Civil Society

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

CIVIL SOCIETY DAN MASYARAKAT MADANI

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan)

Dosen Pengampu: Romi Faslah,M.Si

Di susun oleh: Ulfa Muamarotul Hikmah Hendy Setiawan Nailul Hidayah Ratri Nur Hanifah ( 12510008) (12510020) (12510028) (12310035)

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NOVEMBER 2012

KATA PENGANTAR Segala puji kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah yang berupa kemurahan, pertolongan, kesehatan dan kenikmatan sehingga kita masih bisa melaksanakan aktifitas keseharian. Sholawat serta salam mari kita haturkan keharibaan junjungan kita, Nabi agung Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk dari alam gelap gulita penuh dengan kejahiliaan menuju alam yang terang benderang dengan cahaya yakni addiinul islam, serta semoga kita mendapat syafaat Beliau di hari kiamat nanti, amien. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah KEWARGANEGARAAN dan yang kemudian dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Makalah ini di anjurkan di baca semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan. Terimakasih kami haturkan kepada Bpk Romi Faslah,M.Si dan tak lupa pula kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini dan kami mohon maaf apabila ada banyak kesalahan ataupun kekeliruan dalam proses penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kelompok kami khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang retak begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, sangat kami harapkan saran-saran dan kritik guna untuk peningkatan pembuatan makalah yang lebih baik pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Malang, 16 November 2012.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1 1.3 Tujuan ............................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3 2.1 Konsep Masyarakat Madani ............................................................. 3 2.2 Sejarah Masyarakat Madani....................................................6 2.3 Hubungan civil society dan demokrasi..............................................7 2.4 Pilar-pilar penegak civil society8 BAB III PENUTUP ..................................................................................... 107 A. Kesimpulan ......................................Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua penyebab yang melatar belakangi penulis mengangkat tema masyarakat madani dan wawasan nasional yakni, adanya beberapa kasus yang berkenaan dengan penindasan rakyat yang dilakukan oleh penguasa merupakan realitas yang sering kita lihat dan kita dengar dalam setiap pemberitaan pers, baik melalui media elektronik maupun media cetak. Sebut saja kasus yang terjadi di Indonesia ketika Orde Baru masih berkuasa, yakni penindasan terhadap hak tanah rakyat yang diambil oleh penguasa dengan alsan pembangunan. Atau juga relitas pengekangan dan pembungkaman kebebasan pers dengan adanya pembredelan media masa oeh penguasa, serta pembantaian para ulama dengan dalih dukun santet sekitar tahu 1999 yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selanjutnya adalah karena suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya, yang

didasarkan atas hubungan timbal balik atau kait-mengait antara filosofi bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada kondisi sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan wilayah serta pengalaman sejarah. Upaya pemerintah dan rakyat menyelengarakan kehidupannya, memerlukan suatu konsepsi yang berupa, Civil Society dan Masyarakat Madani yang dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati diri.

1.2

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul Civil Society dan Masyarakat Madani adalah a. Bagaimana konsep masyarakat madani? b. Apa saja pendapat masyarakat madani dari para tokoh? c. Bagaimana pengaruh hubungan masyarakat dengan demokrasi? d. Seperti apakah pilar-pilar penegak civil society?

1.3 Tujuan Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul Civil Society dan Masyarakat Madani adalah a. Untuk mengetahui konsep masyarakat madani. b. Untuk mengetahui pengertian dan makna masyarakat madani dari beberapa tokoh. c. Untuk mengetahui pengaruh civil society dan negara. d. Untuk mengetahui pilar-pilar penegak dalam civil society(masyarakat madani)

BAB II CIVIL SOCIETY DAN MASYARAKAT MADANI

1.1

Konsep Masyarakat Madani (Civil Society)

Pengertian Masyarakat Madani Beberapa definisi masyarakat madani dari berbagai pakar dan sumber di berbagai Negara yang menganalisa dan mengkaji fenomena masyarakat madani. 1) Zbigniew Rau Latar belakang kajiannya adalah pada kawasan Eropa Timur dan Uni Soviet. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat

madani merupakan suatu masyarakat yang berkembangdari sejarah, yang mengendalikan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Ruang ini timbul diantara hubungan-hubungan yang menyangkut kewajiban mereka terhadap negara. Oleh karenanya, maka yang dimaksud masyarakat madani adalah sebuah ruang yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekekuasaan Negara1. 2) Han Sung-joo Dengan latar belakang kasus Korea Selatan, ia mengatakan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbatas dari Negara, suatu ruang publik yang mampu mengartikulasikan isu-isu polotik, gerakan warga negara yang mampu mengendalikan diri dan independent, yang secara bersam-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini. 3) Kim Sunhyuk Juga dalam konteks Korea Selatan, ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara relative otonom dari negara, yang merupakan satuan-satuan dasar dari (re) produksi dan masyarakat politik yang mampu melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang publik, guna menyatakan kepedulian mereka dan kemajukan kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip pluralisme dan pengelolaan yang mandiri.

