1 PB
1 PB
1 PB
ABSTRACT
Demand of teak wood increases every year along the increase of human population and prosperity. On the
other hand, teak is one of the long rotation tree species. Furthermore, the avaibility of teak from the Perum
Perhutani as the biggest teak plantation company is not enough to fulfill the demand of teak wood from wood
industry. Therefore, many efforts have been conducted to solve this problem, such as by tree breeding program.
In Indonesia, this program only focused in the growth characteristics. However, information of wood
properties of superior teak is still limited in Indonesia. Therefore, the aim of this research was to clarify the
physical and mechanical characteristics of superior teak wood (11-year-old) and compared with the
conventional teak (14-year-old) planted in Wanagama Forest, Gunungkidul, Yogyakarta and its longitudinal
variation. As the results, physical properties were not significantly different between superior teak and
conventional teak, except for green moisture content. Bending strength (MOR dan MOE) and compression
strength parallel to grain were significantly different between superior and conventional teak. In addition,
compressive strength perpendicular to grain was not significantly different between superior and conventional
teak.
Keywords: superior teak, conventional teak, physical properties, mechanical properties, young tree age.
INTISARI
Kebutuhan kayu jati semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
dan taraf hidup masyarakat. Di lain pihak, jati merupakan salah satu jenis dengan rotasi umur yang panjang.
Selain itu, ketersediaan kayu jati dari Perum Perhutani belum mampu memenuhi kebutuhan kayu jati untuk
industri. Oleh sebab itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah
dengan kegiatan pemuliaan pohon, dimana dalam kegiatan ini dihasilkan bibit unggul dengan sifat
pertumbuhan superior. Akan tetapi, informasi mengenai sifat-sifat kayunya masih sangat terbatas, sehingga
penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai sifat-sifat kayu terutama sifat fisika (kadar air,
berat jenis, dan penyusutan) dan mekanika (kekuatan lengkung statis dan kekuatan tekan) serta variasi aksial
kayu jati unggul tersebut pada umur yang masih muda yakni 11 tahun yang ditanam di Hutan Pendidikan
Wanagama, Gunungkidul Yogyakarta dan dibandingkan dengan jati konvensional umur 14 tahun yang
ditanam di lokasi yang sama. Sebagai hasilnya, sifat fisika kayu tidak berbeda nyata antara kayu jati unggul
dan kayu jati konvensional, kecuali kadar air segar. Untuk sifat mekanika kayu, kekuatan lengkung statis
(MOR dan MOE) serta kekuatan tekan sejajar serat berbeda nyata antara kayu jati unggul dan jati
konvensional, sedangkan untuk kekuatan tekan sejajar serat tidak berbeda nyata.
Kata kunci: jati unggul, jati konvensional, sifat fisika, sifat mekanika, umur muda.
98
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
karena penampilannya yang menarik, kuat, memiliki banyak dilakukan baik di Indonesia maupun di luar
keawetan alami yang tinggi serta pengerjaannya negeri (Kedharnath et al., 1963; Putro dan Sutjipto,
yang mudah. Dari tahun ke tahun permintaan kayu 1989; Sulistyo dan Marsoem, 1995; Indira dan Bhat,
jati meningkat sekitar 13-17% per tahun seiring 1998; Bhat et al., 2001; Cordero dan Kanninen,
dengan bertambahnya jumlah penduduk serta 2003; Bhat dan Priya, 2004; Wahyudi dan Arifien,
kenaikan taraf hidup masyarakat (Mawardi, 2012). 2005; Krisdianto dan Sumarni, 2006; Moya dan
Di lain pihak, jati merupakan salah satu jenis pohon Marin, 2011; Basri dan Wahyudi, 2012; Wahyudi et
yang memiliki rotasi panjang serta produksinya al., 2014a, 2014b; Hidayati et al., 2013a, 2013b;
cenderung menurun dari tahun ke tahun. Total Hidayati et al., 2014). Di Indonesia penelitian
permintaan kayu jati di Indonesia kira-kira 1,5–2,2 mengenai sifat-sifat kayu jati unggul masih relatif
juta m3 (Rodha et al., 2007). Pada tahun 2012, Perum terbatas (Wahyudi dan Arifien, 2005; Krisdianto dan
Perhutani sebagai penghasil kayu jati terbesar di Sumarni, 2006; Hidayati dan Marsoem, 2010; Basri
Indonesia menghasilkan 403.432 m3 (Perum dan Wahyudi, 2012; Wahyudi et al., 2014a, 2014b).
