Proposal Aku
Proposal Aku
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA STKIP PGRI BANJARMASIN 2010/2011
A.
JUDUL PENELITIAN KOMPARASI KEANEKARAGAMAN SERANGGA HERBIVORA ANTARA LAHAN PERKEBUNAN KUINI (Mangifera odorata) DAN AREAL PENDUDUK DI DESA HANDIL DAHAM KECAMATAN ANJIR MUARA KABUPATEN BARITO KUALA
B.
PENDAHULUAN Serangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat ini telah diketahui sebanyak lebih kurang 950.000 spesies serangga didunia, atau sekitar 59,5% dari total organisme yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000). Tingkat keragaman serangga yang sangat tinggi dapat beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang alamiah seperti hutan-hutan primer maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian dan perkebunan (Siswanto & Wiratno, 2001). Tingginya keanekaragaman serangga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produk pertanian yang dihasilkan. Kestabilan populasi hama dan musuh alaminya umumnya terjadi pada ekosistem alami sehingga keberadaan serangga hama pada pertanaman tidak lagi merugikan. Kenyataan tersebut perlu dikembangkan sehingga mampu menekan penggunaan pestisida untuk menekan serangga hama di lapangan, terutama pada tanaman-tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (Siswanto & Wiratno, 2001). Informasi tentang keanekaragaman hayati pada areal perkebunan kuini sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan komoditas tersebut secara organik untuk terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan dan berbasis pada kelestarian ekosistem. Organisme yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya tanaman kuini adalah serangga herbivora. Keanekaragaman serangga herbivora baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan maupun kekayaannya juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini disebabkan adanya interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok fungsional serangga maupun dengan tumbuhan yang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman serangga itu sendiri. Penurunan keanekarangaman spesies serangga herbivora dapat menimbulkan efek domino terhadap keanekaragaman musuh alami serangga-serangga herbivora tersebut. Kemungkinan ini cukup beralasan karena serangga
herbivora mendukung hampir setengah dari jumlah spesies predator dan parasitoid (Bernays, 1998). Alasan lainnya adalah sebagian besar spesies serangga herbivora berifat monofag. Dari hasil inventori yang dilakukan terhadap 5000 spesies serangga herbivora di Inggris diketahui bahwa 80% diantaranya bersifat monofag dan kurang dari 10% memakan tanaman lebih dari 3 famili (Schoonhoven et all., 1998). Selain itu setiap spesies serangga membutuhkan mikrohabitat yang unik atau spesifik. Semakin sedikit spesies tumbuhan yang dijumpai pada suatu areal, semakin sedikit variasi mikrohabitat yang tersedia dan semakin sedikit pula spesies serangga yang mampu didukungnya. Upaya yang serius untuk menunjang ketersediaan mikrohabitat tersebut perlu dilakukan. Salah satu penyebab berkurangnya serangga herbivora di perkebunan kuini di karenakan semakin padatnya penduduk yang bermukim di daerah perkebunan itu. Namun demikian, sejauh ini belum ada laporan tentang sejauh mana keanekaragaman serangga herbivora pada areal tersebut dibandingkan dengan lahan kuini. Berkaitan dengan hal itu diperlukan suatu penelitian secara terencana untuk membangun suatu database bagi keperluan pengelolaan hama kuini dimasa mendatang.
C.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimana keanekaragaman serangga herbivora yang ditemukan pada perkebunan kuini dibandingkan dengan yang ada dalam areal penduduk.
D.
BATASAN MASALAH Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Serangga yang diteliti adalah serangga herbivora yang berada di lokasi perkebunan
kuini 2. Serangga yang masih berbentuk larva ataupun telor tidak dimasukkan perhitungan
TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan keanekaragaman serangga herbivora antara lahan kuini dan areal penduduk di Desa Handil Daham Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala.
F.
MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai informasi bagi masyarakat dan mahasiswa mengenai Komparasi Keanekaragaman
Serangga Herbivora antara Lahan Perkebunan Kuini (Mangifera odorata) dan Areal Penduduk. 2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa biologi khususnya mata kuliah Ekologi hewan dan Zoologi Invertebrata.
G.
