Bundelan Argentometri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

ARGENTOMETRI

I. TUJUAN a. Memahami prinsip analisa volumetri berdasarkan titrasi argentometri dengan metoda Mohr dan Volhard b. Menentukan kenormalan larutan klorida dengan metoda Mohr dan Volhard

II. TEORI Argentometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi analit dengan menggunakan larutan baku sekunder yang mengandung unsur perak. Larutan baku sekunder yang digunakan adalah AgNO3, karena AgNO3 merupakan satu-satunya senyawa perak yang bisa terlarut dalam air. Produk yang dihasilkan dari titrasi ini adalah endapan yang berwarna endapan merah bata. Dasar titrasi argentometri adalah yang pembentukkan endapan tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl. Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengani indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat dimana dengan indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator adsorbsi . Selain menggunakan jenis indikator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen. Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu : 1. Indikator 2. Amperometri 3. Indikator kimia

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

Syarat terjadinya reaksi argentometri : 1. 2. Kesetetimbangannya berkurang dengan cepat Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara stoikiometri dengan pentiter 3. 4. 5. Endapan yang terbentuk harus sukar larut Penentuan titik akhir titrasi harus sesuai Endapan yang terbentuk stabil

Faktor-faktor yang mempengaruhi endapan hasil titrasi argentometri : 1. Temperatur Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya. 2. Sifat alami pelarut Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu. 3. Pengaruh ion sejenis Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat ion sejenis yaitu OH- sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri. 4. Pengaruh pH Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan I- membentuk HI.
Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

5. Pengaruh hidrolisis Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut. 6. Pengaruh ion kompleks Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl. Titrasi pengendapan ini terbatas penggunaannya karena : 1. Tidak adanya indikator yang sesuai dalam titrasi 2. Kecepatan reaksi terlalu cepat 3. Komposisi endapan seringkali tidak diketahui karena adanya pengaruh kompresipitasi (ion-ion yang ikut terendapkan). Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu : 1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit. 2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit. Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas : 1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna) Titrasi ini ditandai dengan terbentuknya andapan berwarna dan titrasi

berlangsung dengan AgNO3. Kegunaan metoda ini untuk menentukan konsentrasi klorida yang tidak bisa digunakan untuk menentukan konsentrasi iodida dan tiosianat. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis (basa), pH 6,5 - 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah : Asam : 2CrO42- + 2H- CrO7 2- + H2O
Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

Basa : 2 Ag+ + 2 OH- 2 AgOH 2AgOH Ag2O + H2O Kelemahan Titrasi Mohr : Kemungkinan terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai yang mengakibatkan titik akhir titrasi jadi tidak tajam. Sebagai solusi dilakukan pengadukan secara cepat.

2. Model Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut). Metoda ini ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna dan didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam AgNO3 dengan menggunakan besi (III). Berikut reasksi yang terjadi pada metoda Volhard : Ag+ + SCNFe3+ + SCN AgSCN Fe(SCN)2+

Titrasi volhard dilakukan dalam suasana asam. Jika dalam suasana netral, indikator akan terhidrolisa. Fe3+ + OHFe3+ + H2O Fe(OH)3 Fe(OH)3 + H+

Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl-, Br-, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN. 3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi) Titrasi argentometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai.

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder. Syarat pH untuk titrasi fajans dengan indikator eosin yaitu : tidak terlalu rendah, karena kebanyakan indikator adsorbsi bersifat asam lemah yang tidak dapat dipakai dalam larutan yang terlalu asam. Tapi tidak semua indikator seperti itu. Ada beberapa indikator adsorbsi kationik yaitu bersifat basa lemah sehinggga baik untuk dititrasi dalam suasana asam. Contoh contoh indikator Adsorbsi : o Ortholoro o Eosin o Avorestein : syarat larutan netral pH 0,02 M : syarat pH 2 8 dari pink ke merah : Syarat pH 7 8

o Lembayung metil : syarat larutan harus asam... 4. Metode Leibig Pada metode ini, titik akhir titrasi tidak ditentukan dengan indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkankepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojogan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

PROSEDUR PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan Alat : - Labu ukur - Erlenmeyer - Buret - Pipet gondok - Pipet tetes - Neraca analitik - Standar - Gelas ukur - Corong - Batang pengaduk - Cawan Porselen - Gelas piala : mengencerkan zat pada volume tertentu : menampung hasil titrasi : untuk mentiter suatu senyawa / larutan : mengambil zat pada volume tertentu saja : memipet zat / meneteskan zat dalam volume kecil : menimbang suatu zat : menjepitkan buret supaya tidak jatuh :wadah zat dan mengambil zat pada volume tertentu : memudahkan memasukkan zat : mengaduk suatu zat : wadah zat saat menimbang zat : sebagai wadah zat

Bahan : - K2CrO4 5% - Larutan Khlorida - AgNO3 0,1 N - HNO3 encer - Larutan Tiosianat - Indikator Fe3+ : sebagai indikator : sampel : larutan standar pada buret : untuk mencuci endapan : larutan standar pada cara volhard : sebagai indikator

