5648 Full Text

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 59

ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN TANAMAN

REBOISASI INTENSIF PADA KEGIATAN REHABILITASI


HUTAN DAN LAHAN DI DESA ONANG UTARA
KECAMATAN TUBO SENDANA KABUPATEN MAJENE

ARVIN ARIF

10595003 44 12

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kehutanan Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019
ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN TANAMAN
REBOISASI INTENSIF PADA KEGIATAN REHABILITASI
HUTAN DAN LAHAN DI DESA ONANG UTARA
KECAMATAN TUBO SENDANA KABUPATEN MAJENE

SKRIPSI

ARVIN ARIF

10595003 44 12

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


2019
ABSTRACT

Abstract, Arvin Arif, The Analysis of the Success Rate of Intensive Afforestation Plants in Forest
and Land Rehabilitation Activities in Onang Utara Village, Tubo Sendana District, Majene
Regency. Makassar: Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Makassar, 2018,
Husnah Latifah. Sultan.

The objective of this research is to determine the success of percent of growing forest and land
rehabilitation plants in Onang Utara Village, Tubo Sendana District, Majene Regency. This
research method used the Systematic Sampling With Random Start method which is done through
sampling techniques. Namely the first sample plot is made intentionally and the next sample plot is
made systematically. Data and information on plant plots are collected, namely areas within the
forest area. Administrative areas of government (provinces, districts / cities, sub-districts,
villages), names of watersheds / sub-watersheds, area, functions of forest areas, names of block
registers and plot of plants. Data recorded and measured in each sample plot includes plant data
(plant species, number of living plants, plant height and plant health) and supporting data (land
physiography, understorey conditions, soil conditions and plant disturbances).

The result of this research reveals that: (1) Percent of plant growth in Onang Utara village which
planned to plant 1100 stems / ha, growing as many as 797 stems. Thus the average percentage of
plant growth is 72.4%. (2) the plant height at the reforestation site of Onang Utara village ranged
from 27.73 cm - 29.28 cm, (3) the evaluation of the average maintenance of plants under rare
conditions with fertile soil conditions and having a heavy intensity. And (4) the success rate of
plants is obtained by the average percentage of plant growth of 72.4%.

Keywords: reforestation plants, percent plant growth, plant height, plant maintenance, plant
success rate, and Systematic Sampling With Random Start, total benefits.
ABSTRAK

Abstrak, Arvin Arif, Analisis Tingkat Keberhasilan Tanaman Reboisasi Intensif


Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Desa Onang Utara Kecamatan
Tubo Sendana Kabupaten Majene. Makassar: Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2018, Husnah Latifah. Sultan.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui keberhasilan persen tumbuh


tanaman rehabilitasi hutan dan lahan di Desa Onang Utara Kecamatan Tubo
Sendana Kabupaten Majene. Metode penelitian ini menggunakan metode
Systematic Sampling With Random Start yang dilakukan melalui tekhnik
sampling. Yaitu petak contoh pertama dibuat secara sengaja dan petak contoh
selanjutnya dibuat secara sistematik. Data dan informasi petak tanaman di
kumpulkan yaitu areal dalam kawasan hutan. Wilayah administratif pemerintahan
(provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa), nama DAS/Sub DAS, luas, fungsi
kawasan hutan, nama register blok dan petak tanaman. Data yang dicatat dan
diukur pada setiap petak contoh meliputi data tanaman (jenis tanaman, jumlah
tanaman yang hidup, tinggi tanaman dan kesehatan tanaman) dan data penunjang
(fisiografi lahan, keadaan tumbuhan bawah, kondisi tanah dan gangguan
tanaman).
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Persen tumbuh tanaman di desa Onang Utara
yang rencana penanaman 1100 batang/ha, tumbuh tanaman sebanyak 797 batang.
Dengan demikian rata-rata persen tumbuh tanaman adalah 72,4%. (2) tinggi
tanaman pada lokasi reboisasi desa Onang Utara berkisar antara 27,73 cm – 29,28
cm, (3) penilaian pemeliharaan tanaman rata-rata keadaan tumbuhan bawah yang
jarang dengan kondisi tanah subur serta memiliki intensitas yang berat. Dan (4)
tingkat keberhasilan tanaman di peroleh rata-rata persentase tumbuh tanaman
sebesar 72,4%.

Kata kunci: tanaman reboisasi, persen tumbuh tanaman, tinggi tanaman, pemeliharaan tanaman,
tingkat keberhasilan tanaman, dan Systematic Sampling With Random Start, total manfaat.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN TANAMAN REBOISASI


INTENSIF PADA KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN
LAHAN DI DESA ONANG UTARA KECAMATAN TUBO
SENDANA KABUPATEN MAJENE
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri yang belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian

akhir skripsi.

Makassar, September 2018

ARVIN ARIF
10595003 44 12
@Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2018

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan penelitian,

penulisan karya lmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Universitas

Muhammadiyah Makassar.
MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Biar lambat asal selamat” (Arvin Arif)

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,

dan semua mahluk yang mendo’akan serta mendukung penulis

dalam menggapai dan menjalani hidup.


kerjasamanya selama pelaksanaan magang. Khusus buat Kakanda Gunawan,

S.Hut dan Kakanda Ambril, S.E atas dukungan dan bantuannya.

xi
8. Buat teman – teman Mahasiswa Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar angkatan 2013 yang banyak memberikan bantuan,

kebersamaan, kekompakan, dan kenangan selama menjalankan studi sampai

menyelesaikan studi bagi penulis. Terkhusus kepada saudara Rimbawan

Zulkarnain (Bonja), Rimbawan Muhammad Rifki (Falkao) selaku

mahasiswa yang sama-sama dari Provinsi Sulawesi Barat serta saudara

Rimbawan Restu Anugrah (Tuttu’), Rimbawan Ibrahim Masdin (Ibe), atas

bantuan dan kerjasamanya selama penulis menjalankan studi di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

9. Buat adinda Mugniati Hasan atas do’a dan dukungannya sekaligus sebagai

penyemangat penulis dalam menyelesaikan studi ini.

10. Buat kawan-kawan Kerukunan Keluarga Mahasiswa Ulumanda atas do’a

dan bantuan selama penulis melaksanakan penelitian.

11. Buat pemerintah daerah Kabupaten Majene atas bantuan selama penulis

melakukan penelitian.Buat pemerintah Desa Onang Utara atas bantuan bagi

penulis dalam melaksanakan penelitian.

12. Buat pemerintah Kabupaten Soppeng, terkhusus kepada pemerintah Desa

Pesse atas bantuannya selama penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja

Profesi.

13. Buat Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat atas bantuan dan

kerjasamanya selama penulis melaksanakan kegiatan Magang. Terkhusus

buat Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Budong-Budong atas bantuan dan

x
3. Ibunda Husnah Latifah, S.Hut.,M.Si.IPM Selaku pembimbing I. Dan

Ayahanda Dr. Ir. Sultan, S.Hut.,M.P.,IPM Selaku pembimbing II yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan serta

perhatian sangat berarti bagi penulis.

