Jurnal Hutabarat (Rumus Presentase)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No.

2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

Uji Efektivitas Termitisida Nabati Terhadap Mortaliatas Rayap


(Coptotermes curvinagthus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) di Laboratorium

The Effectiveness of Botanical Termiticides on Mortality of Termites


(Coptotermes Curvinagthus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) in Laboratory

Nova Kristina Hutabarat, Syahrial Oemry*, Mukhtar Iskandar Pinem

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan, 20155.


*Corresponding author : E-mail : [email protected]

ABSTRACT

This research aims to determine the effetiviness of Botanical termiticide tuba root (Derris elliptica
(Roxb) Benth) and citronella (Cymbopogon nardus L) of mortality of termites (Coptotermes
curvinagthus Holmgren) in laboratory. This method uses Randomized Complete Design with two
factor : the first factor was concentration of termiticide (Control, Soluble of tuba root 200 g/ L water,
Soluble of tuba root 300 g/ L water, Soluble of tuba root 200 g / L water, Soluble of citronella 300 g / L
water, Soluble of citronella of 200 g / L water) and second factors was application technique (feeding
and spraying).The result showed that concentration and application technique of termiticide
significantly effected the mortality of termites. The highest mortality (83,86%) on soluble of tuba root
300 gr / water and the lowest ( 0 %) on control. Mortality of termites on feeding application (66,77%)
was higher than spraying application (56.86%)

Keywords: Botanical Termiticides , Coptotermes Curvinagthus Holmgren, Mortality

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas termitisida nabati larutan akar tuba (Derris elliptica
(Roxb) Benth) dan larutan serai wangi (Cymbopogon nardus L) terhadap mortalitas rayap (Coptotrmes
Curvinagthus Holmgren) di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April
2013 di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Karet Sungai Putih Galang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor yaitu : Faktor pertama
adalah konsentrasi termitisida (kontrol, Larutan akar tuba 200 gr/ L air, Larutan akar tuba 300 gr/ L air,
Larutan serai wangi 200 gr/ L air dan Larutan 300 gr serai wangi/ L air) dan Faktor yang kedua adalah
teknik pengaplikasian (Penyemprotan dan Pengumpanan). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi dan teknik aplikasi termitisida berpengaruh nyata terhadap persentase mortalitas rayap.
Mortalitas tertinggi (83,86 %) pada larutan akar tuba 300 gr / L air dan yang terendah (0%) pada
perlakuan kontrol. Persentase mortalitas aplikasi pengumpanan lebih tinggi (66,77 %) daripada aplikasi
penyemprotan (56,86 %).

