Analisa Agregat Halus dan 7 Sikament NN 0,8% 0,017 x 15 x 1,2 = 0,306
Agregat Kasar
ket : 1,2 Merupakan Angkan Keamanan
1. Agregat halus quarry Waisakula
Tabel 3 . Rekapitulasi hasil pemeriksaan pasir quarry
waisakula (Sumber : Pengujian Laboratorium UKIM) 4.2 Pengujian Slump Flow
Hasil Pengujian Laboratorium Spesifikasi Pasir
Pengujian Slump merupakan besarnya nilai
No. Jenis Pengujian Satuan Keterangan keruntuhan beton secara vertikal yang diakibatkan
(Pasir Dicuci) Umum Standart
karena beton belum memiliki batas
1 Berat Volume gr/cm3 1,25 1,2 s/d 1,76 gr/cm3 ACI E1 -07 Masuk
yield stress yang cukup untuk menahan berat sendiri
Berat Jenis (Bulk) - 2,42 -
karena ikatan antara partikelnya masih lemah sehingga
2 Berat Jenis SSD - 2,53 2,4 s/d 2,9 Masuk
Berat Jenis Semu (Apparent) - 2,71 -
ACI E1 -07 tidak mampu untuk mempertahankan ikatan
semulanya. Pengujian ini pun dilaksanakan dengan
3 Penyerapan Air % 4,38% 0,5 - 4,5% Masuk
pedoman sesuai SNI 1972:2008. Hasil pengujian
4 Kadar Air % 5,67% - SNI 03-1971-1990
slump yan didapat bisa dilihat pada tabel berikut :
5 Analisa Saringan - 3,49 2,0 s/d 3,3 ACI E1 -07 Tdk Masuk Tabel 5 . Hasil Pengujian Slump
6 Kandungan Lumpur % 1,70% Max 5 % ACI E1 -07 Masuk Hasil Slump
Warna Pembanding 1 No. Beton Slump Ket
dan 2 dapat digunakan Masuk Slump
Flow
tanpa dicuci 1 Normal 11 Masuk
Warna Pembanding 3 Tdk
7 Kadar Organis - Kuning Muda ACI E1 -07 2 SCC 0,6% 40
dan 4 harus dicuci - Masuk
dahulu Tdk
3 SCC 0,7% 43
Masuk
Warna Pembanding 5
- Tdk
tidak boleh digunakan 4 SCC 0,8% 47
Masuk

