Mikotoksin Bahan Pangan: Bahan Kuliah Ipn S-2 & S-3
Mikotoksin Bahan Pangan: Bahan Kuliah Ipn S-2 & S-3
Mikotoksin Bahan Pangan: Bahan Kuliah Ipn S-2 & S-3
MIKOTOKSIN
BAHAN PANGAN
ASPERGILLUS,
PENICILLIUM, FUSARIUM,
DAN KAPANG LAINNYA
2
COMMON MYCOTOXIN, COMMODITY AFFECTED, AND HEALTH
EFFECTS
Mycotoxin Commodity Fungal source (s) Effects of ingestion
Fungal
Mycotoxin Commodity Effects of ingestion
source (s)
Ochratoxin A barley, wheat, Aspergillus Suspected by IARC as human
and many ochraceus carcinogen. Carcinogenic in
other laboratory animals and pigs
commodities Penicillium
verrucosum
4
COMMON MYCOTOXIN, COMMODITY AFFECTED, AND HEALTH
EFFECTS
Fungal
Mycotoxin Commodity Effects of ingestion
source (s)
F.
crookwellen
se
5
AFLATOKSIN
6
AFLATOKSIN
Aspergilus flavus toksin
Kristalin aflatoksin stabil pada
kondisi tanpa cahaya dan
pada suhu sampai lebih dari
100oC,
termotoleran sampai 250oC
peka terhadap basa (NaOH,
NH3).
7
AFLATOKSIN
8
AFLATOKSIN
Terdapat pada:
jagung dan produk olahannya
kacang dan produk kacang-
kacangan
biji kapas, susu, dan tree nuts
seperti kacang brasil, kacang
pistachio dan walnut
sereal dan produk sereal seperti
pasta, dan mi instan
9
SITUASI KONTAMINASI
AFLATOKSIN DI INDONESIA
Tahun 1990
17% makanan jajanan menggunakan
kacang tanah (sebagai bumbu)
di Bogor, Jakarta, Karawang, Sukabumi
dan Rangkasbitung
mengandung :
aflatoksin B1 3.0-60 ppb
aflatoksin B2 1.3-30.0 ppb
10
AFLATOKSIN
Situasi kontaminasi di Indonesia
Syarief (1983) melaporkan :
gabah yang disimpan pada kadar air tinggi (18%
bb)
memproduksi aflatoksin B1
hingga 562 ppb setelah 50 hari penyimpanan
Keterangan :
* sampel jagung yang dikoleksi sengaja dipilih yang keadaannya jelek
(seperti diskolorasi,dsb)
AFLATOKSIN
Detoksifikasi aflatoksin
1. pengaruh radiasi
pengaruh panas
ekstraksi aflatoksin
Perlakuan fisik
2. Perlakuan kimia
perlakuan asam
perlakuan basa
pengaruh oksidator
3. Perlakuan biologis
13
ANALISIS AFLATOKSIN
Langkah dasar :
Ekstraksi
menghilangkan lemak
pembersihan
pemisahan
penghitungan
14
Deoksinivalenol
(DON)
15
Deoksinivalenol (DON)
mikotoksin jenis trikotesena tipe B
yang paling polar dan stabil
suatu epoksi-sesquiter-penoid yang
mempunyai :
1 gugus hidroksil primer
2 gugus hidroksil sekunder
gugus karbonil berkonjugasi yang
membedakannya dengan trikotesena tipe lain.
16
Deoksinivalenol (DON)
diproduksi oleh kapang
Fusarium graminearium (Gibberella zeae)
F.culmorum
18
Deoksinivalenol (DON)
19
Tabel kontaminasi DON
pada jagung di Jawa Barat
Kandungan DON
Sampel (ppm)
Lokasi terkontaminasi
DON (%) Kisaran Rataan
Dataran
tinggi
53.8 0.46-20.0 3.87
Dataran
rendah
84.6 1.92-21.6 5.66
20
Tabel kandungan DON pada jagung komersial
di Jawa Tengah (Ali et al, 1998)
21
Pencegahan dan pengendalian
DON
Pemeriksaan sebelum panen
mereduksi inokulum Fusarium pada debris host dan
pada sumber lainnya
24
Pencegahan dan pengendalian
DON
menggunakan reaksi enzimatis adanya
pertukaran antar molekul ataupun
prekursor yang saling berkaitan.