Kata kunci : Termitisida Nabati, Coptotrmes Curvinagthus Holmgren, mortalitas


103
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

PENDAHULUAN esensial bagi kehidupannya. Bau yang dapat


dideteksi rayap berhubungan dengan sifat
Rayap merupakan salah satu jenis kimiawi feromonnya sendiri (Tarumingkeng,
serangga dalam ordo Isoptera yang tercatat 2004).
terdiri dari sekitar 200 jenis dan 179 jenis Serangan rayap Coptotermes
diantaranya yang sudah teridentifikasi di curvignathus pada tanaman di lapangan
Indonesia. Beberapa jenis rayap di Indonesia merupakan salah satu kendala utama yang perlu
yang secara ekonomi sangat merugikan karena ditanggulangi. Hama ini dapat menimbulkan
menjadi hama utama adalah tiga jenis rayap kerusakan fisik secara langsung pada tanaman
tanah/subteran (Coptotermes curvignathus dan menyebabkan terjadinya penurunan hasil,
Holmgren, Macrotermes gilvus Hagen, serta sehingga menimbulkan kerugian ekonomis
Schedorhinotermes javanicus Kemner) dan yang cukup besar. Hal ini disebabkan rayap
satu jenis rayap kayu kering (Cryptotermes dapat menyerang akar dan batang tanaman
cynocephalus Light). Tiap tahun kerugian yang sehingga translokasi air dan zat hara dari tanah
diakibatkan oleh serangan rayap di Indonesia terganggu dan akhirnya tanaman mati
tercatat sekitar Rp 224 miliar - Rp 238 miliar (Nandika et al. 2003).
(Kalsholven, 1981). Dalam hidupnya rayap mempunyai
Rayap merupakan hama yang seringkali beberapa perilaku penting, yaitu (1)
juga merusak kayu sebagai bagian dari Trophalaksis, yaitu sifat rayap untuk
konstruksi bangunan dan material berselulosa berkumpul, saling menjilat, dan mengadakan
lainnya di dalam bangunan gedung atau pertukaran makanan, (2) Crytobiotic, yaitu sifat
menyerang pohon dan tanaman hidup sehingga rayap yang menjauhi cahaya, menyembunyikan
menjadi hama yang potensial, terutama di areal diri dan hidup dalam tanah, (3) Kanibalisme,
perkebunan kelapa sawit, karet dan tanaman yaitu sifat rayap untuk memakan individu
hutan industri seperti pinus, eukaliptus, dan sejenis yang lemah, sakit atau dalam keadaan
lain-lain (Subekti et al. 2008). kekurangan makanan, (4) Necrophagy, yaitu
Rayap memiliki bau tubuh yang khas sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya,
berasal dari senyawa kimia dalam tubuh, yang (5) Proctodeal feeding, yaitu transfer
disebut dengan hidrokarbon kutikula. mikroorganisme simbion pada nimfa yang baru
Hidrokarbon merupakan komponen utama berganti kulit melalui anus, dan (6) Stomodeal
lapisan epikutikula yang terdiri atas n-alkana, feeding, yaitu transfer sumber makanan melalui
alkena, dan komponen cabang metal mulut (Nandika et al. 2003).
Hidrokarbon kutikula berfungsi mencegah Dari penelitian sebelumnya penggunaan
tubuh dari kehilangan air, namun juga berperan ekstrak tuba dengan konsentrasi 4% sangat
sebagai pembawa pesan kimiawi dalam dan efektif karena mampu mengendalikan rayap
antar spesies. Dalam kehidupan sosial serangga, tanah lebih dari 50 % karena memiliki daya
kutikula hidrokarbon menjadi sebuah penanda racun dan toksitas yang cukup tinggi dan sangat
spesifik antar spesies, koloni, dan kasta karena berpotensi untuk dikembangkan sebagai
serangga sosial dapat mengatur sekresi insektisida botani (Charli, 2004).
epikutikula dan eksokrinnya (Sari, 2008). Senyawa bio-aktif rotenone (C23H22O6)
Setiap koloni rayap mengembangkan paling banyak terdapat pada akar tuba (Derris
karakteristik tersendiri berupa bau yang khas elliptica). Rotenone diklasifikasikan oleh World
untuk membedakannya dengan koloni yang Health Organization sebagai insektisida kelas
lain. Rayap dapat menemukan sumber makanan II dengan tingkat bahaya menengah. Rotenon
karena mereka mampu untuk menerima dan sangat cepat rusak di air dan di tanah, dalam
menafsirkan setiap rangsangan bau yang waktu 2-3 hari dengan paparan sinar matahari
104
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