46
JURNAL MANUMATA VOL 8, N0 1 (2022) ISSN 2087-5703

Berdasarkan hasil pengujian slump diatas didapat nilai Beton SCC 0,6 %
slump untuk beton normal yaitu 11 cm, untuk beton Tabel 7 . Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton SCC
SCC dengan tambahan Sikament-NN 0,6% yakni 40 0,6 %
cm, untuk beton SCC dengan tambahan Sikament-NN Konversi
Tegangan
Umur Berat Beban Max ke 28
0,7% yakni 43 cm, dan untuk beton SCC dengan No Kode Tgl.Cor Tgl.Uji Hancur
Hari
tambahan Sikament-NN 0,8% yakni 47 cm. sesuai (Hari) (Kg) (KN) MPa MPa
dengan pedoman SNI 1972:2008 dimana beton 1 B.S (0,6%) 1 12,21 220 12,70 31,76
2 B.S (0,6%) 2 21-Aug-21 24-Aug-21 3 12,22 215 12,42 31,04
dengan nilai slump < 15 mm mungkin tidak cukup 230
3 B.S (0,6%) 3 12,35 13,28 33,21
plastis dan beton yang slumpnya > 230 mm mungkin
Tegangan Hancur Rata- Rata 12,80 32,00
tidak cukup kohesif untuk pengujian, maka hasil
pengujian slump diatas memenuhi standar yang di 1 B.S (0,6%) 1 12,00 280 16,17 24,88
2 B.S (0,6%) 2 21-Aug-21 28-Aug-21 7 12,12 270 15,59 23,99
anjurkan SNI 1972:2008. 3 B.S (0,6%) 3 12,30 270 15,59 23,99
Tegangan Hancur Rata- Rata 15,78 24,28
4.3 Pembuatan Benda Uji
1 B.S (0,6%) 1 11,91 350 20,21 22,97
Pembuatan benda uji (silinder) sesuai dengan
2 B.S (0,6%) 2 21-Aug-21 04-Sep-21 14 12,27 390 22,52 25,59
hasail perhitungan (Mix Design) diatas. Untuk 3 B.S (0,6%) 3 12,04 370 21,37 24,28
material penyusun beton normal seperti agregat halus, Tegangan Hancur Rata- Rata 21,37 24,28
agregat kasar, semen dan air sesuai hasil koreksi
1 B.S (0,6%) 1 12,09 410 23,68 23,68
campuran pada perhitungan Mix Design . Sedangkan
2 B.S (0,6%) 2 21-Aug-21 18-Sep-21 28 11,94 400 23,10 23,10
untuk penentuan kadar Sikament-NN 0,6% , 0,7% , 3 B.S (0,6%) 3 12,19 400 23,10 23,10
dan 0,8% diperoleh dari persentase terhadap
Tegangan Hancur Rata- Rata 23,29 23,29
penggunaan semen dalam pembuatan beton normal.
1 B.S (0,6%) 1 12,10 450 25,99 -
Jumlah total benda uji silinder yang dibuat sesuai tabel
2 B.S (0,6%) 2 21-Aug-21 16-Oct-21 56 12,03 460 26,56 -
3.1 adalah 60 benda uji silinder. Dimana untuk beton 3 B.S (0,6%) 3 11,99 445 25,70 -
normal (tanpa tambahan Sikament-NN) 15 buah,
Tegangan Hancur Rata- Rata 26,08 -
beton SCC dengan tambahan Sikament-NN 0,6% 15
buah, beton SCC dengan tambahan Sikament-NN
0,7% 15 buah, dan beton SCC dengan tambahan Beton SCC 0,7 %
Sikament-NN 0,8% 15 buah. Masing-masing untuk Tabel 8 . Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton SCC
umur pemeliharaan beton 3,7,14,28,dan 56 hari. 0,7 %
Konversi
Tegangan
Umur Berat Beban Max ke 28
Beton Normal No Kode Tgl.Cor Tgl.Uji Hancur
Hari
Tabel 6 . Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal (Hari) (Kg) (KN) MPa MPa
Tegangan Konversi 1 B.S (0,7%) 1 12,24 200 11,55 28,87
Umur Berat Beban Max
No Kode Tgl.Cor Tgl.Uji Hancur ke 28 Hari 2 B.S (0,7%) 2 23-Aug-21 26-Aug-21 3 12,25 210 12,13 30,32
(Hari) (Kg) (KN) MPa MPa 3 B.S (0,7%) 3 12,23 200 11,55 28,87
1 B.N 1 12,11 190 10,97 27,43 Tegangan Hancur Rata- Rata 11,74 29,36
2 B.N 2 19-Aug-21 22-Aug--21 3 12,08 190 10,97 27,43
3 B.N 3 12,12 180 10,39 25,99 1 B.S (0,7%) 1 12,16 250 14,44 22,21
Tegangan Hancur Rata- Rata 10,78 26,95 2 B.S (0,7%) 2 23-Aug-21 30-Aug-21 7 12,28 280 16,17 24,88
3 B.S (0,7%) 3 12,41 230 13,28 20,43
1 B.N 1 12,09 290 16,75 25,76
2 B.N 2 19-Aug-21 26-Aug-21 7 12,12 300 17,32 26,65 Tegangan Hancur Rata- Rata 14,63 22,51
3 B.N 3 11,29 240 13,86 21,32
1 B.S (0,7%) 1 12,03 310 17,90 20,34
Tegangan Hancur Rata- Rata 15,98 24,58
2 B.S (0,7%) 2 23-Aug-21 06-Sep-21 14 12,33 395 22,81 25,92
1 B.N 1 11,97 360 20,79 23,62 3 B.S (0,7%) 3 12,26 400 23,10 26,25
2 B.N 2 19-Aug-21 2-Sep-2021 14 12,05 380 21,94 24,94
3 B.N 3 12,02 370 21,37 24,28 Tegangan Hancur Rata- Rata 21,27 24,17
Tegangan Hancur Rata- Rata 21,37 24,28 1 B.S (0,7%) 1 12,01 390 22,52 22,52
1 B.N 1 12,13 380 21,94 21,94 2 B.S (0,7%) 2 23-Aug-21 20-Sep-21 28 12,08 410 23,68 23,68
2 B.N 2 19-Aug-21 ######### 28 12,08 400 23,10 23,10 3 B.S (0,7%) 3 12,03 410 23,68 23,68
3 B.N 3 12,03 400 23,10 23,10
Tegangan Hancur Rata- Rata 23,29 23,29
Tegangan Hancur Rata- Rata 22,71 22,71
1 B.S (0,7%) 1 12,26 530 30,61 -
1 B.N 1 11,91 395 22,81 -
2 B.S (0,7%) 2 23-Aug-21 18-Oct-21 56 12,19 500 28,87 -
2 B.N 2 19-Aug-21 ######### 56 12,00 400 23,10 -
3 B.N 3 11,98 420 24,25 -
3 B.S (0,7%) 3 12,38 505 29,16 -

