13646-Article Text-72974-2-10-20230111

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Penerapan Sertifikat Laik Higiene Bisnis Kopi Start Up Pada

Tatanan Normal Baru


Fries Melia Salviana1 dan Hanung Widjangkoro2
1Fakutas Hukum, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya, Indonesia,
[email protected]
2 Fakultas Hukum, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya, Indonesia,

[email protected]

Abstract
Business actors in an effort to protect consumers during the covid 19 period, every restaurant
business is required to have a Hygiene Worthy Certificate regulated in the Regulation of the
Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 1096 / Menkes / Per / VI / 2011
concerning Jasaboga Sanitation Hygiene and Surabaya Mayor Regulation Number 28 of 2020
concerning New Normal Order Guidelines for Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Pandemic Conditions in the City of Surabaya as an effort to protect consumers. Normative
juridical research with statutory and conceptual approaches. Analysis of legal materials was
carried out after this categorization. The legal materials used are primary legal materials in
the form of statutory regulations, secondary legal materials in the form of journals, books, and
legal materials from online media, as well as tertiary legal materials from dictionaries. After
the legal material is collected, it will be grouped, compiled and described for further analysis
to answer the problem formulation and achieve the research objectives. The implementation of
the proper hygiene certificate is in accordance with the theory of legal effectiveness, because
in it there are supporting rules, namely the Regulation of the Minister of Health of the Republic
of Indonesia Number 1096 / Menkes / PER / VI / 2011 concerning Jasaboga Sanitation Hygiene
supported by Circular number HK.02.01 / MENKES / 335/2020 Concerning the Protocol for
the Prevention of Corona Virus Disease Transmission in the Workplace of the Service and
Trade Sector (Public Area). Law enforcement is carried out by state civil servants and a task
force is formed which is applied to each region. The last factor is culture, which is related to
the existing human values of society to reduce or prevent transmission of Covid 19 so that it
can be applied in the roadmap. Sanctions for business actors in the field of food services are
administrative sanctions from the Head of the Regency / City Health Office in the form of a
warning, written warning or revocation of the Proper Hygiene Certificate as well as giving
compensation and / or regarding certain actions so that the losses suffered by consumers will
not be repeated.
Keywords: Hygiene Worthy Certificate; Start Up Coffee; New Normal Order
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum

Abstrak
Pelaku usaha dalam upaya melindungi konsumen pada masa pademi covid 19 maka
setiap usaha restoran wajib memiliki Sertifikat Laik Higiene diatur didalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga serta Peraturan Walikota Surabaya Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Tatanan Normal Baru Pada Kondisi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota
Surabaya sebagai upaya melindungi konsumennya. Penelitian Yuridis normatif dengan
pendekatan aturan perundang-undangan dan konseptual. Analisis bahan hukum dilakukan
setelah adanya pengkategorian tersebut. Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum
primer yang berupa aturan perundang-undangan, bahan hukum sekunder yang berupa jurnal,
buku, dan bahan hukum yang berada dari media online, serta bahan hukum tersier yang
berada dari kamus. Setelah bahan hukum terkumpul, maka akan dikelompokkan, disusun lalu
dideskripsikan untuk untuk selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah serta
mencapai tujuan penelitian. Penerapan Sertifikat Laik Higiene telah sesuai dengan teori
efektivitas hukum, sebab di dalamnya telah terdapat aturan yang mendukung yaitu Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011 Tentang Higieme
Sanitasi Jasaboga yang ditunjang oleh Surat Edaran nomor HK.02.01/MENKES/335/2020
Tentang Protokol Pencegahan Penularan Corona Virus Disease di Tempat Kerja Sektor Jasa
dan Perdagangan (Area Publik). Penegakan hukum dilakukan oleh paratur sipil negara serta
dibentuk gugus tugas yang diterapkan pada setiap wilayah. Faktor yang terakhir adalah
kebudayaan, yaitu terkait dengan nilai kemanusiaan yang ada dari masyarakat untuk
mengurangi atau mencegah penularan covid 19 sehingga bisa diterapkan dalam roadmap.
Sanksi bagi pelaku usaha di bidang jasaboga adalah sanksi administrasi dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang berupa teguran, teguran tertulis atau pencabutan Sertifikat
Laik Higiene serta pemberian ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu sehingga
kerugian yang diderita oleh konsumen tidak akan terulang kembali.

