Yuni,+06-Revisis +adinda
Yuni,+06-Revisis +adinda
Yuni,+06-Revisis +adinda
ABSTRACT The frequency of exercise is one of the factors that affect body mass index
(BMI). The frequency of exercise of each person is varies in a week. This
research discusses the effect of frequency of exercise on BMI on the
student of Faculty of Medicine YARSI Univeristy 2013 and 2014
generations. In this research, a sample of 86 people with cross sectional
research methods by filling out a questionnaire and measured the height
and weight then these data are processed using Chi Square statistical
test. From the results, the average frequency of exercise is in the medium
category which is 2-3 times a week. In the Chi Square statistical test
obtained P = 0.272 (p> 0.05) on the male student and P = 0649 (p>
0.05) on the female students. It was not statistically significant
relationship exists between the frequency of exercise on BMI. BMI is not
only influenced by the frequency of exercise per person. There are many
factors that affect that is genetic, nutritional, environmental, and disease.
Additional research can be expected to do further research to include
other factors that affect BMI.
Jumlah Jengukkan
90
78
80 74
70 63 60
60
50
39
40
30 21
20
10
0
Kontrol (-) Kontrol (+) 50 mg 100 mg 200 mg 400 mg
Latency Time
Durasi (s)
3 2,5
2 2,25 2,25
2 1,75 1,75
1
0
(-) (+) 50 mg 100 mg 200 mg 400 mg
Gambar 4.2. Perbandingan Latency Time (durasi mencit berpindah dari tengah kepinggir) masing-
masing dosis ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera).
0
(-) (+) 50mg 100mg 200mg 400mg
Gambar 4.3. Perbandingan center square duration (durasi mencit berada di tengah daripada
kotak) masing-masing dosis ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera).
Rearing
Jumlah
24
22
22
20 20 20
20 19 19
18
16
(-) (+) 50mg 100mg 200mg 400mg
Gambar 4.4. Perbandingan rearing (jumlah mencit berdiri dengan dua kaki belakang) masing-
masing dosis ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera).
041 ADINDA AMALIA SHOLEHA, QOMARIYAH
Gambar 4.2., 4.3., 4.4. dan 4.5. signifikansi beberapa data yang diperoleh
menunjukkan bahwa pada dosis manapun lebih kecil dari 0.05.
pada daun kelor dengan empat kali Syarat untuk uji Anova tidak
replikasi meghasilkan durasi latency time, terpenuhi karena nilai signifikansi (p)
center square duration, jumlah rearing dari Uji Shapiro-Wilk yang kurang dari
dan grooming yang berbeda-beda. Hal ini 0.05. Karena itu digunakan uji Kruskal-
menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor Wallis.
mempunyai efek depressan terhadap Pada uji Kruskal-Wallis diperoleh
sistem saraf pusat mencit namun tidak nilai p>0.05 maka diambil kesimpulan
cukup signifikan. H0 diterima. Tidak ada perbedaan
Data open field test dianalisis bermakna rata-rata perlakuan secara
lebih lanjut untuk mengetahui apakah statistik.
terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil uji panggung (Gambar 4.3.)
Pertama dianalis dengan uji abnormalitas menunjukkan bahwa dosis 50, 100, 200
dengan uji Shapiro-Wilk untuk dan 400 sudah memperlihatkan efek
mengetahui apakah data terdistribusi depressan dengan adanya penurunan
normal atau tidak. Pada uji ini diperoleh aktifitas jengukan dibandingkan dengan
hasil bahwa data terdistribusi tidak kontrol negatif daun kelor.
normal yang dapat dilihat dari nilai
Grooming
Jumlah
2
1,5 1,5 1,5 1,5
1,5
1
1 0,75
0,5
0
(-) (+) 50 mg 100 mg 200 mg 400 mg
Gambar 4.5. Perbandingan grooming (jumlah menggaruk-garuk pinggir kotak mencari jalan
keluar) masing-masing dosis ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera).
Hasil yang didapat setelah dan motorik pada mencit namun tidak
dilakukan uji statistik One Way ANOVA signifikan.
dengan lanjutan Uji Duncan Hal ini sama halnya dengan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan Ray et al.,
kadar daun kelor yang bermakna antara (2003) menerangkan bahwa kelor
kelompok negatif, 200 dan 400 mg, dan mempunyai efek depresan dengan
terdapat perbedaan bermakna kelompok terdapatnya penurunan aktivitas
50, 200 dan 400 mg, juga pada kelompok lokomotor pada mencit.
100 mg dan 400 mg. Yang artinya pada Kemudian hasil uji open field
dosis 200 mg dan 400 mg memilki dosis tersebut dilakukan uji kruskal-wallis
yang berbeda nyata dengan kontrol (tabel. 4.3.) dan diperoleh nilai p>0.05
negatif. maka diambil kesimpulan H0 diterima.
Hal ini sesuai dengan penelitian Dimana yang berarti tidak terdapat
yang dilakukan Chakraborty et al., (2014) perbedaan yang bermakna rata-rata
menjelaskan bahwa daun kelor perlakuan.
mempunyai efek depresan yang
signifikan p<0,05 pada dosis 200 mg dan
400 mg dengan uji renang dan uji PENUTUP
perendaman ekor.
Efek depresan yang terjadi pada Berdasarkan hasil penelitian yang
SSP tersebut dikarenakan salah satu sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
kandungan daun kelor yang mampu bahwa ekstrak etanol daun kelor
mempengaruhi sistem saraf pusat. mempunyai aktivitas depresan pada
Kandungan senyawa aktif pada daun sistem saraf pusat mencit dengan metode
kelor tersebut adalah flavonoid, uji panggung dan open field test.
triterpinoid, dan saponin.
Senyawa-senyawa tersebut
bekerja langsung pada reseptor kompleks DAFTAR PUSTAKA
GABAa yang cara kerjanya mirip dengan
obat golongan benzodiazepine,hingga Adavaitha, M.V. 2015. Screening of
menimbulkan efek depresan dan relaksasi Anxiolytic Agents in Drug
otot. Discovery.
Hal tesebut sesuai dengan Slideshare.http://www.slideshare.ne
penelitian yang dilakukan Bhattacharya t/AdvaithaMv/screening-of-
et al., (2014) menjelaskan bahwa anxiolytics-44529278 India
kandungan daun kelor dapat (Diakses 12 April 2016).
menimbulkan efek depresan yang Al-Quran dan Terjemahannya (Mushaf
signifikan pada dosis 400 mg dengan uji Fatimah). 2013. Departemen
aktivitas Actophometer. Agama Republik Indonesia.
Hasil open field test (Gambar 4.2., Penerbit Alfatih.
4.3., 4.4. dan 4.5) menunjukkan bahwa Bappenas. 2003. Indonesian Biodiversity
dosis 50, 100, 200 dan 400 mg sudah Strategy and Action Plan.
memperlihatkan efek depresan dengan Dokumen Nasional Bappenas.
adanya penurunan aktivitas lokomotor Jakarta.
043 ADINDA AMALIA SHOLEHA, QOMARIYAH