Detoksifikasi DON :
1 Perlakuan fisik
2 Perlakuan kimia
3 Perlakuan biologi
25
FUMONISIN
26
FUMONISIN
Hidrokarbon panjang yang dihidroksilasi
mengandung gugus metal dan amino
Bubuk hidroskopik berwarna putih
larut dalam air, methanol dan asetonitril-air
Stabil dan tahan panas sampai 25oC
Sering terdapat bersamaan dengan
mikotoksin lain (Aflatoksin, DON dan
Zearalenon)
27
FUMONISIN
Toksin dihasilkan oleh
Fusarium moniliforme (F. verticillioides)
F. proliferatum
F. nygamai
F. anthopilum
F. dlamini
F. napiforme
29
Tabel kandungan FB1
pada bahan pangan dan pakan
di Jawa Barat
Konsentrasi rata-rata
Tahun Area % (maksimum), ppm Total
FB1 FB2 FB3
0.72 0.30
Tinggi 48.1 - -
(2.96) (0.55)
1989
0.89 0.45
Rendah 25.0 - -
(1.73) (0.45)
2.73 0.70 0.38 3.46
Tinggi 79.4
(21.0) (4.35) (1.66) (27.01)
1995
2.70 0.59 0.31 3.39
Rendah 50.0
(8.47) (1.22) (0.58) (10.27)
2.03 0.59 0.28 2.74
Tinggi 73.3
(8.29) (2.19) (1.03) (22.51)
1997
2.08 0.26 0.24 2.75
Rendah 46.7
(5.33) (1.21) (0.62) (7.16)
31
Sumber: Yoshizawa et al., (1994)
Tabel kontaminasi fumonisin pada jagung
di daerah kasus kanker esofagus
(Transkei, Afrika Selatan)
Daerah
tingkat
rendah 0-0.550 0-0.150 0-0.700
- good corn
- moldy corn 0.450-18.900 0.150-6.750 0.600-25.650
Daerah
tingkat tinggi 0.50-7.900 0-2.250 0.050-10.150
- good corn
- moldy corn 3.450-46.900 0.900-16.300 4.350-63.200
32
Tabel kontaminasi fumonisin
pada produk pangan berbasis jagung
Jumlah
Macam Asal Kandungan rata-rata
dan % Pustaka
sampel (n) sampel dan kisaran (ppb)
positif
Brisbane- 850 (FB1) Maryam
Pop corn -
Ausralia (1999)
37
Analisis mikotoksin
lanjutan
38
OKRATOKSIN A
(OTA)
39
OKRATOKSIN A (OTA)
senyawa kristalin tidak berwarna
titik leleh 168oC
larut dalam kloroform, metanol, asetonitril,
natrium bikarbonat cair
molekulnya cukup stabil, dan dapat bertahan
pada produk olahan bahan pangan.
diproduksi oleh kapang :
Aspergillus ochraceus.
Penicillium verrucosum,
P. viridicatum
A. carbonarius
40
OKRATOKSIN A (OTA)
terdapat pada produk
kopi
bir
buah kering
wine
kakao
kacang-kacangan
ditemukan pula selama proses pembuatan bir,
roti, sereal sarapan dan pengolahan kopi, pakan
dan daging.