Kata Kunci: Sertifikat Laik Higiene, Kopi Start Up, Tatanan Normal Baru

A. PENDAHULUAN

Bisnis UMKM rintisan yang pada saat ini popular disebut sebagai usaha start up.

Menurut Paul Graham yang merupakan pendiri salah satu akselerator start up yang

merupakan terbaik di dunia Start up adalah perusahaan yang ada pada tahap berkembang dan

baru didirikan kurang lebih 3 (tiga) bulan, yang belum memiliki modal besar dan didirikan

oleh beberapa orang yang mempunyai idealisme, semangat tinggi dalam berkarya dan

mempunyai cita-cita tinggi dalam mengembankan ekonomi kreatif.(Noor, Nurendah, and

Suardy 2021).

341
Penerapan Sertifikat Laik…340-356

Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir dengan modal kecil

tetapi memiliki pangsa pasar perdagangan yang luas. konsep ekonomi kreatif mendorong

dikalangan kaum milenial membuka usaha startup bidang usaha kuliner khusus kopi kekinian

(Wijaya and Aini 2020). Istilah kopi kekinian, menjadi label bagi orang-orang di sekitar saya

untuk mengistilahkan layanan pemesanan kopi berbasis aplikasi mobile dengan mengunakan

internet sebagai media operasional dan pemasaran. Meskipun demikian, terminologi ini

sebetulnya agak rancu juga karena berbenturan dengan pemaknaan kedai kopi indie atau distro

kopi. Di era milenial bisnis kopi kekinian di Indonesia semakin tren dan ada dimana-mana,

sehingga semakin hari banyak juga bermunculan usaha start up kopi kekinian dengan

bermacam- macam konsep yang ditawarkan kepada konsumen, yaitu seperti konsep kedai kopi

yang gaya modern maupun konsep kedai kopi yang bernuansa jaman dahulu. Bahkan mulai

dari skala kedai kopi yang modal besar hingga skala kedai kopi yang modal kecil. Bisnis start

up kopi kekinian di era sekarang ini sangat menjanjikan. Kemunculan bisnis start up kopi

kekinian ini tidak lepas semakin konsumtif masyarakat kelas menengah ke atas. Karena di kedai

kopi kekinian tidak lepas masyarakat suka menghabiskan waktu lama lama di kedai kopi

dikarena pengemar kopi maupun berbagai aktivitas, seperti berkumpul bersama teman-teman,

belajar, mengerjakan tugas kantor maupun sekolah dan adapun datang ke kedai kopi sekedar

foto foto yang lalu dibagi (share) di halaman media sosial supaya terlihat lagi terkinian. Faktor–

faktor itulah yang membuat bisnis start up kopi kekinian semakin diminati oleh para pelaku

start up di berbagai kota besar maupun kota kecil(Asnawi 2022).

Untuk mendukung keberlangsungan sektor bisnis start up pada masa pandemi COVID-19,

sektor bisnis start up sekarang ini yang menjadi prioritas untuk diselamatkan sebab

UMKM atau bisnis start up sekarang ini sebagai tulang punggung perekonomian
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum

Indonesia. Di masa pandemi COVID-19 banyak UMKM atau bisnis start up yang

menyatakan sulit bertahan dan terpuruk. Karena pada masa pandemi Covid-19 merupakan

risiko yang tidak bisa dihindari(Rosita 2020). Artinya, mau tidak mau risiko tersebut harus

dihadapi oleh pelaku bisnis kuliner. Oleh sebab itu pemerintah membuat kebijakan terkait

bisnis start up ini.

Pemerintah menerbitkan protokol normal baru (new normal) bagi perkantoran dan industri

dalam menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19 yang diatur Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan

Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung

Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi.

Penyelenggaraan Usaha kedai kopinya wajib memenuhi standar kesehatan yang sudah

ditetapkan oleh pemerintah terhadap usahanya. Pelaku usaha di tuntut untuk menghasilkan

produk produk yang kompetitif terutama dari segi mutu, kesehatan, kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan konsumen pada masa pademi covid 19. segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen, kemudian pada penjelasan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(selanjutnya di sebut UUPK) menyatakan bahwa aturan hukum ini berfungsi untuk melindungi

konsumen. Fungsi UUPK bagi pelaku usaha adalah untuk meningkatkan kualitas produk.