seluruh racun rotenone akan hilang (Arsin et al. BAHAN DAN METODE
2012).
Tuba memiliki kandungan zat yang Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
beracun yang terdapat di dalam akar tuba. Zat Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman
beracun terpenting yang terkandung pada akar Karet Sungai Putih, dengan ketinggian tempat ±
tuba adalah rotenon (C H O ) yang secara 80 meter di atas permukaan laut. Penelitian
23 22 6
dilaksanakan pada bulan Maret -April 2013.
kimiawi digolongkan ke dalam kelompok Adapun bahan yang digunakan adalah
flavonoid. Zat-zat beracun yang terkandung rayap, sarang rayap, serbuk kayu , kayu lapuk,
lainnya adalah deguelin, tefrosin dan toksikarol, tanah, pasir, air, Daun Sereh Wangi dan Akar
tetapi daya racunnya tidak sekuat rotenon. Tuba. Adapun alat yang digunakan adalah
Rotenon adalah racun kuat bagi serangga dan cangkul, gunting, toples kaca , blender, panci,
ikan, akar tuba digunakan untuk menangkap timbangan, petridish, erlenmeyer 5000 ml,
ikan sedangkan akar yang telah dikeringkan gelas ukur , batang pengaduk, hand sprayer,
digunakan sebagai insektisida. Dengan rotenon pinset, ember, gunting, kertas saring dan kain
15 kali lebih 9 toksik dibandingkan nikotin dan kasa.
25 kali lebih toksik dibanding Potassium Penelitian ini menggunakan Rancangan
ferrosianida. Namun demikian rotenon sedikit Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri
atau tidak ada efeknya terhadap manusia atau dari 2 faktor perlakuan. Dengan kombinasi
hewan bedarah panas (Adriani, 2008). perlakuan V0A0 = kontrol ; V1A1 = Larutan
Bahan aktif rotenon mempunyai beberapa 200 gr /L air akar tuba dengan aplikasi
sifat yaitu, bekerja sebagai racun perut dan pengumpanan; V2A1 = Larutan 300 gr /L air
racun kontak yang selektif, residu tidak akar tuba dengan aplikasi pengumpanan; V3A1
peresisten dan pada LD50 oral 132-15000 mg/kg = Larutan 200 gr/L air serai wangi dengan
pada tikus. Rotenon berwujud kristal berwarna aplikasi pengumpanan; V4A1 = Larutan 300
putih sampai kuning (Aziz ,dkk 2004).
gr/L air serai wangi dengan aplikasi
Tanaman serai wangi (Cymbopogon pengumpanan; V1A2 = Larutan 200 gr /L air
nardus) merupakan salah satu jenis tumbuhan akar tuba dengan aplikasi penyemprotan; V2A2
penghasil insektisida nabati yang mempunyai = Larutan 300 gr /L air akar tuba dengan
kemampuan untuk menurunkan populasi hama. aplikasi penyemprotan; V3A2 = Larutan 200
Bagian daun serai wangi banyak mengandung gr /L air serai wangi dengan aplikasi
minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, penyemprotan; V4A2 = Larutan 300 gr /L air
sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, serai wangi dengan aplikasi penyemprotan.
metal heptenon, dan diptena. Bahan aktif yang Ditimbang sebanyak 200 gr dan 300 gr
mengandung zat beracun adalah geraniol. akar tuba dan daun serai wangi. Akar tuba dan
Geraniol dan citronella yang pada konsentrasi daun Serai Wangi dikeringanginkan kemudian
tinggi memiliki keistimewaan sebagai anti dipotong kecil kecil lalu diblender dan
feedant, sehingga rayap tidak bergairah ditambahkan air sedikit hingga menjadi halus.
memakan tanaman, sedangkan pada konsentrasi Setelah semua daun menjadi halus, pada setiap
rendah bersifat sebagai racun perut yang bias perlakuan ditambahkan 1 liter air dan diaduk
mengakibatkan rayap mati, Dari penelitian sampai larut. Kemudian diendapkan selama
terdahulu penggunaan ekstrak serai wangi satu malam dan disaring dengan kain saring,
dengan konsentrasi sebesar 2% memberikan lalu dimasukkan ke dalam handsprayer dan siap
dampak yang sangat efektif dalam untuk diaplikasikan.
mengendalikan rayap tanah (Hardi dan Rayap dan sarangnya diambil dari
Kurniawan, 2007). lapangan kemudian dimasukkan kedalam ember
plastik. Kemudian rayap dimasukkan rayap
105
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

sebanyak 10 ekor pada stoples kaca yang berisi Parameter yang diamati yaitu persentase
serbuk kayu, sarang rayap, tanah dan kayu mortalitas rayap per perlakuan dan Aktivitas
lapuk kemudian ditutup dengan kain kasa. Rayap setelah perlakuan Aplikasi Termitisida
Rayap yang digunakan adalah rayap dari kasta Nabati.
prajurit.
Untuk aplikasi dengan menggunakan Persentase Mortalitas
pegumpanan digunakan sebuk kayu yang ⅀ Rayap yang mati
direndam dengan termitisida selama 24 jam
⅀ Rayap yang diaplikasikan
x 100 %
kemudian dikering anginkan agar kelembapan
terjaga.Untuk aplikasi penyemprotan dilakukan
dengan menyemprotkan secara langsung ke ( Abbott, 1925 dalam Wulandari, 2009).
tubuh serangga

