Festival musim gugur resmi digelar. Para mahasiswa terlihat memenuhi venue yang berada di area lapangan Seoul International University. Para mahasiswa menikmati semua pertunjukkan yang ada. Dimulai dari band yang dibentuk oleh para mahasiswa, pertunjukkan tari dari sekelompok dancer, bahkan ada juga yang melakukan pertunjukkan solo.
Di sekeliling lapangan, terdapat banyak tenda-tenda yang diisi oleh para penjual yang berasal dari luar kampus. Ada yang berjualan makanan, baju hingga pernak-pernik lucu. Para mahasiswa bisa menikmati pertunjukkan sembari berbelanja.
Lisa, Seulgi dan Wendy tengah berada di tenda penjual odeng. Mereka tampak menikmati makanan tersebut sembari sesekali melihat para peserta yang tampil di atas panggung.
"Kita tidak akan ke sana?" tanya Seulgi, sejak daritadi mereka hanya berdiri di sekitar stand makanan.
"Tunggu aku menghabiskan ini, baru kita akan ke sana" Wendy mengangkat gelas berisi kuah odeng. Ia kemudian menyeruputnya hingga tak tersisa.
"Kalian berdua saja yang ke sana. Aku tetap di sini" kata Lisa.
"Tidak! Kau tidak bisa di sini, kau harus ikut bersama kami" Wendy menyeret tubuh Lisa untuk ikut bersama mereka.
Lisa tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan kedua sahabatnya. Sebenarnya, ia sangat malas berada di tengah kerumunan seperti ini. Tapi apa daya, kali ini ia tidak bisa menghindar.
"WOAAAAHHH...!!!" teriak Seulgi dan Wendy girang saat mereka berhasil tiba di kerumunan.
Keduanya mulai melompat dan bernyanyi mengikuti alunan musik yang disajikan oleh salah satu band bentukan mahasiswa dari jurusan seni musik.
Berbeda dengan Lisa. Dirinya benar-benar merasa tidak nyaman berada di dalam kerumunan seperti ini. Lisa mencoba menikmatinya, namun tidak mendapatkannya.
'Nginnnggg'
Lisa merasakan telinganya tiba-tiba berdengung hebat. Tidak ada lagi suara musik, tidak ada lagi teriakan para mahasiswa. Yang tersisa hanya suara dengungan yang memekakkan telinga dan membuat Lisa semakin tidak nyaman. Ia bergerak gelisah dan berusaha menutupi telinganya sekuat tenaga. Suaranya tidak mau hilang bahkan semakin kencang. Ia berusaha menoleh ke sekitarnya, mereka semua terlihat masih menikmati pertunjukkan yang ada. Mereka melompat, bersorak dan bernyanyi. Bahkan Seulgi dan Wendy pun sama.
Oke, Lisa baru menyadari bahwa hanya ia yang mengalami dengungan seperti ini. Tubuh Lisa mulai bergetar, kepalanya seolah berputar saat menyaksikan lautan manusia di sekitarnya. Ia mencoba mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pandangan. Namun, tatapannya justru semakin mengabur. Nafasnya tersengal dan tidak satu pun menyadari keadaan Lisa karena mereka sudah asyik dengan dunia mereka sendiri.
Merasa tidak kuat, Lisa berusaha untuk menyingkir dari kerumunan. Tidak peduli jika tubuhnya terhuyung kesana kemari dan beberapa kali bertabrakan dengan orang lain. Ia hanya ingin segera keluar dan menenangkan diri.
"Aku menyesal memilikimu"
"Kau anak tidak berguna"
"Lebih baik kau mati!"
Lisa menggeleng dengan kuat saat mendengar suara itu kembali bermunculan di kepalanya. Ia ingin sekali berteriak untuk menghentikannya. Namun, Lisa masih cukup sadar dan berusaha untuk tetap menjaga kewarasannya. Ia sadar dimana dirinya sekarang. Tidak mungkin Lisa berteriak dan membuat semua orang menganggapnya gila.
Dengan langkah tertatih, Lisa berusaha untuk mencapai toilet terdekat. Ia pikir, satu-satunya tempat paling aman untuk sekarang adalah di dalam toilet.
'Braakkk'

KAMU SEDANG MEMBACA
Healer [END]
Fanfiction"Kehadiranmu, salah satu bukti bahwa obat tidak selalu berbentuk pil" G!P 🔞