Pelaku usaha dalam upaya melindungi konsumen pada masa pademi covid 19 maka setiap

usaha restoran wajib memiliki Sertifikat Laik Higiene(Elvlyn and Marhaen 2022). Dalam

melaksanakan Sertifikat Laik Higiene diatur didalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Kewajiban

Sertifikat Laik Higiene pada kedai kopi kekinian yang berada di kota Surabaya diatur dalam

343
Penerapan Sertifikat Laik…340-356

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Pedoman Tatanan Normal Baru

Pada Kondisi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Surabaya sebagai upaya

melindungi konsumennya. Pada karena konsumen harus mendapatkan kepastian tentang

kualitas rasa kopi terbaik dan keamanan konsumen.

Peraturan Kementerian Kesehatan tersebut dapat dikatakan merupakan suatu aturan yang

baru di Indonesia yang dibuat dengan adanya covid 19, oleh karena itulah perlu dilakukan

sebuah penelitian mengenai penerapan aturan tersebut, apakah penerapan aturan tersebut telah

sesuai dengan aturan yang tertulis atau tidak dengan menggunakan teori Efektivitas Hukum.

Teori Efektivitas Hukum menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa penegak

hukum, sarana, masyarakat, kebudayaan, dan hukum itu sendiri adalah faktor dari keefektifan

hukum(Ali 2017). Hal ini memiliki arti bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan

oleh 5 faktor, yaitu faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana atau

fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, yaitu lingkungan penerapan

hukum, dan faktor kebudayaan(Ali 2017).

Penelitian terdahulu yang dilakukan adalah penelitian dari Karina Septea Asie Sawong,

Dini Ririn Andias, dan Lailatul Muniroh yang berjudul Penerapan Higiene Sanitasi Jasa Boga

pada Katering Golongan A2 dan A3 di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah yang telah

dipublikasikan pada www.e-journal.unair.ac.id dengan hasil dimana syarat dalam tiap-tiap

variabel telah dipenuhi akan tetapi belum dipenuhi kelaikan fisik dalam penerapan hygiene

sanitasi jasa boga.(Septea, Karina Asie Sawong, Andias, Dini Ririn, dan Muniroh 2016)

Penelitian yang kedua adalah penelitian dari Rubiansah yang dipublikasikan pada

Publika Vol 8 no 1 Tahun 2019 adalah aspek penyampaian tujuan dan sosialisasi sebagai aspek

dalam komunikasi yang mempengaruhi implementasi oleh semua pengusaha restoran dan
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum

rumah makan yang ada di Pontianak.(Rubiansah 2019)

Maraknya bisnis kopi start up pada saat ini tentu saja merupakan salah satu alasan

pentingnya dilakukan penelitian ini. Sebab masih belum banyak pengusaha yang bergerak di

bidang bisnis kopi start up yang mengetahui bagaimana proses dari penerapan sertifikat laik

higiene pada masa pandemic covid19 ini dan sanksi apakah yang akan diterapkan apabila

pengusaha tidak menerapkan sertifikat laik higiene.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis penerapan sertifikat laik

higiene pada usaha start up kopi kekinian sebagai roadmap perlindungan konsumen pada masa

pandemi covid 19 di kota Surabaya dan melakukan analisis terhadap sanksi sebagai tidak

menerapkan sertifikat laik higiene pada usaha start up kopi kekinian sebagai upaya

perlindungan terhadap konsumen pada masa pandemi covid 19 di kota Surabaya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat buat rumusan masalah sebagai berikut: 1.

Bagaimana penerapan sertifikat laik higiene pada usaha start up kopi kekinian sebagai

roadmap perlindungan konsumen pada masa pademi covid 19 di kota Surabaya?; 2.

Bagaimana sanksi kepada usaha start up kopi kekinian sebagai tidak menerapkan sertifikat

Laik Higiene pada usaha start up kopi kekinian sebagai upaya perlindungan terhadap

konsumen pada masa pademi covid 19 di kota Surabaya?

