Bab 4 Sifat Kemagnetan Batuan
Bab 4 Sifat Kemagnetan Batuan
Bab 4 Sifat Kemagnetan Batuan
DEFINISI DAN SATUAN DEFINISI DAN SATUAN DEFINISI DAN SATUAN DEFINISI DAN SATUAN
Medan magnet di tengah lingkaran
Momen magnetik
Magnetisasi
Momen magnetik
perunit massa
Suseptibilitas magnetik
Suseptibilitas massa
Terdapat tiga vector magnetic:
1. H Medan magnet
2. M Magnetisasi
3. B Induksi Magnet
Momen magnetik dan suseptibilitas
Magnetisasi merupakan tingkat kemampuan
untuk di se-arahkan momen-momen dipol
magnetiknya oleh medan magnetik luar.
Suatu bahan yang bersifat magnetik berada
dalam pengaruh kuat medan magnet luar
maka bahan tersebut akan termagnetisasi.
Besaran dari magnetisasi ini sebanding
dengan momen magnetik per volume.
Magnetisasi yang dihasilkan sebanding
dengan kuat medan yang mempengaruhinya
yang bergantung pada nilai suseptibilitas
magnetic (k) medium tersebut.
Bahan magnetik
Jika suatu batang magnet retak sehingga
membentuk kutub baru, maka akan timbul
medan magnet disekitarnya.
Gas atau udara tidak dapat mangalami
magnetisasi sehingga titak memiliki
momen magnetik, dan jika pada bagian
retak tersebut diberikan suatu medium dan
terjadi magnetisasi, maka medium tersebut
dapat dikatakan sebagai medium/ bahan
magnetik pula.
Klasifikasi medium
Klasifikasi medium
Bahan atau medium dapat diklasifikasikan
ke dalam 5 jenis sesuai dengan respon
magnetisasinya terhadap pengaruh kuat
Medan magnet luar.
Klasifikasi ini didasarkan
atas spin elektron dari atom penyusun medium
tersebut, dimana elektron sebagai ion negatif yang menghasilkan
momen momen magnetik.
Prinsip utama dari kemagnetan suatu medium bergantung pada spin
elektronnya. Jika elektron pada atom suatu medium berpasangan, maka
elektron tersebut tidak akan menarik garis-garis gaya magnetik luar dan
sebaliknya.
Spin elektron inilah yang menentukan apakah suatu medium dapat
dikatakan bersifat megnetik atau tidak.
DEFINISI DAN SATUAN DEFINISI DAN SATUAN DEFINISI DAN SATUAN DEFINISI DAN SATUAN
Beberapa satuan magnet :
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
Asal dari magnetisme adalah perputaran (spin) dan pengorbitan dari elektron dan
bagaimana elektron-elektron tersebut berinteraksi dengan elektron lainnya
Tiap bahan memberikan respon yang berbeda terhadap medan magnet yang melewatinya
Pada umumnya semua bahan bersifat magnetik, hanya saja beberapa bahan lebih
magnetik dibandingkan bahan lainnya
Perbedaan antar bahan adalah terletak pada interaksi antara momen magnetik atom-
atomnya. Beberapa bahan memiliki interaksi yang sangat kuat sebagian lagi sangat lemah
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
Kelompok Bahan Magnetik
Klasifikasi unsur atas sifat magnetiknya
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
DIAMAGNETIK
Diamagnetik: yaitu bahan yang kulit elektronnya lengkap dan terisi oleh
elektron yang berpasangan
Tidak memiliki momen magnetik
suseptibilitas < -10
-5
SI
Susep 10
-8
m
3
kg
-1
Jika dipengaruhi oleh kuat medan luar, putaran
elektron ini akan menghasilkan arah momen
magnetik yang berlawanan dengan arah kuat
medan luar sehingga akan menghasilkan
resultan yang berarah negatif
Contoh:
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
PARAMAGNETIK
Paramagnetik: yaitu bahan yang jumlah elektron pada kulit atomnya tidak
lengkap (sebagin ada elektron yang tidak berpasangan)
Memiliki momen magnetik
Suseptibilitas 10
-3
- 10
-6
SI
Susep 10
-8
m
3
kg
-1
Hukum Curie
Tanpa pengaruh kuat medan luar, momen magnetik
memiliki arah orientasi yang acak Jika ada pengaruh
dari kuat medan luar, maka momen momen magnetik
akan mensejajarkan diri searah dengan medan
tersebut. Tetapi megnetisasi yang dihasilkan sangat
kecil terhadap kuat medan magnetnya sehingga
harga suseptibilitasnya kecil walaupun positif.
