Makala H
Makala H
Makala H
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta a’la yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam terlimpah curahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam beserta para sahabat, keluarga serta
umatnya terbaik sepanjang zaman.
Makalah yang berjudul “PEMBIAYAAN DENGAN SISTEM JASA /
IJARAH” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Pembiayaan Bank Syariah.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini, tidak luput dari
dari bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
kekurangan karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa, untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
kemajuan penyusunan makalah yang akan datang. Akhir kata, penyusun berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kemajuan pembaca terutama
penyusun.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................7
LANDASAN TEORI...................................................................................................7
2.1. Pengertian Ijarah.......................................................................................7
2.2. Landasan Hukum......................................................................................7
2.3. Rukun Ijarah.............................................................................................8
2.4. Syarat ijarah..............................................................................................9
2.5. Skema transaksi Ijarah..............................................................................9
2.6. Jenis Akad Ijarah....................................................................................10
2.7. Sifat Akad Ijârah....................................................................................11
2.8. Pembagian Akad Ijârah..........................................................................12
2.9. Penentuan Ujroh.....................................................................................12
2.10. Model Pembayaran Akad Ijârah...........................................................13
2.11. Berakhirnya Akad Ijârah.......................................................................14
BAB IV......................................................................................................................15
PEMBAHASAN........................................................................................................15
4.1. Implementasi Akad Ijarah.......................................................................15
1. Ijarah......................................................................................................15
2. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT).................................................17
BAB V........................................................................................................................23
PENUTUP..................................................................................................................23
5.1. Kesimpulan............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rifki Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Konsep dan implementasi PSAK Syariah), P3EI,
Yogyakarta, 2008, hlm. 357
2
Rumah Makalah, Pembiyaan Ijarah dan IMBT diambil dari
http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/08/pembiayaan-ijarah-dan-imbt/, pada tanggal 2 maret
20013 pukul 06:10 wib
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah
seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.”
Hadits
Diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah bersabda :
“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada
tukang bekam itu” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.
Ascarya, Akad dan Produk Syari’ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2007, hal.99.
2.4. Syarat ijarah
Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum
Islam, sebagai berikut :
a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut
harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab
pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat memberi manfaat
kepada penyewa.
c. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti.
d. memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam
periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.
2.5. Skema transaksi Ijarah4
Penjelasan
1. Transaksi ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun
perbedaan terletak pada objek transaksinya adalah barang maka, pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.
2. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah
4
. Rifki Muhammad, loc. cit
dikenal dengan al-ijarah muntahiyah bit-tamlik ( sewa yang diikuti
dengan perpindahan kepemilikan).
3. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank
dengan nasabah.
5
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, cet ke-3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 99.
6
Yazid Afandi, “FIQH MUAMALAH DAN IMLEMENTASINYA DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH”,
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm. 187-188.
7
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm. 99.
jasa dari mu’jir.8 Misalnya, yang mengikat bersifat pribadi adalah
menggaji seorang pembantu rumah tangga, sedangkan yang bersifat
serikat, yaitu sekelompok orang yang menjual jasanya untuk kepentingan
orang banyak. (Seperti; buruh bangunan, tukang jahit, buruh pabrik, dan
tukang sepatu.9
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa
perbankan syari’ah, sedangkan ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai
bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syari’ah. Selain dua jenis
pembagian di atas, dalam akad ijarah juga ada yang dikenal dengan
namanya akad al-ijarah muntahiya bit tamlik (sewa beli), yaitu transaksi
sewa beli dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa
di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan
objek sewa.10
Dalam akad ini musta’jir sama-sama dapat mempergunakan obyek
sewa untuk selamanya. Akan tetapi keduanya terdapat perbedaan.
Perbedaan tersebut ada dalam akad yang dilakukan di awal perjanjian.
Karena akad ini sejenis perpaduan antara akad jual beli dan akad sewa,
atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan penyewa
atas barang yang disewa melalui akad yang dilaksanakan kedua belah
pihak.11
8
Yazid Afandi, “FIQH MUAMALAH DAN IMLEMENTASINYA DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH”, hlm.
188.
9
Abdul Aziz Dahlan, dkk, “Ensiklopedi Hukum Islam”, hlm. 662-663.
10
Ibid, hlm. 100
11
Yazid Afandi, Loc. cit.
berpendapat bahwa akad ijârah mengikat, kecuali terdapat cacat pada objek
sewa dan atau objek sewa tidak boleh dimanfaatkan.12
12
Haroen. 2000. Fiqh Muamalah. hal 236
13
Al-Zuhaili. 2002. Al-fiqh al-mu’âmalat al-mâliyah...Juz 5. hal 75 dan Abdullah ‘Alwi Haji Hasan.