Perhutani, 2012). Adapun kekurangannya dipenuhi Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
oleh kayu jati dari hutan rakyat serta jenis-jenis kayu mengetahui sifat fisika dan mekanika kayu jati
rakyat lainya. Dari kondisi tersebut, maka terjadi unggul serta perbandingannya dengan kayu jati
ketidakseimbangan antara permintaan dan keter- konvensional pada umur muda sehingga diharapkan
99
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
100
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
(Tabel 2). Hasil ini dimungkinkan terkait dengan 17, dan 27 tahun berat jenis berdasarkan volume
beberapa sifat lainnya seperti anatomi dan kimia kering angin adalah 0,57; 0,62; dan 0,64 (Putro dan
(ekstraktif) kayunya, sehingga penelitian lebih lanjut Sutjipto, 1989). Suwarno et al. (2000) melaporkan
mengenai sifat anatomi dan sifat kimianya sangat bahwa berat jenis kering udara pohon jati dari biji
diperlukan untuk memahaminya. pada umur 15 tahun adalah 0,55. Pada penelitian ini,
Nilai rata-rata berat jenis kayu jati unggul dan jati nilai rata-rata berat jenis kayu jati unggul dan kayu
konvensional adalah 0,50 dan 0,55, secara berturutan jati konvensional berada dalam kisaran hasil
(Tabel 2). Basri dan Wahyudi (2012) melaporkan penelitian terdahulu (Basri dan Wahyudi 2012;
bahwa berat jenis kayu jati unggul (JPP) dari Jawa Wanneng et al., 2014; Wahyudi dan Arifien, 2005).
Tengah pada umur 5, 7, dan 9 tahun adalah 0,46, Selain itu bila dikaitkan dengan penelitian terdahulu
0,49, dan 0,51, secara berturutan. Selanjutnya berat menunjukkan bahwa seiring pertambahan umur
jenis kayu jati superior pada umur 3 tahun yang pohon maka berat jenis akan naik, namun pada umur
ditanam di Semarang adalah 0,43-0,64 (Wahyudi dan 60 tahun mulai menurun. Selanjutnya, berdasarkan
Arifien, 2005). Wahyudi et al. (2014a) juga hasil uji statistik menggunakan t-test menunjukkan
melaporkan bahwa berat jenis kayu jati superior pada bahwa berat jenis tidak berbeda nyata antara kayu jati
umur 4 dan 5 tahun yang ditanam di Jawa Barat unggul dan kayu jati konvensional (Tabel 2).
adalah 0,35 dan 0,45, secara berturut-turut. Wanneng Wahyudi dan Arifien (2005) melaporkan bahwa pada
et al. (2014) menemukan bahwa kerapatan dasar umur 3 tahun, kayu jati unggul dan kayu jati
pada umur 10, 15, 20, dan 25 tahun pada jati yang konvensional tidak berbeda secara nyata. Hasil
ditanama di Laos adalah 0,53 g/cm3, 0,52 g/cm3, 0,53 penelitian ini seiring dengan hasil penelitian tersebut.
