Biota,+juni 115-+123
Biota,+juni 115-+123
Biota,+juni 115-+123
Abstract
Knowledge of teak plant morphological variations and their use for biotechnology and
breeding activities is still around one species, namely Tectona grandis. While other species
such as Tectona abludens, Tectona hamiltoniana and Tectona philiphinensis are not widely
known. The study was conducted to examine the character of several teak plant species by
taking leaf samples from three teak plant development sites in Java, namely Cepu and
Randublatung (Central Java), Nglambangan, Bojonegoro (East Java), and Ciamis (West
Java). For Tectona abludens species, leaf samples were taken in Yogyakarta Special Region,
namely in Dlingo, Bantul and Selang, Gunungkidul. Leaf samples of each type were taken 2
leaves (young leaves and old leaves) with 5 replications. As for the type of Tectona
philiphinensis, it is further studied based on information obtained from the Ministry of
Forestry of the Philippines. Meanwhile, the Tectona hamiltoniana type is equipped with
data and information from the Ministry of Forestry of Myanmar. Tectona grandis has a
morphology that is closer to Tectona abludens, while Tectona hamiltoniana and Tectona
phillipinensis have a distinctive morphology that is different from the others. Some of the
morphological characters of the four species have the opportunity to be used for teak tree
breeding, including stem straightness, adaptability in dry land and resistance to disease.
Abstrak
Pengetahuan mengenai variasi morfologi tanaman Jati dan pemanfaatannya untuk kegiatan
bioteknologi dan pemuliaan masih berkisar pada satu spesies saja yaitu Tectona grandis.
Sedangkan spesies lain seperti Tectona abludens, Tectona hamiltoniana dan Tectona
philiphinensis belum banyak diketahui. Penelitian dilakukan untuk mengkaji karakter
beberapa spesies tanaman jati dengan mengambil sampel daun di tiga lokasi pengembangan
tanaman Jati di Pulau Jawa yaitu Cepu dan Randublatung (Jawa Tengah), Nglambangan,
Bojonegoro (Jawa Timur), dan Ciamis (Jawa Barat). Untuk Spesies Tectona abludens
sampel daun diambil di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu di Dlingo, Bantul dan Selang,
Gunungkidul. Sampel daun dari tiap jenis diambil 2 daun (daun muda dan daun tua)
dengan 5 ulangan. Sedangkan untuk jenis Tectona philiphinensis lebih dalam dipelajari
berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kementrian Kehutanan Philipina. Sementara
itu untuk jenis Tectona hamiltoniana dilengkapi dengan data dan informasi dari
Kementrian Kehutanan Myanmar. Tectona grandis memiliki morfologi yang lebih dekat
dengan Tectona abludens, sedangkan Tectona hamiltoniana dan Tectona phillipinensis
memiliki morfologi khas yang berbeda dengan lainnya. Beberapa karakter morfologis dari
keempat spesies tersebut berpeluang diamanfaatkan untuk kegiatan pemuliaan pohon Jati
antara lain kelurusan batang, kemampuan adaptasi di lahan kering dan ketahanan
terhadap penyakit.
116 Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 5 (2), Juni 2020
Mohamad Anis Fauzi dkk.
bebas cabang antara 10-20 m, pada bagian itu, penduduk sekitar hutan juga sering dapat
batang sering beralur. Kulit batang memiliki memanen madu lebah dari hutan-hutan jati.
tebal 3 mm pada tanaman muda dan dapat Jati umumnya mulai berbunga umur 6 - 8
mencapai 0,5 – 0,7 cm pada tanaman tua, tahun setelah ditanam, tetapi pembungaan
berwarna coklat muda-keabuan. pertama bisa lebih awal, umur 3-4 tahun, dan
Kayu teras berwarna coklat muda – bisa juga lebih lambat, umur 20-25 tahun.