41
Tabel kandungan OTA
pada biji kopi di propinsi Lampung
(Dharmaputra et al, 1999)
Kandungan OTA
Tingkatan Juml Jumlah sampel Sampel (ppb)
rantai Sam- terkontaminasi terkontaminas
distribusi pel OTA i OTA (%)
Kisaran Rataan
0.3-
Petani 20 14 70 18.7
39.8
Pedagang
20 1 5 - 12.4
pengumpul
0.3-
Eksportir 20 9 45 10.8
27.5
42
Tabel kandungan OTA
pada biji kopi di propinsi Bengkulu
(Yani, 2004 dalam Dharmaputra, 2005)
Kandungan OTA
Jumlah (ppb)
Tingkatan Sampel
Jumlah sampel
rantai terkontamina
sampel terkontaminasi
distribusi si OTA (%) Kisaran Rataan
OTA
0.092-
Petani 30 12 40.0 0.70
3.736
Pedagang
pengumpu 0.083-
15 8 53.3 0.30
l (PP) 0.751
kecamatan
PP 0.162-
15 5 33.0 0.38
Kabupaten 1.027
Total 60 25 - - - 43
Tabel cemaran OTA
pada berbagai komoditas pertanian pangan dan pakan
(Bahri, 2003)
Jumlah Kandungan
Macam Asal Sumber
dan % rata-rata dan
sampel sampel pustaka
positif kisaran (ppb)
Pakan
Jawa Stoltz et al
puyuh (1 1 (100) 500
Tengah (1988)
kasus)
Jagung,
Jawa Barat Widiastuti et al
pabrik 1(4) 3
(Bogor) (1988)
pakan (26)
Bungkil
652.37 (7.08- Maryam et al
kelapa Idem 3(100)
1737.14) (1994)
sawit (3)
Tepung 1000(262.86-
Idem 2(100) Idem
slip (2) 1737.14) 44
Tabel cemaran OTA
pada berbagai komoditas pertanian pangan dan pakan
(Bahri, 2003)
Jumlah Kandungan
Macam Asal Sumber
dan % rata-rata dan
sampel sampel pustaka
positif kisaran (ppb)
Pakan
burung Jabotabek 3(60) 1.92(1.6-6.4) idem
unta (5) 45
Pencegahan dan pengendalian OTA
aktivitas air (aw) bahan pangan dibawah 0.8.
sebelum disimpan harus dikeringkan
Pada tempat penyimpanan dilakukan
fumigasi
aerasi
pendinginan
kontrol atmosfir
menerapkan GAP, GHP dan GMP
pengeringan
penyimpanan
sortasi agar biji kopi yang rusak tidak diproses
pendidihan, pemanggangan, pembakaran ataupun
fermentasi
46
Penanggulangan/detoksifikasi OTA
47
Analisis mikotoksin
Kromatografi zat cair (LC)
untuk menganalisis OTA pada :
jagung,
barley,
rye,
gandum,
kulit gandum,
makanan berbahan dasar gandum,
kopi yang sudah dipanggang,
wine dan bir.
Kisaran yang dapat dideteksi
0.03 µg/kg pada wine dan beer
0.3–0.6 µg/kg pada komoditas pangan lainnya
48
PATULIN
49
PATULIN
kristal tidak berwarna
titik leleh 110oC
larut dalam air, metanol, etanol, aseton,
etil asetat, amil asetat, dietil eter, dan
benzen
stabil pada kondisi asam dan pada
pemanasan sampai 100oC.
dapat terdekomposisi pada air destilasi.
50
PATULIN
dihasilkan oleh Penicillium dan Aspergillus
A. clavatus, mengkontaminasi :
apel,
P. expansum,
anggur,
P. patulum, pir,
P. aspergillus sayuran,
sereal dan
P. Byssochlamys makanan ternak yang
disimpan dalam gudang
53
JUSTIFIKASI DALAM MENETAPKAN REGULASI
MIKOTOKSIN DALAM PANGAN
1.Latar belakang
Kondisi Indonesiayang lembab dan beriklim tropis, menyebabkan
bahan pangan/pakan dan produk olahannya mudah terserang
oleh kapang penghasil toksin.
2.Regulasi
o Codex
o EC
o Negara lain : Australia, Jepang, dll
3.Toksisitas dan keamanan kontaminasi/cemaran :
Karsinogenik, teratogenik, mutagenik, hepatotoksik, nefrotoksik,
estrogenik, haemorhagic, diuretik, nausea, vomiting.