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis sidik ragam


menunjukkan bahwa konsentrasi termitisida
Mortalitas Rayap (Captotermes curvinagthus berpengaruh nyata terhadap persentase
Holmgren) mortalitas Coptotermes curvinagthus pada
pengamatan I HSA-VI HSA ( tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Insektisida Botani Terhadap Mortalitas Coptotermes curvinagthus
Holmgren (%) Pada Pengamatan I HSA- VI HSA.
Pengamatan
Perlakuan I II III IV V VI
V0 0.00 c 0.00 c 0.00 b 0.00 b 0.00 b 0.00 b
V1 0.00 c 22.50 a 37.18 a 51.86 a 69.46 a 80.78 a
V2 0.00 c 20.78 a 34.68 a 49.89 a 62.57 a 83.86 a
V3 0.00 c 1.67 c 24.72 a 39.23 a 52.89 a 70.57 a
V4 0.00 c 10.88b 28.43 a 36.14 a 52.92 a 68.86 a
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak Duncan
taraf 5 %.

Pada tabei 1 menunjukkan bahwa setelah pengaruh retenon.Nilai persentase


mortalitas rayap tertinggi yaitu 83.86 % pada mortalitas rayap yang sangat tinggi dengan
konsentrasi V2 (konsentrasi 300 gr akar tuba / adanya penggunaan termitisida akar tuba
L air ) dan yang rendah pada perlakuan kontrol disebabkan oleh senyawa kimia bioaktif
yang memberikan pengaruh nyata terhadap rotenone yang meracuni rayap. Akar tuba
perlakuan lainnya. Konsentrasi 300 gr akar tuba mengandung bahan yang beracun yang dapat
/ L air menunjukkan efektivitas yang lebih mematikan rayap. Penelitian ini mendukung
tinggi dalam meningkatkan mortalitas rayap pendapat Charli (2004) yang mengatakan
pada pengamatan ke VI hsa. Hal ini bahwa rotenon mengakibatkan mortalitas yang
menunjukkan akar tuba mengandung senyawa tinggi terhadap rayap tanah., penggunaan akar
kimia yang mengadung retenon yang berfungsi tuba pada konsentrasi 4 % mampu
sebagai racun sel yang kuat (insektisida) dan mengendalikan mortalitas rayap lebih dari 50 %
berfungsi sebagai antifedant yang menyebabkan karena memiliki daya racun dan toksitas yang
serangga berhenti makan. Kematian serangga tinggi.
terjadi beberapa jam sampai beberapa hari
106
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

Gejala keracunan yang diperlihatkan berfungsi sebagai antifedant yang mengurangi


rayap yang terkena racun ekstrak akar tuba nafsu makan rayap. Hal ini sesuai dengan
adalah tidak agresif, jalannya lemah dan pendapat Hardi dan Kurniawan (2007) yang
cenderung diam walau masih dalam keadaan menyatakan bahwa pestisida nabati sereh wangi
hidup. Langkah pertama dalam penilaian efek tidak membunuh rayap secara cepat, tetapi
keracunan insektisida adalah dengan melihat berpengaruh mengurangi nafsu makan,
adanya respon fisik dan perilaku hewan uji pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti
setelah melakukan kontak dengan insektisida kulit, hambatan menjadi serangga dewasa,
dan cara masuknya ke dalam organisme target sebagai pemandul, serta mudah diabsorsi oleh
rotenone merupakan racun perut dan kontak tanaman. Daun sereh wangi mengandung
tetapi tidak bersifat sistemik dan menurut cara geraniol dan citronella yang pada konsentrasi
kerjanya rotenone merupakan racun pernafasan. tinggi memiliki keistimewaan sebagai anti
Adharini (2008) mengatakan bahwa zat feedant, sehingga rayap tidak bergairah
rotenoid aktif menghambat enzim pernafasan memakan tanaman, sedangkan pada konsentrasi
yaitu enzim glutamat oksidase. Enzim ini rendah bersifat sebagai racun perut yang bisa
berfungsi dalam katabolisme asam amino mengakibatkan rayap mati
maupun biosintesisnya. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Mortalitas rayap pada konsentrasi 200 gr teknik aplikasi termitisida memberi pengaruh
serai wangi dapat menyebabkan mortalitas nyata terhadap persentase mortalitas Rayap
rayap sebesar 70.57 % ini disebabkan karena (Coptotermes curvinagthus Holmgren) pada
kandungan serai wangi zat citronella yang pengamatan II HSA-VI HSA

