Bab 2 - Pesawat Atwood

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 2 PESAWAT ATWOOD

NAMA NPM TANGGAL / JAM ASISTEN

: NATASHA NADIA RICKY : 240210100037 : 02 DESEMBER 2010 / 15.00 17.00 : DINI KURNIATI

JURUSAN TENOLOGI INDUSTRI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor (besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan konstan berarti besar dan arah percepatan selalu konstan setiap waktu. Karena arah percepatan benda selalu konstan maka benda pasti bergerak pada lintasan lurus. Besar percepatan konstan bisa berarti kelajuan bertambah secara konstan atau kelajuan berkurang secara konstan. Jika kelajuan benda berkurang secara konstan disebut sebagai perlambatan konstan. Untuk gerakan satu dimensi, kata percepatan digunakan ketika arah kecepatan sama dengan arah percepatan, sedangkan kata perlambatan digunakan ketika arah kecepatan dan percepatan berlawanan.

1.2 Tujuan Menyelesaikan soal-soal tentang gerak translasi dan rotasi dengan menggunakan Hukum Newton. Melakukan percobaan Atwood untuk memperlihatkan berlakunya Hukum Newton dan menghitung momen inersia katrol.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Hukum Newton I Hukum Newton I menyatakan bahwa, Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu sistem sama dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang. F = 0

2. Hukum Newton II Hukum Newton II berbunyi : Bila gaya resultan F yang bekerja pada suatu benda dengan massa m tidak sama dengan nol, maka benda tersebut mengalami percepatan ke arah yang sama dengan gaya. Percepatan a berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda. F = m.a Hukum Newton II memberikan pengertian bahwa : 1. Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada benda. 2. Besarnya percepatan berbanding lurus dengan gayanya. 3. Bila gaya bekerja pada benda maka benda mengalami percepatan dan sebaliknya bila benda mengalami percepatan tentu ada gaya penyebabnya.

3. Hukum Newton III

Hukum Newton III menyatakan : Setiap gaya yang diadakan pada suatu benda, menimbulkan gaya lain yang sama besarnya dengan gaya tadi, namun berlawanan arah. Gaya reaksi ini dilakukan benda pertama pada benda yang menyebabkan gaya. Hukum ini dikenal dengan Hukum Aksi Reaksi. Faksi = -Freaksi

4. Gerak Lurus Berubah Beraturan Untuk percepatan yang konstan maka berlaku persamaan Gerak yang disebut Gerak Lurus Berubah Beraturan. Bila sebuah benda berputar melalui porosnya, maka gerak melingkar ini berlaku persamaan-persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan-persamaan gerak linier. Dalam hal ini besaran fisis momen inersia (I) yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m) pada gerak linier. Momen inersia suatu benda terhadap poros tertentu harganya sebanding dengan massa benda tersebut dan sebanding dengan kuadrat dan ukuran atau jarak benda pangkat dua terhadap poros. I~m I ~ r2 Untuk katrol dengan beban maka berlaku persamaan :

a= dengan

a = percepatan gerak M = massa beban m = massa beban tambahan I = momen inersia katrol r = jari-jari katrol

g = percepatan gravitasi

5. Gerak Rotasi Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang ekuivalen dengan persamaan gerak linier. Apabila torsi bekerja padabenda yang momen inersianya I, maka dalam benda ditimbulkan percepatan sudut yaitu : = I.

6. Persamaan Gerak untuk Katrol Bila suatu benda hanya dapat berputar pada porosnya yang diam, maka geraknya dapat dianalisa sebagai berikut : F = 0 -T1 Mg T2 + N = 0 = I T1R T2R = I =a/R