4. Ibunda Husnah Latifah, S.Hut.,M.Si.IPM Selaku Penasehat Akademik

yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis dalam

menjalankan dan menyelesaikan studi. Dan sekaligus sebagai Pembimbing 1

bersama dengan Ibunda Dr. Hikmah,S.Hut.,M.Si. Yang banyak memberikan

masukan berupa saran dan kritik kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Ayahanda Muhammad Tahnur, S.Hut.,M.Hut, Ayahanda Dr. Hasanuddin

Molo,S.Hut.,M.Si Ayahanda Ir. Daud Hammasa, S.Hut.,M.Hut, Ayahanda

Naufal Achmad, S.Hut.,M.Hut Ibunda Dr. Irma Sribianti, S.Hut,.M.P.

dan Ibunda Muthmainnah, S.Hut.,M.Hut. Yang banyak memberikan ilmu

selama penulis aktif menjalani studi.

6. Bapak Ibu dosen serta staf tata usaha Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang banyak memberi masukan dan bantuan

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Keluarga tercinta,

Ayahanda Muhammad Arif Ibunda Lilis Suryani atas semua dorongan,

bantuan, Do’a dan restunya bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan studi.

Terkhusus buat saudaraku Adinda Andri arif Adinda Akram arif atas

do’anya bagi penulis.

ix
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Keberhasilan Tanaman

Reboisasi Intensif Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Di Desa Onang

Utara Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene”. Skripsi ini merupakan

syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana, Fakultas Pertanian, Universitas

Muhammadiyah Makassar. Skripsi ini merupakan proses pembelajaran penerapan

ilmu pengetahuan yang diperoleh selama proses perkuliahan dalam dunia nyata.

Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kealfaan yang telah dilakukan

selama melakukan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya

skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan, dukungan, motivasi, saran, serta

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

dukungan, baik secara moril maupun materiil. Penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ayahanda H. Burhanuddin, S.Pi.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibunda Husnah Latifah, S.Hut.,M.Si.IPM Selaku wakil dekan satu Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, sekaligus sebagai

pembimbing I.

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
Teks
1. Tally Sheet ........................................................................................... 37
2. Dokumentasi Penelitian .......................................................................

xvi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Teks

1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 22

xv
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Contoh Tally Sheet Penilaian Tanaman .............................................. 19


2. Intensitas Pemeliharaan........................................................................ 21
3. Data Jumlah Penduduk Desa Onang Utara ......................................... 27
4. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Onang Utara ............................... 29
5. Rata-rata Tinggi Tanaman Desa Onang Utara .................................... 32
6. Rata-rata Hasil Penilaian Pemeliharaan Tanaman .............................. 33
7. Tingkat Keberhasilan Tanaman Desa Onang Utara ............................ 33

xiv
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ........................................................... 14


3.2. Metode Penelitian .............................................................................. 14
3.3. Populasi dan Sampel .......................................................................... 14
3.4. Jenis Data ........................................................................................... 17
3.5. Pengumpulan Data ............................................................................. 18
3.6. Analisis Data ..................................................................................... 20

3.7. Kerangka Pikir ................................................................................... 22

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Letak Wilayah .................................................................................... 23


4.2. Geohidrologi dan Klimatologi Desa Onang Utara ............................ 23
4.3. Aksesibilitas ...................................................................................... 25
4.4. Topografi ........................................................................................... 25
4.5. Keadaan Sosial .................................................................................. 25
4.6. Mata Pencaharian............................................................................... 27
4.7. Sarana Dan Prasarana ....................................................................... 29
4.8. Agama ............................................................................................... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Persen Tumbuh Tanaman .................................................................. 31


5.2. Tinggi Tanaman ................................................................................ 31
5.3. Kriteria Pemeliharaan Tanaman ...........................................................32
5.4. Tingkat Keberhasilan Tanaman ...........................................................33

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 34


6.2. Saran .................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36

xiii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................................... iv

HAK CIPTA .................................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... vii

HALAMAN KOMISI PENGUJI..................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daerah Aliran Sungai......................................................................... 7


2.2. Rehabilitasi Hutan Dan Lahan ........................................................... 8

xii
Forest Science.Vol 6, No 1. http://jurnal.ugm.ac.id/jikfkt/article/vie
w/3307. Diakses 03 April 2018

[Kemenhut] Kementrian Kehutanan. 2011. Keputusan Menteri Kehutanan


Republik Indonesia Nomor 04 tentang Pedoman Reklamasi Hutan.
Jakarta: Kemenhut.

Manan, S. 1992. Silvikultur dalam Manual Kehutanan. Departemen Kahutanan


RI, Jakarta.

Nawir, Ani Adiwinata, dkk. 2008. Rehabilitasi Hutan di Indonesia : Akan


Kemanakah Arahnya Setelah Lebih dari Tiga Dasa Warsa. Center for
International Forestry Research (CIFOR), Bogor.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.70/Menhut-II/2008


tanggal 11.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 26/Menhut-II/2010. (2010). Tentang


Perubahan Terhadap Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.70/
Menhut-II/2008 Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Jakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.12/Menhut-II/2011


tanggal 9 Maret 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Tahun 2011.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.23/Menhut-II/2011


tanggal 8 April.

Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 14 tahun 2012 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2012. Menteri
Kehutanan, 2012.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.9/Menhut-II/2013


Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung dan Pemberian
Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Pratiwi., 2003. Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi.


Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor

Puspaningsih N. 1997. Studi Perencanaan Pengelolaan Penggunaan Lahan Sub


DAS Cisadane Hulu Kabupaten Bogor. [Tesis]. Program Pascasarjana
IPB. Bogor.

Wahono. 2002. Budidaya Tanaman Jati (Tectona grandis L. F), Dinas Kehutanan
Dan Perkebunan Kabupaten Kapuas Hulu, Putussibau.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999, Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,


Kantor Menteri Negara Sekretaris Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2001, Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 52/Kpts-II/2001 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Kantor
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Jakarta.

Anonim. 2004. Penilaian dan Pengawasan Penanaman GN-RHL Tahun 2003


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. Dishutbun Prov.
DIY.

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan


Ketiga (revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

___. 2008. PP No 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi


Lahan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Manan, S., 1979, Pengaruh Hutan dan Managemen Daerah Aliran Sungai,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Manan S. 1978. Evaluasi Hasil Kegiatan Program PHTA Pelita II dan Proyeksi
Pelita III; Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Derpatemen Kehutanan. 1998. Keputusan Direktorat Jenderal Reboisasi dan


Rehabilitasi lahan No: 041/Kpts/V/1998/ tanggal 21 April 1998, tentang
Pedoman penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah DAS. Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Ketentuan-ketentuan Pokok


Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan dan
Perkebunan

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik


Indonesia Nomor: P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian
Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta: Dephut.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2011. Peraturan Menteri Kehutanan Republik


Indonesia Nomor: P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi
Hutan. Jakarta: Dephut.
Jatmiko, A. 2012. Evaluasi Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Menggunakan Analisis Multikriteria (Studi Kasus Di Desa Butuh Kidul
Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah). Jurnal of

36
6.2. Saran

Dengan memperhatikan hasil dari penelitian ini, maka tentunya

masyarakat harus mampu menjaga dan merawat tanaman agar bermanfaat bagi

kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.