Umumnya berefek kronis
Resisten : termotoleran
54
Pertimbangan dalam menetapkan batas
maksimum mikotoksin dalam pangan
1. Mikotoksin yang menyebabkan
dampak kesehatan terbesar bagi
manusia
2. Komoditas tertentu yang
cenderung terkontaminasi oleh
mikotoksin, misalnya:
jagung lebih mudah terkontaminasi
oleh aflatoksin dan fumonisin,
gandum/terigu lebih mudah
terkontaminasi oleh DON,
55
kacang tanah lebih mudah
terkontaminasi oleh aflatoksin
produk olahan apel lebih mudah
terkontaminasi oleh patulin.
1. PENGUMPULAN MATERI
REGULASI DIBERBAGAI NEGARA
KAJIAN KEAMANAN
2. PEMBAHASAN KAJIAN KEAMANAN
3. PENETAPAN JENIS MIKOTOKSIN YANG
AKAN DIATUR
4. PEMBAHASAN BATAS MAKSIMUM
MIKOTOKSIN DALAM PANGAN
5. PENYUSUNAN DRAFT RSNI
58
REGULASI MIKOTOKSIN
61
Batas maksimum kandungan aflatoksin dalam
pangan
Batas
maksi
No. Pangan Jenis
mum
(ppb)
1 Susu dan M1 0,5 24 negara mengatur 0,5
Minuman ppb (termasuk CAC 2003);
Berbasis Susu 34 negara mengatur 0,05
63
Lanjutan ....
Batas
Jeni
No. Pangan maksimu
s
m (ppb)
7 Makanan Pencuci M1 0,5 24 negara mengatur
Mulut Berbahan 0,5 ppb (termasuk
Dasar Susu CAC 2003);
(Misalnya Puding, 34 negara mengatur
Yogurt Berperisa 0,05 ppb
atau Yogurt
dengan Buah)
8 Whey dan Produk M1 0,5
Whey, Kecuali Keju
Whey
64
Lanjutan ....
Batas
No. Pangan Jenis maksimu
m (ppb)
9 Kacang tanah dan B1 20 15 negara mengatur 5
produk olahan ppb;
4 negara mengatur 10
ppb; Jordania 15 ppb;
Cina, Hongkong 20 ppb.
Data penelitian di
Jabotabek tahun 1990 :
17% sampel
mengandung 3.0-60 ppb
aflatoksin B1.
Total 35 Malaysia 35 ppb;
14 negara mengatur 20
ppb;
10 negara mengatur 15
ppb (termasuk CAC
2003, Australia);
Jordania, Srilanka 30 65
ppb
Lanjutan ....
Batas
maksim
No. Pangan Jenis
um
(ppb)
10 Jagung dan B1 20 27 negara mengatur
produk olahan 5 ppb;
Egypt 10 ppb;
Cina 20 ppb,
Jordania 15 ppb
66
Batas maksimum kandungan
deoksinivalenol dalam pangan
Batas
maksimu
No. Pangan
m
(ppb)
1 Gandum 2000 Canada 2000 ppb;
Ukraina 500 ppb;
EU 2005 : 1750 ppb
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
68
Lanjutan ...
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
5 Produk olahan 500 regulasi EU 2005 dan Ukraina :
terigu siap 500 ppb
konsumsi (pastri, Jepang 1100 ppb
roti, biskuit, China, Iran, Ukraina, USA,
snack) Uruguay : 1000 ppb
Armenia, Belarus, Estonia,
Moldova, Rusia : 700 ppb.
Pasta dan mie 750 regulasi EU 2005 : 750 ppb
6 serta produk produk ini perlu pengolahan lebih
sejenisnya lanjut
7 MP-ASI berbasis 200 regulasi EU 2005 dan Ukraina 200
terigu ppb;
Canada 600 ppb
Belarusia tidak mengizinkan
harus lebih rendah dari kategori
pangan lainnya karena dikonsumsi 69
oleh balita.
Batas maksimum kandungan fumonisin
B1+B2 dalam pangan
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
1 Jagung 2000 Cuba 1000 ppb (FB1);
Amerika Serikat mengatur 2000-4000
ppb (FB1+ B2 + B3);
Iran, Swiss, Bulgaria 1000 ppb (FB1 +
FB2);
EU 2005 : 2000 ppb (FB1+B2).