Tabel 2. Pengaruh Teknik Aplikasi Terhadap Mortalitas Coptotermes curvinagthus Holmgren (%)
Pada Pengamatan I-VI HSA.
Pengamatan
Perlakuan
I II III IV V VI
A1 0.00 b 13.23 a 25.60 a 35.23 a 51.97 a 66.77 a

A2 0.00b 9.10 a 24.37 a 35.62 a 44.77 a 56.86 a


Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak Duncan
taraf 5 %.

Rata-rata mortalitas rayap tanah dengan umpan yang yang diberikan langsung pada
teknik aplikasi pengumpanan lebih tinggi yaitu pakan rayap..
sebesar 66.77 % dibandingkan dengan teknik Keberhasilan dari teknik pengendalian
aplikasi penyemprotan sebesar 56.86 %. Teknik pengumpanan juga di pengaruhi oleh beberapa
pengumpanan dilakukan dengan memberikan faktor yaitu : jenis umpan, dan daya tarik
umpan pada pada bahan pakan rayap. Teknik umpan yang digunakan dapat mempengaruhi
pengumpanan ini cenderung akan keberhasilan dari teknik pengendalian. Pada
mengakibatkan kontak yang tinggi terhadap penelitian ini menggunakan serbuk gergaji,
rayap. Sebab rayap memiliki kemampuan untuk karena rayap menyukai bahan – bahan yang
menerima dan menafsirkan setiap rangsangan mengandung selulosa tinggi, dimana selulosa
bau yang esensial, sehingga Rata – rata merupakan makanan utama rayap (Nandika,
mortalitas rayap tanah dengan teknik aplikasi dkk 1999).
pengumpanan menyebabkan rayap mendekati Rata – rata persentase mortalitas rayap
tanah pada teknik aplikasi penyemprotan lebih
107
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

rendah dibandingkan dengan teknik aplikasi konsentrasi tinggi memiliki keistimewaan


pengumpanan. Dimana mortalitas tertinggi sebagai anti feedant, sehingga rayap tidak
pada perlakuan A2 sebesar 56.86 %. pada bergairah memakan tanaman, sedangkan pada
pengamatan 6 hsa . Hal ini disebabkan karena konsentrasi rendah bersifat sebagai racun perut
teknik penyemprotan dilakukan dengan yang bias mengakibatkan rayap mati. Dan
menyemprotkan secara langsung ke tubuh didukung juga pada penelitian Charli (2004)
rayap. Perlakuan aplikasi penyemprotan bekerja yang menyatakan penggunaan termitisida
sebagai racun kontak dan racun syaraf dan dengan konsentrasi 4% sangat efektif karena
masuk melalui lubang-lubang alami atau mulut mampu mengendalikan rayap tanah lebih dari
bersamaan dengan bahan makanan yang 50 % karena memiliki daya racun dan toksitas
dimakan. Kemudian senyawa ini akan masuk yang cukup tinggi dan sangat berpotensi untuk
ke organ pencernaan dan diserap oleh dinding dikembangkan sebagai insektisida botani.
usus selanjutnya ditranslokasi menuju ke pusat Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
saraf. Akibatnya sistem saraf akan terganggu bahwa kombinasi teknik aplikasi termitisida
dan dapat mempengaruhi keseimbangan ion-ion dan konsentrasi termitisida tidak berpengaruh
yang ada dalam sel saraf sehingga nyata terhadap persentase mortalitas Rayap
menyebabkan kematian pada rayap. Menurut (Coptotermes curvinagthus Holmgren) pada
Hardi dan Kurniawan (2007) termitisida pada pengamatan I HSA - VI HSA