Aidia MJ, Demokrasi, Ilmu Hukum, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Madani, Masyarakat, Sejarah, http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengertiansejarah-

Perkembangan

perkembangan-dan.html diakses tanggal 16 November 2012

4) Prof. Naquib al-Attas, (Ahli Sejarah dan Peradaban Islam Malaisia serta pendiri Institute for Islamic Thought and Civilication) Tema masyarakat madani dilatar belakangi oleh konsep kota madinah, kota peradaban atau masyarakat kota, disisi lain pemaknaan masyarakat madani juga dilandasi oleh konsep tentang Al-Mujtama, AlMadani. Secara definitive masyarakat madani merupakan konsep masyarakat ideal yang mengandung dua komponen besar yakni masyarakat kota dan masyarakat beradab2. 5) Anwar Ibrahim (Mantan Deputi Perdana Menteri Malaisia) Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni pelaksanaan permintaan, mengikuti undang-undang dan bukan nafsu atu keinginan individu, menjadikan iketerdugaan atau predicatability serta ketulusan atau transparancy sistem3. 6) Blakeley dan Suggate (1997), Masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and the market4. 7) Nurcholis Madjid Beliau mengungkapkan pengertian massarakat madani, Dalam rangka menanamkan kkomitmen dengan tingkat kesejatian yang tinggi itu, kita perlu mnengok dan mengangsu kepada khasanah budaya kita, dalam
2

Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani Tim ICCE UIN Jakarta (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 243 3 M. Dawan Rahardjo, Masyarakat Madani di Indonesia, Sebuah Penjajakan Awal,dalam Paramadina,Vol. I, No. 2, Jakarta, 1999, hlm. 23.
4

Deni Harianto, Astriana, Kurnia Harisanti, Trisa Nur Jennah, Muhammad Fauzan, Madani dan Problem Implematika di
diakses

Masyarakat
November 2012

Indonesia,
tanggal 16

http://www.slideshare.net/OzaNncurhiky/makalah-masyarakat-madani.

hal inibudaya keagamaan islam. Bukanlah suatu kebetulan bahwa wujud nyata masyarakat madani itu untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia merupakan hasil usaha utusan Tuhan untuk akhhir zaman, Nabi Muhammad SAW, Rasulullah SAW. Sesampai di kota hijrah yaitu Yatsrib (Yunani: Yethroba), beliau mengganti nama itu Madinah. Dengan tindakan itu, Nabi Muhammad SAW telah merintis dan member teladan kepada umat manusia dalam membangun masyarakat madani, yaitu masyarakat yang berperadaban (bermadaniyah, karena tunduk dan patuh (danayadinu), kepada jalan kepatuhan (din), yang dinyatakan dalam supremasi hukum dan peraturan. Masyarakat madani pada hakekatnya adalah reformasi total terhadap masyarakat yang ta kenal hukum (lawless) Arab jahiliyah, dan terhadap supremasi kekuasaan pribadi penguasa seperti yang selama ini menjadi pengertian umat tentang negara5. 8) AL-Munawir (1997) Istilah madani sebernarnya berasal dari bahasa Arab, madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yang artinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian, istilah Madaniy dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani padaprinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etikadan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi,

berpartisipasi,konsisten memiliki bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui,emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis.Secara global bahwa dapat disimpulkan yang dimaksud dengan masyarakat madani adalahsebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasadan Negara, yang memiliki ruang publik

Nurcholis Madjid, Masyarakat Madani dan Investasi Demokrasi: Tantangan dan Kemungkinan dalam Ahmad Baso, Civil Society Versus Masyarakat Madna i, Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam Islam di Indonesia, (Bandung, Pustaka Hidayah, 1999). Cet. Ke-1., hlm. 21

dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat mengeluarkan aspirasi dan kepentingan publik Berbagai batasan dalam memahami terma masyarakat madani di atas, jelas merupakan suatu analisa dari kajian kontekstual terhadap performa yang diinginkan dalam mewujudkan masyarakat madani. Akan tetapi secara global dari ketiga batasan diatas dapat ditarik benang emas, bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan negara, memiliki ruang public dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan public.

2.2 Sejarah Masyarakat Madani (Civil Society) Berikut ini adalah beberapa fase sejarah perkembangan istilah masyarakat madani (Civil Society): Fase pertama Adalah filusuf Yunani Aristotees (384-322 SM) yang memandang civil society (masyarakat madani) dipandang sebagai system kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri. Masyarakat madani dipahami sebagai system kenegaraan dengan menggunakan istilah koinonia politik, yakni yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan6. Konsepsi Aritoteles ini diikuti oleh Marcus Tallius Cicero (106-43 SM) dengan istilah Societies Civilies, yaitu sebuah komunitas yang mendominasi komunitas yang lain7. Dimana terma yang dikedepankan lebih menekankan pada konsep negara kota (city-state). Rumusan civil society selanjutnya dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1558-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704 M). Menurut Hobbes civil society memiliki

A. Ubaedilah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm.177 7 Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani Tim ICCE UIN Jakarta (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 243

kekuasaan mutlak, agar mampu sepenuhnya mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola intraksi setiap warga negara. Sementara menurut J.Locke, kehadiran civil society adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara.

Fase kedua Pada tahun 1767 M Adam Ferguson (1723-1816 M)8

mengembangkan wacana civil society denga konteks social dan politik Skotlandia. Ia menekankan masyarakat madani pada sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat. Pemahamannya ini digunakan untuk

mengantisipasi perubahan social yang diakibatkan oleh revolusi industry dan munculnya kapitalisme serta mencoloknya perbedaan antara public dan individu. Fase ketiga Pada tahun 1792 M Thomas Paine(1737-1803 M) memakai wacana civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga negara, bahkan dianggap sebagai antithesis negara. Menurut Paine terdapat batasbatas wilayah otonom masyarakat sehingga negara tidak deperkenankan memasuki wilayah sipil. Dengan demikian, civil society adalah ruang dimana warga dapat mengembangkan kepribadian dan member peluang bagi pemuasan kepentingan secara bebas tanpa paksaan. Fase keempat Pada fase ini civil society dipandang sebagai elemen ideologis kelas dominan. Wacana civil society ini dikembangkan oleh: G.W.F. Hegel (1770-1851 M) Hegel memandang civil society sebagai kelompok suboordinatif terhadap negara. Menurutnya dalam struktur social civil society terbagai atas 3 entitas: a. Keluarga b. Masyarakat sipil
8

Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi, (Jakarta,Rajawali Pers.2002). hlm.30

c. Negara Karl Marx (1818-1883 M) Marx memandang civil society sebagai masyarakat borjuis dalam konteks hubungan produksi kapitalis, keberadaannya merupakan kendala bagi pembebasan manusia dari penindasa. Maka, ia harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Antonio Gramsci (1837-1891 M) Gramsci memandang civil society lebih pada sisi ideologis, yang diletakkan pada superstruktur yang berdampingan denagn negara yang disebut sebagai political society. Menurutnya, civil society merupakan tempat perebutan posisi hegemoni diluar kekuatan negara, aparat mengembangkan hegemoni untuk mengembangkan consensus dalam masyarakat9. Fase kelima Pada fase ini wacana masyarakat madani atau civil society dikembangkan oleh Alexis de Tecqueville (1805-1859 M). Menurut Alexis masyarakat madani sebagai entitas penyeimbang kekuatan negara. Baginya, kekuatan politik dan masyrakat madanilah yang menjadi demokrasi di Amerika yang mempunyai daya tahan. Dengan terwujudnya pluralitas, kemandirian, dan kapasitas poolitik didalam masyarakat madani, maka warga negara akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara. 2.3 Hubungan civil society dan Demokrasi Demokrasi adalah kebebasan untuk berpendapat dengan adanya kebebasan pers didalamnya dan adanya trias politika sebagai

penampungan aspirasi masyarakat dan kebebasan tersebut harus bertanggung jawab. Kebebasan tersebut tidak boleh mengganggu kebebasan orang lain.

A. Ubaedilah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm.180

Awalnya demokrasi diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam perkembangannya pengertian demokrasi menjadi lebih luas sebagai bentuk pemerintahan di mana hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan politik harus melibatkan rakyat baik secara langsung maupun perwakilan. Demokrasi mempunyai nilai untuk menghindari tirani

(kesewenang-wenangan), adanya jaminan HAM untuk menuju perdamaian dan kemakmuran suatu masyarakat dan Negara. Demokrasi menjadi istilah yang bersifat universal, tetapi dalam prakteknya terdapat perbedaan-perbedaan antara satu negara dengan negara yang lain. Akan tetapi, terdapat prinsip-prinsip dasar yang sama, seperti persamaan, dihormatinya nilai-nilai kemanusiaan, penghargaan kepada hak-hak sipil dan kebebasan, serta dihargainya pluralitas dan kompetisi yang fair. Civil Society adalah keterlibatan warga Negara yang bertindak secara kolektif untuk mencapai tujuan dan masyarakat sipil yang memusatkan perhatiannya untuk kepentingan publik tetapi tidak berusaha untuk merebut kekuasaan. Habermas seorang tokoh madzab Frankfurt melalui konsep the free public sphere atau ruang publik yang bebas, di mana rakyat sebagai citizen memiliki akses atas setiap kegiatan publik. Sebagai missal, setiap individu memiliki kebebasan untuk berpendapat dan berekspresi dengan syarat harus kebebasan yang bertanggung jawab. Pandangan Habermas ini, tampaknya sedang berlangsung di Indonesia saat ini. Cuma yang jadi soal, kita baru berada pada tataran proses belajar, setelah sekian lama kebebasan kita dibelenggu oleh penguasa. Sikap egalitarian bangsa ini telah terkoyak-koyak oleh perjuangan

memperebutkan atribut-atribut semu yang dikendalikan oleh invisible hand. Jiwa dari the free public sphere sebenarnya telah terakomodasi dalam UUD 1945 Pasal 28. Namun, karena kuatnya political will penguasa spirit dari gagasan Habermas ini memudar nyaris punah.

Civil Society dan demokrasi ibarat "the two side at the same coin". Artinya jika civil society kuat maka demokrasi akan bertumbuh dan berkembang dengan baik. Sebaliknya jika demokrasi bertumbuh dan berkembang dengan baik, civil society akan bertumbuh dan berkembang apabila prinsip-prinsip dasar demokrasi diterapkan dalam negara dengan baik. Itu pula sebabnya para pakar mengatakan civil society merupakan rumah tempat bersemayamnya demokrasi Menguatnya civil society saat ini sebenarnya merupakan strategi yang paling ampuh bagi berkembangnya demokrasi, untuk mencegah hegemoni kekuasaan yang melumpuhkan daya tampil individu dan masyarakat. Dalam praktiknya banyak kita jumpai, individu, kelompok masyarakat, elite politik, elite penguasa yang berbicara atau berbuat atas nama demokrasi, walau secara esensial justru sebaliknya. Kesadaran masyarakat akan demokrasi bisa dibeli dengan uang. Kelompok masyarakat tertentu diatur untuk bertikai demi demokrasi. Perseteruan eksekutif dan legislatif saat ini sebenarnya tidak kondusif bagi pemulihan ekonomi kita, tetapi hal itu tetap dilakukan demi demokrasi. Keterlibatan warga dalam keputusan-keputusan politik akan efektif apabila tersedia ruang yang cukup luas dalam hubungan rakyat dengan negara. Ruang partisipasi ini disebut sebagai ruang publik (public sphere). Melalui ruang publik inilah, individu atau asosiasi warga masyarakat mengaktualisasikan keputusan negara. Negara yang menyediakan ruang publik yang cukup luas dan masyarakat yang memanfaatkan ruang tersebut untuk berinteraksi dengan negara inilah yang akhirnya membentuk sebuah masyarakat sipil ( civil society). Jadi, demokrasi memungkinkan terbentuknya masyarakat sipil, dan masyarakat sipil akan dapat berkembang apabila prinsip-prinsip dasar demokrasi diterapkan dalam negara.10 aspirasinya untuk mempengaruhi keputusan-

2.4. Pilar-Pilar Penegak Civil Society

Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari social control yang berfungsi mengkritisi kebijakankebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam penegakan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani. Pilarpilar tersebut yaitu; 1. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Lembaga swadaya masyarakat adalah institusi social yang dibentuk oleh swadaya masyarakat yang tugas esensinya adalah membantu memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas. Selain itu, LSM dalam konteks masyarakat madani juga bertugas mengadakan empowering (pemberdayaan) kepada masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti advokasi, pelatihan dan sosialisasi program-program pembangunan masyarakat.

2. Pers Pers, merupakan institusi yang penting dalam penegakan masyarakat madani, karena memungkinkannya dapat mengkritisi dan menjadi bagian dari social control yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan warganegaranya. Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada adanya independensi pers serta mampu menyajikan berita secara objektif dan transparan.

3. Supremasi Hukum Supremasi Hukum, setiap warga Negara baik yang duduk di formasi kepemerintahan maupun sebagai rakyat, harus tunduk kepada (aturan) hukum. Hal tersebut berarti bahwa perjuangan untuk mewujudkan hak dan kebebasan antar warga Negara dan antara warga

Negara dengan pemerintah haruslah dilakukan dengan cara-cara yang damai dan sesuai dengan hokum yang berlaku. Selain itu, supremasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar hak asasi manusia, sehingga terpola bentuk kehidupan yang civilzed. 4. Perguruan tinggi (PT) Sebagai bagian dari pilar penegak masyarakat madani, maka Perguruan Tinggi memiliki tugas utama mencari dan menciptakan ideide altenatif dan konsuktif untuk dapat menjawab problematika yang dihadapkan oleh masyarakat. Di sisi lain Perguruan Tinggi memiliki Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dapat diimplementasikan berdasarkan kebutuhan masyarakat (publik). 5. Partai politik Partai Politik, merupakan wahana bagi masyarakat untuk dapat menyalurkan aspirasi politiknya. Sekalipun memiliki tendensi politis dan rawan akan hemegomi, tetapi bagaimanapun sebagai sebuah tempat ekspresi warga Negara, maka partai politik ini menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.

BAB III PENUTUP A.KESIMPULAN 1.konsep masyarakat madani Bahwa konsep masyarakat madani adalah suatu pengertian yang sama. Yang mana perbedaannya adalah terjadi pada letak sejarah yakni dari berbagai batasan dalam memahami tema masyarakat madani di atas, jelas merupakan suatu analisa dari kajian kontekstual terhadap performa yang diinginkan dalam mewujudkan masyarakat madani. Akan tetapi secara global dari ketiga batasan diatas dapat ditarik benang emas, bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan negara, memiliki ruang public dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga kepentingan public. 2.sejarah perkembangan civil society Fase pertama Adalah filusuf Yunani Aristotees (384-322 SM) yang memandang civil society (masyarakat madani) dipandang sebagai system kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri. Fase kedua Pada tahun 1767 M Adam Ferguson (1723-1816 M) mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan

mengembangkan wacana civil society denga konteks social dan politik Skotlandia. Ia menekankan masyarakat madani pada sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat. Fase ketiga

Pada tahun 1792 M Thomas Paine(1737-1803 M) memakai wacana civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga negara, bahkan dianggap sebagai antithesis negara. Fase keempat Pada fase ini civil society dipandang sebagai elemen ideologis kelas dominan Fase kelima Menurut Alexis masyarakat madani sebagai entitas penyeimbang kekuatan negara.

3.Hubungan civil society dan Demokrasi Demokrasi adalah kebebasan untuk berpendapat dengan adanya kebebasan pers didalamnya dan adanya trias politika sebagai

penampungan aspirasi masyarakat Civil Society adalah keterlibatan warga Negara yang bertindak secara kolektif untuk mencapai tujuan dan masyarakat sipil yang memusatkan perhatiannya untuk kepentingan publik tetapi tidak berusaha untuk merebut kekuasaan. Jadi, demokrasi memungkinkan terbentuknya masyarakat sipil, dan masyarakat sipil akan dapat berkembang apabila prinsip-prinsip dasar demokrasi diterapkan dalam negara 4.pilar-pilar penegak civil society . Dalam penegakan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani. Pilarpilar tersebut yaitu; 1 Lembaga swadaya masyarakat (LSM) 2 Pers 3 Supermasi hukum 4 Pergutuan Tinggi 5 Partai politik

DAFTAR PUSTAKA

Azra. Azyumardi. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic

Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media. M. Dawan Rahardjo, Masyarakat Madani di Indonesia, Sebuah Penjajakan Awal,dalam Paramadina,Vol. I, No. 2, Jakarta, 1999, hlm. 23. Nurcholis Madjid, Masyarakat Madani dan Investasi Demokrasi: Tantangan dan Kemungkinan dalam Ahmad Baso, Civil Society Versus Masyarakat Madnai, Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam Islam di Indonesia, (Bandung, Pustaka Hidayah, 1999). Cet. Ke-1., hlm. 21 A. Ubaedilah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm.177 Ibid;hal 180

Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani Tim ICCE UIN Jakarta (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 243 Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi, (Jakarta,Rajawali Pers.2002). hlm.30 Aidia MJ, Demokrasi, Ilmu Hukum, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Madani, Masyarakat, Perkembangan Sejarah,

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengertiansejarahperkembangan-dan.html diakses tanggal 16 November 2012 Deni Harianto, Astriana, Kurnia Harisanti, Trisa Nur Jennah,

Muhammad Fauzan, Masyarakat Madani dan Problem Implematika di Indonesia, http://www.slideshare.net/OzaNncurhiky/makalah-

masyarakat-madani. diakses tanggal 16 November 2012

Anda mungkin juga menyukai