35
VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Onang Utara Kecamatan

Tubo Sendana Kabupaten Majene dengan luas lokasi kegiatan rehabilitasi hutan

dan lahan intensif yaitu 50 ha. Jumlah penduduk Desa Onang Utara sebanyak 318

kepala keluarga dengan jumlah penduduk keseluruhan 1.342 orang yang rata-rata

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, peternak, dan nelayan. Hasil

penelitian analisis tingkat keberhasilan tanaman reboisasi intensif pada kegiatan

rehabilitasi hutan dan lahan meliputi persen tumbuh tanaman, tinggi tanaman,

kriteria pemeliharaan tanaman dan tingkat keberhasilan tanaman. Analisis tingkat

keberhasilan tanaman reboisasi berdasarkan persen tumbuh tanaman didapatkan

persentase tumbuh tanaman yang rencana penanaman 1100 batang/ha, tumbuh

tanaman sebanyak 797 batang adalah 72,4%, berdasarkan tinggi tanaman sesuai

dengan hasil pengukuran rata-rata tinggi tanaman pada lokasi reboisasi desa

Onang Utara berkisar antara 27,73 cm – 29,28 cm. analisis tingkat keberhasilan

berdasarkan kriteria pemeliharaan, pada petak 1 didapatkan rata-rata persen tum-

buh 73,5%, keadaan tumbuhan bawah jarang dan kondisi tanah yang subur serta

memiliki intensitas yang berat. Analisis berdasarkan tingkat keberhasilan tanaman

di peroleh rata-rata persentase tumbuh tanaman sebesar 72,4%.

Dengan hasil ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan tanaman

reboisasi intensif pada kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di Desa Onang Utara

Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene merupakan kegiatan yang berhasil.

34
Tabel 6. Rata-rata Hasil Penilaian Pemeliharaan Tanaman.

No Persentase Rata-rata Rata-rata Rata-rata Intensitas

Petak Tumbuh Keadaan Tum- Kondisi Gangguan

(%) buhan Bawah Tanah Tanaman

1 73,5 Jarang Subur - Berat

2 71,4 Jarang Subur - Berat

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

Berdasarkan tabel, penilaian pemeliharaan tanaman rata-rata keadaan tum-

buhan bawah yang jarang dengan kondisi tanah subur serta memiliki intensitas

yang berat.

5.4. Tingkat Keberhasilan Tanaman.

Hasil penilaian tanaman di kelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan pe-

nanaman yang dilaksanakan di dalam kawasan hutan lindung. Hasil penilaian

keberhasilan tanaman direkapitulasi dan diklasifikasikan masing-masing tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian di desa Onang Utara maka tingkat keberhasilan

tanaman di peroleh rata-rata persentase tumbuh tanaman sebesar 72,4%. adapun

data tingkat keberhasilan tanaman dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 7. Tingkat Keberhasilan Tanaman Desa Onang Utara.

Lokasi Petak Luas (Ha) Presentase Kriteria


Tumbuh (%)

Onang Utara 1 25 73,5 Berhasil


2 25 71,4 Berhasil
Rata-rata 72,4 Berhasil
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

33
Tabel 5. Rata-rata Tinggi Tanaman Desa Onang Utara

Lokasi Petak Rata-Rata Tinggi Tanaman

Jati Kemiri

Onang Utara 1 27,73 28,29

2 29,28 -

Rata-rata 28,50 28,29

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018

5.3. Kriteria Pemeliharaan Tanaman

Penilaian tanaman dalam rangka penentuan intensitas pemeliharaan mem-

perhatikan kriteria pemeliharaan tanaman yang terdiri dari 4 kriteria yaitu persen

tumbuh tanaman, keadaan tumbuhan bawah, kondisi tanah dan gangguan tana-

man. Dalam skala kualitatif di penilaian tanaman keadaan tumbuhan bawah yang

di catat adalah jenis utama dan kerapatannya (jarang, sedang atau rapat), kondisi

tanah gembur (kurang gembur, kurus, berbatu) dan gangguan tanaman (ada/tidak

ada). Berdasarkan hasil penilaian tanaman pembuatan tanaman pada setiap petak

ukur masing-masing lokasi dapat dilihat pada tabel berikut.

32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Persen Tumbuh Tanaman

Persen tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan jumlah

tanaman yang ada pada suatu petak ukur dengan jumlah tanaman yang seharusnya

ada di dalam petak ukur bersangkutan. Berdasarkan hasil pengukuran penilaian

tanaman reboisasi murni, maka di peroleh data hasil persen tumbuh tanaman un-

tuk lokasi desa Onang Utara. Adapun rata-rata persen tumbuh tanaman di desa

Onang Utara yang rencana penanaman 1100 batang/ha, tumbuh tanaman sebanyak

797 batang. Dengan demikian rata-rata persen tumbuh tanaman adalah 72,4%.

5.2. Tinggi Tanaman

Kerataan tinggi tanaman adalah rata-rata tinggi tanaman yang diperoleh

dengan merata-ratakan tinggi masih-masing individu tanaman di bandingkan

jumlah tanamannya. Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata tinggi tanaman pada

lokasi reboisasi desa Onang Utara berkisar antara 27,73 cm – 29,28 cm. untuk

hasil keseluruhan tinggi tanaman setiap jenis tanaman perpetak dapat dilihat pada

tabel berikut.

31
- Gedung SMA/MA : - Unit

b. Tempat Ibadah

- Masjid : 5 Unit

- Mushollah : - Unit.

c. Olahraga

- Lapangan Sepak Bola :1

- Lapangan Bulu Tangkis :1

- Tennis Meja :1

- Lapangan Volly :5

- Lapangan Takraw :1

4.8. Agama

Berdasarkan kepercayaan, masyarakat di desa onang utara kecamatan tubo

sendana kabupaten majene memeluk agama islam 100%.

30
Table 4. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Onang Utara

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 PNS 20 5%

2 Petani 988 61 %

3 Nelayan 65 1%

4 Tukang Batu 10 1%

5 Tukang Kayu 12 1%

6 Peternak 95 12 %

7 Sopir 7 1%

8 Sukarela 15 3%

9 Wirausaha 15 3%

10 Lain – Lain 115 12 %

Jumlah 1342 100%

4.7. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dan sangat dibutuhkan

masyarakat karena sangat berhubungan dengan berbagai kehidupan baik jasmani

maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tentunya akan mem-

permudah serta memperlancar kegiatan yang dilakukan masyarakat. Berikut sara-

na dan prasarana di Desa Onang Utara.

a. Pendidikan

- Gedung TK : 1 Unit

- Gedung SD/MI : 1 Unit

- Gedung SMP/MTS : - Unit

29
penduduk tidak begeser dari sector primer ke industri, penerapan tehnologi pada

usaha Pertanian,Kerajinan dan sektor skunder belum berkembang. Karena dalam

pendataan terakhir mengindikasikan tidak adanya perkembangan ditingkat

ekonomi masyarakat dari 318 Kepala Keluarga yang ada, sebanyak 278 Kepala

Keluarga masih tergolong miskin (sumber data Jamkesmas dan Jamkesda) itupun

masih banyak kepala keluarga yang mengajukan Surat Keterangan Tidak Mampu

untuk mendapatkan rekomendasi pembebasan dari biaya di Rumah Sakit atau

untuk pendidikan anaknya. Dengan hal tersebut menunjukkan betapa masih

lemahnya kondisi ekonomi masyarakat karena disamping IPM masyarakatnya

masih rendah juga disebabkan sumber mata pencaharian dan anggkatan kerja

sangat rendah. Sebagai Rincian mata Pecaharian masyarakat di Desa Onang

Utara disajikan pada tabel berikut ini :