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum kepustakaan

dengan cara meneliti bahan kepustakaan yang ada(Soekanto and Mamudji 2006). Sehingga

tahapan yang dilakukan pada awalnya adalah dengan melakukan pencarian bahan hukum. Baik

bahan hukum primer yang berupa aturan perundang-undangan ataupun bahan sekunder yang

dapat berupa buku, jurnal, atau bahan hukum lainnya guna dilakukannya studi kepustakaan

345
Penerapan Sertifikat Laik…340-356

atau bahan hukum yang didapat dari studi lapangan yaitu dengan cara melakukan survei atau

interview terhadap pihak yang berhubungan dengan penelitian, yaitu pada kantor Kementerian

Perdagangan Republik Indonesia yang ada di Jakarta dan beberapa UMKM di Surabaya.

Setelah mendapatkan data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut, maka hal yang

dilakukan selanjutnya adalah dengan pengumpulan dan pengkategorian bahan hukum.

Dikarenakan penelitian ini menggunakan dua pendekatan untuk melakukan analisa. Maka

pengkategorian tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan aturan perundang-undangan dan

konseptual. Analisa bahan hukum dilakukan setelah adanya pengkategorian tersebut. Hasil

akhir yang diharapkan setelah analisa tentunya adalah adanya konsep Penerapan Sertifikat Laik

Higiene Bisnis Kopi Start Up Pada Tatanan Normal Baru.

Bahan hukum dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer berupa aturan

perundang-undangan, bahan hukum sekunder yaitu jurnal, buku, dan bahan hukum yang

berada dari media online, serta bahan hukum tersier yang berada dari kamus. Setelah bahan

hukum terkumpul, maka akan dikelompokkan, disusun lalu dideskripsikan untuk untuk

selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah serta mencapai tujuan penelitian.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penerapan sertifikat laik higiene pada usaha start up kopi kekinian sebagai roadmap

perlindungan konsumen pada masa pademi covid 19 di kota Surabaya

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang no 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan memberikan

sebuah pengertian mengenai dagang yang memiliki tujuan untuk mengalihkan hak atas barang

dan atau jasa guna merupakan perolehan imbalan atau kompensasi dengan melakukan

beberapa kegiatan transaksi barang dan / jasa di dalam atau diluar negeri.
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum

Bisnis kopi apabila dilihat dari pengertian di atas, maka digabungkan menjadi transaksi

yang dilakukan dengan cara jual beli kopi atau pengalihan hak milik atas kopi. Start up

memiliki arti proses untuk mengawali bisnis baru. Perusahaan startup yaitu perusahaan yang

baru beroperasi dan masih berusaha menemukan pasar yang tepat sehingga dapat dikatakan

bahwa bisnis ini masih memiliki masalah dan belum tentu keberhasilannya(Rosdiana 2020).

Ciri-ciri bisnis kopi start up yaitu :

1. Lama operasinya tidak lebih lama dari 3 tahun;

2. Jumlah karyawan minimum 2 dan maksimum 20 orang;

3. Memiliki model bisnis yang masih berubah-ubah sesuai dengan respon pasar;

4. Membuat aplikasi atau software yang kemudian dipasarkan melalui internet sehingga

dapat dikatakan bisnis digital (Karsandi n.d.).

Pedoman Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Corona Virus Disease 2019 bagi

Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yang

terdapat dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 440 – 830 Tahun 2020 menetapkan

bahwa telah terdapat pedoman Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Corona Virus

Disease 2019 bagi Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan

Pemerintah Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran. Di mana dalam pedoman tersebut

terdapat 6 syarat penerapan Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 bagi ASN dilingkungan

Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah daerah. Yang mana juga terdapat tujuan dan ruang

lingkup pedoman.

Roadmap tersebut juga dipengaruhi oleh Peraturan Walikota Surabaya pada nomor 25

tahun 2014 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Usaha Pariwisata. Hal tersebut diperkuat

dengan adanya Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 Tentang Protokol

347
Penerapan Sertifikat Laik…340-356

Pencegahan Penularan Corona Virus Disease (Covid-19) di Tempat Kerja Sektor Jasa dan

Perdagangan (Area Publik) dalam mendukung Keberlangsungan Usaha.