Tabel 3.Pengaruh Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Insektisida Botani Dan Teknik Aplikasi
Terhadap Mortalitas Coptotermes curvinagthus Holmgren (%) Pada Pengamatan I HSA - VI
HSA.
Perlakuan Pengamatan
I II III IV V VI
V0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
V1A1 0.00 23.86 41.15 54.78 66.11 90.00
V2A1 0.00 23.86 36.93 54.78 77.71 90.00
V3A1 0.00 0.00 21.14 39.23 57.00 75.00
V4A1 0.00 18.43 28.78 33.21 59.00 68.81
V1A2 0.00 21.14 33.21 45.00 59.00 77.71
V2A2 0.00 7.71 32.21 48.93 61.22 71.57
V3A2 0.00 6.14 28.29 39.23 57.00 75.00
V4A2 0.00 6.14 28.08 39.06 54.78 68.86
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak Duncan
taraf 5 %.

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa rata – pakan dengan ekstrak akar tuba, dimana dengan
rata persentase tertinggi mortalitas rayap tanah teknik pengumpana ini memberikan kontak
pada seluruh kombinasi adalah pada perlakuan langsung pada rayap, dan kandungan retenon
V1A1 dan V2A1 (konsentrasi termitisida akar pada akar tuba telah meresap secara
tuba 200 gr dan 300 gr dengan teknik aplikasi menyeluruh pada pakan rayap, pengaruh
pengumpanan) yaitu sebesar 90% pada rotenone terhadap mortalitas rayap dipengaruhi
pengamatan VI HSA . Hal ini disebabkan pada oleh fungsi rotenone sebagai penghambat
kombinasi pengumpanan akar tuba, pemberian pernafasan, antifeedant (penghambat makan)
ekstrak akar tuba diaplikasikan secara langsung dan insect growth regulator (penghambat
pada pakan rayap dengan perendaman bahan perkembangan serangga) yang meningkatkan
108
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

