Jurnal Hutabarat (Rumus Presentase)
Jurnal Hutabarat (Rumus Presentase)
Jurnal Hutabarat (Rumus Presentase)
2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015
ABSTRACT
This research aims to determine the effetiviness of Botanical termiticide tuba root (Derris elliptica
(Roxb) Benth) and citronella (Cymbopogon nardus L) of mortality of termites (Coptotermes
curvinagthus Holmgren) in laboratory. This method uses Randomized Complete Design with two
factor : the first factor was concentration of termiticide (Control, Soluble of tuba root 200 g/ L water,
Soluble of tuba root 300 g/ L water, Soluble of tuba root 200 g / L water, Soluble of citronella 300 g / L
water, Soluble of citronella of 200 g / L water) and second factors was application technique (feeding
and spraying).The result showed that concentration and application technique of termiticide
significantly effected the mortality of termites. The highest mortality (83,86%) on soluble of tuba root
300 gr / water and the lowest ( 0 %) on control. Mortality of termites on feeding application (66,77%)
was higher than spraying application (56.86%)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas termitisida nabati larutan akar tuba (Derris elliptica
(Roxb) Benth) dan larutan serai wangi (Cymbopogon nardus L) terhadap mortalitas rayap (Coptotrmes
Curvinagthus Holmgren) di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April
2013 di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Karet Sungai Putih Galang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor yaitu : Faktor pertama
adalah konsentrasi termitisida (kontrol, Larutan akar tuba 200 gr/ L air, Larutan akar tuba 300 gr/ L air,
Larutan serai wangi 200 gr/ L air dan Larutan 300 gr serai wangi/ L air) dan Faktor yang kedua adalah
teknik pengaplikasian (Penyemprotan dan Pengumpanan). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi dan teknik aplikasi termitisida berpengaruh nyata terhadap persentase mortalitas rayap.
Mortalitas tertinggi (83,86 %) pada larutan akar tuba 300 gr / L air dan yang terendah (0%) pada
perlakuan kontrol. Persentase mortalitas aplikasi pengumpanan lebih tinggi (66,77 %) daripada aplikasi
penyemprotan (56,86 %).
seluruh racun rotenone akan hilang (Arsin et al. BAHAN DAN METODE
2012).
Tuba memiliki kandungan zat yang Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
beracun yang terdapat di dalam akar tuba. Zat Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman
beracun terpenting yang terkandung pada akar Karet Sungai Putih, dengan ketinggian tempat ±
tuba adalah rotenon (C H O ) yang secara 80 meter di atas permukaan laut. Penelitian
23 22 6
dilaksanakan pada bulan Maret -April 2013.
kimiawi digolongkan ke dalam kelompok Adapun bahan yang digunakan adalah
flavonoid. Zat-zat beracun yang terkandung rayap, sarang rayap, serbuk kayu , kayu lapuk,
lainnya adalah deguelin, tefrosin dan toksikarol, tanah, pasir, air, Daun Sereh Wangi dan Akar
tetapi daya racunnya tidak sekuat rotenon. Tuba. Adapun alat yang digunakan adalah
Rotenon adalah racun kuat bagi serangga dan cangkul, gunting, toples kaca , blender, panci,
ikan, akar tuba digunakan untuk menangkap timbangan, petridish, erlenmeyer 5000 ml,
ikan sedangkan akar yang telah dikeringkan gelas ukur , batang pengaduk, hand sprayer,
digunakan sebagai insektisida. Dengan rotenon pinset, ember, gunting, kertas saring dan kain
15 kali lebih 9 toksik dibandingkan nikotin dan kasa.