g/cm3, dan 0,50 g/cm3, secara berurutan. Berat jenis Nilai rata-rata penyusutan pada arah radial,
kayu jati konvensional pada umur 8 tahun yang tangensial, dan longitudinal ditunjukkan pada Tabel
ditanam di Semarang adalah 0,47-0,70 (Wahyudi dan 2. Nilai rata-rata penyusutan radial, tangensial, dan
Arifien, 2005). Di Pulau Solomon, kerapatan dasar longitudinal adalah 4,6% dan 5,4%; 7,9% dan 8,5%;
pohon jati umur 10 tahun adalah 0,54 g/cm3 serta 1,0% dan 1,0% untuk kayu jati unggul dan
(Anonim, 2011). Sulistyo dan Marsoem (1995) konvensional secara berurutan. Putro dan Sutjipto
melaporkan bahwa berat jenis berdasarkan volume (1989) melaporkan bahwa penyusutan radial untuk
kering angin pada kelas umur IV, VI, dan VII adalah kayu jati umur 7, 17, dan 27 tahun adalah 1,97%;
0,68; 0,57; dan 0,60, secara berurutan. Pada umur 7, 2,19%; dan 2,42%. Untuk penyusutan tangensial
101
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
adalah 3,00%; 3,55%; dan 4,07%. Suwarno et al. MOR dan MOE pada jati umur 10 tahun yang
(2000) melaporkan bahwa penyusutan radial dan tumbuh di Pulau Solomon adalah 1.080 kg/cm2 dan
tangensial pada pohon jati dari biji umur 15 tahun 118.000 kg/cm2 (Anonim, 2011). Wahyudi dan
adalah 2,02% dan 3,08%. Di lain pihak, penyusutan Arifien (2005) melaporkan bahwa MOR dan MOE
radial kayu jati pada kelas umur IV, VI, dan VII pada jati konvensional umur 8 tahun yang ditanam di
adalah 3,13%; 2,3%; dan 2,1%. Penyusutan Semarang adalah sekitar 970 kg/cm2 dan 73.000
tangensialnya adalah 5,57%; 4,01%; dan 3,59% kg/cm2. Di lain pihak, MOR pada umur 3 tahun untuk
sedangkan untuk penyusutan longitudinalnya adalah jati unggul dan konvensional adalah 780 kg/cm2 dan
0,33%; 0,41%; dan 0,36% (Sulistyo dan Marsoem, 720 kg/cm2, sedangkan MOE sebesar 62.000 kg/cm2
1995). Pada penelitian ini nilai penyusutan radial, dan 42.000 kg/cm2 (Wahyudi dan Arifien, 2005).
tangensial, dan longitudinal lebih tinggi dibanding- Selanjutnya, MOR pada umur 4 dan 5 tahun untuk
kan dengan hasil pada penelitian sebelumnya (Putro kayu jati unggul adalah 654 kg/cm2 dan 782 kg/cm2.
dan Sutjipto, 1989; Suwarno et al., 2000). Meskipun Pada umur yang sama, MOE sebesar 77.995 kg/cm2
demikian, penyusutan radial, tangensial, dan longitu- dan 80.653 kg/cm2 (Wahyudi et al., 2014a). Putro
dinal tidak berbeda nyata antara jati unggul dan dan Sutjipto (1989) melaporkan bahwa MOR pohon
konvensional (Tabel 2). jati umur 7, 17, dan 27 tahun adalah 690,98 kg/cm2,
Nilai rata-rata rasio T/R disajikan pada Tabel 2. 762,01 kg/cm2, dan 884,07 kg/cm2; sedangkan untuk
Nilai rata-rata T/R untuk jati unggul dan konvensio- MOE adalah 96.040 kg/cm2, 107.290 kg/cm2, dan
nal adalah 1,7 dan 1,6. Wahyudi et al. (2014a) 121.380 kg/cm2, secara berurutan. Suwarno et al.
melaporkan bahwa nilai T/R pada kayu jati unggul (2000) menambahkan bahwa MOR dan MOE pohon
umur 4 dan 5 tahun adalah 3,02 dan 2,67. Pada jati umur 15 tahun yang berasal dari biji adalah
penelitian ini nilai T/R lebih rendah dibandingkan 946,21 kg/cm2 dan 87.560 kg/cm2. Pada penelitian
dengan hasil tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa, ini nilai MOR jati unggul dan jati konvensional
meskipun penyusutan radial dan tangensial cukup masuk dalam kisaran hasil penelitian terdahulu
besar pada kayu jati unggul dan jati konvensional (Wahyudi et al., 2014a; Putro dan Sutjipto, 1989;
pada penelitian ini, namun dimensi kayunya cukup Suwarno et al., 2000).