mortalitas rayap karena akar tuba memiliki dan dapat mempengaruhi keseimbangan ion-ion
toksiksitas yang cukup tinggi. Hal ini didukung yang ada dalam sel saraf sehingga
oleh Adriani (2008) yang menyatakan bahwa menyebabkan kematian pada rayap. Disamping
retenon adalah racun kuat bagi serangga dan itu paparan sinar matahari dapat merusak
memiliki toksiksitas yang cukup tinngi. senyawa bahan kimia pada pestisida nabati
Rata - rata mortalitas rayap pada sehingga efektivitas pestida akan berkurang.
kombinasi teknik pengumpanan dengan Dan didukung dengan prilaku Necrophagy pada
konsentrasi serai wangi 200 gr/l adalah sebesar rayap, yaitu sifat rayap untuk memakan
75%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan bangkai, dimana bangkai yang dimakan telah
kombinasi pengumpanan akar tuba. Hal ini terkontaminasi pestisida dan akan
disebabkan pada kombinasi pegumpanan serai meningkatkan toksiksitas yang lebih tinggi
wangi, serai wangi yang diapikasikan secara pada rayap. Hal ini sesuai dengan literatur
langsung dengan perendaman bahan pakan Arsin dkk (2012) yang menyatakan retenon
rayap, kandungan geraniol pada serai wangi sangat cepat rusak di air dan di tanah, dalam
memiliki bau yang khas dan geraniol yang waktu 2-3 hari dengan paparan sinar matahari
berfungsi sebagai antifeedant yang seluruh retenon akan hilang dan Nandika dkk
menyebabkan rayap tidak bergairah makan dan (2003) yang menyatakan rayap memiliki
membuat rayap menjadi lemah. Disamping itu perilaku Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk
rayap memiliki sifat kanibalisme, yaitu sifat memakan bangkai.
rayap untuk memakan individu sejenis yang
lemah, sakit atau dalam keadaan kekurangan Aktivitas Rayap Setelah Aplikasi
makanan dan Stomodeal feeding, yaitu transfer Pada tahap awal rayap akan melakukan
sumber makanan melalui mulut dimana sifat penyesuaian dengan lingkungan hidup yang
kedua rayap ini dapat meningkatkan mortalitas diberikan. Pada tahap ini aktifitas makan rayap
rayap. Hal ini sesuai dengan literatur Hardi dan rendah. Rayap yang mampu bertahan dan
Kurniawan (2007) yang menyatakan kandungan menyesuaikan diri akan melakukan orientasi
geraniol pada serai wangi berfungsi sebagai makanan, sedangkan yang tidak mampu
antifeedant dan Nandika dkk (2003) yang menyesuaikan diri akan mati. Tahap berikutnya
menyatakan bahwa rayap memiliki sifat rayap mencoba mencicipi makanan yang
kanibalisme dan Stomodeal feeding. diberikan (oriantasi makanan) dengan jalan
Rata – rata mortalitas tertinggi pada menggigit bagian permukaan kayu. Bila bagian
kombinasi penyemprota akar tuba sebesar tersebut tidak cocok, rayap akan beralih ke
77.71% dan kombinasi penyemprotan serai bagian lainnya sampai akhirnya rayap
wangi sebesar 75%, jauh lebih rendah menemukan bagian yang sesuai dan memenuhi
dibandingkan dengan kombinasi penumpanan syarat sebagai makanan. Jika makanan itu
akar tuba dan serai wangi. Hal ini disebabkan sesuai, rayap akan meneruskan makan,
oleh Hal ini disebabkan karena teknik sebaliknya bila makanan itu tidak memenuhi
penyemprotan dilakukan dengan syarat rayap akan meninggalkan makanan yang
menyemprotkan secara langsung ke tubuh disediakan dan memilih berpuasa. Dalam
rayap. Perlakuan aplikasi penyemprotan bekerja keadaan ini kondisi rayap akan lemah dan
sebagai racun kontak dan racun syaraf dan berangsur-angsur mati atau sakit. Hal sesuai
masuk melalui lubang-lubang alami atau mulut dengan literatur Sari (2008) yang menyatakan
bersamaan dengan bahan makanan yang rayap dapat menemukan sumber makanan
dimakan. Kemudian senyawa ini akan masuk karena mereka mampu untuk menerima dan
ke organ pencernaan dan diserap oleh dinding menafsirkan setiap bau yang esensial bagi
usus selanjutnya ditranslokasi menuju ke pusat kehidupannya
saraf. Akibatnya sistem saraf akan terganggu
109
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

Sebelum Aplikasi Termitisida Sesudah Aplikasi Termitisida


Gambar 1. Aktivitas rayap sebelum dan sesudah Aplilkasi Termitisida
(Sumber: Foto Langsung)
Pada penelitian yang telah dilakukan sehingga mengaplikasiannya memberikan
terlihat bahwa terjadi perubahan tingkah laku pengaruh terhadap prilaku Coptotermes
Coptotermes curvignathus setelah diberikan curvignathus dan dapat menurunkan aktifitas
perlakuan. Perubahan tingkah laku terlihat dari Coptotermes curvignathus tersebut.
beberapa jam setelah aplikasi. Coptotermes Dimana gerak rayap akan semakin melambat.
curvignathus menunjukkan menurunnya Hal ini sesuai dengan literature Aziz et
aktivitas, yaitu gerakan yang pada awalnya al.(2004) yang menyatakan bahwa Bahan aktif
bergerak aktif menjadi terlihat lemas atau rotenon mempunyai beberapa sifat yaitu,
bergerak pasif. Perubahan morfologi bekerja sebagai racun perut dan racun kontak
Coptotermes curvignathus terlihat setelah 1 hari yang selektif, residu tidak peresisten dan
setelah aplikasi perlakuan. Perubahan yang Tarumingkeng (2004) yang mnyatakan Rayap
terjadi adalah warna tubuh dan bentuk tubuh. dapat menemukan sumber makanan karena
Warna tubuh berubah dari berwarna putih pucat mereka mampu untuk menerima dan
menjadi warna coklat kehitaman .dan bentuk menafsirkan setiap rangsangan bau yang
tubuh kaku kemudian menjadi keriput. Hal ini esensial bagi kehidupannya. Bau yang dapat
disebabkan termitisida yang bekerja sebagai dideteksi rayap berhubungan dengan sifat
racun perut yang yang meresap melalui lubang kimiawi feromonnya sendiri
pernapasan serangga dan pori pori serangga
karena dapat mengendalika mortalitas
SIMPULAN sebesar 66.77%
3. Kombinasi perlakuan pengumpanan akar
1. Pemberian larutan akar tuba (Derris tuba lebih efektif terhadap mortalitas
elliptica (Roxb.) Benth) dengan Captotermes curvinagthus Holmgren
konsentrasi 300gr/L air sangat efektif karena dapat mortalitas sebesar 90 %
mengendalikan mortalitas Captotermes
curvinagthus Holmgren karena dapat DAFTAR PUSTAKA
mengendalikan mortalitas sebesar 83.86 %
2. Teknik aplikasi pengumpanan lebih efektif Adharini. 2008. Uji Kemampuan Ekstrak Akar
dibandingkan perlakuan teknik aplikasi Tuba (Derris elliptica Benth ) untuk
penyemprotan terhadap mortalitas Mengendalikan Rayap Tanah
Coptorermes curvinagthus Holmgren (Captotermes curvinagtus Holmgren)