Sertifikat Laik Higiene Jasa Boga adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh Dinas

Kesehatan Kota dalam rangka mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, proses

pengolahan dan perlengkapan pengolahan makanan yang dapat atau mungkin dapat

menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Dengan demikian, sertifikat laik higiene ini

merupakan alat pengawasan bagi pemerintah dalam rangka perlindungan konsumen dan

menurunkan risiko gangguan kesehatan bagi masyarakat. Hal tersebut sebagaimana

dicantumkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 1096 / 2011, bahwa setiap pelaku

usaha jasa boga harus memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi, serta mempekerjakan Tenaga

Penjamah Makanan yaitu tenaga kerja yang berhubungan langsung dalam proses pengolahan

makanan - yang memiliki sertifikat laik higiene sanitasi makanan.

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat

asas-asas atau kaidah-kaidah yang memiliki sifat mengatur dan sifat yang melindungi

kepentingan konsumen, sedangkan hukum konsumen adalah hukum yang mengatur hubungan

dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen

di dalam pergaulan hidup(Silalahi 2021). Pengaturan tentang hukum perlindungan konsumen

telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPK disebutkan bahwa Perlindungan konsumen adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen. Kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen berupa

perlindungan terhadap hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus,

memberi harapan agar pelaku usaha tidak bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum

hak-hak konsumen(Yustina Dhian Novita 2021). Dengan demikian maka pengaturan tersebut

memang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat terkait

dengan jasa boga dalam masa covid 19.

Teori Efektivitas Hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya

suatu hukum ditentukan oleh 5 faktor, yaitu faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum,

faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, yaitu

lingkungan penerapan hukum, dan faktor kebudayaan(Ali 2017).

Faktor hukumnya sudah tepat karena banyaknya aturan yang mendukung mengenai

pelaksanaan dalam hal ini, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1096/Menkes/PER/VI/2011 Tentang Higieme Sanitasi Jasaboga yang ditunjang oleh Surat

Edaran nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penularan

Corona Virus Disease di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik).

Kemudian untuk penegak hukumnya juga telah diterapkan yaitu aparatur sipil negara. Faktor

sarana yang mendukung untuk penegakan hukum juga telah diberikan oleh pemerintah

kepada aparatur sipil negara yaitu berupa dibentuknya gugus tugas dalam kaitan dengan ini.

Faktor masyarakat tentu saja adalah lingkungan masyarakat dalam hal ini tergantung di mana

gugus tugas tersebut diterapkan. Faktor yang terakhir adalah kebudayaan, yaitu terkait dengan

nilai kemanusiaan yang ada dari masyarakat untuk mengurangi atau mencegah penularan

covid 19. Sehingga dapat dikatakan bahwa telah memenuhi Teori Efektifitas Hukum.

2. Sanksi kepada usaha start up kopi kekinian sebagai tidak menerapkan sertifikat Laik

Higiene pada usaha start up kopi kekinian

Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1096/Menkes/PER/VI/2011 Tentang Higieme Sanitasi Jasaboga, selannjutnya disebut dengan

349
Penerapan Sertifikat Laik…340-356

Permenkes Laik Higiene, yang menyatakan bahwa pengelolaan makanan oleh jasaboga harus

memenuhi higiene sanitasi dan dilakukan sesuai cara pengolahan makanan yang baik.

Pasal 6 ayat 1 Permenkes Laik Higiene menyatakan bahwa setiap tenaga penjamah

makanan yang bekerja pada jasa boga harus memiliki sertifikat kursus hygiene sanitasi

makanan, berbadan sehat, dan tidak menderita penyakit menular, tenaga penjaman makanan

tersebut harus melakukan pemeriksaan kesehatannya secara berkala minimal 2 kali dalam 1

tahun bekerja.

Terkait dengan adanya Covid 19, maka ketentuan mengenai pengelolaan makanan dan

juga tenaga penjamah mendapatkan beberapa tambahan. Hal tersebut terkait dengan

diterbitkannya Surat Edaran nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 Tentang Protokol

Pencegahan Penularan Corona Virus Disease di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan

(Area Publik) dalam mendukung keberlangsungan usaha yang membuat pelaku usaha

jasaboga juga harus menambahkan adanya protokol kesehatan sebagaimana yang tercantum

di dalam Surat Edaran tersebut.

Pasal 7 ayat 1 Permenkes Laik Higiene menyatakan bahwa dalam hal jasaboga tidak

memenuhi higiene sanitasi dan cara pengolahan makanan yang baik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5, dapat dikenakan tindakan administratif oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota atau Kepala KKP. Tindakan administratif tersebut dapat berupa :

a. Teguran;

b. Teguran Tertulis;

c. Pencabutan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi jasaboga


P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum

Ketiga sanksi tersebut di atas merupakan sanksi yang akan diberikan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten / Kota atau Kepala KKP, bukan merupakan upaya hukum yang

dilakukan oleh konsumen.

Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen untuk melakukan perlindungan atas

apa yang dilakukan oleh pelaku usaha di bidang jasaboga yang tidak melaksanakan punya dan

atau tidak melaksanakan sertifikat laik higiene dan juga protokol pencegahan penularan virus

disease terdapat dalam Undang-Undang no 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

selanjutnya disebut dengan UUPK.

Pasal 7 UUPK menyatakan bahwa beritikad baik serta memberikan informasi yang jujur

mengenai produk, menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan / atau jasa yang berlaku, serta

memberikan kompensasi atas kerugian akibat pemakaian barang. Hal tersebut memberikan

makna bahwa pelaku usaha di bidang jasaboga harus memberikan informasi apakah telah

menjalankan protokol kesehatan terkait covid 19 serta memberikan ganti rugi apabila terjadi

kerugian oleh konsumen.

Pasal 8 ayat 1 menyatakan kaitannya mengenai apa saja yang dilarang untuk dilakukan

oleh pelaku usaha jasaboga. Yang pertama adanya tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan

standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam hal ini tentu

saja terkait dengan pelaksanaan protokol kesehatan, tidak sesuai dengan berat yang tercantum

di dalam label atau tanpa memberikan keterangan sama sekali.

Pasal 9 (1) dan Pasal 10 UUPK sama-sama memberikan sebuah pernyataan bahwa pelaku

usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa

secara tidak benar, dan/atau seolah-olah produk jasaboga yang ditawarkan tersebut telah

351
Penerapan Sertifikat Laik…340-356

memenuhi protokol kesehatan yang terdapat dalam Surat Edaran sebagaimana tercantum di

atas. Hal tersebut kemungkinan bisa dilakukan oleh pelaku usaha di bidang jasaboga agar

produk yang dijualnya dibeli oleh konsumen.

Pasal 19 UUPK menyatakan mengenai tanggung jawab bagi pelaku usaha jasaboga untuk

memberikan ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh konsumen akibat mengkonsumsi

produk yang diperdagangkan. Konsumen yang dirugikan menurut Pasal 45 ayat 1 dapat

menggugat pelaku usaha jasa boga melalui lembaga yang memiliki tugas untuk itu atau di

dalam peradilan umum. Penyelesaian tersebut tidak menghilangkan tanggung jawab pidana,

yang mana hal ini bisa dilakukan apabila tidak bisa terselesaikan di luar pengadilan.

Pasal 46 ayat 1 UUPK merupakan gugatan atas pelanggaran pelaku usaha jasaboga dapat

dilakukan oleh konsumen atau ahli waris, sekelompok konsumen dengan kepentingan yang

sama, Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yang

berbentuk badan hukum atau yayasan, dimana dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan

tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan

konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya, pemerintah

dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan

mengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit.

Pasal 47 UUPK mengenai penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan biasanya

dilakukan terkait dengan kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi atau tindakan

untuk menjamin tidak adanya kerugian kembali. Pasal 45 UUPK menyatakan mengenai

pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya,

atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari

setelah tanggal transaksi dan tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum

berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan dari pelaku usaha tata

boga.

D. PENUTUP

Penerapan Sertifikat Laik Higiene telah sesuai dengan teori efektivitas hukum, sebab di

dalamnya telah terdapat aturan yang mendukung yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011 Tentang Higieme Sanitasi Jasaboga yang

ditunjang oleh Surat Edaran nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 Tentang Protokol

Pencegahan Penularan Corona Virus Disease di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan

(Area Publik). Kemudian untuk penegak hukumnya juga telah ada yaitu aparatur sipil negara.

Faktor sarana yang mendukung untuk penegakan hukum juga telah diberikan oleh pemerintah

kepada aparatur sipil negara yaitu berupa dibentuknya gugus tugas dalam kaitan dengan ini.

Faktor masyarakat tentu saja adalah lingkungan masyarakat dalam hal ini tergantung di mana

gugus tugas tersebut diterapkan. Faktor yang terakhir adalah kebudayaan, yaitu terkait dengan

nilai kemanusiaan yang ada dari masyarakat untuk mengurangi atau mencegah penularan

Covid 19 sehingga bisa diterapkan dalam roadmap.