coklat tua atau coklat kemerahan, sedangkan Kebiasaan awal pembungaan menyebabkan
kayu gubal berwarna coklat muda keputihan berkembangnya percabangan menggarpu. Jati
atau putih kekuningan (Hardjodarsono, 1984). berbunga pada musim hujan. Awal
Daun tunggal, bertangkai pendek, memiliki pembungaan terjadi kira-kira satu bulan setelah
duduk daun berseling berhadapan, bentuk hujan pertama turun. Jati selalu berbunga
duduk daun elips-bulat telur, panjang daun setiap tahun, tetapi terjadi variasi besar dalam
antara 23-40 cm sedangkan lebar daun 11 – 21 intensitas pembungaan setiap tahunnya
cm. Daun yang masih muda (tunas) berwarna (Rachmawati et al, 2002). Waktu pembungaan
coklat kemerahan. Buah bertipe batu, bervariasi tergantung pada datangnya musim
memiliki bulu halus, inti tebal, memiliki 4 hujan. Awal Pembungaan di wilayah Asia
ruang biji (Steenis, 1978; Corner 1988 dalam Selatan dan Asia Tenggara biasanya terjadi
Hidayat, 1998). pada bulan Juni-Juli dan berlangsung sampai
Bunga jati bersifat majemuk yang dengan bulan Oktober-Desember (Kaosa-ard,
terbentuk dalam malai bunga (inflorescence) 1998).
yang tumbuh terminal di ujung atau tepi
cabang. Malai bunganya terdiri dari ratusan Morfologi dan sebaran Jati Kluwih (Tectona
bunga kecil, berwarna putih dan berbulu halus. abludens)
Bunga jati termasuk berumah satu, yaitu putik
Jati Kluwih tersebar dan ditemukan
dan benang sari berada dalam satu bunga
secara acak di hutan jati Pulau Jawa, terutama
(monoceous). Bunga jati berdiameter ± 1 cm
di daerah Desa Jati Mulyo Kecamatan Dlingo,
dan bersifat aktinomorfik, mahkota menyatu
Bantul dan Selang, Gunungkidul Yogyakarta.
sebanyak 6-7 helai. Bentuk bunga berkarang
Tectona abludens ditemukan oleh Santi dan
tersusun seperti anak payung menggarpu.
Rudjiman, sekitar tahun 1991 serta diajukan
Kelopak bunga berbentuk jentera corong
menjadi species baru genus Tectona. Hasil
dengan tabung pendek, berwarna putih, kadang
koleksi herbarium Tectona abludens yang
memiliki bentuk seperti bunga mawar (rose)
ditemukan di Dlingo dan Selang Yogyakarta
dan leher tidak berambut.
dibandingkan dengan koleksi genus Tectona
Putik tersusun dari bakal buah,
yang lain di Herbarium Kew London,Linnaean
memiliki empat buah bakal biji dan tangkai
Society Herbarium London, Herbarium Bogor
putik dengan kepala putik (stigma) yang
dan Herbarium Universitas Leiden Belanda.
bertiang. Tangkai putik dan benangsari
Informasi dari keempat tempat tersebut
(stamen) masing-masing memiliki panjang 6
dinyatakan, bahwa belum terdapat specimen
mm, diameter mahkota bunga 6 – 8 mm.
koleksi Tectona abludens seperti yang telah
Gugus-gugus bunga bunga jati merekah tak
ditemukan oleh Santi dan Rudjiman. Hal ini
lama setelah fajar.
mendorong Rudjiman, untuk mengusulkan
Masa penyerbukan bunga jati yang
hasil temuan spesies baru ini dengan usulan
terbaik terjadi di sekitar tengah hari, setiap
nama latin Tectona abludens.
bunga hidup hanya membuka selama satu hari.
Jati ini memiliki nama lokal Jati
Bila tidak terjadi pembuahan, bunga akan
Kluwih karena daunnya bergelombang
gugur pada sore hari atau keesokan paginya.
sehingga mirip dengan Kluwih (Artocarpus
Jenis penyerbukan pada jati merupakan
incise) atau Sukun (Artocarpus altilis). Pohon
penyerbukan silang (Kaosa-ard, 1998). Jati
Jati Kluwih di lapangan dapat mencapai
merupakan jenis yang penyerbukannya
ketinggian 10-20 m, tajuk cenderung
terutama dilakukan oleh serangga tetapi ada
bercabang banyak dan berbentuk payung
juga yang melalui angin. Penyerbukan bunga
membulat.
dilakukan oleh banyak serangga, tetapi
Batang berwarna coklat keputihan,
terutama oleh jenis-jenis lebah. Oleh karena
tebal kulit batang 0,8 - 1 cm, dan mengelupas
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 5 (2), Juni 2020 117
Variasi Morfologi Empat Spesies Jati ( Tectona Sp) di Asia Tenggara
tipis. Batang kayu berbentuk membulat sampai perbedaan dengan Tectona grandis, antara
oval, dengan tinggi bebas cabang 4 – 7 m pada lain: bentuk daun, penampang pohon, bentuk
tinggi total 15 m. Daun jati kluwih pada bagian kulit kayu, panjang petiole, bentuk pinggir
pinggir daun berkelak-kelok atau daun, ukuran ovary dan bentuk epidermis
bergelombang sehingga tampak tidak rata. (Rudjiman, 1991).
