Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Dalam Penelitian Pengembangan
Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Dalam Penelitian Pengembangan
Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Dalam Penelitian Pengembangan
Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian. Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan, disamping prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedang jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru. Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu. Dengan demikian, jika instrumen baku telah tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang dijadikan landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang diacu dalam penelitian kita. Selain itu, konstruk variabel yang diukur oleh instrumen tersebut juga sama dengan konstruk variabel yang hendak kita ukur dalam penelitian kita. Akan tetapi, jika instrumen yang baku belum tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian maka instrumen untuk mengumpulkan data variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti. Dalam pengumpulan data dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan dan responden penelitian. 1. Teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan kuesioner. 2. Pengumpulan data dapat menggunakan Instrumen yang sudah ada. Untuk ini perlu kejelasan mengenai karateristik instrumen, mencakup kesahihan (validitas), kehandalan (reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk mengukur apa. 3. Instrumen dapat dikembangkan sendiri oleh oleh peneliti, oleh karena itu perlu kejelasan prosedur pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitas. Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, antara lain kuesioner, skala (skala sikap atau skala penilaian), tes, dan lain-lain. a. Kuesioner adalah alat pengumpul data yang berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau dijawab oleh responden. Beberapa alasan digunakannya kuesioner adalah : (1) kuesioner terutama dipakai untuk mengukur variabel yang bersifat faktual, (2) untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan (3) untuk memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas setinggi mungkin. b. Skala adalah alat pengumpul data untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspekaspek tertentu dari suatu barang, atau sifat-sifat seseorang dalam bentuk skala yang sifatnya ordinal, misalnya sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik; atau sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju; atau sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Skala dapat berbentuk skala sikap yang biasanya ditujukan untuk mengukur variabel yang bersifat internal psikologis dan diisi oleh responden yang bersangkutan. Selain itu, skala dapat pula berbentuk skala penilaian yakni apabila skala tersebut ditujukan untuk mengukur variabel yang indikator-indikatornya dapat diamati oleh orang lain, sehingga skala penilaian bukan diberikan kepada unit analisis penelitian (yang bersangkutan) tetapi diberikan atau diisi oleh orang lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang cukup memadai tentang keadaan subyek yang menjadi unit analisis dalam kaitannya dengan variabel yang akan diukur. c. Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau direspons, baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Secara khusus untuk keperluan pengukuran dan penyesuaian dengan jenis instrumen, maka variabel-variabel yang akan diukur atau diteliti dibedakan atas dua kelompok yaitu variabel konseptual dan variabel faktual. Variabel konseptual dapat dibedakan lagi atas dua macam, yaitu variabel yang sifatnya konstruk seperti sikap, motivasi, kreativitas, gaya kepemimpinan, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain; serta variabel yang sifatnya konten atau bersifat pengetahuan, yaitu berupa penguasaan responden terhadap seperangkat konten atau pengetahuan yang semestinya dikuasai atau diujikan dalam suatu tes atau ujian. Pengembangan Instrumen dalam R&D Salah satu bagian penting dalam penelitian dengan metode R&D adalah mengembangkan instrumen penelitian. Instrumen penelitian sangat diperlukan dalam setiap tahapan penelitian ini baik pada saat studi eksplotari, pengembangan model konseptual sampai pada uji coba model serta uji keefektivannya. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai beberapa jenis instrumen yang digunakan dalam proses R&D. a. Jenis Instrumen dalam R&D Research and Development dalam upaya pengambangan model bidang kependidikan merupakan jenis penelitian multi tahap, dimana setidaknya peneliti harus melakukan tiga jenis penelitian dalam satu periode penelitian. Beberapa instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti berdasarkan tahapan penelitiannya: 1. Penelitian pendahuluan; dalam studi ini instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti antara lain: angket, wawancara dan dokumentasi. 2. Pengembangan model konseptual; dalam mengembangkan model konseptual, peneliti harus melalui beberapa tahap seperti: pengembangan model, serta validasi model. Instrumen penelitian diperlukan oleh peneliti pada fase validasi model. Instrumen
yang dapat digunakan oleh peneliti dalam validasi model antara lain: angket atau daftar pertanyaan dalam kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur. 3. Uji Coba Model; dalam kegiatan uji coba model, peneliti harus mempersiapkan beberapa instrumen untuk mengevaluasi proses dan hasil eksperimen yang dilakukan. Dalam evaluasi proses peneliti dapat menggunakan angket (kuantitatif) jika peneliti bermaksud menggali lebih dalam tentang informasi dalam evaluasi proses (triangulation mixed method) maka peneliti dapat juga melakukan triangulasi dengan wawancara dan bahkan observasi partisipan. Sedangkan dalam evaluasi hasil terutama untuk mengetahui keefektivan model intrumen yang digunakan adalah berupa angket. Ada dua jenis angket yang digunakan oleh peneliti, yaitu angket test dan angket nontest. Angket test bersisi beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan subjek penelitian tentang mata pelajaran tertentu. Sedangkan angket non test berkaitan dengan perubahan aspek sikap yang menjadi tujuan penelitian. b. Langkah Pengembangan Instrumen Meskipun banyak instrumen tersedia yang dihasilkan oleh para peneliti sebelumnya, namun ada kalanya peneliti harus mengembangkan sendiri intrumen penelitiannya. Beberapa langkah dasar yang dapat dilakukan oleh peneliti dalam mengembangkan intrumen antara lain: 1. Terlebih dahulu harus memahami pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur sifat atau perilaku yang menjadi objek penelitian; 2. Melakukan kajian bahan bacaan terkait topik penelitian kemudian melakukan diskusi dengan teman sebaya (peer review) yang membahas pendekatan yang akan dilakukan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian; 3. Bertanya pada beberapa orang yang ahli (profesional) dibidang yang akan dikaji untuk meninjau item yang dibuat, mulai dari keterbacaan, pemaknaan, tingkat kebiasan, dan tingkat kerumitan; 4. Menentukan sampel kecil yang sama dengan sampel yang akan digunakan dalam penelitian sebenarnya, kemudian ujicobakan. Sehingga dapat diketahui validitas dan reliabilitas instrumennya. 5. Melakukan revisi, pengurangan, perubahan dan bahkan penambahan item jika diperlukan, tergantung hasil dari uji coba instrumen.
c. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kata validitas berasal dari Bahasa Inggris yang bermakna memunculkan objektivitas, dan dengan menggunakan dasar yang kuat. Dalam ilmu penelitian, terdapat dua validitas utama, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal didefinisikan sebagai validitas dimana hubungan dua variable bersifat kausal. Definisi lain mengatakan tingkatan dimana hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya. Secara teori, tingkat validitas internal dipengaruhi oleh faktor-faktor: a) history dikarenakan faktor eksternal mempengaruhi hasil penelitian; b) maturasi atau adanya perubahan dalam diri responden karena perubahan waktu; c) tesing atau tes yang mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan; d) alat ukur atau instrumentation yang berkaitan dengan penggantian alat ukur selama penelitian dilakukan; e) seleksi yang merupakan akibat yang mempengaruhi hasil penelitian dikarenakan prosedur proses pemilihan responden dan e) mortalitas atau efek dikarenakan hilangnya responden yang sedang diteliti karena alas an-alasan tertentu (creswell, 2008). Validitas eksternal didefinisikan sebagai tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat digeneralisasi kedalam populasi, latar penelitian dan kondisi-kondisi lainnya yang mirip (Cosenza, 1985, hal 108) dan waktu yang berbeda. Reliabilitas merujuk pada konsistensi pengukuran dimana hasil yang serupa terhadap berbagai bentuk instrumen yang sama atau cara pengumpulan data. Cara lain untuk konsep keandalan adalah untuk menentukan sejauh mana suatu tindakan bebas dari kesalahan. Jika memiliki sedikit kesalahan instrumen ini dapat diandalkan, dan jika ia memiliki jumlah besar kesalahan maka alat itu tidak bisa diandalkan. Kita dapat mengukur kesalahan dengan memperkirakan seberapa konsisten sifat yang dinilai (Mc Millan & Schumacher, 2001).
d. Teknik Penyusunan dan Penilaian Butir Instrumen Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir instrumen, baik instrumen dalam bentuk skala sikap, skala penilaian, maupun tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan di antaranya : 1. Butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep yang berupa sesuatu kenyataan atau fakta (das solen) seperti keadaan, perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan, dan sebagainya. 2. Jawaban terhadap butir instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator apakah keadaan responden berada atau dekat ke kutub positif atau keadaan responden berada atau dekat ke kutub negatif, misalnya jika berada atau dekat ke kutub positif menandakan sikap positif, menandakan motivasi tinggi, menandakan kepemimpinan yang efektif, menandakan intensitas tinggi, menandakan produktivitas tinggi, menandakan gaya kepemimpinan demokratik, menandakan iklim kerja yang kondusif, dan sebagainya. Sedang jika berada atau dekat ke kutub negatif menandakan sikap negatif, menandakan motivasi rendah, menandakan kepemimpinan yang tidak efektif, menandakan intensitas rendah, menandakan produktivitas rendah, menandakan gaya kepemimpinan otoriter, menandakan iklim kerja yang tidak kondusif, dan sebagainya. 3. Butir dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, tidak mengandung tafsiran ganda, singkat, dan komunikatif. 4. Opsi dari setiap pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab pertanyaan atau pernyataan tersebut. 5. Banyaknya opsi menunjukkan panjang skala yang secara konseptual kontinum. 6. Karena distribusi jawaban responden secara teoretik mendekati distribusi normal untuk jumlah populasi cukup besar, maka sebaiknya menggunakan skala ganjil.