25 kali lebih toksik dibanding Potassium Penelitian ini menggunakan Rancangan
ferrosianida. Namun demikian rotenon sedikit Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri
atau tidak ada efeknya terhadap manusia atau dari 2 faktor perlakuan. Dengan kombinasi
hewan bedarah panas (Adriani, 2008). perlakuan V0A0 = kontrol ; V1A1 = Larutan
Bahan aktif rotenon mempunyai beberapa 200 gr /L air akar tuba dengan aplikasi
sifat yaitu, bekerja sebagai racun perut dan pengumpanan; V2A1 = Larutan 300 gr /L air
racun kontak yang selektif, residu tidak akar tuba dengan aplikasi pengumpanan; V3A1
peresisten dan pada LD50 oral 132-15000 mg/kg = Larutan 200 gr/L air serai wangi dengan
pada tikus. Rotenon berwujud kristal berwarna aplikasi pengumpanan; V4A1 = Larutan 300
putih sampai kuning (Aziz ,dkk 2004).
gr/L air serai wangi dengan aplikasi
Tanaman serai wangi (Cymbopogon pengumpanan; V1A2 = Larutan 200 gr /L air
nardus) merupakan salah satu jenis tumbuhan akar tuba dengan aplikasi penyemprotan; V2A2
penghasil insektisida nabati yang mempunyai = Larutan 300 gr /L air akar tuba dengan
kemampuan untuk menurunkan populasi hama. aplikasi penyemprotan; V3A2 = Larutan 200
Bagian daun serai wangi banyak mengandung gr /L air serai wangi dengan aplikasi
minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, penyemprotan; V4A2 = Larutan 300 gr /L air
sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, serai wangi dengan aplikasi penyemprotan.
metal heptenon, dan diptena. Bahan aktif yang Ditimbang sebanyak 200 gr dan 300 gr
mengandung zat beracun adalah geraniol. akar tuba dan daun serai wangi. Akar tuba dan
Geraniol dan citronella yang pada konsentrasi daun Serai Wangi dikeringanginkan kemudian
tinggi memiliki keistimewaan sebagai anti dipotong kecil kecil lalu diblender dan
feedant, sehingga rayap tidak bergairah ditambahkan air sedikit hingga menjadi halus.
memakan tanaman, sedangkan pada konsentrasi Setelah semua daun menjadi halus, pada setiap
rendah bersifat sebagai racun perut yang bias perlakuan ditambahkan 1 liter air dan diaduk
mengakibatkan rayap mati, Dari penelitian sampai larut. Kemudian diendapkan selama
terdahulu penggunaan ekstrak serai wangi satu malam dan disaring dengan kain saring,
dengan konsentrasi sebesar 2% memberikan lalu dimasukkan ke dalam handsprayer dan siap
dampak yang sangat efektif dalam untuk diaplikasikan.
mengendalikan rayap tanah (Hardi dan Rayap dan sarangnya diambil dari
Kurniawan, 2007). lapangan kemudian dimasukkan kedalam ember
plastik. Kemudian rayap dimasukkan rayap
105
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015
sebanyak 10 ekor pada stoples kaca yang berisi Parameter yang diamati yaitu persentase
serbuk kayu, sarang rayap, tanah dan kayu mortalitas rayap per perlakuan dan Aktivitas
lapuk kemudian ditutup dengan kain kasa. Rayap setelah perlakuan Aplikasi Termitisida
Rayap yang digunakan adalah rayap dari kasta Nabati.
prajurit.
Untuk aplikasi dengan menggunakan Persentase Mortalitas
pegumpanan digunakan sebuk kayu yang ⅀ Rayap yang mati
direndam dengan termitisida selama 24 jam
⅀ Rayap yang diaplikasikan
x 100 %
kemudian dikering anginkan agar kelembapan
terjaga.Untuk aplikasi penyemprotan dilakukan
dengan menyemprotkan secara langsung ke ( Abbott, 1925 dalam Wulandari, 2009).
tubuh serangga
Tabel 2. Pengaruh Teknik Aplikasi Terhadap Mortalitas Coptotermes curvinagthus Holmgren (%)
Pada Pengamatan I-VI HSA.