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
FERROMAGNETIK
Memiliki momen magnetik
Ada interaksi antar atom
Dua karakteristik dari bahan ferromagnetik adalah:
Magnetisasi spontan; dan
Tingkat kemagnetan yang bergantung pada suhu.
Magnetisasi spontan adalah total magnetisasi yang terdapat
didalam elemen volume seragam meskipun jika tidak ada
medan magnet luar. Momen magnetik timbul dari putaran
elektron yang barinteraksi kuat dengan elektron disekitarnya
secara exchange coupling sehingga terjadi penyearahan
momen magnetik dalam atomnya dengan arah yang sama ,
bahkan tanpa adanya pengaruh medan magnet luar. Sehingga
jika dipengaruhi oleh medan magnet luar, akan termagnetisasi
dengan kuat.
Medium ini memilki struktur elektron yang hampir
sama dengan medium ferromagnetik, tetapi memiliki
dua arah momen magnetik yang berlawanan dengan
besar yang sama. Ketika ada pengaruh dari kuat
medan luar, maka momen momen ini akan saling
meniadakan. Momen yang saling berlawanan ini
disebut momen paralel dan anti paralel.
Antiferromagnetik
Bahan Ferrimagnetik
Medium ini juga hampir sama dengan medium ferromagnetik
tetapi sebagian ada yg berbeda arah momen magnetiknya
Tanpa adanya pengaruh kuat medan luar, arah momen
magnetik paralel dan saling berlawanan, tetapi berbeda
dengan antiferromagnetik, momen paralelnya lebih besar
dibandingkan momen anti paralelnya.
Medium ferro-, anti ferro, dan ferrimagnetik
dipengaruhi oleh suhu, dimana jika medium ini
dipanaskan sampai pada suhu terntentu maka medium ini
akan berubah menjadi medium paramagnetik. Batasan
tersebut dinamakan suhu curie .
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
Magnetisasi saturasi
Magnetisasi saturasi (M
sat
)adalah magnetisasi maksimum dari momen magnetik
yang dapat dicapai pada medan magnetic saturasinya (H
sat
), setelah medan ini
tidak ada peningkatan magnetisasi
Induksi magnetik (B) adalah jumlahan antara medan yang diakibatkan oleh
kuat medan magnetik luar (H) dan efek magnetisasi (M)
Untuk mediumferro- dan ferrimagnetik ,
momen magnetic adalah jumlahan dari
induksi magnetisai (M
i
) dan remannent
magnetisasi (M
r
). Rasio dari remanent
magnetisasi terhadap induksi magnetisasi
dinamakan Koenigsberger Q-ratio
Kurva Histerisis
Kurva Histerisis
Kurva histeresis dapat
menunjukkan adanya
pengaruh magnetic
histories pada medium
ferromagnetik, dengan
mengubah kuat medan luar
dan mengamati induksi
magnetik yang muncul.
Ketika kuat medan magnet
menjadi nol, ternyata induksi
magnetnya tidak serta merta
menjadi nol.
Agar induksi magnetisasi
menjadi nol, maka diperlukan
medan magnet yang
berlawanan arah.
Kurva Histerisis
1. Sampel dengan momen magnet
acak disearahkan dengan medan
magnet luar H.
2. Momen dipole searah
magnetisasinya menguat sesuai
dengan besar H, pada medan
magnetisasi mulai jenuh akan
konstan.
3. Medan magnet luar dilepas
(H=0), maka momen dipole
kembali acak dengan masih
punya magnetisasi remanen.
4. Bila diberi H negatif, momen
dipole diserahkan kembali pada
arah negatif sampai jenuh.