stabil yang ditunjukkan oleh nilai T/R. Selanjutnya, Selanjutnya, nilai MOE pada penelitian ini lebih
T/R tidak berbeda nyata antara jati unggul dan jati tinggi dibanding dengan penelitian sebelumnya pada
konvensional (Tabel 2). Dari hasil ini dapat umur yang lebih muda (Wahyudi dan Arifien, 2005;
diperkirakan bahwa kayu jati unggul dan kayu jati Wahyudi et al., 2014a), namun dalam kisaran nilai
konvensional memiliki kestabilan dimensi yang sebelumnya (Putro dan Sutjipto, 1989; Suwarno et
sama. al., 2000; Anonim, 2011). Selanjutnya, berdasarkan
Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata sifat meka- uji t-test pada Tabel 3 menunjukkan bahwa MOR dan
nika kayu jati unggul dan kayu jati konvensional. MOE berbeda nyata antara jati unggul dan jati
Nilai rata-rata kekuatan lengkung statis kayu jati konvensional, dimana jati konvensional memiliki
unggul dan konvensional untuk MOR adalah 739 nilai yang lebih tinggi. Hal ini bisa dihubungkan
kg/cm2 dan 941 kg/cm2, sedangkan nilai rata-rata dengan berat jenisnya dimana berat jenis kayu jati
MOE adalah 90.000 kg/cm2 dan 108.000 kg/cm2. konvensional lebih tinggi dibanding jati unggul
102
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
meskipun tidak berbeda secara signifikan (Tabel 2). Seperti halnya pada kekuatan lengkung statis, hal ini
Selanjutnya, semakin tua umur pohon dimungkinkan terkait dengan berat jenis yang lebih tinggi pada kayu
semakin tinggi pula sifat mekanika kayunya. jati konvensional serta dimungkinkan bahwa sifat
Kekuatan tekan sejajar dan tegak lurus serat juga anatomi ataupun sifat kimia juga dapat berpengaruh.
diuji pada penelitian ini. Nilai rata-rata kekuatan Sebagai tambahan, berdasarkan berat jenis, MOR,
tekan sejajar serat untuk kayu jati unggul dan dan kekuatan tekan sejajar serat, maka kayu jati
konvensional adalah 433 kg/cm2 dan 497 kg/cm2 unggul dan kayu jati konvensional ini berada pada
(Tabel 3). Untuk kekuatan tekan tegak lurus serat kisaran kelas kuat 2 dan 3. Hal ini disebabkan untuk
adalah 203 kg/cm2 dan 106 kg/cm2. Putro dan berat jenis masuk ke dalam kategori kelas kuat 3,
Sutjipto (1989) melaporkan bahwa kekuatan tekan sedangkan untuk MOR dan kekuatan tekan sejajar
sejajar serat pada jati umur 7, 17, dan 27 tahun adalah serat masuk pada kelas kuat 2 (Anonim, 1976).
2 2 2
368 kg/cm , 438 kg/cm , dan 497 kg/cm , secara Gambar 1, 2, 3, dan 4 menunjukkan variasi aksial
berurutan. Pada umur 15 tahun, kekuatan tekan sifat fisika dan mekanika kayu jati unggul dan jati
sejajar serat kayu jati konvensional adalah 464 konvensional. Variasi aksial kadar air segar naik dari
2
kg/cm (Suwarno et al., 2000). Pada penelitian ini, pangkal sampai dengan 2-4 m di atas tanah kemudian
kekuatan tekan sejajar serat kayu jati unggul dan sedikit turun sampai ke ujung (Gambar 1). Seiring
konvensional masuk dalam kisaran penelitian dengan hal tersebut, berat jenis segar turun dari
sebelumnya (Putro dan Sutjipto, 1989; Suwarno et pangkal sampai dengan 2-4 m (Gambar 1). Secara
al., 2000). Informasi kekuatan tekan tegak lurus serat umum, diketahui bahwa berat jenis berkorelasi
pada kayu jati muda relatif jarang. Di lain pihak, pada negatif terhadap kadar air (Bowyer et al., 2003).
kelas umur IV, VI, dan VII, kekuatan tekan tegak Variasi penyusutan radial dan longitudinal
2 2
lurus serat adalah 232 kg/cm , 162 kg/cm , dan 210 menunjukkan nilai yang berfluktuasi sedikit sampai
kg/cm2. Pada penelitian nilai kekuatan tegak lurus dengan ketinggian 6 m di atas tanah (Gambar 2).