TINJAUAN PUSTAKA
a. Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies adalah perbandingan antara jumlah spesies dan jumlah total individu dalam suatu komunitas yang berkaitan dengan kestabilan lingkungan dengan komunitas yang berbeda. Keanekaragaman memiliki peranan penting untuk menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh turut campurnya manusia (Michael, 1994) Keanekaragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies di antara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Keanekaragaman yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi pula. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi, karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila komunitas stabil. Ganggauan parah dapat menyebabkan penurunan yang nyata dalam
keanekaragaman. Keanekaragaman yang besar juga mencirikan sejumlah besar populasi (Michael, 1994) b. Tinjauan umum tentang Serangga Herbivora
Serangga memiliki nama ilmiah Insecta, dan merupakan salah satu dari kelas binatang beruas atau Arthropoda. Serangga disebut juga heksapoda yang berasal dari kata heksa yang artinya 6 (enam) dan kata podos yang berarti kaki. Kelas insekta termasuk dalam sub filum Atelocerata. Insekta merupakan kelas terbesar dalam filum arthropoda, beranggota 675.000 spesies yang tersebar disemua penjuru dunia. Insekta merupakan invertebrata yang hidup di darat, di tempat kering dan dapat terbang (Jasin, 1993). Menurut Lilies (1991) kelas insekta dibedakan menjadi 2 subkelas yaitu subkelas Apterygota (serangga tak bersayap) clan subkelas pterygota (serangga bersayap). Kelas serangga herbivora terbagi dalam beberapa ordo diantaranya yaitu : 1. Ordo Protura Termasuk serangga primitif dengan tubuh hanya beberapa milimeter. Tidak mempunyai sayap, antena, dan mata, tetapi memiliki bintik hitam di kiri kanan kepala. Fungsi antena digantikan oleh kaki depan yang selalu diangkat ke atas, sehingga berjalan hanya dengan kaki depan dan belakang. Habitatnya di tempat sejuk dan lembap, seperti di bawah batu-batuan, serasah, tanah berhumus, batang pohon roboh, dan di kulit pohon. Terdiri atas lebih dari 100 jenis teridentifikasi. 2. Ordo Diplura Langsing dan kecil, berukuran 5-10 mm. Tidak bersayap dan tidak bermata, antena panjang. Ekornya berupa sepasang rambut atau pencapit. Hidup tersembunyi di tempat-tempat lembap, di bawah serasah, sampah, humus, batu-batuan, dan sebagainya. Gerakannya cepat dan takut cahaya. Makan tanaman segar atau busuk, jamur, dan binatang kecil. Jenis teridentifikasi sekitar 100 jenis.
3. Ordo Collembola (agas-agas) Termasuk serangga bertubuh kecil dengan panjang beberapa milimeter dan tidak bersayap. Antena cukup panjang, umumnya bermata. Di ujung bawah abdomen terdapat semacam ekor untuk meloncat. Menyukai lingkungan yang basah atau lembap, biasa ditemukan di antara lumut, humus, sampah, sarang semut dan rayap, gua, serta di sekitar perairan tawar maupun laut. Agas-agas yang hidup di sarang semut atau rayap tidak bermata dan berekor pegas. Makanan utamanya spora dan semaian tanaman. Agas-agas yang hidup di permukaan air makan ganggang renik. Jenis teridentifikasi mencapai 1500. 4. Ordo Thysanura (perak-perak/renget) Menyukai lingkungan yang sejuk dan lembap seperti di hutan, kebun, dan juga lingkungan kering dalam rumah seperti pada laci meja, lemari pakaian, lemari buku, tumpukan kertas/karton, serta gudang. Beberapa hidup di sarang semut atau rayap. Tubuhnya gepeng mengecil ke belakang atau agak silindris, panjang 10-20 mm, bersisik putih keperak-perakan, kelabu, atau coklat kehitaman, dan mengkilat. Kepalanya agak besar, berantena panjang, bermata besar atau kecil, dan tidak bersayap. Jenis yang hidup di sarang semut atau rayap tidak bermata. Berekor berupa 2-3 rambut kaku panjang yang dinamakan sersi. Gerakannya cepat, umumnya menghindari tempat-tempat terang. Makanannya tumbuhan mati dan busuk, jamur, lumut, jili dan buku, kertas, dan juga pakaian. Jenis teridentifikasi sekitar 40 jenis, contoh yang biasa ditemukan dalam rumah adalah Lepisma saccharina. 5. Ordo Orthoptera (belalang, jangkrik) Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen
(disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. 6. Ordo Blattaria (lipas) Sudah hidup sejak zaman karbon (350-270 juta tahun yang lalu). Pada kedua sisi kepala terdapat mata majemuk berwarna hitam. Tepat di bawah mata terdapat cekungan tempat keluar antena filliform (bentuk benang). Di antara kedua pangkal antena terdapat mata tunggal yang disebut osellus. Lipas mempunyai mulut tipe penggigit dan pengunyah. Memiliki dua pasang sayap. Sayap depan disebut tegmina, liat seperti kulit atau perkamen, tidak tembus cahaya, untuk melindungi sayap belakang yang lebih besar, halus, tipis, transparan, serta digunakan untuk terbang. Habitatnya adalah hutan, pemukiman manusia, serta tempat gelap, kotor, dan lembap. Makanannya berupa daun yang mulai membusuk, ranting lapuk, bahan dan sisa makanan manusia, bahkan kotoran manusia. Dapat menularkan penyakit disentri (Entamoeba hystolica), lepra (Mycobacterium leprae), mycorysis yaitu keracunan saluran pencernaan akibat jamurAspergillus sp., serta menjadi inang cacing pita. Namun ada beberapa jenis yang hidup di hutan dan timbunan sampah yang berperan sebagai perombak sisa-sisa tanaman atau bangkai hewan sehingga membantu menyuburkan tanah.
7. Ordo Mantodea (belalang)
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun
sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.
8. Ordo Lepidoptera (kupu-kupu)
Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap). Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan gengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). Kupu-kupu dan ngengat amat banyak jenisnya. Di Jawa dan Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupukupu. Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah dibuatkan daftar lengkapnya, akan tetapi diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk., 1999).
9. Ordo Hymenoptera (tawon, lebah)
Lebah madu adalah salah satu jenis serangga dari sekitar 20.000 spesies lebah. Saat ini ada sekitar tujuh spesies lebah madu yang dikenal dengan sekitar 44 subspesies. Semua spesies ini termasuk dalam genus Apis. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari lilin, yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu. Koloni Dalam suatu kelompok (disebut "koloni") terdapat tiga "kasta", yaitu : * lebah ratu; * lebah betina (juga dikenal sebagai "lebah pekerja"); dan * lebah jantan. * Seekor lebah yang mengumpulkan serbuk sari.
Kumbang adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies serangga. Ordo Coleoptera, yang berarti "sayap berlapis", dan berisi spesies yang sering dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam kerajaan binatang. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan 8 juta. Kumbang dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. Mereka sering makan pada tumbuhan dan jamur, merusak pertahanan binatang dan tumbuhan, dan memangsan invertebrata lain. Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang seperti burung dan mamalia. Jenis tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang Colorado Leptinotarsa decemlineata.
Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yakni : 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies 2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dsb) tersebar antara banyak species itu. (Anonimous, 2008). Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk dan pemakan tumbuhan. Untung (1996) berpendapat bahwa setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi.
c.
Tinjauan umum tentang Perkebunan Kuini Penelitian dilaksanakan di Desa Handil Daham Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala. Lokasi penelitian merupakan perkebunan kuini yang di kelola secara bekerja sama antara penduduk sekitar dengan dinas pertanian dengan luas kebun sekitar 4000 m ( 80 m x 50 m). Desa Handil Daham mempunyai hawa sejuk yang memungkinkan serangga herbivora berkembang biak di perkebuan tersebut. Menurut Jumar (2000) kelembapan tanah, udara, dan kelembapan tempat hidup merupakan factor penting yang mempengaruhi distibusi, kegiatan dan perkembangan serangga. Tanaman Kuini ( Mangifera odorata) atau buah kuini adalah sejenis buah-buahan dari keluarga Anacardiaceae yang berasal dari Semenanjung Malaysia. Kuini (Mangifera odorala Grift) merupakan salah satu tanaman buah eksotik tropik yang mempunyai rasa dan aroma yang unik yang disukai hampir semua orang. Disamping dalam bentuk segar, aromanya yang unik dapat dipergunakan juga untuk memberikan rasa dan aroma pada makanan lain. Pohon kuini berukuran sedang, dengan tinggi antara 10-15 (jarang hingga 20) m. Berbatang lurus dengan tajuk bundar atau bundar telur melebar. Seluruh bagian tanaman, apabila dilukai, akan mengeluarkan getah berbau terpentin, yang mula-mula bening namun lama kelamaan akan menjadi coklat kehitaman. Getah ini bersifat menggatalkan bila terkena kulit. Daun tunggal tersebar, bentuk lonjong sampai lanset, 12-35 x 4-10 cm, dengan ujung daun meluncip pendek, bertangkai 3-7 cm yang pangkalnya menggembung. Helai daun menjangat, dengan urat-urat daun yang tampak jelas terutama di sisi bawah.