28
Adapun kondisi Sumber Daya Manusia secara umum menurut latar

belakang Pendidikan masih sangat rendah, kondisi tersebut rata-rata

disemua dusun yang ada, untuk lebih akuratnya kondisi potensi Sumber

Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh Desa Onang Utara dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3. Data Jumlah Penduduk Desa Onang Utara

JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH
KEPALA JENIS KELAMIN JUMLA
NO DUSUN
KELUARGA H
(KK) LAKI- PEREMP
LAKI UAN (Jiwa)

1. Labu-Labuang 66 130 149 279

2. Belalang Tengah 87 178 144 322

3 Belalang 56 113 127 240

4 Onang Labuang 57 112 152 264

5 Onang 52 105 132 237

Jumlah 318 638 704 1.342

Sumber : Hasil Sensus Penduduk Desa Onang Utara, 2018

4.6. Mata pencaharian

Dalam memenuhi kebutuhan, mata pencaharian masyarakat desa Onang

Utara pada umumnya petani, peternak, nelayan dan pedagang mengingat keadaan

wilayah desa Onang Utara adalah pegunungan, perbukitan, persawahaan serta

wilayah pemukiman penduduk sepanjang garis pantai

Desa Onang Utara kami analisa sebagai salah satu Desa Non swakarsa

bila melihat dari kondisi mata pencaharian masyarakat yaitu mata pencaharian

27
akan sangat mengharapkan bantuan Pemikiran dan bantuan Dana Anggaran yang

besar dalam setiap tahun untuk mengangkat harkat dan martabatnya dalam

kehidupan Sosial Kemasyarakatan untuk memenuhi seluruh kebutuhan agar Desa

ini menjadi pilar dan ikon kabupaten Majene sebagai Desa yang berhasil dalam

tatakelola pemerintahan Desa dimasa yang akan datang. Adapun potensi – potensi

sumber daya alam dan sumber daya manusia adalah sebagai berikut:

a) Sumber Daya Alam (SDA)

Potensi Sumber Daya Alam di Desa Onang Utara meliputi Sumber

Daya Alam non hayati yaitu Air, Laut, Udara dan bahan galian, sedangkan

Sumber Daya Alam hayati yaitu Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Flora dan

Fauna.

Sumber Daya air di Desa Onang Utara terdiri dari air tanah (aktifer)

termasuk mata air dan Air permukaan, berdasarkan atas besaran curah hujan

pertahun dan evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh terhadap air

meteorologis sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan.

b) Sumber Daya Manusia

Desa Onang Utara terdiri dari 5 (Lima) Dusun yaitu :

1. Dusun Labu-Labuang

2. Dusun Belalang Tengah

3. Dusun Belalang

4. Dusun Onang Labuang

5. Dusun Onang

26
terendah terjadi pada bulan Agustus 0,001 mm dan curah hujan tertinggi terjadi

pada bulan April-Juni 459,10 mm.

Dilokasi kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan terdapat 2 jenis tanaman di-

antaranya yaitu:

1. Kemiri

2. Jati

4.3. Aksesibilitas

Desa onang utara, secara letak administratif berada pada wilayah kecama-

tan Tubo Sendana. Lokasi desa Onang Utara dapat di tempuh sejauh 5 km dari ibu

kota kecamatan Tubo Sendana dengan menggunakan kendaraan roda 2 dan ken-

daraan roda 4.

4.4. Topografi

Lokasi Onang Utara untuk rata-rata kelerengan di kecamatan Tubo Sen-

dana termasuk dalam kategori agak curam, dengan kelerengan paling dominan

yakni 15 – 40 % dengan luas areal 40.156,78 Ha.

4.5. Keadaan Sosial

Dalam kehidupan Masyarakat Desa Onang Utara sebagai Desa yang baru

dimekarkan akan tetap mempertahankan budaya Gotong Royong, dengan kegiatan

kemasyarakatan seperti Jum’at Bersih dan lain-lain, disisi lain Desa Onang Utara

dengan segala keterbatasannya termasuk keterbatasan Sumber Daya Manusia

(SDM), keterbatasan Infrastruktur serta keterbatasan Anggaran tentu akan

menyebabkan kurang optimalnya masyarakat dalam mengelola Sumber Daya

Alam (SDA), sehingga Desa Onang Utara sebagai Desa yang baru dimekarkan

25
Kondisi iklim di Desa Onang Utara tidak jauh berbeda dengan dengan

kondisi iklim Desa lain yang ada di Kecamatan Tubo Sendana yaitu Musim

Kemarau yang berlangsung antara bulan April hingga September dan Musim

Hujan berlangsung antara bulan Oktober hingga Maret.

Adapun masaalah temperatur udaranya, Desa Onang Utara pada tahun

2018 berkisar antara 21,00 º c sampai 31,45 º c, dengan suhu maksimum terjadi

pada bulan Agustus dengan suhu 32,20 º c dan suhu minimum 20,50 º c terjadi

pada bulan April.

Kelembaban udara berkisar 76,12 % sampai 80,50 %, dengan kelembaban

udara maksimum terjadi pada bulan Juli dan Agustus berkisar sebesar 85,42 %

dan kelembaban udara minnimum tejadi pada bulan Nopember sampai Januari

sebesar 75,00 %.

Lamanya penyinaran matahari yang terjadi selama tahun 2018 rata-rata

65,66 %, lamanya penyinaran matahari maksimum terjadi pada bulan Agustus

87,12 % lamanya penyinaran matahari minimum tejadi pada bulan Januari,

pebruari, Nopember dan Desember sebesar 49,15 %

Kecepatan angin rata-rata yang terjadi selama tahun 2018 sebesar 210/8

knot, kecepatan maksimum terjadi pada bulan Agustus yaitu 272/10 knot,

sedangkan kecepatan minimum terjadi pada bulan Desember sebesar 125/8 knot.

Tekanan udara yang ditandai dengan dua musim yaitu musim kemarau dan

musim hujan berkisar antara 1.112,50 mbs sampai 1.119,60 mbs, sedangkan

keadaan curah hujan pada tahun 2018 sebesar 155,30 mm dengan curah hujan

24
IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Letak Wilayah

Desa Onang Utara merupakan salah satu Desa dari 7 Desa yang ada di

wilayah Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene, yang merupakan Desa

pemekaran dari Desa Onang . Sebelum mengalami Pemekaran Desa Onang Utara

ini di tahun 2005 merupakan gabungan dari Desa Onang.

Secara Georafis Desa Onang Utara terletak dibagian Selatan wilayah

Kecamatan Tubo Sendana dan dipesisir pantai selat Makassar dan sangat strategis

karena dilalui jalan poros trans Sulawesi yang menghubungkan beberapa Ibukota

Provinsi antara lain Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,

Sulawesi Barat, Sulawesi Utara dan Gorontalo, dengan batas-batas wilayah

Administrasi sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Bonde-Bonde

b. Sebelah Timur : Kecamatan Ulumanda

c. Sebelah Selatan : Desa Onang

d. Sebelah Barat : Selat Makassar

4.2. Geohidrologi dan Klimatologi Desa Onang Utara

Wilayah Desa Onang Utara diapit oleh Pengunungan dan Lautan yaitu

Gunung Ombo dan Lautan Selat Makassar sebagai batas wilayah dengan Desa

Kabiraan Kecamatan Ulumanda dan Selat Makassar sebagai batas wilayah dengan

Pulau kalimantan yang mana kedua Potensi alam tersebut harus dikembangkan

untuk dapat dimanfaatkan demi kelangsungan hidup masyarakat Desa.