Pengamatan
Perlakuan
I II III IV V VI
A1 0.00 b 13.23 a 25.60 a 35.23 a 51.97 a 66.77 a
Rata-rata mortalitas rayap tanah dengan umpan yang yang diberikan langsung pada
teknik aplikasi pengumpanan lebih tinggi yaitu pakan rayap..
sebesar 66.77 % dibandingkan dengan teknik Keberhasilan dari teknik pengendalian
aplikasi penyemprotan sebesar 56.86 %. Teknik pengumpanan juga di pengaruhi oleh beberapa
pengumpanan dilakukan dengan memberikan faktor yaitu : jenis umpan, dan daya tarik
umpan pada pada bahan pakan rayap. Teknik umpan yang digunakan dapat mempengaruhi
pengumpanan ini cenderung akan keberhasilan dari teknik pengendalian. Pada
mengakibatkan kontak yang tinggi terhadap penelitian ini menggunakan serbuk gergaji,
rayap. Sebab rayap memiliki kemampuan untuk karena rayap menyukai bahan – bahan yang
menerima dan menafsirkan setiap rangsangan mengandung selulosa tinggi, dimana selulosa
bau yang esensial, sehingga Rata – rata merupakan makanan utama rayap (Nandika,
mortalitas rayap tanah dengan teknik aplikasi dkk 1999).
pengumpanan menyebabkan rayap mendekati Rata – rata persentase mortalitas rayap
tanah pada teknik aplikasi penyemprotan lebih
107
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015
Tabel 3.Pengaruh Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Insektisida Botani Dan Teknik Aplikasi
Terhadap Mortalitas Coptotermes curvinagthus Holmgren (%) Pada Pengamatan I HSA - VI
HSA.
Perlakuan Pengamatan
I II III IV V VI
V0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
V1A1 0.00 23.86 41.15 54.78 66.11 90.00
V2A1 0.00 23.86 36.93 54.78 77.71 90.00
V3A1 0.00 0.00 21.14 39.23 57.00 75.00
V4A1 0.00 18.43 28.78 33.21 59.00 68.81
V1A2 0.00 21.14 33.21 45.00 59.00 77.71
V2A2 0.00 7.71 32.21 48.93 61.22 71.57
V3A2 0.00 6.14 28.29 39.23 57.00 75.00
V4A2 0.00 6.14 28.08 39.06 54.78 68.86
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak Duncan
taraf 5 %.
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa rata – pakan dengan ekstrak akar tuba, dimana dengan
rata persentase tertinggi mortalitas rayap tanah teknik pengumpana ini memberikan kontak
pada seluruh kombinasi adalah pada perlakuan langsung pada rayap, dan kandungan retenon
V1A1 dan V2A1 (konsentrasi termitisida akar pada akar tuba telah meresap secara
tuba 200 gr dan 300 gr dengan teknik aplikasi menyeluruh pada pakan rayap, pengaruh
pengumpanan) yaitu sebesar 90% pada rotenone terhadap mortalitas rayap dipengaruhi
pengamatan VI HSA . Hal ini disebabkan pada oleh fungsi rotenone sebagai penghambat
kombinasi pengumpanan akar tuba, pemberian pernafasan, antifeedant (penghambat makan)
ekstrak akar tuba diaplikasikan secara langsung dan insect growth regulator (penghambat
pada pakan rayap dengan perendaman bahan perkembangan serangga) yang meningkatkan
108
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015
mortalitas rayap karena akar tuba memiliki dan dapat mempengaruhi keseimbangan ion-ion
toksiksitas yang cukup tinggi. Hal ini didukung yang ada dalam sel saraf sehingga
oleh Adriani (2008) yang menyatakan bahwa menyebabkan kematian pada rayap. Disamping
retenon adalah racun kuat bagi serangga dan itu paparan sinar matahari dapat merusak
memiliki toksiksitas yang cukup tinngi. senyawa bahan kimia pada pestisida nabati
Rata - rata mortalitas rayap pada sehingga efektivitas pestida akan berkurang.
kombinasi teknik pengumpanan dengan Dan didukung dengan prilaku Necrophagy pada
konsentrasi serai wangi 200 gr/l adalah sebesar rayap, yaitu sifat rayap untuk memakan
75%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan bangkai, dimana bangkai yang dimakan telah
kombinasi pengumpanan akar tuba. Hal ini terkontaminasi pestisida dan akan
disebabkan pada kombinasi pegumpanan serai meningkatkan toksiksitas yang lebih tinggi
wangi, serai wangi yang diapikasikan secara pada rayap. Hal ini sesuai dengan literatur
langsung dengan perendaman bahan pakan Arsin dkk (2012) yang menyatakan retenon
rayap, kandungan geraniol pada serai wangi sangat cepat rusak di air dan di tanah, dalam
memiliki bau yang khas dan geraniol yang waktu 2-3 hari dengan paparan sinar matahari
berfungsi sebagai antifeedant yang seluruh retenon akan hilang dan Nandika dkk
menyebabkan rayap tidak bergairah makan dan (2003) yang menyatakan rayap memiliki
membuat rayap menjadi lemah. Disamping itu perilaku Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk
rayap memiliki sifat kanibalisme, yaitu sifat memakan bangkai.
rayap untuk memakan individu sejenis yang
lemah, sakit atau dalam keadaan kekurangan Aktivitas Rayap Setelah Aplikasi
makanan dan Stomodeal feeding, yaitu transfer Pada tahap awal rayap akan melakukan
sumber makanan melalui mulut dimana sifat penyesuaian dengan lingkungan hidup yang
kedua rayap ini dapat meningkatkan mortalitas diberikan. Pada tahap ini aktifitas makan rayap
rayap. Hal ini sesuai dengan literatur Hardi dan rendah. Rayap yang mampu bertahan dan
Kurniawan (2007) yang menyatakan kandungan menyesuaikan diri akan melakukan orientasi
geraniol pada serai wangi berfungsi sebagai makanan, sedangkan yang tidak mampu
antifeedant dan Nandika dkk (2003) yang menyesuaikan diri akan mati. Tahap berikutnya
menyatakan bahwa rayap memiliki sifat rayap mencoba mencicipi makanan yang
kanibalisme dan Stomodeal feeding. diberikan (oriantasi makanan) dengan jalan
Rata – rata mortalitas tertinggi pada menggigit bagian permukaan kayu. Bila bagian
kombinasi penyemprota akar tuba sebesar tersebut tidak cocok, rayap akan beralih ke
77.71% dan kombinasi penyemprotan serai bagian lainnya sampai akhirnya rayap
wangi sebesar 75%, jauh lebih rendah menemukan bagian yang sesuai dan memenuhi
dibandingkan dengan kombinasi penumpanan syarat sebagai makanan. Jika makanan itu
akar tuba dan serai wangi. Hal ini disebabkan sesuai, rayap akan meneruskan makan,
oleh Hal ini disebabkan karena teknik sebaliknya bila makanan itu tidak memenuhi
penyemprotan dilakukan dengan syarat rayap akan meninggalkan makanan yang
menyemprotkan secara langsung ke tubuh disediakan dan memilih berpuasa. Dalam
rayap. Perlakuan aplikasi penyemprotan bekerja keadaan ini kondisi rayap akan lemah dan
sebagai racun kontak dan racun syaraf dan berangsur-angsur mati atau sakit. Hal sesuai
masuk melalui lubang-lubang alami atau mulut dengan literatur Sari (2008) yang menyatakan
bersamaan dengan bahan makanan yang rayap dapat menemukan sumber makanan
dimakan. Kemudian senyawa ini akan masuk karena mereka mampu untuk menerima dan
ke organ pencernaan dan diserap oleh dinding menafsirkan setiap bau yang esensial bagi
usus selanjutnya ditranslokasi menuju ke pusat kehidupannya
saraf. Akibatnya sistem saraf akan terganggu
109
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015
110
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015
111