serat untuk kayu jati unggul sebanding dengan hasil Selanjutnya, untuk penyusutan radial mulai naik
penelitian sebelumnya pada umur yang lebih tua, sedangkan penyusutan tangensial berfluktuasi agak
sedangkan untuk jati konvensional lebih rendah menurun (Gambar 2). Penyusutan longitudinal
(Sulistyo dan Marsoem, 1995). Selanjutnya, kekuat- memiliki pola yang berfluktuasi besar dari pangkal
an tekan sejajar serat berbeda nyata antara jati unggul ke ujung (Gambar 2). MOR dan MOE memiliki pola
dan jati konvensional, sedangkan kekuatan tekan variasi aksial yang hampir sama yakni berfluktuasi
tegak lurus serat tidak berbeda nyata (Tabel 3). dari pangkal ke ujung (Gambar 3). Selanjutnya,
103
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
Gambar 1. Variasi aksial kadar air segar dan berat jenis segar kayu jati unggul dan jati konvensional
Gambar 2. Variasi aksial penyusutan radial, tangensial, dan longitudinal kayu jati unggul dan konvensional
keteguhan tekan sejajar dan tekan tegak lurus serat diketahui bahwa berat jenis berkorelasi positif
juga memiliki pola yang hampir sama yakni agak terhadap sifat mekanika kayu (Kollman dan Côté,
menurun sampai dengan 2 m di atas tanah kemudian 1984). Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan
naik menuju pangkal (Gambar 4). Secara umum bahwa kayu jati unggul dan jati konvensional
104
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
Gambar 3. Variasi aksial MOR dan MOE kayu jati unggul dan konvensional
Gambar 4. Variasi aksial keteguhan tekan sejajar dan tegak lurus serat kayu jati unggul dan jati konvensional
memiliki pola variasi aksial sifat fisika dan mekanika nyata antara kayu jati unggul dan kayu jati
yang hampir sama. konvensional, kecuali kadar air segar. Hal ini
menunjukkan bahwa kayu jati unggul dan konven-
KESIMPULAN sional memiliki sifat fisika yang sama. Sedangkan
untuk sifat mekanika kayu, kekuatan lengkung statis
Total 6 pohon digunakan dalam penelitian ini, (MOR dan MOE) serta kekuatan tekan sejajar serat
yang terdiri dari 3 pohon jati unggul “Mega” umur 11 berbeda nyata antara kayu jati unggul dan jati
tahun dan 3 pohon jati konvensional umur 14 tahun konvensional. Selanjutnya, kayu jati unggul dan jati
yang ditanam di Hutan Pendidikan Wanagama, konvensional memiliki pola variasi aksial sifat fisika
Gunungkidul, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan dan mekanika yang hampir sama.
untuk mengetahui sifat fisika dan mekanika kayu jati
unggul serta kayu jati konvensional sehingga UCAPAN TERIMA KASIH
diharapkan dapat diperoleh informasi yang lebih
lengkap mengenai sifat-sifat kayu jati unggul. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hutan
Sebagai hasilnya, sifat fisika kayu tidak berbeda Pendidikan Wanagama, Gunungkidul atas sampel
105
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
pohon yang diberikan. Ucapan terima kasih juga stress-wave velocity, and Pilodyn penetration of
15 clones of 12-year-old Tectona grandis trees
diucapkan kepada Fakultas Kehutanan UGM atas planted at two different sites in Indonesia. Journal
pendanaan (DPP 2015) yang diberikan terhadap of Wood Science 59, 249-254.
penelitian ini. Hidayati F & Marsoem SN. 2010. Anatomi dan Sifat
Fisika Kayu Jati Unggul (Tectona grandis L.f.)
Umur 5 Tahun yang Tumbuh di Gunung Kidul
DAFTAR PUSTAKA pada Berbagai Laju Pertumbuhan. Thesis (Tidak
Dipubikasikan). Fakultas Kehutanan. Universitas
Anonim. 1957. Standard British 373, 1957. Methods Gadjah Mada.
of Testing Small Clear Specimen of Timber, Indira EP & Bhat KM. 1998. Effects of site and place
London. of origin on wood density of teak (Tectona
Anonim. 2011. Selected wood properties and grandis) clones. Journal of Tropical Forest
potential uses for plantation teak and poumuli. Science 10, 537-541.