23
Kerangka Pikir

Hutan
Hutan

Hutan
DAS

RHL

Luar Kawasan Di Dalam Kawasan


Hutan Hutan

Reboisasi

Reboisasi Intensif Reboisasi Pengkayaan

Evaluasi Tanaman
RHL

Evaluasi Tinggi Persentase Intensitas


Tanaman Tanaman Tumbuh Pemeliharaan

Tingkat Keberhasilan
Tanaman

Analisis Tingkat Keberhasilan Tanaman Reboisasi


Intensif Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Di Desa Onang Utara Kecamatan Tubo Sendana
Kabupaten Majene

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

22
3.6.3. Intensitas Pemeliharaan

Sebagai panduan untuk menentukan intensitas pemeliharaan per petak

pada evaluasi tanaman memperhatikan kriteria sebagai berikut :

Tabel 2. Intensitas Pemeliharaan

Kriteria
Intensitas Keadaan Ket
% Tumbuh Kondisi Gangguan
Pemeliharaan Tumbuhan
Tanaman Tanah Tanaman
Bawah
Ringan >90% Tidak ada – Gembur/ Tidak ada Kriteria
jarang Subur
Sedang 80-90% Sedang Kurang Ada
gembur
Berat <80% Lebat/ Rapat Kurus- Ada
berbatu
Sumber :

Penilaian tanaman dalam rangka penentuan intensitas pemeliharaan

memperhatikan kriteria pemeliharaan tanaman yang terdiri dari 4 kriteria yaitu

persen tumbuh tanaman, keadaan tumbuhan tambah, kondisi tanah, dan gangguan

tanaman. Dalam skala kualitatif di penilaian tanaman keadaan tumbuhan bawah

yang dicatat adalah jenis utama dan kerapatannya (jarang, sedang atau rapat),

kondisi tanah gembur (kurang gembur, kurus, berbatu) dan gangguan tanaman

(ada/tidak ada). Dari kriteria tersebut dapat ditentukan intensitas pemeliharaan

dalam kategori ringan, sedang, dan berat.

21
3.6. Analisis Data

3.6.1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman adalah rata-rata tinggi tanaman yang diperoleh dengan

merata-ratakan tinggi masing-masing individu tanaman dibandingkan dengan

jumlah tanamannya. Tinggi tanaman didapatkan dengan mengukur tanaman

dalam plot yang sebelumnya telah ditetapkan dan termasuk dalam areal kawasan

rehabilitasi satu persatu setiap tinggi tanaman kemudian di tulis dalam tally sheet

yang telah disiapkan sebagai acuan atau dasar untuk melakukan pengukuran

tinggi tanaman rata-rata.

3.6.2. Persentase Tumbuh Tanaman

Persentase tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan jumlah

tanaman yang seharusnya ada di dalam suatu petak contoh yang dinilai. Adapun

rumus yang digunakan adalah :

T = ( ∑ hi/ni ) x 100%

= ( h1 + h2 + h3 ...+ hn ) / (n1 + n2 + n3 ... + nn) x 100%

Dimana =

T = Persen (%) Tumbuh Tanaman

hi = Jumlah tanaman hidup yang terdapat pada petak contoh ke- i


ni = Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak contoh ke- i
Penilaian tanaman di dalam kawasan hutan dilaksanakan dalm hamparan lahan

dengan satuan luas (Ha) dinilai keberhasilannya sebagai berikut:

Persentase tumbuh tanaman dinyatakan berhasil apabila ≥70% dan dinyatakan

kurang berhasil apabila ≤70%.

20
Tabel 1
CONTOH TALLY SHEET PENILAIAN TANAMAN
Propinsi : Nama KT :
Kabupaten : Jml Anggota :
Kecamatan : LSM :
Desa :
No. Petak Contoh :
Petak/Lokasi: Intensitas Sampling : 5 %
DAS/Sub DAS : Koordinat :
Kegiatan :
Luas (ha) :

Kondisi Tanaman
No. Jenis Tinggi
Kurang Ket.
Tanaman Sehat Merana
Tanaman Sehat (cm)
(S) (M)
(KS)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

....

Dst

Total

Sumber :

19
penelitian, luas areal, serta data yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti.

3.5. Pengumpulan Data

Unit penilaian tanaman adalah petak tanaman ( ± 25 ha di dalam

kawasan hutan) atau lokasi tanaman setiap kelompok hamparan lahan (± 25 ha

di luar kawasan hutan) sesuai dengan unit rancangan. Pengukuran Luas

Tanaman. Pengukuran luas tanaman dilakukan terhadap realisasi luas tanaman

yang dinyatakan dalam luas areal yang ditanam dalam satuan Ha dan

dibandingkan terhadap rencana luas tanaman sesuai rancangan. Pengukuran luas

tanaman dilakukan dengan cara memetakan petak hasil penanaman

menggunakan GPS. Hasil pengukuran luas tanaman dituangkan dalam peta

dengan skala 1:10.000, dan dihitung luasnya.

Data dan informasi petak tanaman di kumpulkan yaitu areal dalam

kawasan hutan. Wilayah administratif pemerintahan (provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan, desa), nama DAS/Sub DAS, luas, fungsi kawasan hutan, nama

register blok dan petak tanaman.

Data yang dicatat dan diukur pada setiap petak contoh meliputi data

tanaman (jenis tanaman, jumlah tanaman yang hidup, tinggi tanaman dan

kesehatan tanaman) dan data penunjang (fisiografi lahan, keadaan tumbuhan

bawah, kondisi tanah dan gangguan tanaman).

Data tanaman yang hidup pada setiap petak contoh dicatat pada tally sheet

dan selanjutnya direkapitulasi sebagaimana pada Tabel 1.

18
Gambar 1. Peta Plot Dalam Petak Penanaman

g) Untuk memudahkan pemeriksaan ulang (re-checking) hasil penilaian

tanaman, di lapangan diberi tanda berupa patok pengenal pada semua titik

sumbu petak contoh.