Bila beban diputar dan katrol pun dapat berputar pula maka geraknya dapat dianalisis sebagai berikut : = I T1.r + T2.r = I Percepatannya adalah :

a=

BAB III METODA PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan 1. Pesawat Atwood yang terdiri dari : Tiang berskala R yang pada ujung atasnya terdapat katrol p untuk dihitung momen inersianya. Tali penggantung yang massanya dapat diabaikan sebagai tumpuan beban. Dua beban M1 dan M2 berbentuk silinder dengan massa sama masing-masing penggantung. Dua beban tambahan dengan massa masing-masing m1 dan m2. Genggaman G dengan pegas S, penahan beban B, penahan beban tambahan A yang berlubang. 2. Stopwatch untuk mengukur waktu yang dibutuhkan. 3. Waterpass untuk memeriksa permukaan bidang saat percobaan. 3.2 Prosedur Percobaan I 1. Gantungkan dua beban silinder (M1 dan M2) yang diikatkan pada ujungujung tali penggantung yang telah dikaitkan pada katrol. Sehingga M1 dijepit dan M2 sejajar C. 2. Penahan beban diletakkan pada titik B dan penahan beban tambahan yang berlubang diletakkan pada titik A. Diatur jaraknya sedemikian rupa. 3. Meletakkan beban tambahan pertama (m1) pada M2. 4. Membebaskan M1 dari penjepit sehingga M2 turun, siapkan stopwatch dan waktu dihitung ketika M2 tepat melewati titik A dan berhenti di titik B. 5. Untuk jarak AB yang sama, lakukan prosedur diatas dengan penambahan beban (m2) pada M2. M yang diikatkan pada ujung-ujung tali

6. Ulangi percobaan untuk jarak AB yang berubah-ubah. Percobaan II 1. Gantungkan dua beban silinder (M1 dan M2) yang diikatkan pada ujungujung tali penggantung yang telah dikaitkan pada katrol. Sehingga M1 dijepit dan M2 sejajar C. 2. Penahan beban diletakkan pada titik B dan penahan beban tambahan yang berlubang diletakkan pada titik A. Diatur jaraknya sedemikian rupa. 3. Meletakkan beban tambahan pertama (m1) pada M2. 4. Membebaskan M1 dari penjepit sehingga M2 turun, siapkan stopwatch dan waktu dihitung ketika M2 mulai turun sampai M2 tepat melewati titik A. 5. Untuk jarak CA yang sama, lakukan prosedur diatas dengan penambahan beban (m2) pada M2. 6. Ulangi percobaan untuk jarak CA yang berubah-ubah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil M1 = (79,32 x 10-3 0,5 x 10-3) kg M2 =( 79,39 x 10-3 0,5 x 10-3)kg R = (6,5 x 10-2 0,05 x 10-2 )m m1 = (5x 10-3 0,5 x 10-3) kg m2 =(5 x 10-3 0,5 x 10-3) kg

Gerak Lurus Beraturan XAB Berubah C = 11x 10-2 m = 0,11m A = 20x 10-2 m =0,2m Tabel 4.1.1 Percobaan Gerak Lurus Beraturan Jarak Tempuh (m) B = 51 x 10-2 0,5 x 10-3 XAB = 0,2 m B = 46 x 10-2 0,5 x 10-3 XAB = 0,15 m B = 41 x 10-2 0,5 x 10-3 XAB = 0,1 m tAB untuk m1 (s) 1. 0,68 2. 0,77 3. 0,74 1. 0,46 2. 0,48 3. 0,44 1. 0,27 2. 0,29 3. 0,30 <tAB> untuk m1 (s) 0,73 0,5 x 10-3 0,46 0,5 x 10-3 0,286 0,5 x 10-3 tAB untuk m2 (s) 1. 0,35 2. 0,47 3. 0,44 1. 0,38 2. 0,34 3. 0,38 1. 0,17 2. 0,18 3. 0,19 <tAB> untuk m2 (s) 0,42 0,5 x 10-3 0,36 0,5 x 10-3 0,18 0,5 x 10-3