Tegangan Hancur Rata- Rata 23,39 - Tegangan Hancur Rata- Rata 29,55 -

47
JURNAL MANUMATA VOL 8, N0 1 (2022) ISSN 2087-5703

Beton SCC 0,8 %


Tabel 9. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton SCC
0,8 %
Tegangan Konversi
Umur Berat Beban Max
No Kode Tgl.Cor Tgl.Uji Hancur ke 28 Hari
(Hari) (Kg) (KN) MPa MPa
1 B.S (0,8%) 1 12,33 220 12,70 31,76
2 B.S (0,8%) 2 27-Aug-21 30-Aug-21 3 12,20 160 9,24 23,10
3 B.S (0,8%) 3 12,24 170 9,82 24,54
Tegangan Hancur Rata- Rata 10,59 26,47
1 B.S (0,8%) 1 12,10 260 15,01 23,10
2 B.S (0,8%) 2 27-Aug-21 ######## 7 12,09 250 14,44 22,21 Gambar 6 . Presentase Capai dari Kuat Tekan Rencana, Beton
3 B.S (0,8%) 3 12,16 270 15,59 23,99
Normal, Beton SCC 0,6% , 0,7% , dan 0,8%
Tegangan Hancur Rata- Rata 15,01 23,10
1 B.S (0,8%) 1 12,05 300 17,32 19,69 5. PENUTUP
2 B.S (0,8%) 2 27-Aug-21 ######## 14 11,96 330 19,06 21,66 5.1 Kesimpulan
3 B.S (0,8%) 3 12,20 370 21,37 24,28
Dalam proses penelitian diatas telah dilakukan
Tegangan Hancur Rata- Rata 19,25 21,87 semua proses persiapan yang dimulai dari
1 B.S (0,8%) 1 12,11 380 21,94 21,94 pemeriksaan karakteristik material asal quarry
2 B.S (0,8%) 2 27-Aug-21 ######## 28 12,04 385 22,23 22,23 Waisakula, perhitungan perencanaan komposisi beton
3 B.S (0,8%) 3 12,14 380 21,94 21,94 dengan mutu rencana f’c 20 MPa hingga sampai pada
Tegangan Hancur Rata- Rata 22,04 22,04 tahap akhir yakni proses pengujian kekuatan beton
1 B.S (0,8%) 1 12,37 430 24,83 - baik beton normal dan beton dengan tambahan
2 B.S (0,8%) 2 27-Aug-21 22-Oct-21 56 12,26 470 27,14 - Sikament-NN (SCC). Berikut kesimpulan hasil dari
3 B.S (0,8%) 3 12,23 460 26,56 - hasil pengujian kuat tekan beton nomal dan beton SCC
Tegangan Hancur Rata- Rata 26,18 - serta persentase capai dari beton normal dan beton
SCC :
1) Hasil kuat tekan dan presentase capai
4.7 Perbandingan Presentase Capai Kuat Tekan Tabel 11. Hasil Kuat Tekan dan Presentase Capai
Rencana dan Kuat Tekan Beton Normal dan Beton Normal dan Beton SCC.
Beton SCC Dengan Sikament-NN 0,6% ,
0,7% , dan 0,8%
Setelah dilakukan pengujian kuat tekan beton
normal maupun kuat tekan dari beton SCC dengan
kadar tambahan Sikament-NN 0,6% , 0,7% , dan 0,8%
maka didapat nilai presentase capai yang tercantum
dalam tabel berikut :
Tabel 10 . Nilai Presentase Capai Kuat Tekan
Rencana Dengan Hasil Kuat Tekan Beton Normal
Dan Beton SCC 0,6% , 0,7% , dan 0,8% ..