3.4. Jenis Data

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung di

lapangan yaitu data mengenai; tinggi tanaman, persentase tumbuh tanaman dan

intensitas pemeliharaan tanaman yang ada di Desa Onang Utara Kecamatan

Tubo Sendana Kabupaten Majene yang menjadi lokasi reboisasi pada kegiatan

rehabilitasi hutan dan lahan.

b) Data Sekunder

Data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait demi mendukung data

primer. Data sekunder yang di kumpulkan meliputi keadaan umum lokasi

17
Sebagai panduan dalam pembuatan petak contoh pelaksanaan penilaian

tanaman perlu dibuat diagram skema penarikan contoh petak tanaman yang

dipetakan dengan skala 1 : 5.000 s/d 1 : 10.000. Diagram skema tersebut

mencantumkan koordinat geografis titik ikat yang mudah ditemukan di

lapangan. Pembuatan diagram skema penarikan contoh petak tanaman sebagai

berikut:

a) Siapkan peta hasil pengukuran luas tanaman skala 1 : 5.000 s/d 1 : 10.000.

b) Tentukan pada peta tersebut titik petak contoh pertama secara acak.

c) Buat garis transek melalui titik petak contoh pertama tersebut, yaitu garis

vertikal dan garis horisontal yang berpotongan pada titik petak contoh

pertama tersebut. Garis vertikal memotong tegak lurus larikan tanaman

dan garis horisontal sejajar larikan tanaman.

d) Buat garis transek berikutnya secara sistematik terhadap garis transek

pertama dengan jarak antar garis vertikal 2 cm dan jarak antar garis

horisontal 1 cm.

e) Buat petak contoh ukuran 4 x 2,5 mm pasda garis transek tersebut dengan

titik potong garis transek sebagai titik pusatnya, sehingga penyebaran letak

petak contoh tersebut dapat mewakili seluruh areal tanaman yang dinilai.

f) Untuk jelasnya sebagaimana pada gambar dibawah ini:

16
secara acak dan petak contoh selanjutnya dibuat secara sistematik. Intensitas

Sampling (IS) 5 % yaitu, dengan menempatkan petak contoh seluas 0,1 ha,

berbentuk persegi panjang (40 m x 25 m). Jarak antar titik pusat petak contoh

adalah 100 m arah Utara – Selatan dan 200 meter arah Barat – Timur. Untuk

memperoleh kualitas hasil pengukuran, jarak antar contoh terluar dengan batas

tanaman ditentukan minimum 50 m dan maksimum 100 m. Dengan demikian

hasil sampling yang didapatkan akan mampu memenuhi azas keterwakilan

dengan Intensitas Sampling (IS) sebesar 5 %.

Adapun rumus yang digunakan dalam penentuan sampel adalah sebagai

berikut:

IS = n/N x 100%

Dimana :

IS = Intensitas Sampling

n = Jumlah Sampel (Plot)

N = Luas Areal

Dengan demikian penentuan jumlah sampel di uraikan sebagai berikut:

IS = n/50 x 100 %

n = 50 x 5 %

= 2.5 ha

Jadi Jumlah Plot 2,5/0,1 = 25. Sehingga, jumlah sampel atau plot dalam penelitian

ini adalah sebanyak 25 plot.

15
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di Desa Onang Utara Kecamatan Tubo

Sendana Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Lokasi dipilih atas dasar

pertimbangan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa lokasi

tersebut merupakan areal bagi kegiatan Rehabilitasi Hutan Lahan yang telah

dilaksanakan.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode Systematic Sampling With

Random Start yang dilakukan melalui tekhnik sampling. Yaitu petak contoh

pertama dibuat secara sengaja dan petak contoh selanjutnya dibuat secara

sistematik.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas

atau tidak terbatas. Maksud terbatas dalam hal ini adalah suatu obyek atau

individu yang dapat diukur atau diketahui dengan jelas jumlah maupun batasnya.

Sedangkan tidak terbatas adalah suatu individu maupun obyek yang sulit

diketahui jumlahnya walaupun batas wilayahnya diketahui. Dalam penelitian ini

yang dijadikan populasi adalah seluruh satuan lahan areal lokasi penelitian yaitu

seluas 50 Ha.

Penilaian tanaman dilakukan melalui teknik sampling dengan metode

Systematic Sampling With Random Start, yaitu petak contoh pertama dibuat

14
produksi dapat mengembangkan penanaman satu jenis. (Peraturan Direktur

Jenderal NOMOR P.8/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016)

13
Berdasarkan kondisi kerapatan tegakan awal, maka reboisasi dibedakan

menjadi 2 (dua) kegiatan yaitu penanaman intensif dan pengayaan tanaman.

Penanaman intensif ditujukan untuk lokasi yang populasi tegakan/anakan paling

banyak 200 batang per ha, sedangkan pengayaan tanaman untuk menambah

populasi pada hutan yang memiliki tegakan awal berupa anakan, pancang, tiang,

dan pohon sejumlah 200-400 batang per Ha, dan apabila populasi lebih besar dari

400 batang per ha cukup diadakan pengamanan sehingga diharapkan akan

menjadi hutan kembali secara suksesi alami. Reboisasi dilaksanakan pada LMU

Terpilih yang terbagi menjadi 2 (dua) prioritas yaitu Prioritas I dan Prioritas II.

Prioritas I merupakan LMU terpilih kategori Kritis-Sangat Kritis menurut Peta

RTk RHL DAS dan lahan kritis mikro/sasaran tanaman RHL dengan luasan

kurang dari 25 Ha yang ditetapkan dalam RP RHL dengan kondisi lahan terbuka

dengan topografi bergunung. Sementara Prioritas II yaitu LMU terpilih kategori

Agak Kritis menurut Peta RTk RHL DAS dan lahan kritis mikro/sasaran tanaman

RHL dengan luasan kurang dari 25 Ha yang ditetapkan dalam RP RHL dengan

kondisi lahan identik dengan hutan sekunder atau kebun campuran dengan

topografi landai sampai bergelombang. Persyaratan umum lokasi kegiatan

rehabilitasi hutan dilaksanakan pada hutan konservasi, hutan lindung dan hutan

produksi yang tidak dibebani hak atau tidak dalam proses perijinan/pencadangan

areal untuk Hutan Tanaman Industri (HTI)/Hutan Tanaman Rakyat (HTR).

Rehabilitasi kawasan hutan konservasi maupun hutan lindung dilakukan dengan

menanam berbagai jenis. Hal ini dimaksudkan agar fungsi konservasi atau fungsi

lindung dapat tercapai secara optimal. Sedangkan rehabilitasi kawasan hutan

12
reboisasi adalah membangun hutan baru atau penanaman kembali kawasan hutan

bekas tebangan maupun lahan-lahan kosong yang terdapat di dalam kawasan

hutan. Reboisasi adalah penanaman kembali hutan yang telah gundul atau tandus,

tindakan reboisasi ini untuk menanami hutan yang gundul akibat di tebang atau

akibat bencana alam. Tujuan dari reboisasi ini yaitu untuk meningkatkan kualitas

hidup makhluk hidup khususnya manusia melalui kualitas peningkatan sumber

daya alam. Dengan kembalinya fungsi hutan maka dapat menghindarkan

lingkungan hidup dari polusi udara, kembalinya ekosistem dan dengan reboisasi

dapat menanggulangi global warming. Reboisasi hanya dilakukan di hutan atau

lahan yang kosong atau gundul, tentunya hutan yang dimaksud adalah hutan yang

telah ditentukan oleh peraturan. Dengan demikian, membuat hutan yang baru pada

area bekas tebang habis, bekas tebang pilih, lahan gundul ataupun pada lahan

kosong lainnya yang terdapat di dalam kawasan hutan itu termasuk kedalam

reboisasi. Reboisasi sangat erat hubungannya dengan kata penghijauan, dengan

menggalakkan penghijauan maka lingkungan sekitar tempat tinggal akan terasa

lebih sejuk, ketersediaan air tanah akan terjamin dan dapat meningkatnya

kesuburan tanah. selain itu reboisasi juga dapat menurunkan pemanasan global

atau global warming. Bandingkan saja jika pegunungan atau hutan tandus, pinggir

jalan raya tanpa kerindangan pepohonan hijau, tentu saja lingkungan akan terasa

panas, air tanah-pun untuk kebutuhan pertanian akan menjadi terbatas, dan juga

akan menimbulkan rusaknya ekosistem hutan yang dihuni oleh berbagai macam

hewan.