Pada beberapa sampel daun yang diambil ada Sesuai hasil deskripsi morfologi dan
yang daunnya menjari menyerupai daun sukun dendrologi Rudjiman (1991) disimpulkan
atau kluwih. Permukaan daun lebih halus bila bahwa berdasarkan atas perbedaan bentuk
dibandingkan dengan daun jati umumnya. daun yang stabil pada Tectona abludens, jenis
Berdasarkan deskripsi yang dilakukan tersebut dibedakan menjadi dua varietas yaitu
oleh Santi dan Rudjiman, jenis Tectona Tectona abludens var. lacerate dan Tectona
abludens paling tidak memiliki beberapa abludens var. abludens.
Gambar 1. Bentuk daun dan bentuk tangkai daun Jati Kluwih (Tectona abludens)
118 Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 5 (2), Juni 2020
Mohamad Anis Fauzi dkk.
daun 1,5–2 cm. Bunga berukuran kecil 2,53 gram, berwarna coklat muda, berkulit ari
berwarna biru pucat atau putih. Ujung malai tipis dan berbulu halus pada buah bijinya.
bunganya berbulu halus (15-30 cm). Mahkota Kayu jenis ini memiliki penampakan yang
bunga berukuran 8 mm dan berbulu lebat pada berbeda dengan T.grandis. Kayu gubal
bagian leher (corolla throat). Periode berbunga berwarna putih kecoklatan atau putih pucat,
pada bulan Juni-Agustus. Buah masak setelah sedangkan kayu teras berwarna coklat muda.
musim dingin atau musim panas. Drupe Kayunya memiliki tekstur halus, keras dan
berukuran kecil (8 mm), terdiri dari 4 biji tanpa lingkaran tumbuh yang jelas. Kayunya lebih
rongga di bagian tengah, terbungkus rapat berat, keras dan padat dibandingkan dengan
dalam calyx yang berbulu halus (Hedegart, T.grandis. kayu jenis ini juga memiliki daya
1978). Memiliki biji yang kecil berdiameter 1 resistensi yang tinggi terhadap serangan jamur
– 1,5 mm dengan panjang biji antara 0,2 – 0,5 dan rayap (Hedegart, 1978).
cm. Berat benih T.hamiltoniana 100 butir =
A B
C D
Gambar 2. A) Pohon Tectona hamiltoniana di Yezin Myanmar; B dan C) Bentuk dan ukuran biji; D) duduk
daun.
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 5 (2), Juni 2020 119
Variasi Morfologi Empat Spesies Jati ( Tectona Sp) di Asia Tenggara
Mindoro (Madulid, Agoo, & Caringal, 2008). Pohon relatif kecil dapat mencapai
Jati Philipina ini memiliki sebaran dari pantai tinggi sampai 15 m, diameter batang dapat
sampai hutan dataran rendah yang mencapai 50 cm (Castaneto and
mengandung tanah kapur. Pada hutan semi- Edmiston,2003) bentuk daun bulat telur
decidous (menggugurkan daun saat musim sampai bulat memanjang, dimensi daun
kering) tanaman ini mendominasi dan mampu panjang 8-13 cm sedang lebar 3-6 cm. Panjang
hidup berasosiasi dengan Terminalia tangkai 5-7 mm. Bunga memiliki panjang 8
polyalthia. Jenis tanaman lain yang berasosiasi mm dan berdiameter 10 mm, calyx berbentuk
dengan T.philippinensis yaitu Vitex parviflora, corong, mahkota bunga berwarna putih dan
Asam (Tamaricus indicus), Mangga berambut halus pada bagian corolla throat.
(Mangivera indica), Randu (Ceiba petandra), Buah Tectona philippinensis dibungkus oleh
Syzygium sp, Parkia Roxburgii dan Beringin calyx yang tidak menggelembung (Prosea,
(Ficus sp).(Madulid, Agoo and Caringal, 1994), drupe berukuran sekitar 8 mm.
2008). Kayunya digunakan untuk konstruksi
bangunan dan mebel.
120 Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 5 (2), Juni 2020
Mohamad Anis Fauzi dkk.
