This document discusses programs to address malnutrition and anemia issues in Indonesia. It focuses on programs targeting protein-energy malnutrition (PEM) and anemia in toddlers. Key elements of the PEM program include: identifying malnourished toddler cases; providing treatment at health centers; home visits and investigations to identify risk factors; nutrition education and supplementation for families. The document also discusses anemia issues in women of reproductive age and children, and prevention approaches like increasing iron intake from foods, supplementation, and food fortification. The overall goal is to improve nutrition status through various community and multi-sectoral interventions.
This document discusses programs to address malnutrition and anemia issues in Indonesia. It focuses on programs targeting protein-energy malnutrition (PEM) and anemia in toddlers. Key elements of the PEM program include: identifying malnourished toddler cases; providing treatment at health centers; home visits and investigations to identify risk factors; nutrition education and supplementation for families. The document also discusses anemia issues in women of reproductive age and children, and prevention approaches like increasing iron intake from foods, supplementation, and food fortification. The overall goal is to improve nutrition status through various community and multi-sectoral interventions.
This document discusses programs to address malnutrition and anemia issues in Indonesia. It focuses on programs targeting protein-energy malnutrition (PEM) and anemia in toddlers. Key elements of the PEM program include: identifying malnourished toddler cases; providing treatment at health centers; home visits and investigations to identify risk factors; nutrition education and supplementation for families. The document also discusses anemia issues in women of reproductive age and children, and prevention approaches like increasing iron intake from foods, supplementation, and food fortification. The overall goal is to improve nutrition status through various community and multi-sectoral interventions.
This document discusses programs to address malnutrition and anemia issues in Indonesia. It focuses on programs targeting protein-energy malnutrition (PEM) and anemia in toddlers. Key elements of the PEM program include: identifying malnourished toddler cases; providing treatment at health centers; home visits and investigations to identify risk factors; nutrition education and supplementation for families. The document also discusses anemia issues in women of reproductive age and children, and prevention approaches like increasing iron intake from foods, supplementation, and food fortification. The overall goal is to improve nutrition status through various community and multi-sectoral interventions.
Download as PPTX, PDF, TXT or read online from Scribd
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 13
PROGRAM
PENANGGULANGAN KEP DAN ANEMIA
NOVA ISLAMIYAH 1503410004 D4 GIZI TK.3 PENDAHULUAN
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein (KEP) yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Selain KEP, Anemia juga sebagai salah satu masalah gizi di Indonesia yang harus di tangani secara serius, terutama pada anemia gizi Kekurangan Energi Protein (KEP)
Pengentasan masalah kurang gizi pada balita
khususnya Kurang Energi Protein (KEP) pada masa mendatang diharapkan menjadi program masyarakat sendiri dengan memberdayakan sumber-sumber daya setempat yang ada. Untuk mencapai kondisi timbulnya kemampuan masyarakat dalam pengentasan masalah KEP pada balita tahun lalu telah dilakukan penelitian potensi masyarakat dalam melaksanakan pengentasan KEP secara swadaya. penanggulangan KEP pada balita oleh masyarakat yang meliputi :
Penjaringan kasus balita gizi buruk.
Pelayanan balita gizi buruk di puskesmas.
Pelacakan balita gizi buruk dengan cara
investigasi.
Pelayanan balita gizi buruk di rumah tangga.
Koordinasi Lintas Sektor dalam upaya
penanggulangan balita gizi buruk. Penjaringan Kasus Balita KEP
Tujuan : Untuk mengetahui kejadian dan jumlah balita KEP
Ruang Lingkup : Wilayah kerja puskesmas Uraian umum : Pelacakan adalah menemukan kasus balita KEP melalui pengukuran BB dan melihat tanda-tanda klinis Langkah-langkah kegiatan : 1. Mendatangi Posyandu atau rumah balita yang diduga menderita KEP 2.Menyiapkan atau menggantungkan dacin pada tempat yang aman 3.Menanyakan tanggal / kelahiran anak 4.Menimbang balita 5.Mencatat hasil penimbangan 6.Menilai status gizi balita dengan indeks BB/U standart WHO-NCHS 7. Mencatat nama balita menderita KEP 8. Membuat laporan KLB ke DKK Pelayanan Balita KEP Puskesmas
Tujuan : Memberikan pelayanan balita KEP di puskesmas dengan baik