11
atau generasi penerus bangsa kita wajib menjaga serta melestarikan alam kita.

salah satunya dengan reboisasi atau penanaman kembali. Reboi (bahasa Inggris:

reforestation) adalah penanaman kembali hutan yang telah ditebang (tandus,

gundul). Jadi secara umum Reboisasi adalah Upaya penanaman jenis pohon hutan

pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang atau semak

belukar untuk mengembalikan fungsi hutan (PP 35/2002). Kegiatan penanaman

atau permudaan pohon-pohon dan/atau jenis tanaman lain dan berbagai kegiatan

penunjang di dalam kawasan hutan (hutan negara) dan areal lain yang berdasarkan

rencana tata ruang atau tata guna hutan diperuntukkan sebagai hutan (hutan tetap)

(Kepmenhut 797/Kpts-II/1998). untuk memulihkan kembali dan meningkatkan

produktivitas kawasan hutan yang kondisinya rusak, kosong dan kritis serta tidak

produktif dengan cara menanam pohon-pohon agar dapat berfungsi secara optimal

sebagai unsur pengatur tata air serta sebagai perlindungan alam lingkungan

(Kepmenhutbun 778/Menhutbun-V/1998). Permudaan hutan di dalam kawasan

hutan yang dilakukan menurut berbagai sistem silvikultur yang berlaku

(Kepdirjen RRL 16/Kpts/V/1997).

Reboisasi merupakan kegiatan penghutanan kembali kawasan hutan bekas

tebangan maupun lahan-lahan kosong yang terdapat di dalam kawasan hutan

(Manan, 1978). Reboisasi meliputi kegiatan permudaan pohon, penanaman jenis

pohon lainnya di area hutan negara dan area lain sesuai rencana tata guna lahan

yang diperuntukkan sebagai hutan. Dengan demikian, membangun hutan baru

pada area bekas tebang habis, bekas tebang pilih, atau pada lahan kosong lain

yang terdapat di dalam kawasan hutan termasuk reboisasi (Kadri dkk, 1992). Jadi,

10
Reboisasi atau rehabilitasi hutan didefinisikan sebagai kegiatan menanam pohon

yang dilaksanakan di dalam kawasan hutan, sedangkan penghijauan atau

rehabilitasi lahan berkenaan dengan penanaman pohon yang dilaksanakan di lahan

hak milik masyarakat di luar kawasan hutan.

Rehabilitasi lahan merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan

kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara

optimal baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai

unsur perlindungan alam dan lingkungannya (Wahono, 2002 : 3). Menurut

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, Rehabilitasi Hutan

dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatan

fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya

dalam mendukung sistem keidupan tetap terjaga.

Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan diselengaarakan melalui kegiatan

Reboisasi dan Penghijauan Kegiatan reboisasi dan penghijauan pada umunya

dilakukan pada tanah kritis dan areal bekas pembalakan. Kedua kegiatan tersebut

memerlukan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas baik. Kegiatan reboisasi

dilakukan berdasarkan dua jenis kegiatan yaitu; Reboisasi Intensif dan Reboisasi

Pengayaan. Terkait dengan hal tersebut, maka kegiatan ini dilakukan termasuk

reboisasi murni/penanaman intensif yang dilakukan dalam kawasan hutan

lindung.

Reboisasi adalah suatu bentuk kepedulian kita terhadap alam, alam yang

seluas ini apabila tidak dijaga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya maka suatu saat

akan mengalami banyak permasalahan terhadap alam ini. Sebagai generasi muda

9
menghasilkan hasil air (water yield) untuk kepentingan pertanian, kehutanan,

perkebunan, peternakan, perikanan dan masyrakat berupa air minum, industri,

irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya (Puspaningsih, 1997).

Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan

timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala

aktifitasnya, tujuannya membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta

meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan

(Departemen Kehutanan, 2006). Tujuan utama pengelolaan DAS adalah

meresapkan air hujan sebanyak-banyaknya, memperkecil aliran permukaan dan

mengendalikan erosi tanah.

2.2. Rehabilitasi Hutan Dan Lahan

Rehabilitasi lahan adalah kegiatan yang secara sengaja ditujukan untuk

regenerasi pohon, baik secara alami dan atau buatan, pada padang rumput, semak

belukar, atau wilayah tandus yang dulunya merupakan hutan, dengan tujuan untuk

meningkatkan produktifitas, penghidupan masyarakat, dan atau manfaat jasa

lingkungan (Tim CIFOR 2003 dalam Nawir et all, 2008). Sedangkan menurut

Permenhut Nomor P.70/Menhut-II/2008, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)

adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam

mendukung penyangga kehidupan tetap terjaga. Rehabilitasi hutan dan lahan

merupakan upaya pengembangan fungsi sumberdaya hutan dan lahan, baik fungsi

produksi maupun fungsi lindung dan konservasi. Menurut Kementerian

Kehutanan, rehabilitasi terdiri atas dua kategori yaitu reboisasi dan penghijauan.

8
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara

topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan

menyimpan air hujan untuk kemudian disalukan ke laut melalui sungai utama.

Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment area)

merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam

(air, tanah dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya

alam. DAS terbagi ke dalam tiga bagian yaitu: bagian hulu, tengah dan bagian

hilir. Ekosistem bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur

air, ekosistem bagian tengah merupakan pembagi dan pengatur air, sedangkan

ekosistem bagian hilir merupakan daerah pemakai air. Hubungan antara ekosistem

tersebut menjadikan DAS sebagai satu kesatuan fungsi hidrologis. Wilayah DAS

bisa meliputi berbagai wilayah administratif, misalnya antar desa, kecamatan,

kabupaten, propinsi bahkan dapat meliputi antar negara yang mempunyai

keterkaitan biogeofisik melalui daur hidrologi (Asdak, 2004).

Manan (1979) mengatakan bahwa DAS merupakan suatu ekosistem yang

di dalamnya terdiri dari kondisi fisik, biologi dan manusia yang satu sama lain

saling berhubungan erat membentuk keseimbangan. Untuk menjaga

keseimbangan ekosistem dan dapat menopang kehidupan manusia secara terus

menerus, maka diperlukan pengelolaan DAS yang baik, pengelolaan sumberdaya

alam yang baik juga (renewable) seperti tanah, air dan vegetasi dengan tujuan

untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS, agar dapat

7
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

Mengetahui keberhasilan persen tumbuh tanaman rehabilitasi hutan dan lahan di

Desa Onang Utara Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

a) Sebagai bahan masukan agar tetap menjaga kelesatrian hutan dan lahan

b) Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk yang berdomisili di

Desa Onang Utara Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten Majene.

c) Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menulis skripsi.

d) Sebagai bahan pembanding bagi penulis lain untuk meneliti masalah yang

sama pada waktu dan daerah yang berbeda.