2) Nilai Slump Normal dan Slump Flow


Tabel 5.2 .Hasil Pengujian Slump Normal dan Slump
Flow.
Hasil Slump
No. Beton Slump Ket
Slump
Flow
1 Normal 11 Masuk
2 SCC 0,6% 40 Tdk Masuk
3 SCC 0,7% 43 Tdk Masuk
4 SCC 0,8% 47 Tdk Masuk

Nilai Slump Flow yang didapat dalam penelitian yang


dilakukan, dari dosis sikament-NN 0,6%, 0,7%, dan
0,8% hasilnya tidak memenuhi syarat slump flow yang
dianjurkan dalam SKh-1.10.14 (Spesifikasi Khusus

48
JURNAL MANUMATA VOL 8, N0 1 (2022) ISSN 2087-5703

Divisi 10 tahun 2017). Namun karena penelitian ini SNI 03-1968 (1990) ‘Metode Pengujian Tentang
menggunakan metode eksperimen maka semua hasil Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar’,
yang didapat di lapangan tetap diambil. Selain itu Badan Standar Nasional Indonesia, pp. 1–5.
penulis lebih terfokus pada kekuatan beton yang Available at:
dihasilkan oleh beton normal dan beton SCC 0,6%, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendi
0,7%, dan 0,8%. dikan/dr-slamet-widodo-st-mt/sni-03-1968-
1990.pdf.
5.2 Saran SNI, 2847:2013 (2013) ‘Persyaratan Beton Struktural
Saran dari penulis sesuai dengan hasil untuk Bangunan Gedung’, Bandung: Badan
pengujian kuat tekan beton baik beton normal maupun Standardisasi Indonesia, pp. 1–265.
beton SCC dengan tambahan Sikament-NN dosis SNI1974-2011 (2011) ‘Cara Uji Kuat Tekan Beton
0,6% ; 0,7% ; dan 0,8% yaitu : dengan Benda Uji Silinder’, Badan
1. Sebelum masuk pada proses mix design Standardisasi Nasional Indonesia, p. 20
khususnya untuk beton memadat sendiri (SCC),
peneliti harus mempelajari dengan seksama
langkah yang tertera pada SKh-1.10.14
(Spesifikasi Khusus Divisi 10 tahun 2017) agar
tidak keliru pada saat proses mix beton SCC
dilaksanakan.
2. Untuk pihak yang ingin meneliti lebih lanjut
diharapkan mengecek kembali baik dari segi
penambahan air atau tidak untuk mengejar angka
slump flow yang dianjurkan dalam SKh-1.10.14
(Spesifikasi Khusus Divisi 10 tahun 2017).

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional (2002) ‘Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung. SNI 03-2847-2002’, Bandung:
Badan Standardisasi Nasional, p. 251.
Concrete, S. C. ‘2.studi pustaka 2.1.’, pp. 5–18.
EFNARC (2005) ‘The European Guidelines for Self-
Compacting Concrete’, The European
Guidelines for Self Compacting Concrete,
(May), p. 63. Available at:
http://www.efnarc.org/pdf/SCCGuidelinesM
ay2005.pdf.
Egziabher, T. B. G. and Edwards, S. (2013)’, Africa’s
potential for the ecological intensification of
agriculture, 53(9), pp. 1689–1699.
Indonesia, S. N. and Nasional, B. S. (2000) ‘Tata cara
pembuatan rencana campuran beton normal’.
Indonesian National Standardization (2012) ‘SNI
7656:2012 “The procedure of selecting
proportion for normal, heavyweight, and
mass concrete”’, Badan Standardisasi
Nasional.
Polii, R. A., Sumajouw, M. D. J. and Windah, R. S.
(2015) ‘Kuat Tekan Beton Dengan Variasi
Agregat Yang Berasal Dari Beberapa Tempat
Di Sulawesi Utara’, Jurnal Sipil Statik, 3(3),
pp. 206–211.
‘Sikament NN - Dinamika Utama - Solusi Bangunan -
Supply Material Dan Applikator _ Produk
Sika’.

49

You might also like