a. Klasifikasi Kuini
: : : : :
Genus
Mangifera
d. Faktor Lingkungan yang berpengaruh terhadap Hewan secara umum a. Cahaya Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh respon terhadap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada siang pagi, siang, sore, atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distibusi lokalnya (Jumar, 2000) b. Kelembaban Udara dan Tanah Kelembaban yang dimaksud dalam bahasan ini adalah kelembaban tanah, udara dan tempat hidup insekta di mana merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebi tahan terhadap suhu ekstrem. (Jumar, 2000) c. pH Tanah Pengukuran tanah sangat penting dalam ekologi hewan tanah karena keberadaan dan kepadatan hewan tanah sangat tergantung pada pH tanah. Hewan tanah ada yang memilih hidup pada pH tanah yang asam dan ada pula yang senang pada pH basa. d. Angin Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi serangga yang berekuran kecil. Angin juga mempengaruhi kandungan airdalam tubuh serangga, karena angin mempercepat penguapan dan penyebaran udara ( Jumar, 2000) e. Suhu Udara Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurut) pada umumnya kisaran suhu yang efektif
adalah : suhu minimum 150C, suhu optimum 250C dan suhu maksimum 450c. Pada suhu yang optimum serangga mampu untuk melahirkan keturunan besar atau kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit. (Jumar, 2000:92) e. Penelitian yang Relevan
a. Hasil penelitian tentang serangga (insekta) yang dilakukan oleh Susilawati (2000) pada
beberapa tipe penggunaan Lahan diperoleh ordo Lepidoptera, famili terdapat pada hutan sekunder adalah famili Danaidae (D2), Hesperidae (H1), Lycanidae (L1) ditemukan pada siang hari dan famili Geometridae (G2) yang ditemukan pada malam hari
b. Hasil penelitian tentang serangga (insekta) yang dilakukan oleh Zahrial Fajri pada
Tumbuhan Kelapa Sawit di peroleh 13 spesies serangga herbivora baik pada siang hari maupun malam hari, yaitu Aphis melliferai Linnaeus, Dissostura sp, Bactrocodermaaculiferum, Stagmomantis sp, Gryllus sp, Leptocorixa acuta, Apis indica, Helanithermis sp, Valanga nigri Cornis, Tenodora sp, Periplaneta Americana, subordo Anisoptera, Superfamily Hesperioidea.
c.
Hasil penelitian tentang serangga (insekta) yang dilakukan oleh Bambang Irwanto pada tumbuhan mangga di peroleh 6 spesies serangga herbivora baik pada siang hari maupun malam hari, yaitu B. dorsalis complex, Sternocetus frigidus F, Noorda albizonalis, S. frigidus, Bactrocera dorsalis Hendel, Biosteres sp.
H.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan teknik pengambilan sampel secara observasi yaitu pengamatan langsung kelapangan untuk mendapatkan gambaran tentang komparasi keanekaragaman serangga herbivora antara lahan kuini dan areal penduduk di Desa Handil Daham Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala.
Populasi penelitian adalah semua jenis serangga herbivore pada perkebunan kuini dengan luas sekitar 4000 m dengan jarak anta jebakan 8 m. Sedangkan sampel penelitian adalah semua jenis serangga herbivore yang tertangkap dalam perangkap.
a. Alat
1) Alat yang digunakan antara lain perangkap nampan kuning (yellow-pan trap)
perangkap jebakan (pitfall trap), perangkap cahaya (ligh trap), skop kecil, jerigen 5 liter, timba kecil, botol film, kuas kecil, baskom, mikroskop
2) Karena digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan dan gambar untuk setiap
spesies yang diperoleh. 3) Pinset digunakan untuk mengambil hewan serangga herbivora pada saat identifikasi.
4) Roll meter digunakan untuk mengukur area penelitian.
7) Soil tester digunakan untuk mengukur pH dan kelembaban tanah (%). 8) Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin (m/s) 9) Tali plastik digunakan untuk memberi nama atau nomor pada botol sampel.