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

3.2 Skema Kerja A. Penentuan Secara Mohr

Larutan Khlorida Diencerkan dalam labu ukur Pipetkan 10 mL ke erlenmeyer Tambah indikator K2CrO4 5% Titrasi dengan AgNO3 0,1 N Sampai warna kuning merah yang tidak hilang pada pengocokan selanjutnya Dapat dipakai indikator blanko (50 mL air + 1 mL indikator + 0,3-0,5 N AgNO3 Hitung kenormalan larutan AgNO3

B. Penentuan Kholorida secara Volhard

Larutan Khlorida Pipetkan 10 mL (duplo) Tambahkan 5 mL HNO3 6N Saring endapan cuci endapan dengan HNO3 encer cucian ditampung dengan erlenmeyer Titrasi dengan Tiosianat Sampai terjadi perubahan warna

(kuning merah) Hitung kenormalan larutan Khlorida

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

3.3 Skema Alat

4 1

Keterangan : 1. Buret 2. Erlenmeyer 3. Standar 4. Klem 5. Kertas alas

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

IV. DATA PERHITUNGAN & PEMBAHASAN 4.1 Data perhitungan A. Penentuan secara Mohr V AgNO3 V AgNO3 V khlorida = 5,5 mL + 5,5 mL = 5,5 mL 2 = 0,01 N = 10 mL

V khlorida x N khlorida = V AgNO3 x N AgNO3 10 mL x N khlorida = 5,5 mL x 0,01 N N khlorida = 0,0055 N Volume sampel V1 V1 x N1 V1 % kesalahan % kesalahan = V percobaan V sebenarnya V sebenarnya = 5,5 mL - 5 mL 5 mL = 10 % x 100 % = V2 x N2

x 0,1 N = 100 mL x 0,0055 N = 5,5 mL

B. Penentuan secara Volhard V SCN terpakai = 26,5 mL + 26 mL = 26,25 mL 2 N SCN V khlorida V Ag+ N Ag+ = 0,01 N = 10 mL = 25 mL = 0,01 N

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

V khlorida x N khlorida = (V Ag+ x N khlorida = 0,00125 N Volume sampel V1 V1 x N1 V1 % kesalahan = V2 x N2

N Ag+) - (V AgNO3 x N AgNO3)

10 mL x N khlorida = (25 mL x 0,01 N) - ( 26,25 mL x 0,01 N)

x 0,1 N = 100 mL x 0,00125 N = 1,25 mL

% kesalahan = V sebenarnya V percobaan V sebenarnya = 5 mL - 1,25 mL 5 mL = 75 %

x 100 %

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

1.1 Pembahasan Percobaan kali ini adalah argentometri dimana digunakan larutan standar perak nitrat (AgNO3) sebagai larutan pentiter sehingga dapat diketahui konsentrasi klorida Pada percobaan ini kita menggunakan 2 metoda dalam menentukan kenormalan larutan khlorida yakni dengan menggunakan metoda Mohr dan Metoda Volhard. Pada penentuan secara Mohr, penentuan kenormalan larutan khlorida dilakukan dengan mentitrasi langsung dengan indikator K2CrO4 5 %. Pada titik akhir titrasi diperoleh warna larutan kuning menjadi merah bata. Sedangkan pada metoda volhard, penentuan kenormalan larutan khlorida dilakukan dengan penambhan AgNO3 terukur dan berlebih pada larutan khlorida sehingga timbul endapan AgCl yang berwarna putih. Kemudian dititrasi kembali (back titration) dengan CNS- dengan menambah Fe3+. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna kuning merah. Pada percobaan ini didapatkan kenormalan larutan khlorida secara Mohr sebesar 0,0055 N dimana volume sampel yang didapatkab sebesar 5,5 mL. Sedangkan volume sebenarnya 5 mL sehingga didapatkan persen kesalahannya 10%. Sedangkan pada metoda volhard, didapatkan kenormalan larutan khlorida 0,00125 N dimana volume yang didapatkan sebanyak 1,25 mL sehingga persen kesalahan yang didapatkan sebesar 75%. Perbedaan kesalahan yang lumayan mencolok antara metoda secara Mohr dan metoda secara Volhard ini mungkin disebabkan karena pada metoda volhard terbentuk endapan, penyaringan yang dilakukan tidak sempurna dan masih ada terdapat endapan dalam erlenmeyer. Selain itu kurang telitinya dalam melihat skala pada buret, terutama melihat titik akhir titrasinya. Secara teori volume yang didapatkan seharusnya mempunyai nilai yang sama baik secara mohr maupun secara Volhard. Perbedaan ini bias disebabkan oleh : 1. Pentitrasian yang dihentikan sebelum atau sesudah titik akhir dicapai. 2. Penambahan larutan (zat) yang kurang sesuai. 3. Pemahaman yang kurang tentang ciri-ciri tercapainya titik akhir titrasi.
Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

V. KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Pada umumnya titrasi argentometri dapat digunakan dengan 2 metoda dalam penentuan kenormalan khlorida yaitu dengan metoda Mohr dan Metoda Volhard. Titrasi argentometri dengan metoda volhard menggunakan larutan standar AgNO3. Titrasi argentometri dengan metoda volhard menggunakan larutan AgNO3 dan SCN- sebagai pentiter. Titrasi dengan cara Mohr dilakukan secara langsung sedangkan titrasi secara Volhard dilakukan secara tidak langsung. Titrasi secara Volhard harus dilakukan dalam suasana asam. Metoda volhard menggunakan prinsip titrasi kembali (back titration). % kesalahan pada metoda mohr yaitu 5%. % kesalahan pada metoda volhard yaitu 75%.