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 5 (2), Juni 2020 121
Variasi Morfologi Empat Spesies Jati ( Tectona Sp) di Asia Tenggara
India dan Asia lainnya. Menurut Kartadikara Midgley, Stephen dkk., 2009, Pilihan-pilihan untuk
dalam Irwanto (2006) Observasi yang pengembangan industri kayu jati di
dilakukan pada T. grandis, di Indonesia Sulawesi Tenggara, Laporan Penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan 10 SADI-ACIAR no. Proyek
SMAR/2007/229, Canberra, Australia.
lokus alozim ditemukan bahwa jati di
Indonesia memiliki keragaman genetik yang Bhat,K.M. and Ok Ma,Hwan, 2004. Teak Growers
rendah dibanding jati India maupun Thailand. unites, Tropical Forest Update volume 14
Sehubungan dengan itu konservasi plasma no.1, ITTO( International Tropical Timber
nutfah jati serta pertukaran materi genetik Organization), Japan, Page 3-5.
untuk memperluas basis genetik dari negara Daryadi, L. 1959. Penyelidikan seleksi jati (Tectona
dengan sebaran alami jati menjadi hal yang grandis), Pengumuman No.70 Lembaga
sangat penting. Penelitian Hutan, Bogor.
FAO, 2001. Global forest resources assesement
Simpulan 2000,FAO Forestry Paper no.140, Food
and Agriculture Organization of the United
Tectona grandis memiliki Nation, Rome, Italy
morfologi yang lebih dekat dengan Finkeldey, R. 2005. An Introduction to Tropical
Tectona abludens, sedangkan Tectona Forest Genetics (In Indonesian). Bogor :
hamiltoniana dan Tectona phillipinensis Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
memiliki morfologi khas yang berbeda
Hardjodarsono. 1984. Jati, cetakan ke-4, Yayasan
dengan lainnya. Beberapa karakter Pembina Fakultas Kehutanan, Universitas
morfologis dari keempat spesies tersebut Gadjah Mada, Yogyakarta.
berpeluang dimanfaatkan untuk kegiatan
Hedegart, T. 1978. Data sheet species undergoing
pemuliaan pohon Jati antara lain kelurusan
genetic improverishment. In : Data sheet
batang, kemampuan adaptasi di lahan on Tectona philippinensis Benth. & Hook.
kering dan ketahanan terhadap penyakit. Forest Genetic Resources No 8
Website:http://www.fao.org/docrep/006/l7
530e/L7530E08.htm. Diakses tanggal 20
Ucapan Terima Kasih
Oktober 2010.
Terima kasih diucapkan kepada: Hedegart, T. 1978. Data sheet species undergoing
Puslitbang PERHUTANI Cepu; Prof. Dr. genetic improverishment. In : Data sheet
M. Naiem Fakultas Kehutanan UGM atas on Tectona hamiltoniana Wall. Forest
informasi mengenai pemuliaan Jati; Aris Genetic Resources No 8.
Website:http://www.fao.org/docrep/006/l7
Wibowo, S.Hut, MP (Puslitbang
530e/L7530E08.htm. Diakses tanggal 20
PERHUTANI) atas informasi dan data Oktober 2010.
mengenai varietas jati di Indonesia.
Hidayat, A.1998. Evaluasi Awal Uji Klon dari 121
pohon Plus Jati (Tectona grandis L.f.)
Daftar Pustaka dengan Okulasi, Tesis Pascasarjana,
Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta
Bhat, K.M and Ma, Hwan O., 2004, Teak growers (tidak diterbitkan).
unite!, ITTO Tropical Forest Update
Volume 14 No.1, Yokohama, Japan. Ko Ko Gyi, Mehm. 2009. Personal communication
with Mehm Ko Ko Gyi, Forestry
Castaneto, Y.T and Edmiston, Minda P.F, 2003. Department, Yangon Myanmar.
Response of Tectona philippinensis Benth.
& Hook (Philipine Teak) cutting to applied ----------------. 1991. In K.J. White. Proceedings of
mykovam and biocore, Philippine Journal the China/ESCAP/FAO Regional Seminar
of Science, vol 132 (2) December 2003 on Research and Development of Teak.
Madulid, D.A., Agoo, E.M.G. & Caringal, A.M. 19-27 March 1991
2008. Tectona philippinensis, The IUCN Kaosa-ard, A. 1998. Teak breeding and
Red List of Threatened Species 2008. Improvement Straregies. In : Teak for The
122 Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 5 (2), Juni 2020
Mohamad Anis Fauzi dkk.
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 5 (2), Juni 2020 123