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
Magnetisasi batang besi pada solenoida berarus
a-b : magnetisasi awal, saturasi pada b
b-c : demagnetisasi, M 0 di I = 0
c-d : arah arus dibalik
d-e : saturasi pada arah yang berlawanan
Pada c dan f magnetisasinya permanent, I=0
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
Parameter histerisis yang beragam bukan semata mata merupakan sifat/ciri
intrinsic dari suatu bahan tapi juga bergantung atas ukuran butir(partikel), kondisi
domain, stress, dan suhu.
Parameter histerisis
bergantung dari ukuran
butir, maka kurva
tersebut menjadi penting
dalam mengukur ukuran
butir dari sample alam.
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
DOMAIN MAGNETIK
Bahan ferro-, antiferro- dan
ferrimagnetik memiliki magnetisasi
spontan Sifat kemagnetan ini dapat
ditunjukkan dengan adanya elemen
volume magnetic yang disebut
Domain Magnetic
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
ANISOTROPI MAGNETIK
Anisotropi magnetik adalah kebergantungan sifat magnetic oleh arah dari magnetisasi
Anisotropi digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu:
Tipe Dipengaruhi oleh
Magnetokristalin struktur
Bentuk bentuk butir
Tekanan (Stress) tekanan yang diberikan
Anisotropi magnetic sangat mempengaruhi bentuk dari kurva histerisis dan control
dari remanensi dan koersivitas
Anisotropi Magnetokristalin
Adalah sifat intrinsic dari bahan
ferrimagnetik yang tidak
terpengaruh oleh bentuk dan
ukuran dari butir magnetic Hal ini
dapat mudah dilihat dengan
melakukan pengukuran magne-
tisasi pada arah yang berbeda pada
sebuah kristal magnet
BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK
Anisotrophy karena Tekanan
Yaitu perubahan magnetisasi yang timbul akibat berubahnya tekanan
Suseptibilitas akan berkurang dengan bertambahnya tekanan pada
arah yang sama dengan medan magnet yang diberikan
Sebaliknya akan bertambah dengan bertambahnya tekanan pada
arah yang berlawanan dengan arah medan magnetnya
Anisotropi Bentuk
Tipe anisotropi karena bentuk butiran,
bagian bentuk butir yang tajam akan
memiliki magnetisasi dan menghasilkan
kutub kutub magnet di permukaannya
Ujung ujung butir akan menghasilkan
kutub magnet yang menghasilkan
medan magnet yang berlawanan arah
dengan arah magnetisasinya
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Sifat Kemagnetan dari Mineral
Mineral juga dapat diklasifikasikan sebagai:
Mineral Diamagnetik
Mineral Paramagnetik
Mineral Ferromagnetik
Mineral Antiferromagnetik
Mineral Ferrimagnetik
Suatu bahan diklasifikasikan berdasarkan atomnya. Mineral, juga diklasifikasikan
berdasarkan unsur atomnya.
Di alam, mineral yang umum dijumpai adalah mineral diamagnetik. Tetapi
mineral ini tidak berdiri sendiri melainkan berasosiasi dengan mineral lainnya
misalnya mineral yang mengandung unsur Fe dan Ti, sehingga menaikkan nilai
suseptibilitasnya.
Untuk mineral paramagnetik umumnya nilai suseptibilitasnya dikontrol oleh
kandungan ion Fe
2+
, Fe
3+
, dan Mn
2+
. Dari hubungan antara kandungan ion Fe
(dalam % berat ion terhadap berat mineral) dan nilai suseptibilitasnya, didapatkan
persamaan empiris yang masih perlu di kaji kembali.