Nilai regresi (m1) a=0.026923076 b=0.384615384 r=0.960768922

Nilai regresi (m1) a=0.041889474 b=0.221769359 r=0.992298321

menghitung nilai m1 m2 v= dx = x2 x1 = dt dt y=a+bx s=1/2t2+v0t s=v0t Gerak Lurus Berubah Beraturan XCA berubah C = 11 x 10-2 m=0,11m B = 60 x 10-2 m=0,6m Tabel 4.1.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan Jarak Tempuh (m) A =3110-2 0,5 x 10-3 XCA = 0,2 m A = 3610-2 0,5 x 10-3 XCA = 0,25m A = 4110-2 0,5 x 10-3 XCA = 0,3m tAB untuk m1 (s) 1. 1,07 2. 0,95 3. 1,02 1. 1,43 2. 1,45 3. 1,54 1. 1,77 2. 1,64 3. 1,51 <tAB> untuk m1 (s) 1,013 0,5 x 10-3 1,473 0,5 x 10-3 1,64 0,5 x 10-3 tAB untuk m2 (s) 1. 0,78 2. 0,65 3. 0,77 4. 0,99 5. 1,00 6. 1,09 1. 1,15 2. 1,16 3. 1,18 <tAB> untuk m2 (s) 0,693 0,5 x 10-3 1.03 0,5 x 10-3 1,163 0,5 x 10-3 t2 t t2 t v= dx = x2 x1 = 0.2 -0.1 = 0.2 -0.1 = 0.18-0.42 0.1 0.4434 0.1 0.24 = 0.4166 m/s = 0.2255299 m/s 0.2866-0.73

Nilai regresi (m1) a=0.04540416 b=0.148750095 r=0.965513775

Nilai regresi (m2) a=0.03300831 b=0.222784075 r=0.978760197

perhitungan a m1 a= (M2+m1)g M1x g =(M1+M2+m1)a =(79,39 10-3+510-3) .9.78-(79.3210-3 9.78)=(79.3910-3+79.3210-3 +510-3).a =825.334210-3-7.75749610-1=(1.637110-1)a =0.49584610-1=1.637110-1 a a =0.49584610-1 1.637110-1 =3.028807037m/s2 m2 a=(M1+m1+m2)g M1.g =(M1+M2+m1+m2)a =(79.3910-3+510-3+510-3)9.78 (79.3210-3.9.78)=(79.3210-3 +79.3910-3+510-3+510-3)a =(89.3910-3)9.78-0.7757496=(168.7110-3)a =0.8742342-0.7757496=(168.7110-3)a =0.0984846=(168.7110-3)a a=0.0984846 168.7110-3 a=5.8375081510-1 penghitungan I m1 a = 0.3028807037
(m1 + M 1) M 2 I . 9,78 a= m1 + M 1 + M 2 + 2 R
(5 x10 3 + 79,32 x10 3 ) 79.39 x10 3

0.3028807037

5 x10 3 + 79,32 x10 3 + 79,39 x10 3 +

I . 9,78 ( 4,225 x10 3 )

( 4,93 10 3

0.3028807037 = 0.3028807037=

163,71x10 3 +

I . 9,78 3 ( 4,225 x10 )

48,215410-3
I 4,225 x10 3

163,71x10-3 +

163,71x10-3 + 163,71x10-3 +

I =48,215410-30.3028807037 4,225 x10 3 I =14,6035142810-3 4,225 x10 3

I =14,4035142810-3-163,71x10-3 4,225 x10 3

= (14,2398042810-3) (4,225x10-3) I = 6,016317083x10-4 kgm2

m2 a = 5.8375081510-1=0,583750815
(m1 + m2 + M 1) M 2 I .9 a= m1 + m2 + M 1 + M 2 + 2 R
(5 x10 3 + 5 10 + 79,32 x10 3 ) 79,39 x10 3

0,583750815 = 9,78

5 x10 3 + 5 10 + 79,32 x10 3 + 79,39 x10 3 +

I . 3 (4,225 x10 )

0,58750815

= 168,7110-3+

97,1154 10-3
I 4,225 x10 3

168,7110-3+ 168,7110-3+

I =0,5875081597,115410-3 4,225 x10 3 I =57,0560889910-3 4,225 x10 3

I =57,0560889910-3-168,7110-3 4,225 x10 3

I =56,8873789910-3 4,225 x10 3

I I

= (56,8873789910-3) (4,225x10-3) = 2,240349176x10-4 kgm2

Pada Gerak Lurus Beraturan

s=

1 a . t2 2

y= b . x maka, m1
1 a=b 2 1 a=b 2

m2

a = 2.b = 2. 0.384615384 = 0.769230768 m/s2 Pada Gerak Lurus Berubah Beraturan S=V0t+1/2at2 Y=a+bx Y=bx b=1/2a b=0,151440351 4.2 Pembahasan