6
yang tidak sedikit. Konsekuensi dari kompleksitas tersebut adalah rumitnya

manajerial serta tingginya risiko kegagalan pencapaian tujuan RHL. Dalam upaya

mengetahui tingkat keberhasilan RHL, menekan risiko kegagalan atau

meningkatkan tingkat keberhasilan, maka diperlukan berbagai proses tindakan

manajemen salah satunya adalah evaluasi RHL. Karakteristik kegiatan yang

kompleks mengakibatkan proses evaluasi RHL perlu dilakukan dengan cermat,

sistematis, dan menyeluruh. Evaluasi RHL yang sudah pernah dilakukan sampai

saat ini masih terfokus pada pertanggungjawaban kegiatan, hanya menggunakan

ukuran persentase hidup tanaman, tinggi pohon, dan tingkat kesehatan tanaman

hasil RHL, yang belum cukup untuk mengevaluasi secara total tingkat

keberhasilan RHL sebagai sebuah sistem. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan

RHL sebagai sebuah sistem, maka diperlukan penelitian yang lebih mendalam dan

menyeluruh dengan kriteria dan indikator yang lebih lengkap, mencakup seluruh

sistem RHL.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah dari penelitian ini

adalah bagaimana keberhasilan persentase pertumbuhan tanaman rehabilitasi

hutan dan lahan di Desa Onang Utara Kecamatan Tubo Sendana Kabupaten

Majene ?

5
membangkitkan rasa tanggung jawab dan tindakan untuk kelestarian hutan. Untuk

menanggulangi hal tersebut Perlu dilakukan upaya pemilih an dan peningkatan

kemampuan fungsi hutan, khususnya dikawasan hutan lindung dan hutan

produksi. Degradasi hutan yang terjadi serta banyaknya lahan kritis memberikan

berbagai macam efek buruk, sehingga diperlukan upaya rehabilitasi hutan dan

lahan untuk menekan degradasi hutan dan memperbaiki lahan kritis tersebut

(Brown, 1994). Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat RHL

adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam

mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi

Hutan dan Lahan (RHL) bertujuan pulihnya kondisi hutan dan lahan sehingga

dapat berfungsi kembali secara normal dan lestari sebagai sistem penyangga

kehidupan. Dalam kegiatan RHL ini tentunya salah satu yang di kerjakan adalah

kegiatan reboisasi. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah reboisasi

intensif.

Kegiatan reboisasi intensif didalam kawasan lindung, dilakukan untuk

memulihkan, mempertahankan peningkatan fungsi hutan dan lahan, sehingga

kawasan hutan dan lahan yang di maksud dapat berfungsi sebagai perlindungan

daerah aliran sungai (DAS), mencegah terjadinya bencana banjir, tanah longsor,

erosi dan sekaligus untuk mendukung produktifitas sumberdaya hutan dan lahan

serta melestarikan keanekaragaman hayati. RHL merupakan program yang

kompleks, karena menyangkut berbagai aspek, memerlukan jangka waktu yang

lama (multiyears), melibatkan berbagai pihak, serta menggunakan sumber daya

4
70.181.762 Ha yang terdiri dari 24.303.294 Ha kategori Sangat Kritis sampai

dengan Kritis dan 45.878.468 Ha kategori Agak Kritis. Kerusakan hutan dan

lahan sudah tersebar di semua fungsi kawasan sehingga menjadi ancaman yang

cukup serius bagi daya dukung DAS baik fungsinya sebagai penyangga kehidupan

maupun peran hidroorologis DAS. Indikator adanya degradasi fungsi DAS

ditunjukkan dengan meningkatnya bencana alam banjir, longsor dan kekeringan

yang melanda di sebagian besar wilayah Indonesia pada dekade ini. Dalam upaya

mengendalikan laju kerusakan hutan dan lahan tersebut Pemerintah telah

menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi

dan Reklamasi Hutan yang mengatur penyelenggaraan rehabilitasi serta reklamasi

hutan pada semua fungsi hutan serta areal penggunaan lain, pembagian

kewenangan dan kewajiban bagi pemerintah, pemerintah daerah serta pemegang

ijin kawasan untuk melakukan penyelenggaraan RHL yang mencakup

perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian. Kewajiban melakukan RHL

pada lahan kritis di semua fungsi kawasan mengharuskan pemerintah, pemerintah

daerah serta pemegang ijin kawasan mengalokasikan kegiatan RHL dari berbagai

sumber anggaran dengan berpedoman pada ketentuan PP Nomor 76 Tahun 2008

ini.

Terjadinya degradasi hutan di Daerah Aliran Sungai terutama dibagian hulu

telah menimbulkan berbagai dampak negative seperti, terjadinya banjir,

kekeringan, tanah longsor dan sebagainya. Akar penyebabnya antara lain diawali

oleh kurangnya pemahaman dan atau kepedulian berbagai pihak terhadap fungsi

hutan dan penerimaan manfaat oleh masyarakat setempat sehingga tidak mampu

3
sayur- sayuran atau padi- padian yang hidup bertahun- tahun , jadi tentu berbeda

dengan sayur- sayuran atau padi-padian semusim saja. Pohon juga berbeda karena

sangat mencolok, memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang

dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang sangat jelas, Suatu kumpulan pepohonan

dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas

setempat, yang berbeda daripada daerah luarnya. Jika kita berada di hutan hujan

tropis, rasanya seperti masuk kedalam ruangan sauna yang hangat dan lembab,

yang berbeda daripada daerah perlandangan sekitarnya. Pemandangan pun

berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-

kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian- bagian penyusun

yang tidak hanya menyimpan sumber daya alam berupa kayu, tetapi masih banyak

potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui

budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan.

Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti

penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan

peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.

Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan

yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat tumbuhnya berjuta

tanaman.

Kerusakan fungsi hutan dan lahan yang diidentifikasi sebagai lahan kritis di

Indonesia berdasarkan Penetapan Peta dan Data Hutan dan Lahan Kritis Tahun

2013 yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Nomor SK.4/VDAS/2015 seluas

2
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan alam di negara kita yang

merupakan penghasil devisa. Hutan mampu memberikan manfaat yang

beranekaragam bagi kehidupan manusia. Karena hutan memiliki manfaat yang

sedemikian besarnya, maka manusia perlu mengelola hutan agar dapat

memberikan manfaat semaksimal mungkin.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,

hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya

hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang

satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan fungsinya hutan dibagi

menjadi tiga yaitu; hutan Produksi, hutan Konservasi dan hutan Lindung.

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan

dan tumbuhan lainnya. Kawasan- kawasan semacam ini terdapat di wilayah-

wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida

(carbon dioxide sink ), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari

tanah , dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting. Hutan

adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan

hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin. Di dataran rendah

maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan

suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan

berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon itu sendiri adalah

tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun- tahun, jadi berbeda dengan

1
Dokumentasi penelitian
RIWAYAT HIDUP

Arvin arif (appink), Lahir di Kabiraan, Kecamatan

Ulumanda, Kabupaten Majene pada tanggal 19 agustus 1993,

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan

Ayahanda Muhammad Arif dan Ibunda Lilis Suryani. Penulis

memulai pendidikan Pada Sekolah Dasar (SD) Negeri 13 Kabiraan pada tahun

1999 dan tamat pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama Penulis

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Malunda

dan tamat pada tahun 2008. Selanjutnya pada tahun yang sama pula penulis

melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Mamuju dan tamat pada

tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan studi kesalah satu perguruan

tinggi di Makassar, yakni Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH)

dan terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kehutanan (S1) Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar dan tamat pada tahun 2019. Sekian Billahi

Taufiq walhidayah.

You might also like