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Tabel Nilai Suseptibilitas dari Mineral Diamagnetik
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Tabel Nilai Suseptibilitas dari mineral Paramagnetik
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Karena suseptibilitas paramagnetik dikontrol oleh kandungan Fe maka secara
empiris korelasi antara suseptibilitas dan kandungan Fe (C
Fe
) adalah:
= 3.48 C
Fe
dalam m
3
kg
-1
1 biotit
2 amphibolite
3 piroksin
Mineral Composition Magnetic Order T
c
(C)
s
(Am
2
/kg)
Oxides
Magnetite Fe
3
O
4
ferrimagnetic 575-585 90-92
Ulvospinel Fe
2
TiO
2
AFM -153
Hematite Fe
2
O
3
canted AFM 675 0.4
Ilmenite FeTiO
2
AFM -233
Maghemite Fe
2
O
3
ferrimagnetic ~600 ~80
Jacobsite MNFe
2
O
4
ferrimagnetic 300 77
Trevorite NiFe
2
O
4
ferrimagnetic 585 51
Magnesioferrite MgFe
2
O
4
ferrimagnetic 440 21
Sulfides
Pyrrhotite Fe
7
S
8
ferrimagnetic 320 ~20
Greigite Fe
3
S
4
ferrimagnetic ~333 ~25
Troilite FeS AFM 305
Oxyhydroxides
Goethite FeOOH AFM, weak FM ~120 <1
Lepidocrocite FeOOH AFM(?) -196
Feroxyhyte FeOOH ferrimagnetic ~180 <10
Metals & Alloys
Iron Fe FM 770
Nickel Ni FM 358 55
Cobalt Co FM 1131 161
Awaruite Ni
3
Fe FM 620 120
Wairauite CoFe FM 986 235
Jenis
magnetic
dan suhu
curie untuk
beberapa
mineral
iron-titanium oxides
iron-titanium oxides
Untuk mineral ferro-, antiferro, dan ferrimagnetik, unsur utama dari penyusun
mineralnya yang sangat signifikan dalam mempegaruhi nilai suseptibilitasnya
yaitu besi (Fe) dan iron-titanium oxides (Fe-Ti-oxida).
Iron oxyhydroxides dan iron sulphides juga signifikan tetapi umumnya tidak
melimpah. Fe-Ti-oxides merupakan unsur yang sangat dominan terutama pada
batuan vulkanik. System dari unsur inilah yang mendasari dalam pengetahuan
tentang karakteristik ferrimagnetik dalam batuan (Nagata 1966).
Sistem Fe-Ti-oxida ini kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Simple oxide minerals of interest in rock magnetism:
FeO (wustite), FeTiO
3
(ilmenite),
Fe
3
O
4
(magnetite), Fe
2
TiO
4
(ulvospinel),
-Fe
2
O
3
(maghemite), Fe
2
TiO
5
(pseudobrookite),
-Fe
2
O
3
(hematite), FeTi
2
O
5
(ilmeno-rutile, ferropsudobrookite).
2. Four series (solid solution series) :
Titanomagnetite, pseudobrookite,
ilmeno-hematite, titanomaghmite.
Titanomagnetite series : struktur kubik
Series ini memiliki system : Fe
3-x
Ti
x
O
4
dengan 0 x 1
Saturasi magnetisasi, suseptibilitas, dan temperature-curie akan berkurang dengan naiknya
harga x sesuai dengan persamaan Tc=85i 580 x -150 x
2
Menurut Bleil dan Petersen, (1982) system series inilah yang umumnya dijumpai pada
batuan beku.
ilmeno-hematite series : struktur hexagonal/rhombohedral
Series ini memiliki system : Fe
2-x
Ti
x
O
3
dengan 0 x 1
Series ini memilki orientasi yang karakteristik: hematite memberikan nilai remanen
magnetisasi pada batuan sediment secara dominan.
Pseudobrookite : struktur orthorhombic
Series ini ditentukan berdasarkan komposisi pseudobrookite Fe
2
TiO
5
dan
ferropseudobrookite FeTi
2
O
5
. Pada suhu kamar, pseudobrookite merupakan mineral
paramagnetic. Proses alami terjadi pada batuan beku dan metamorf.
Titanomaghmite : struktur spinel
Series ini diturunkan dari oksidasi titanomagnetites pada suhu di bawah 300C dari perubahan
Fe
2+
Fe
3+
. Salah satunya yaitu maghemite dan lainnya dirumuskan dalamformula
(Fe,Ti,)
3
O
4
, dimana menandakan variasi kekosongan ion metal pada struktur Kristal.