a = 2.b = 2. 0.221769359 = 0.443538718 m/s2

S=V0t+1/2at2 Y=a+bx Y=bx B=1/2a b=0,291875407

Pada percobaan pesawat atwood, momen inersia sebuah katrol dapat dicari dengan melakukan percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan. Momen inersia dapat dicari dengan cara grafik maupun dengan cara regresi kalkutor. Semakin besar jarak A dengan B, maka akan semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak A dengan B tersebut, massa benda pula sangat berpengaruh terhadap percobaan, semakin berat massa benda akan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak A dengan B karena gaya gravitasi juga mempengaruhi percobaan pesawat atwood. Hasil yang didapat menggunakan cara grafik dan cara kalkulator berbeda. Dan momen inersia katrol yang didapat dalam percobaan bertanda plus sedangkan momen inersia katrol seharusnya bertanda minus.

Perbedaan ini mungkin disebabkan karena berbagai kesalahan, diantaranya, pengukuran jarak yang kurang tepat antara A,B, dan C sehingga menghasilkan hasil yang kurang sesuai. Adapun kurang ketelitian dalam perhitungan waktu, kekurangtepatan dalam penggunaan stopwatch, stopwatch dinyalakan sebelum penjepit beban dilepaskan ataupun sebaliknya, stopwatch dinyalakan setelah beberapa saat penjepit beban dilepaskan, dan juga saat memberhentikan stopwatch, stopwatch diberhentikan sebelum beban menyentuh A, dan juga sebaliknya, stopwatch diberhentikan setelah beberapa saat beban menyentuh A. Ketidakrataan bidang permukaan dalam percobaan pun menjadi kendala, percobaan pesawat atwood ini memerlukan bidang permukaan yang rata sehingga kedua beban menjadi seimbang dan tidak berat ke salah satu sisi. Pada saat percobaan juga, sering terjadi beban dilepaskan tidak sejajar dengan C, terlalu atas maupun terlalu bawah, sehingga berpengaruh terhadap pengukuran waktu. Kesalahan juga dapat terjadi karena beban menyentuh atau mengenai penahan beban, adanya gesekan atau tumbukan ini akan mempengaruhi pengukuran waktu karena waktu yang dibutuhkan akan terhitung lebih lama dibandingkan dengan beban tambahan saja yang menyentuh penahan beban. Adapun kerusakan pada alat yang sangat menghambat percobaan praktikum pesawat atwood ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Momen inersia yang didapat dari percobaan pesawat atwood adalah Momen inersia pertama 6,016317083x10-4 kgm2 Momen inersia kedua 2,240349176x10-4 kgm2

5.2 Saran Setiap orang yang akan melaksanakan praktikum pesawat atwood sederhana harus memahami terlebih dahulu konsep dan prinsip dari hukum Newton dan Gerak Lurus Berubah Beratuaran. Melakukan pemeriksaan terhadap alat-alat yang akan dipakai. Melakukan pengukuran dan pengamatan dengan teliti. Menggunakan stopwatch dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.geofacts.co.cc/2008/11/pesawat-atwood-e-1.html (diakses pada tanggal 08 Desember 2010 pukul 21.23)

LAMPIRAN

Grafik 1.1 XAB Terhadap TAB untuk m1 grafik X ab terhadap t ab untuk m1


0.25 0.2 X ab 0.15 0.1 0.05 0 0 0.2 0.4 t ab 0.6 0.8

Grafik 1.2 XAB Terhadap TAB untuk m2

grafik Xab terhadap t ab untuk m2


0.25 0.2 X ab 0.15 0.1 0.05 0 0 0.2 t ab 0.4 0.6

Grafik 1.3 Xca terhadap TCA2 untuk m1


grafik Xca terhadap t ca untuk m1
0.35 0.3 0.25 X ca 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 1 t ca 2 3

Grafik 1.4 Xca terhadap TCA2 untuk m2

grafik X ca terhadap t ca untuk m2


0.35 0.3 0.25 X ca 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 0.5 t ca 1 1.5

Anda mungkin juga menyukai