5.2 Saran Agar praktikum selanjutnya memperoleh hasil yang lebih baik maka disarankan : Berhati-hati dalam mengukur volume zat, sangat diperlukan ketelitian. Gunakan masker jika mengambil zat pada lemari asam. Teliti dalam titrasi dan mengamati perubahan warna yang terjadi. Teliti dalam mengamati titik akhir titrasi agar memperoleh kesalahan titrasi yang kecil. Lebih memahami prosedur dan prinsip kerja sebelum memulai percobaan ini. Teliti dalam menambahkan larutan atau zat dan indicator Teliti dalam melakukan proses penyaringan usahakan tidak ada endapan yang ikut larut dalam filtrat

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

JAWABAN PERTANYAAN

1. Apakah akibatnya titrasi secara mohr PH larutan kecil dari 7 atau lebih besar dari 10.kenapa tidak dapat penentuan iodida..? Jawab : Jika larutan pHnya kecil dari 7 kromat akan membentuk dikromat, 2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O

Akibatnya Ag2CrO makin kecil sehingga akan membentuk endapan selama titrasi dan titik akhirnya tidak bisa diamati. Sedangkan pH besar dari 10 maka akan timbul endapan perak oksida yang bersifat alkalis. Penegnedapan AgOH akan terjadi. Lalu akan terbentuk endapan hitam Ag2O akan mengganggu titik akhir titrasi. Ag+ + OH- AgOH (and. Putih) AgOH Ag2O (end. Hitan) + H2O Tidak digunakan untuk penetuan iodida karena akan terbentuk endapan perak klorida yang dapat menyerap kromat. 2. Hasil kali kelarutan Ksp AgCl =10-10 dan Ksp Ag2CrO4 = 2 x 10-12 terangkan dengan singkat mengapa Ag2CrO4 baru dapat mengandap seluruhnya? Hasil kali kelarutan AgCl lebih besar dari Ag2CrO4 tetapi kelarut AgCl lebih kecil dari Ag2CrO4 sehingga AgCl lebih cepat mengendap dari pada Ag2CrO4 Setelah semua Ag2CrO4 mengandao, baru AgCl yang mau bikin itu.. 3. Bagaimana penetuan Cl secara Volhard Jawab : Penetuan Cl secara volhard yaitu Cl- ditambahkan dengan larutan titer perak nitrat berlebihan dan terukur. Kelebihan perak dititrasi kembali dengan tiosianat dan indikator besi (III). Kelebihan Ag+ dititrasi dengan AgNO3 berlebih dan terukur dengan tiosianat (back titration) ClAg+ + Ag+ + SCN AgCl AgSCN Fe(SCN)2
Argentometri

SCN- + Fe3+

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

4. Dalam penetuan AgNO3 secara volhard mengapa ditambahkan AgNO3 secara berlebihan dan terukur dan titrasi mana disebut Back titration? Jawab: AgNO3 ditambahkan secara berlebihan dan terukur agar seluruh ion klorida bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak klorida dan kelebihan perak yang ditambahkan dapat ditentukan dan yang kemudian ditentukan dan yang kemudian dititrasi dengan tiosianat untuk mengetahui konsentrasinya. Hasil ini dapat digunakan sebagai pembanding dalam menentukan konsentrasi klorida yang direaksikan. Sebelum ke tempat fahri,, Fahri panen hp.. 5. Ksp AgCl = 10-10 Ksp AgSCN = 10
-12

s AgCl = 10-3
s AgSCN = 10-6

Pada cara volhard AgCl harus dipisahkan terlebih dahulu dari larutan, terangkan dengan hasil kali kelarutan bahwa hal tersebut memang perlu, sebelum kelebihan Ag dititrasi dengan larutan standar tiosianat? Pada cara volhard AgCl harus dipisahkan dari larutan karena kelarutan Cl yang besar,sehingga dapat menghindari larutnya endapan AgCl.

Argentometri

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Tahun Ajaran 2010/2011 Kelompok 3 Selasa Siang

DAFTAR PUSTAKA Isamono,dkk. 1978. Dasar-Dasar Kimia Analitik Kuantitatif. Bandung : ITB (hal 1 9) Hardjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik. Jakarta. Gramedia (hal 234 - 237) Roekmini. 1978 . Kimia Anlisa . Bandung ITB (hal 45 48) Rivai, Harvizul. 1995. Azas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Underwood, A.L.R.A. Day. 1998. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Argentometri

Anda mungkin juga menyukai