ACIAR project report FST/2007/020. States of Kedharnath S, Chacko VJ, Gupta SK, & Mattews JD.
Queensland, Dept of Employment, Economic 1963. Geographic and individual tree variation in
Development and Inovation. 1-35. some wood character of teak (Tectona grandis
Basri E & Wahyudi I. 2012. Sifat dasar kayu jati plus L.f): I. Fiber length. Silvae Genetica 12, 181-187
Perhutani dari berbagai umur dan kaitannya Kollman FFP & Cote WA. 1984. Principle of Wood
dengan sifat dan kualitas pengeringan. Jurnal Science and Tehnology. Vol I: Solid wood.
Penelitian Hasil Hutan 31, 93-102. Springer. Berlin.
Bhat KM, Priya PB, & Rugmini P. 2001. Krisdianto & Sumarni G. 2006. Perbandingan
Characterization of juvenile wood in teak. Wood persentase volume teras kayu jati cepat tumbuh
Science and Technology 34, 517-532. dan konvensional umur 7 tahun asal Penajam,
Bhat KM & Priya PB. 2004. Influence of provenance Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan
variation on wood properties of teak from the 24, 385-394.
Western Ghat region in India. IAWA Journal 25, Mawardi P. 2012. Kaya dari Investasi Jati Barokah.
273-282 PT Agro Media Pustaka, Jakarta.
Bowyer JL, Shmulsky R, & Haygreen JG. 2003. Moya R & Marin JD. 2011. Grouping of Tectona
Forest Products and Wood Science. An grandis (L.f) clones using wood color and
Introduction. Iowa State Press. Iowa. stiffness. New Forests 42, 329-345.
Cordero LDP & Kanninen M. 2003. Heartwood, Na’iem M. 2000. Early performance of clonal tests of
sapwood and bark content, and wood dry density teak. Dalam : Proceedings of Third Regional
of young and mature teak (Tectona grandis) trees Seminar on Teak. Potential and opportunities in
grown in Costa Rica. Silva Fennica 37, 45-54 marketing and trade of plantation teak:
Hidayati F, Ishiguri F, Iizuka K, Makino K, Marsoem Challenge for the new millenium. Hardiyanto EB
SN, Yokota S. 2014. Among-clone variations of (Ed.). Fakultas Kehutanan. 271-275.
anatomical characteristics and wood properties in Perum Perhutani. 2012. Pemantapan Prospek Bisnis
Tectona grandis planted in Indonesia. Wood and Menuju Perhutani Ekselen. Laporan Tahunan.
Fiber Science 46, 385-393. Perum Perhutani. Jakarta.
Hidayati H, Ishiguri F, Iizuka K, Makino K, Putro AM & Sutjipto AH. 1989. Pengaruh Umur dan
Takashima Y, Danarto S, Winarni WW, Irawati Posisi Aksial terhadap Sifat Fisika dan Mekanika
D, Na`iem M, & Yokota S. 2013a. Variation in Kayu Jati Penjarangan. Skripsi (Tidak
tree growth characteristics, stress-wave velocity, Dipubikasikan). Fakultas Kehutanan. Universitas
and Pilodyn penetration of 24-year-old teak Gadjah Mada. Yogyakarta.
(Tectona grandis) trees originating in 21 seed Rodha JM, Cedene P, Guizol P, Santoso L, & Fauzan
provenances planted in Indonesia. Journal of AU. 2007. Atlas Industri Mebel Kayu di Jepara.
Wood Science 59, 512-516. CIFOR. Bogor.
Hidayati H, Ishiguri F, Iizuka K, Makino K, Tanabe Sulistyo J & Marsoem SN. 1995. Pengaruh Umur
J, Marsoem SN, Na`iem M, Yokota S, & terhadap Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jati
Yoshizawa N. 2013b. Growth characteristics, (Tectona grandis L.f). Skripsi (Tidak
106
Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume 10 No. 2 - Juli-September 2016
107