Kemagnetan series ini sangat dikontrol oleh komposisi kimianya, dan dipengaruhi oleh rasio
oksidasinya. Suhu Curie-nya akan menurun sebanding dengan penurunan nilai oksidasi
rasionya. Series ini adalah unsur utama pada basement basaltic lautan, tetapi juga ditemukan
pada batuan beku
Struktur spinel , magnetit
(Fe3O4) yang mengkristal
Struktur hexagonal , hematite
yang mengkristal
Kemagnetan fluida
Kemagnetan fluida
Umumnya fluida bersifat diamagnetic dan memiliki pengaruh yang sangat
kecil terhadap kemagnetan batuan. Untuk cairan, Kabronova (1989)
meberikan nilai suseptibiliasnya :
K
air
= -0.9 . 10
-5
dan K
minyak
= -1.04 . 10
-5
Mineralisasi memiliki efek yang kecil terhadap fluida, umumnya garam
bersifat diamagnetic. Gas juga bersifat diamagnetic kecuali oksigen yang
bersifat paramagnetic.
Untuk itu udara memiliki nilai suseptibilitas yang positif sebesar 0.04 . 10
-5
,
sedangkan hydrocarbon harga suseptibilitasnya berkisar (-10
-8
).
Kemagnetan batuan
Kemagnetan batuan
Kemagnetan batuan sangat dikontrol oleh kandungan mineralnya. Oleh karena
itu nilai susetibilitas batuan sebenarnya tidak dapat ditenetukan dari jenis
litologinya, tetapi dari unsur mineralnya.
Walaupun unsur mineral pada batuan ini sangat kecil, tetapi justru sangat
berpengaruh dalam menentukan kemagnetan batuan tersebut.
Kebanyakan batuan mangandung unsur mineral diamagnetic dan
paramagnetic. Sedangkan kemagnetan batuan umumnya disumbangkan oleh
keberadaan mineral ferrimagnetik walaupun kuantitasnya jarang yang
melebihi 10 %dari total volume.
Pada batuan magmatic, suseptibilitasnya akan menurun sebanding dengan
pelapukan yang terjadi pada batuan tersebut, sedangkan pada batuan sedimen,
akan meningkat sebanding dengan kandungan mineral lempungnya.
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Sifat kemagnetan Batuan
1. Sifat kemagnetan bergantung atas ketidak
homogenan kimiawi, pengendapan dan atau
kristalisasi, dan kondisi post-formasi
2. Sifat kemagnetan tidak sepenuhnya ditentukan
oleh tipe litologi batuan (nama geologinya)
Mineral yang paling banyak terdapat di batuan adalah
mineral paramagnetik atau diamagnetik
Suseptibilitas dari tiap tipe batuan bervariasi
terhadap ukuran mineralnya
Suseptibilitas dari batuan magmatik meningkat dari
asam ke basa.
Suseptibilitas dari batuan sediment meningkat
sesuai peningkatan kandungan lempung-nya (clay)
Selain unsur mineralnya, kondisi batuan juga
mempengaruhi magnetisasinya, diantaranya :
Kondisi genetik
Damm (1988) melakukan penelitian pada dua
intrusi batu granit yang berbeda dari segi
umurnya, dan menemukan hubungan sacara
linear antara intrusi yang lebih muda terhadap
intrusi yang lebih tua. Dimana untuk batuan yang
lebih tua, nilai suseptibilitasnya lebih kecil
dibanding batuan yang lebih muda walaupun
dipengaruhi oleh kuat medan magnet yang sama
Alterasi
Platou (1968) melakukan penelitian pada batu
granit yang menunjukkan bahwa alterasi dari
mineral mafic (hornblende dan biotit) ke chlorite
dan magnetite, akan menaikkan nilai
suseptibiitasnya sebanding dengan naiknya
tingkat alterasinya.
n = banyaknya pengukuran
1 = intrusi muda
2 = intrusi tua
Kandungan mineral lempung
Kopf et al (1981) menemukan hubungan antara suseptibilitas dan kandungan
mineral lempung (dalam persen diukur dengan menggunakan analisis sinar-X)
pada batu lempung, batulanau, dan batupasir, yang dirumuskan dalam
persamaan empiris :
Kandungan bahan magnetik
Magnetite merupakan unsur yang umum dari system Fe-Ti-oxides (Hearst dan
Nelson, 1985) merumuskan hubungan antara suseptibilitas dan kandungan
bahan magnetic sesuai dengan persamaan :
Dimana Vm adalah kuantitas magnetite
dalam % volume, sedangkan a dan b
adalah variable empiris.