10)Lup digunakan untuk mengamati spesies yang di dapat.
11) Buku-buku determinasi serangga herbivora digunakan untuk identifikasi spesies yang didapat dalam pengamatan. b. Bahan 1. Alkohol 70%, formalin 4%, deterjen, aquadest, tali rafia, kertas lebel, kantong plastik, dan kain kasa. 4. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan a. Melakukan observasi pendahuluan ke lokasi penelitian b. Membuat surat izin penelitian c. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian 2. Tahap pelaksanaan a. Mengukur lokasi tempat penelitian seluas (80mx50m) b. Pengambilan Sampel Serangga dilakukan dengan cara memasang perangkap di lapangan. c. Ada tiga perangkap yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu pitfall trap, yellow-pan trap dan ligh trap.
d. Pemasangan perangkap dilakukan pada lahan kebun kuini dan areal penduduk Plot
berukuran 2 x 2 m masing-masing sebanyak 4 buah dengan jarak antar plot 100 m, kemudian pada masing-masing plot ditempatkan 4 buah pitfall trap dan 4 buah yellowpan trap. e. Kedua perangkap tersebut di isi dengan campuran formalin 4% dan deterjen cair
4% hingga setengah bagian. Kedua perangkap ini dipasang selama 12 jam mulai dari pukul 06.00 wib hingga 18.00 wib.
f. Ligh trap di pasang pada malam hari sebanyak 2 buah dengan cara di gantung pada cabang kayu atau tonggak dengan ketinggian 3 m. Sebagai penjebak serangga, di bagian bawah ligh trap dipasang baskom yang yang berisi campuran formalin 4% hingga setengah bagian. g. Serangga yang tertangkap dimasukan kedalam tabung film dan diberi label sesuai dengan jenis perangkap masing-masing dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk disortir dan diidentifikasi hingga tingkat morfospesies.
5. Teknik Analisis Data Data penelitian yang diperoleh danalisis secara deskriptif dan statistik dengan urutan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi jenis serangga herbivora yang ditemukan dengan pustaka sebagai berikut : Bernay (1998), Jumar (2000), Lilies (1991). 2. Untuk menghitung keanekaragaman jenis serangga dengan menggunakan indek keragaman Shannon-Winner (odum,1996) sebagai berikut : H = - Pi Log Pi Keterangan : Pi = Kemelimpahan proporsional dari jenis ke-1 sehingga : Pi = Ni/N Ni = Jumlah individu suatu spesies N = Jumlah total individu smua jenis dalam komunitas H = Nilai indeks Keanekaragaman Dalam penelitian ini, indeks diversitas(keanekaragaman) ditetapkan sebagai berikut : a. b. Rendah, apabila H < 1 Sedang, apabila H = 1 3
c.
3. Untuk menghitung kemelimpahan digunakan rumus nilai penting (NP) menurut (Michael : 1994) Nilai penting (NP) = Kerapatan relative + Dominasi relative Rapatan = jumlah total individu spesies . Jumlah total kuadrat yang digunakan Dalam pengambilan sampel
Jumlah total individu jenis . x 100 Jumlah total individu seluruh Spesies yang tercatat
Dominasi =
Dominasi relatif =
I.
DAFTAR PUSTAKA Bernays, E.A. 1998. Evolution of feeding behavior in insect herbivoras: Successeen as different ways to eatwithout being eaten. Bioscience 48(1): 35-44. Colwell, R.K. 2000. EstimateS: statistical estimate of species richness and shared species from sample. Version 6.0b1 [serial online]. http://www.vicerov,eeb.ucoon.edu/estimates. Siswanto & Wiratno. 2000. Biodervisitas serangga pada tanaman panili (Vlanillaplanipolia) dengan tanaman penutup tanah Arachis pintoi K. (Proseding Seminar Nasional III). Perhimpunan Entomologi Indonesia. Bogor. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian .Rineka Cipta : Jakarta Lilies, S. Christina. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius: Yogyakarta. http ://www.bingregory.com/wp-content/uploads/2009/12/kuini http ://Zahrial fazri jonleo.blogspot.com, tanggal 16 Februari 2011 Bambang, Irwanto. 2008. Inventarisasi Hama-Hama Penting dan Parasitoid Pada Buah Mangga (Mangifera sp) Di Laboratorium FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN.