Makalah PKN II-MASYARAKAT MADANI
Makalah PKN II-MASYARAKAT MADANI
Makalah PKN II-MASYARAKAT MADANI
KELOMPOK 2 TI.22.C2
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERITAS PELITA BANGSA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Dalam Mengembangkan
Masyarakat Madani
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan segala
kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang
Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Dalam Mengembangkan
Masyarakat Madani memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 2
PKN-MASYARAKAT MADANI ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masyarakat Madani......................................................... 3
2.2 Sejarah Dan Perkembangan Masyarakat Madani.............................. 4
2.3 Karakteristik Masyarakat Madani..................................................... 6
2.4 Pilar Penegak Masyarakat Madani.................................................... 8
2.5 Masyarakat Madani Dan Demokratisasi........................................... 9
2.6 Masyarakat Madani Indonesia.......................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
PKN-MASYARAKAT MADANI 1
1.3 Tujuan Penulisan
PKN-MASYARAKAT MADANI 2
BAB II
PEMBAHASAN
PKN-MASYARAKAT MADANI 3
Lebih jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
madani adalah system sosial yang subur yang dijelaskan kepada prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Masyarakat sipil; merupakan penurunan langsung dari terma civil society. Istilah ini
banyak dikemukakan oleh Mansour Fakih untuk menyebutkan prasyarat masyarakat dan
Negara dalam rangka proses penciptaan dunia secara mendasar baru dan lebih baik.
Masyarakat kewargaan; konsep ini merupakan respon dari keinginan untuk
menciptakan warga Negara sebagai bagian integral Negara yang mempunyai andil dalam
setiap perkembangan dan kemajuan Negara (state).
Civil society; terma ini (dengan tidak diterjemahkannya) merupakan konsep yang
digulirkan oleh Muhammad AS. Hikmah. Menurutnya konsep civil society yang merupakan
warisan wacana yang berasal dari Eropa Barat, akan lebih mendekati substansinya jika tetap
disebutka dengan istilah aslinya. Menurutnnya pengertian civil society dengan memegang
konsep de ‘Tocqu:ville adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan
bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan
keswadayaan (self-supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan Negara, dan
keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum.
Berbagai pengistilahan tentang wacana masyarakat madani di Indonesia tersebut,
secara substansial bermuara pada perlunya penguatan masyarakat (warga) dalam sebuah
komunitas Negara untuk mengimbangi dan mampu mengontrol kebijakan Negara (policy of
state) yang cenderung memposisikan warga Negara sebagai subjek yang lemah.
PKN-MASYARAKAT MADANI 4
Konsepsi Aristoteles ini diikuti oleh Marcus Tullius Cicero (106-043 SM) dengan
istilah societies civilizes, yaitu sebuah komunitas yang mendominasi komunitas lain. Pada
tahun 1767, wacana masyarakat madani ini dikembangkan oleh Adam Ferguson dengan
mengambil konteks sosio-kultural dan politik Skotlandia. Dengan konsepnya ini, Ferguson
berharap bahwa public memiliki spirit untuk menghalangi munculnya kembali despotism,
karena dalam masyarakat madani itulah solidaritas social muncul dan diilhami oleh sentiment
moral dan sikap saling menyayangi serta saling mempercayai antar warganegara secara
alamiah.
Kemudian pada tahun 1792, muncul wacana masyarakat madani yang memiliki
aksentuasi yang berbeda dengan sebelumnya. Konsep ini dimunculkan oleh Thomas Paine
(1737-1803) yang menggunakan istilah masyarakat madani sebagai kelompok masyarakat
yang memiliki posisi secara diametral dengan Negara, bahkan dianggapnya sebagai anti tesis
dari Negara.
Perkembangan civil society selanjutnya dikembangkan oleh G.W.F Hegel (1770-
1831 M), Karl Marx (1818-1883 M) dan Antonio Gramsci (1891-1837 M). Wacana
masyarakat madani yang dikembangkan oleh ketiga tokoh ini menekankan pada masyarakat
madani sebagai elemen ideologi kelas dominan. Lebih lanjut Hegel mengatakan bahwa
struktur social terbagi atas 3 (tiga) entitas, yakni keluarga, masyarakat madani, dan
Negara. Keluarga merupakan ruang sosialisasi pribadi sebagai anggota masyarakat yang
bercirikan keharmonisan. Masyarakat madani merupakan lokasi atau tempat berlangsungnya
percaturan berbagai kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan
ekonomi. Sementara Negara merupakan representasi ide universal yang bertugas melindungi
kepentingan politik warganya dan berhak penuh untuk intervesi terhadap masyarakat madani.
Sedangkan Karl Max memahami masyarakat madani sebagai “masyarakat borjuis”
dalam konteks hubungan produksi kapitalis, keberadaannya merupakan kendala bagi
pembebasan manusia dari penindasan. Karena-Nya, maka ia harus dilenyapkan untuk
mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Sementara Antonio Gramsci tidak memahami
masyarakat madani sebagai relasi produksi, tetapi lebih pada sisi ideoligis.
Pemahaman Gramsci memberikan tekanan pada kekuatan cendekiawan yang
merupakan aktor utama dalam proses perubahan social dan politik. Gramsci dengan
demikian melihat adanya sifat kemandirian dan politis pada masyarakat madani, sekalipun
pada instansi terakhir ia juga amat dipengaruhi oleh basis material (ekonomi).
Periode berikutnya, wacana masyarakat madani dikembangkan oleh Alexis de
‘Tocqueville (1805-1859 M) yang berdasarkan pada pengalaman demokrasi Amerika, dengan
mengembangkan teori masyarakat madani sebagai identitas penyeimbang kekuatan
Negara. Tidak seperti yang dikembangkan oleh Hegelian, paradigma ‘Tocqueville ini lebih
menekankan pada masyarakat madani sebagai sesuatu yang tidak apriori subordinatif
terhadap Negara.
PKN-MASYARAKAT MADANI 5
Dari berbagai model pengembangan masyarakat madani di atas, model Gramsci dan
Tocqueville-lah yang menjadi inspirasi gerakan pro-demokrasi di Eropa Timur dan Tengah
pada sekitar akhir dasawarsa 80-an. Pengalaman Eropa Timur dan Tengah tersebut
membuktikan bahwa justru dominasi Negara atas masyarakat-lah yang melumpuhkan
kehidupan social mereka. Hal ini berarti bahwa gerakan membangun masyarakat madani
menjadi perjuangan untuk membangun harga diri mereka sebagai warga Negara. Gagasan
tentang masyarakat madani kemudian menjadi semacam landasan ideologis untuk
membebaskan diri dari cengkeraman Negara yang secara sistematis melemahkan daya kreasi
dan kemandirian masyarakat.
Konsepsi ini diperkaya lagi dengan opini Hannah Arrendt dan Juergen Habermas
yang menekankan ruang public yang bebas (the free public sphere). Karena adanya ruang
publik yang bebas lain, maka individu (warga Negara) dapat dan berhak melakukan kegiatan
secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta
mempublikasikan penerbitan yang berkenaan dengan kepentingan umum yang lebih
luas. Dan institusionalisasi dari ruang public ini adalah ditandai dengan lembaga-lembaga
Volunteer, media massa, sekolah, partai politik, sampai pada lembaga yang dibentuk oleh
Negara tetapi berfungsi sebagai lembaga pekayanan masyarakat.
PKN-MASYARAKAT MADANI 6
Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan
masyarakat madani dalam sebuah tatanan masyarakat, maka free public sphere
menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan. Karena dengan menafikan adanya
ruang public yang bebas dalam tatanan masyarakat madani, maka akan
memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga Negara dalam
menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa
yang tiranik dan otoriter.
3. Toleran
Merupakan sikap dikembangkan dalam masyarakat madani untuk
menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktifitas yang dilakukan
orang lain. Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing
individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktifitas yang dilakukan
oleh kelompok masyarakat lain yang berbeda.
Azyumardi Azra pun menyebutkan bahwa masyarakat madani (civil society)
lebih dari sekedar gerakan pro demokrasi. Masyarakat madani juga mengacu ke
kehidupan yang berkualitas dan tamaddun (civility). Civilitas meniscayakan toleransi,
yakni kesediaan individu-individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan
sikap sosial yang berbeda.
4. Pluralisme
Sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madan, maka pluralisme
harus dipahami secara mengakar dengan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai
dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari=hari. Pluralisme tidak
bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat
yang majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima
kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai positif, merupakan rahmat tuhan.
Menurut Nurcholish Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat bagi
tegaknya masyarakat madani. Pluralisme menurutnya adalah pertalian sejati
kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within
the bonds of civility). Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi
keselamatan umat manusi antara lain melalui mekanisme pengawasan dan
pengimbangan (check and balance)
Lebih lanjut Nurcholis Madjid mengatakan bahwa sikap penuh pengertian
kepada orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat
yang tidak monolitik. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama dan
sebangun dalam segala segi.
5. Keadilan Sosial (Social Justice)
Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dari pembagian
yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup
seluruj aspek kehidupan. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama dalam
memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
PKN-MASYARAKAT MADANI 7
2.4 Pilar Penegak Masyarakat Madani
Adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari social control yang berfungsi
mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan
aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam penegakkan masyarakat madani, pilar-pilar
tersebut menjadi prayarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani. Pilar-pilar
tersebut antara lain:
a. Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM)
Adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya masyarakat yang tugas
esensinya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan
masyarakat yang tertindas.
b. Pers
Merupakan Institusi yang penting dalam penegakkan masyarakat madani,
karena memungkinkannya dapat mengkritisi dan menjadi bagian dari social control
yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang
berkenaan dengan warganegaranya.
c. Supremasi Hukum
Setiap warga negara, baik yang duduk dalam formasi pemerintahan maupun
sebagai rakyat, harus tunduk kepada aturan hukum.
Selain itu, supremasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan
terhadap segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar norma-
norma hukum dan segala bentuk penindasan hak asasi manusia, sehingga terpola
bentuk kehidupan yang civilized.
d. Perguruan Tinggi
Tempat di mana civitas akademiknya (dosen dan mahasiswa) merupakan
bagian dari kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak pada jalur moral
force untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-
kebijakan pemerintah, dengan catatan gerakan yang dilancarkan oleh mahasiswa
tersebut masih pada jalur yang benar dan memposisikan diri pada rel dan realitas yang
betul-betul objektif, menyuarakan kepentingan masyarakat (public speak).
Menurut Riswanda Immawan, Perguruan Tinggi memiliki 3 peran yang
strategis dalam mewujudkan masyarakat madani, yakni :
• Pemihakkan yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar
kehidupan politik yang demokratis.
• Membangun political safety net, yakni dengan mengembangkan dan
mempublikasikan informasi secara objektif dan tidak manipulatif.
• Melakukan tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara yang santun, saling
menghormati, demokratis serta meninggalkan cara-cara yang agitatif dan
anarkis.
e. Partai Politik
Merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan aspirasi
politiknya. Sekalipun memiliki tendensi politis dan rawan akan hegemoni negara,
tetapi bagaimanapun sebagai sebuah tempat ekspresi politik warga negara, maka
partai politik ini menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.
PKN-MASYARAKAT MADANI 8
2.5 Masyarakat Madani Dan Demokratisasi
Sebagai titik tolak pembahasan ini adalah mencari penyelesaian dari persoalan
tentang “mungkinkah masyarakat madani tegak dalam sistem yang tidak demokratis?” dan
“apa mungkin demokrasi dapat berdiri tegak ditengah masyarakat yang tidak civilized
(madani)”. Karena bagaimanapun masyarakat madani dan semokrasi merupakan dua entitas
yang korelatif dan saling berkaitan.
Dalam masyarakat madani, warga negara bekerjasama membangun ikatan sosial,
jaringan produktif dan solidaritas kemanusiaan bersifat non-gevernmental untuk mencapai
kebaikan bersama (public good). Karena itu, tekanan sentral masyarakat madani adalah
terletak pada indenpendensinya terhadap negara (vis a vis the state). Dari sinilah kemudian
masyarakat madani dipahami sebagai akar dan awal keterkaitannya dengan semokrasi dan
demokratisasi.
Masyarakat madani juga dipahami sebagai sebuah tatanan kehidupan yang
menginginkan kesejajaran hubungan antar warga negara dengan negara atas dasar prinsip
saling menghormati. Masyarakat madani berkeinginan membangun hubungan yang
konsultatif bukan konfrontatif antar warga negara dan negara.
Hubungan antar masyarakat madani dengan demokrasi (demokratisasi), menurut
Dawam-bagaikan dua sisi mata uang keduanya bersifat ko-eksistensi. Nurcholis Madjid pun
memberikan metafora tentang hubungan dan keterkaitan antara masyarakat madani dengan
demokratisasi ini. Menurutnya masyarakat madani merupakan “rumah” persemaian
demokrasi. Perlambang demokrasinya adalah pemilihan umum (pemilu) yang bebas dan
rahasia. Namun demokrasi tidak hanya bersemayam dalam pemilu, sebab jika demokrasi
harus mempunyai “rumah”, maka rumahnya adalah masyarakat madani.
Menyikapi keterkaitan masyarakat madani dengan demokratisasi ini, Larry Diamond
secara sistematis menyebutkan ada 6 (enam) kontribusi masyarakat madani terhadap proses
demokrasi.
1. Ia menyediakan wahana sumber daya politik, ekonomi, kebudayaan dan moral
untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan pejabat negara.
2. Pluralisme dalam masyarakat madani, bila diorganisir akan menjadi dasar yang
penting bagi persaingan demokratis.
3. Memperkaya partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan.
4. Ikut menjaga stabilitas negara.
5. Tempat menggembleng pipmpinan politik.
6. Menghalangi dominasi rezim otoriter dan mempercepat rintuhnya rezim.
lebih jauh diamond menegaskan bahwa suatu organisasi apapun otonomnya
jika ia menginjak-injak prosedur demokrasi seperti toleransi, kerjasama, tanggung
jawab, keterbukaan dan saling mepercayai maka organisasi tersebut tidak akan
mungkin menjadi sarana demokrasi.
PKN-MASYARAKAT MADANI 9
Untuk menciptakan masyarakat madanin yang kuat dalam konteks pertumbuhan dan
perkembangan demokrasi diperlukan strategi penguatan civil society lebih ditujukan ke arah
pembentukan negara secara gradual dengan suatu masyarakat politik yang demokratis-
partisipatoris, reflektif dan dewasa yang mampu menjadi penyeimbang san kontrol atas
kecendrungan eksesif negara. Gagasan seperti ini mensyaratkan adanya ruang publik yang
bebas, sehingga setiap individu dalam masyarakat madani memiliki kesempatan untuk
memperkuat kemandirian dan kemampuannya dalam pegelolaan wilayah.
Kemandirian adalah harus mampu direfleksikan dalam seluruh ruang kehidupan
politik, ekonomi dan budaya. Dalam masyarakat madani terdapat nilai-nilai universal tentang
pluralism yang kemudian menghilangkan segala bentuk kecendrungan partikularisme dan
sektareanisme. Bahkan menurut Hikam, dalam masyarakat madani tidak hanya perlindungan
partikularisme dan sektarianisme saja yang harus dihindari tetapi juga totalime dan
uniformisme itu ditolak. Pada dasarnya dalam proses penegakan demokrsi (demokratisasi )
secara keseluruhan, tidaklah bertulak penuh pada penguatan dan kekuatan masyarakat
madani. Dalam perspektif masyarakat madani demokratisasi tidak hanya dimaknai sebagai
posisi diametral antitesa Negara, melainkan bergantung pada situasi dan kondisinya.
Menyikapi hal ini, Jhon keane mengilustrasikan bahwa masyarakat madani bukanlah musuh
bebuyutan Negara juga sahabat kental kekuasaan negara. Masayarakat madani juga mengacu
pada kehidupan masyarakat yang berkualitas dan tamaddun (civility). Jadi membicarakan
hubungan demokrasi dengan masyarakat madani merupakan discourse yang memiliki
hubungan korelatif dan bekaitan erat. Dalam hal ini Arief Budiman mengatakan berbicara
mengenai demokrasi biasanya orang akan berbicara tentang enteraksi antara negra dengan
masyarakat madani.
Berkaiatan dengan demokratisasi ini, maka menurut M.Dawam Rahardjo ada
beberapi asumsi yang berkembang. Pertama, demokratisasi bisa berkembang, apabila
masyarakat madani menjadi kuat baik melalui perkembangan dari dalam atau dari diri
sendiri, melalui perlawanan tehadap Negara. Kedua, demokratisasi hanya bisa berlangsung
apabila peranan Negara dikurangi atau dibatasi tanpa mengurangiefektivitas dan efisiensi
institusimelalui entraksi. Ketiga, demokratisasi bisa berkembang dengan meningkatkan
kemandirian atau independasi masyarakat dari tekanan dan kooptsai Negara.
PKN-MASYARAKAT MADANI 10
2.6 Masyarakat Madani Indonesia
Seperti diketahui bahwa masyarakat madani merupakan wacana yang berkembang
dan berasal dari kawasan eropa barat. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan dan perkembangan
wacana tersebut tidak terlepas dari kodisi spsio-kulutral, politik dan ekonomi yang
berkembang pada saat itu.
Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan
alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjujung tinggi nilai-nilai hak
asasi manusia. Sosok masyarakat madani bagaikan barang antik yang memiliki daya tarik
yang amat mempesona. Kehadirannya yang mampu menyemarakan wacana politik
kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik. Berbicara mengenai kemungkinan
berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran
HAM dan pengekangan kebebasan pendapat. Sejak jaman orde lama dengan rezim demokrasi
terpimpinnya soekarno, sudah terjadi manipulasi peran serta masyarakat untuk kepentingan
politis dan terhegomoni sebagai alat legitimasi. Sampai masa orde baru pun pengekangan
demokrasi dan penindasan hak asasi manusia tersebut kian terbuka seakan menjadi tontonan
gratis yang bisa dinikmati oleh siapapun bahkan untuk segala usia. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai contoh kasus pada masa orde baru berkembang. MIsalnya kasus pemberedelan
lembaga pers, seperti AJI< DETIK dan TEMPO. Di sisi lain, pada era orde baru banyak juga
terjadi tindakan anarkhisme yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Hal ini salah satu
endekasi bahwa di Indonesia – pada saat itu – tidak dan belum menyadari pentingnya
toleransi dan semangat pluralisme.
Dalam hal ini, menurut Dawam ada tiga (3) strategi yang salah satunya dapat
digunakan sebagai strategi dalam memperdayakan masyarakat madani di Indonesia
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini
berpandangan bahwa sestem demokrasitidak mungkin berlangsung di masyarakat
yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sestem politik demokrasi. Strategi ini
berpandangan untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu rampungnya tahap
pembangunan ekonomi.
3. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat
kearah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari
strategi pertama dan kedua.
Ketiga model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut di pertegas oleh
Hikam bahwa di era transisi ini harus di pikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan dengan
cara memahami target-target grup yng paling strategis serta penciptaan pendekatan-
pendekatan yang tepat di dlam proses tersebut. Untuk keperluan itu, maka keterlibatan kaum
cendekiawan, LSM, ormas sosial dan keagamaan dan mahasiswa adalah mutlak adanya,
karena merikalah yang mempunyai kemampuan dan sekaligus aktor pemberdayaan tersebut.
PKN-MASYARAKAT MADANI 11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem, di mana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih
abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas.
Berbagai pengistilahan tentang wacana masyarakat madani di Indonesia tersebut,
secara substansial bermuara pada perlunya penguatan masyarakat (warga) dalam sebuah
komunitas Negara untuk mengimbangi dan mampu mengontrol kebijakan Negara (policy of
state) yang cenderung memposisikan warga Negara sebagai subjek yang lemah.
Sejarahnya diawali dari perkembangan wacana masyarakat madani, dapat diruntut
mulai dari Cicero sampai pada Antonio Gramsci dan de’Tocquiville. Pada masa aristoteles
(384-322 SM) masyarakat madani dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan
istilah koinonia politie, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung
dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.
Penyebutan karakteristik masyarakat madani dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa
dalam merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan prasyarat-prasyarat yang
menjadi nilai universal dalam penegakan masyarakat madani.
Pilar Penegak Masyarakat Madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari
social control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif
serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.
Demokratisasi bisa berkembang, apabila masyarakat madani menjadi kuat baik
melalui perkembangan dari dalam atau dari diri sendiri, melalui perlawanan tehadap Negara.
berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus
pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan pendapat. Sejak jaman orde lama dengan
rezim demokrasi terpimpinnya soekarno, sudah terjadi manipulasi.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa sudah seharusnya memiliki pemikiran yang kritis dan mampu
menuliskannya dalam sebuah karya. Dan salah satunya adalah melalui makalah ini. Sehingga
alangkah baiknya jika mulai saat ini mahasiswa membuka lebar pikirannya terhadap kondisi
sekitarnya agar mampu menulis dengan baik (kontekstual) dan menghindari kegiatan
plagiarisme.
PKN-MASYARAKAT MADANI 12
DAFTAR PUSTAKA
PKN-MASYARAKAT MADANI 13