110
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 103- 111 Desember 2015

Departemen Silvikultur Fakultas Hutan. Fakultas Kehutanan. Universitas


Pertanian IPB. Bogor. Nusa Bangsa.
Arsin., A.A, Ishak., H, Jayadipraja.,A.E., 2012. Kalshoven,L.G.E. 1981. The Pest Of Crop in
UJi Efektivitas Ekstrak Akar Tuba Indonesia. Revised By Vanderlaan. P.T.
(Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta
Larva Anopheles Sp. Fakultas Nandika,D.,Y.Rismayandi,dan F.Diba,
Kesehatan Masyarakat. Universitas 2003. Rayap, Biologi dan Pengendalian.
Hasanuddin. Makasar. Muhammadiah University Press,
Aziz, R.A., R.Catup., Surakarta
A.I.N.,Nordin.,A.K.M.,Ramli.,R.M.,Sa Sari,P.S. 2008. Pengaruh Ekstrak Aglaia
rdi., 2004. Purification and odorata Lour Dan Piper retrofractum
Vahl Terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Identification of Retenon from Derris
Coptotermes curvinagthus Holmgren
elliptica by Using the Vacum Liqiud (Isoptera : Rhinotermitidae). Program
Chromatopgraphy – Thin Layer Studi Hama Penyakit Tumbuhan.
Chromatopgraphy (VLC-TLC) Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Method Chemical Engineering Pilot Subekti, N,. Durayadi, D,. Nandika, D,.
Plants. Faculty of Chemical and Surjokusumo, S dan Anwar, S,. 2008.
Natural Resources Engineering. Johor Sebaran dan Karakter Morfologi Rayap
Tanah (Macrotermes gilvus Hagen ) di
Darul Takzim.
Habitat Hutan Alam . Jurnal Ilmu dan
Charli, P,. 2004. Daya Racun Ekstrak Akar Teknologi Hasil Hutan, vol 1 hlm 27-33
Tuba ( Derris elliptica ( Roxb ) Benth) Tarumingkeng, R. C., 2004. Biologi dan
Terhadap Rayap Tanah (Captotermes Pengendalian Rayap Hama Banguan di
curvinagtus Holmgren) Skiripsi Fakultas Indonesia.
Pertanian . Universitas Sumatera Utara. http://tumoutou.net/dethh/5.termite.
Medan behavior..html. (di akses 6 Februari 2013)
Hardi, T, T, W,. dan Kurniawan, R,. 2007. Wulandari,E,G., 2009. Uji Toksisitas untuk
Pengendalian Rayap Tanah pada memengendalikan
Tanaman Kayu Putih Dengan Ekstrak (Coptptermes curvinangthus Holmgren
Serai Wangi. Balai Besar Penelitian )(Isoptera:Rhinotermitidae) di
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Laboratorium. Fakultas Pertanian. USU
Press.

111

You might also like