Data penelitian tahun 2000 pada
jagung di Jawa Timur menunjukkan
100% positif mengandung fumonisin
rata-rata 514,25 ppb; di Bandung 73%
mengandung fumonisin rata-rata
11540 ppb; di Cianjur 100%
mengandung fum rata-rata 8150 ppb;
di Sukabumi 100% mengandung fum
70
rata-rata 28380 ppb; di Bogor 100%
mengandung fum rata-rata 3540 ppb;
Lanjutan ....
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
2 Produk olahan 2000 regulasi EU 2005 (FB1+B2) 1000
jagung sebagai ppb
bahan baku Perancis mengatur 1000-3000 ppb
(FB1)
Amerika Serikat mengatur 2000-
4000 ppb (FB1+ B2 + B3)
3 Produk olahan 1000 Cuba 1000 ppb (FB1)
jagung siap Iran, Swiss, Bulgaria 1000 ppb
konsumsi (corn (FB1 + FB2)
flakes, regulasi EU 2005 400 ppb(FB1 +
popcorn, corn FB2)
chips)
Perancis mengatur 1000-3000 ppb
(FB1)
Amerika Serikat mengatur 2000-
71
4000 ppb (FB1+ B2 + B3)
Batas maksimum kandungan
okratoksin A dalam pangan
No Batas
. Pangan maksimum
(ppb)
1 Serealia 5 Eropa, Turki, Slovenia, Spanyol,
(padi, Swedia, Portugal, Polandia,
jagung, Norwegia, Nederland, Liechtenstein,
sorgum, Lithuania, Luxembourg, Italia,
gandum) Islandia, Irlandia, Hungaria,
Finlandia, Francis, Jerman, Yunani,
Denmark, Bulgaria, Belgia, Austria
(24 negara yang mengatur OTA pada
serealia sebagai bahan baku sebesar
5 ppb).
Data penelitian tahun 2000 pada 72
jagung menunjukkan 60,6% positif
Batas maksimum kandungan
okratoksin A dalam pangan
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
2 Produk olahan 5 Eropa, Turki, Slovenia, Spanyol, Swedia,
serealia Portugal, Polandia, Norwegia, Nederland,
sebagai bahan Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg,
baku Italia, Islandia, Irlandia, Hungaria,
Finlandia, Francis, Jerman, Yunani,
Denmark, Bulgaria, Belgia, Austria (24
negara yang mengatur OTA pada serealia
sebagai bahan baku sebesar 5 ppb)
73
Lanjutan ...
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
3 Produk olahan serealia 3 EU 2005, Turki, Slovenia,
siap konsumsi Spanyol, Swedia, Portugal,
Polandia, Norwegia, Nederland,
Liechtenstein, Lithuania,
Luxembourg, Italia, Islandia,
Irlandia, Hungaria, Finlandia,
Francis, Jerman, Yunani,
Denmark, Republik Czech,
Bulgaria, Belgia, Austria (25
negara dari 33 negara yang
mengatur OTA pada produk
serealia siap konsumsi)
74
Lanjutan ...
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
75
Lanjutan ...
Batas
No. Pangan maksimum
(ppb)
6 Buah anggur 10 EU 2005, Turki, Swedia, Spanyol,
kering Slovenia, Portugal, Polandia,
termasuk Norwegia, Netherland, Lixembourg,
kismis Lithuania, Liechtenstein, Italia, Irlandia,
Iran, Islandia, Hungaria, Yunani,
Jerman, Francis, Finlandia, Denmark,
Belgia, Austria 10 ppb (24 negara dari
26 negara yang mengatur OTA pada
buah kering)
7 Sari buah 2 regulasi EU 2005 2 ppb; Bulgaria 3
anggur ppb; Italia 50 ppb
8 Kopi sangrai 5 regulasi EU 2005 dan Cuba 5 ppb;
termasuk kopi Bulgaria, Italia 4 ppb; Yunani 20 ppb;
bubuk Hungaria 10 ppb; Singapura 2,5 ppb;
Uruguay 50 ppb.
9 Kopi instant 10 regulasi EU 2005 10 ppb 76