1997. Sales and Contract in Early Islamic Commercial Law. New Delhi : Nusrat Ali Nasri for Kitab Bhavan.
hal 155 - 156
Dalam hal ujroh yang ditarik dari Rahn Emas, berdasarkan fatwa
Fatwa nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas bahwa besaran
ongkos yang dibebankan kepada nasabah harus didasarkan pada pengeluaran
yang nyata-nyata diperlukan untuk operasional Rahn Emas. Salah satu
komponen ongkos tersebut adalah ongkos yang dibebankan atas dasar tempat
penyimpananmarhun yang dilakukan berdasarkan akad ijârah.
14
Adiwarman Azwar Karim. 2006. Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan. Ed 3. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. hal 141
mengikuti kepemilikan manfaat objek sewa, sedang kepemilikan manfaat
objek sewa mengikuti perjalanan waktu.
Menetapkan penyerahan objek sewa dapat mengikuti perkembangan
masa (waktu per waktu), namun hal tersebut sangat susah diterapkan, oleh
sebab itu ditetapkan bahwa pembayaran sewa adalah mengikuti hari atau
mengikuti peringkat. Metode tersebut didasari pada dalil istihsân.15
15
Al-Zuhaili. 2004. Al-fiqh al-islâmi ... Juz 5. hal 3839-3840
16
Ibid. hal 3862-3863
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Ijarah
Menurut surat edaran No. 10/14/DPBS yang dikeluarkan Bank
Indonesia tertanggal 17 Maret 2008, dalam memberikan pembiayaan ijarah
Bank Syari’ah atau Unit Usaha Syariah (UUS) harus memenuhi langkah
berikut ini :
a. Bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang mempunyai hak
penguasaan atas objek sewa baik berupa barang atau jasa, yang
menyewakan objek sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan,
b. Barang dalam transaksi ijarah adalah barang bergerak atau tidak bergerak
yang dapat diambil manfaat sewanya,
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
pembiayaan atas dasar ijarah, serta hak dan kewajiban nasabah
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah,
17
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm. 209.
d. Bank wajib melakukan analisis atas rencana pembiayaan atas dasar ijarah
kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa
atas karakter dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas
usaha, keuangan dan/atau prospek usaha,
e. Objek sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi secara spesifik dan
dinyatakan dengan jelas termasuk besarnya nilai sewa dan jangka
waktunya,
f. Bank sebagai pihak yang menyediakan objek sewa, wajib menjamin
pemenuhan kualitas maupun kuantitas objek sewa serta ketepatan waktu
penyediaan objek sewa sesuai kesepakatan,
g. Bank wajib menyediakan dan untuk merealisasikan penyediaan objek
sewa yang dipesan nasabah,
h. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk
perjanjian tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar ijarah,
i. Pembayaran sewa dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun
sekaligus,
j. Pembayaran sewa tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun
dalam bentuk pembebasan utang,
k. Bank dapat meminta nasabah untuk menjaga keutuhan objek sewa, dan
menanggung biaya pemeliharaan objek sewa sesuai dengan kesepakatan
dimana uraian pemeliharaan yang bersifat material dan structural harus
dituangkan dalam akad, dan Bank tidak dapat meminta nasabah untuk
bertanggungjawab atas kerusakan objek sewa yang terjadi bukan karena
pelanggaran akad atau kelalaian nasabah.
18
Ibid.
b. Wa’ad antara bank dan nasabah untuk menyewa barang dengan harga
sewa dan waktu sewa yang disepakati,
c. Bank Syari’ah mencari barang yang diinginkan untuk disewa oleh
nasabah,
d. Bank syari’ah menyewa barang tersebut dari pemilik barang,
e. Bank syari’ah membayar sewa di muka secara penuh,
f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syari’ah,
g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa,
h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran,
i. Barang diserahterimakan dari bank syari’ah kepada nasabah, dan
j. Pada akhir periode, barang diserahterimakan kembali dari nasabah ke bank
syari’ah, yang selanjutnya akan diserahterimakan ke pemilik barang.
19
Abdul Ghofur Anshori, “Hukum Perjanjian Islam di Indonesia”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2010), hlm. 79
perbedaan IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat barang dimaksud
terlebih dahulu melalui akad sewa (ijarah), sebelum transaksi jual beli
dilakukan.
Secara teknis, implementasi IMBT juga diatur dalam Surat Edaran
Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPBS pada tanggal 17 Maret 2008 yaitu :
a. Bank sebagai pemilik objek sewa juga bertindak sebagai pemberi janji
(wa`ad) untuk memberikan opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak
penguasaan objek sewa kepada nasabah penyewa sesuai kesepakatan,
b. Bank hanya dapat memberikan janji (wa`ad) untuk mengalihkan
kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa setelah objek sewa
secara prinsip dimiliki oleh bank,
c. Bank dan nasabah harus menuangkan kesepakatan adanya opsi pengalihan
kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa dalam bentuk tertulis,
d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa
dapat dilakukan setelah masa sewa disepakati selesai oleh Bank dan
nasabah penyewa, dan
e. Dalam hal nasabah penyewa mengambil opsi pengalihan kepemilikan
dan/atau hak penguasaan objek sewa, maka bank wajib mengalihkan
kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa kepada nasabah yang
dilakukan pada saat tertentu dalam periode atau pada akhir periode
pembiayaan atas dasar akad IMBT.
Sedangkan berdasarkan SOP yang disampaikan oleh Bank syari’ah,
tahapan pelaksanaan IMBT adalah sebagai berikut20 :
a. Adanya permintaan untuk menyewa beli barang tertentu dengan
spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syari’ah,
b. Wa’ad antara bank dan nasabah untuk menyewa beli barang dengan harga
sewa dan waktu sewa yang disepakati,
c. Bank Syari’ah mencari barang yang diinginkan untuk disewa beli oleh
nasabah,
20
Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm. 209
d. Bank syari’ah membeli barang tersebut dari pemilik barang,
e. Bank syari’ah membayar tunai barang tersebut,
f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syari’ah,
g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa beli,
h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran,
i. Barang diserahterimakan dari bank syari’ah kepada nasabah, dan
j. Pada akhir periode, dilakukan jual beli antara bank syari’ah dan nasabah.
Berikut ilustrasi dari penerapan IMBT dalam KPR Bank Syariah yang
digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah terhadap kepemilikan
rumah tinggal dan atau investasi property.
Keterangan
1. A : Rumah milik Developer PT. Makmur
1. B : Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan untuk memiliki rumah kepada
LKS dengan membawa semua berkas-berkas yang dibutuhkan. Kemudian LKS
melakukan proses analisa pembiayaan.
21
Haris Ibrahim, Contoh Perhitungan Murabahah, Musyarakah dan Ijarah diambil dari
http://harisbsm.blogspot.com/2011/02/i.html diakses hari minggu, 17 maret 2013 pukul 17:14 wib
disusutkan selama jangka waktu 5 tahun (menggunakan metode penyusutan
garis lurus) ?
c. Apabila saat opsi beli kepada nasabah diberikan harga 65 juta sehingga mobil
menjadi milik nasabah di tahun ke-3, berapa total keuntungan dan prosentasenya
yang diperoleh Bank ?
Jawab: Skema pembiayaan yang diberikan kepada nasabah adalah Ijarah dengan
opsi beli di akhir atau disebut Ijarah Muntahiyah bit Tamlik dengan uraian
sebagai berikut:
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka penyusun dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut : Bahwa produk pembiayaan perbankan syariah berdasarkan
akad sewa-menyewa terdiri dari sewa murni dan sewa yang diakhiri dengan
pemindahan hak kepemilikan atau dikenal dengan ijarah muntahiya bit
tamlik. Ijarah muntahia bit tamlik (IMBT) pada dasarnya merupakan
perpaduan antara sewa menyewa dengan jual beli. Semakin jelas dan kuat
komitmen untuk membeli barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada
dasarnya lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila komitmen untuk
membeli barang di awal akad tidak begitu kuat dan jelas (walaupun opsi
membeli tetap terbuka), maka hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah.
Berdasarkan SOP yang disampaikan oleh Bank Syari’ah, tahapan
pelaksanaan ijarah adalah sebagai berikut :
a. adanya permintaan untuk menyewakan barang tertentu dengan
spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syari’ah.
b. Wa’ad antara bank dan nasabah untuk menyewa barang dengan
harga sewa dan waktu sewa yang disepakati.
c. Bank Syari’ah mencari barang yang diinginkan untuk disewa oleh
nasabah.
d. Bank syari’ah menyewa barang tersebut dari pemilik barang.
e. Bank syari’ah membayar sewa di muka secara penuh.
f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank
syari’ah.
g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa.
h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran.
i. Barang diserahterimakan dari bank syari’ah kepada nasabah.
j. Pada akhir periode, barang diserahterimakan kembali dari nasabah
ke bank syari’ah, yang selanjutnya akan diserahterimakan ke
pemilik barang.