Sanksi bagi pelaku usaha di bidang jasaboga adalah sanksi administrasi dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang berupa teguran, teguran tertulis atau pencabutan

Sertifikat Laik Higiene serta pemberian ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu

sehingga kerugian yang diderita oleh konsumen tidak akan terulang kembali.

Penerapan Sertifikat Laik Higiene telah memenuhi teori efektivitas hukum, meskipun

demikian sosialisasi juga harus dilakukan oleh pemerintah mengenai Sertifikat Laik Higiene

agar masyarakat dan pelaku usaha memiliki pengetahuan mengenai hal tersebut sehingga akan

dapat mengurangi adanya pelanggaran mengenai hal tersebut. Pengawasan oleh Kepala Dinas

353
Penerapan Sertifikat Laik…340-356

Kesehatan Kabupaten/Kota lebih dipertajam sehingga bisa mengurangi risiko adalah

pelanggaran.
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Achmad. 2017. Menguak Tabir Hukum. 2nd ed. Jakarta: Kencana.
Asnawi, Anita. 2022. “Kesiapan Indonesia Membangun Ekonomi Digital Di Era Revolusi Industri
4.0.” Jurnal Ilmiah Indonesia 7(1).
Elvlyn, Elvlyn and Delpedro Marhaen. 2022. “Pengaruh Undang-Undang Cipta Kerja Terhadap
Digitalisasi UMKM Di Tengah Pandemi.” Justisi 8(2):82–94.
Karsandi, Rusdi. n.d. “Mengenal Bisnis Start up Di Indonesia.”
Noor, Tubagus Dicky Faldy Syahid, Yulia Nurendah, and Weman Suardy. 2021. “Penerapan
Hukum Bisnis Sebagai Upaya Menstimulus Kinerja UMKM Dari Perspektif Marketing.”
Jurnal Ilmiah Manajemen Kesatuan 9(3):627–40.
Rosdiana, Riska. 2020. “Analysis of Investment Interests, Motivation, Social Environment,
Financial Literacy (Comparative Study of Generation Z and Millennial Generation).”
International Journal of Business, Economics and Law 22(1):111–21.
Rosita, Rahmi. 2020. “Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Umkm Di Indonesia.” Jurnal
Lentera Bisnis 9(2):109.
Rubiansah. 2019. “Implementasi Program Penataan Bantaran Sungai Di Kawasan Jalan Brigjen
Katamso Kabupaten Sintang.” Publika 8.
Septea, Karina Asie Sawong, Andias, Dini Ririn, dan Muniroh, Lailatul. 2016. “Penetapan Higiene
Sanitasi Jasa Boga Pada Katering Gol A 2 Dan A3 Di Kota Palangkaraya Kalimantan
Tengah.” 11, No 1.
Silalahi, Wilma. 2021. “Urgensi Perlindungan Konsumen Berbasis Teknologi Digital ( the
Urgence of Consumer Protection Based on Digital Technology ).” 589–98.
Soekanto, Soerjono and Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Nornatif Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wijaya, Ning Karna and Soraya Aini. 2020. “Pemberdayaan Santri Dalam Pengembangan
Ekonomi Kreatif ‘Kimi Bag’ Di Pondok Pesantren Al Qohar Klaten.” Dimas: Jurnal
Pemikiran Agama Untuk Pemberdayaan 20(1):23.
Yustina Dhian Novita, Budi Santoso. 2021. “Urgensi Pembaharuan Regulasi Perlindungan
Konsumen Di Era Bisnis Digital.” Pembangunan Hukum Indonesia 3(1):48.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang no 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

355
Penerapan Sertifikat Laik…340-356

Undang-Undang no 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011

Tentang Higieme Sanitasi Jasaboga.

Keputusan Menteri Dalam Negeri no 440-830 Tahun 2020 Tentang Pedoman Tata Normal

Baru Produktif dan Aman Corona Virus Disease 2019 bagi Aparatur Sipil Negeri

Pemerintah Daerah.

Surat Edaran no HK 02/01/Menkes 335/220 Tentang Protokol Pencegahan Penularan Corona


Virus Disease di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik).

You might also like