Ruang lingkup : Puskesmas Uraian umum : Balita KEP adalah anak yang berumur 0-5 tahun yang BB/Unya & ndash; 3 SD standart WHO-NCHS dan mempunyai tanda- tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor ) Langkah-langkah kegiatan : 1. Identifikasi balita KEP 2.Pengukuran antropometri dan pemeriksaan klinis 3.Mengatasi hipoglikemi 4.Mengatasi dehidrasi 5.Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit 6.Mengobati infeksi 7.Pemberian makan 8.Pengamatan tumbuh kejar kembang 9.Tindak lanjut setelah sembuh 10.Pelacakan balita KEP dengan cara investigasi Pelacakan Balita KEP Dengan Cara Investigasi
Tujuan : Untuk mengetahui faktor –faktor yang berkaitan dengan kejadian
balita KEP melalui wawancara dan pengamatan. Ruang Lingkup : Wilayah kerja Puskesmas Uraian Umum : Investigasi adalah mencari faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian KEP melalui wawancara dan pengamatan. Langkah-langkah kegiatan : 1. Mendatangi rumah balita KEP 2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kunjungan 3. Melakukan wawancara dan pengamatan sesuai kuesioner 4. Melakukan pengukuran ulang ( bila diperlukan ) 5. Mengamati tanda klinis dengan fokus marasmus / kwashiorkor. 6. Menjelaskan kondisi kesehatan dan akibat yang mungkin terjadi 7. Memberikan motivasi pada keluarga ( orangtua ) agar balita mau dirujuk ( ke Puskesmas ) 8. Melakukan dokumentasi Pelayanan Balita KEP Di Rumah Tangga
Tujuan : Untuk meningkatkan status gizi balita KEP
Ruang Lingkup : rumah tangga Uraian Umum : Pelayanan gizi adalah pelayanan yang difokuskan pada PMT Pemulihan dan KEP adalah keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan BB pada KMS berada di Bawah Garis Merah (BGM )atau BB/ U –3 SD standart WHO-NCHS Langkah-langkah kegiatan : 1. Menghitung kebutuhan zat gizi berdasarkan BB 2. Menentukan jenis PMT-Pemulihan berdasar BB 3. Mendemonstrasikan cara menyiapkan PMT-P pada ibu 4. Menjelaskan cara pemberian ( frekuensi dan lama pemberian )PMTP 5. Menganjurkan untuk tetap memberi ASI sampai umur 2 tahun 6. Menganjurkan pemberian MP-ASI sesuai usia balita 7. Menganjurkan makanan seimbang sesuai umur dan kondisi kesehatan 8. Menganjurkan anak ditimbang secara teratur setiap bulan 9. Memberikan PMT-Pemulihan Koordinasi Lintas Sektoral Dalam Upaya Penanggulangan Balita KEP
Tujuan : Melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan
balita KEP Ruang Lingkup : Koordinasi Lintas Sektor tingkat Kabupaten dan Kecamatan Uraian Umum : Dukungan sektor terkait dalam penanggulangan balita KEP dan Lintas Sektor terdiri dari Pertanian BKKBN, Depag, PKK, Camat Langkah-langkah kegiatan : 1. Menyiapkan bahan rapat koordinasi 2. Membuat surat undangan 3. Mengedarkan surat undangan 4. Menyiapkan sarana dan prasarana 5. Menyampaikan masalah KEP 6. Membuat kesepakatan tindak lanjut / rencana kerja penanggulangan 7. Membuat notulen 8. Melaporkan hasil rapat 9. Umpan balik Adapun program penaggulangan KEP lainya meliputi :
Intervensi yang dilakukan pada saat
skreening kasus Intervensi di bidang pertanian, mikronutrien, penyediaan air minum yang aman dan sanitasi yang baik, pendidikan tentang gizi dan makanan
Pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan
Memperbaiki pola pertumbuhan anak dan status gizi
anak dari tidak normal menjadi normal atau lebih baik
Peningkatan pendapatan, pendidikan gizi,
suplementasi makanan
Penyuluhan mengenai pentingnya ASI, peningkatan
kondisi air bersih dan kebersihan lingkungan, monitoring pertumbuhan anak Meningkatkan variasi jenis makanan terutama yang berasal dari kebun dan ternak sendiri juga sangat efektif Anemia
Anemia defisiensi besi adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan menurunnya kadar zat warna merah dalam sel darah merah atau eritrosit yang disebut sebagai hemoglobin. Anemia gizi umumnya terjadi pada perempuan dalam usia reproduktif dan anak-anak. Keadaan ini membawa efek keseluruhan terbesar dalam hal gangguan kesehatan.Anemia defisiensi besi rentan terjadi pada remaja puteri karena meningkatnya kebutuhan zat besi selama masa pertumbuhan. Ditambah lagi, kehilangan darah pada masa menstruasi juga meningkatkan risiko anemia. Pada perempuan usia subur, anemia gizi berkaitan dengan fungsi reproduktif yang buruk, proporsi kematian maternal yang tinggi (10-20% dari total kematian), meningkatnya insiden BBLR (berat bayi <2,5 kg pada saat lahir), dan malnutrisi intrauteri. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi
Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan. Mengkonsumsi
pangan hewani dalam jumlah cukup. Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin. Suplementasi zat besi. Mengubah kebiasaan pola makanan dan hidup bersih dan pencegahan infeksi cacing. Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. TERIMAKASIH