1 granit
2 diorite dan gabro
3 hiperbasit
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Tabel nilai konstanta empiris dari batuan
Sebagai contoh, mooney dan bleifuss (1953) melakukan percobaan terhadap
batu diabas dan iron formation dan mendapatkan persamaan berikut :
Densitas dan Kandungan Fe
Wanstedt (1922) melakukan penelitian terhadap kandungan Fe terhadap
suseptibilitas pada malmbergit (swedia) dan menemukan hubungan yang
nonlinear yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
k = 0.0064 . (Fe content)
1.71
sedangkan hubungan antara kandungan Fe terhadap densitas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
d = 33.7 (Fe-content) + 2583.5
densitas dalam Kg/m
3
dan Fe-content dalam %
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Table kandungan mineral magnetic pada batuan
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Bentangan/kisaran nilai suseptibilitas batuan
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Untuk batuan metamorf ditunjukkan perbedaan
karakter batuan berdasarkan perbedaan genesanya
(para- dan orto-metamorf)
Am = amphibolit
ch-bc = cloritik-biotitik
b-am = biotitic-ampibiolitik
Fe-Q = Fe-Quarsit
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
untuk diabas = 0.0336 Vm1.14
untuk formasi besi = 0.0116 Vm1.43
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Pengaruh Ukuran Butir dan Bentuk Butir
dengan Suseptibilitas
= 0.101 ln d + 0.502
= 0.277 ln d - 0.423
d dalam m
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
int
int
1
=
N
V
m
a/b
Ellipsoid = perbandingan 2 diameter sumbu
Silinder = perbandingan tinggi dengan diameter
Prisma = perbandingan tinggi dgn lebar
Vm = volume dari bahan magnetic
int = suseptibilitas mineral intrinsik
N = factor demagnetisasi dari bentuk butir
Untuk batuan dengan ukuraan butir yang lebih besar, suseptibilitas
magnetik dipengaruhi oleh efek demagnetisasi.
SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN
Pengaruh Struktur Batuan dengan Suseptibilitas
Pengaruh dari struktur batuan dengan sifat kemagnetan
adalah fenomena dari anisotropi magnetic
1 (suseptibilitas maksimum),
2 (suseptibilitas menengah),
3 (suseptibilitas minimum)
Suseptibilitas rata rata
3
3 2 1
+ +
=
TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI
TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI
(Natural Remanent Magnetization NRM) yaitu
jumlahan vector magnetisasi dari semua komponen
yang berbeda yang didapatkan dari domain domainnya
Magnetisasi primer
Magnetisasi sekunder
waktu, suhu, atau
perubahan sifat kimiawi
TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI
Magnetisasi diperoleh selama pendinginan dari
suhu diatas suhu curie di suatu medan magnet
luar.
Magnetisasi yang diperoleh selama perubahan
sifat kimiawi dalam sebuah medan magnet luar
Magnetisasi yang diperoleh selama waktu
tertentu dalam sebuah medan magnet luar
Magnetisasi yang diperoleh seketika dalam suatu
medan magnet luar
Magnetisasi yang diperoleh dari efek gabungan
medan magnet yang besar dengan medan DC
yang kecil
Magnetisasi yang diperoleh sediment ketika
butiran butirannya tersusun dalam sebuah medan
magnet luar
Magnetisasi yang diperoleh setelah deposisi dan
terjadi karena efek mekanika pada sediment
yang basah
TRM
CRM
VRM
IRM
ARM
DRM
pDRM
Thermoremanent
Magnetization
Chemical Remanent
Magnetization
Viscous Remanen
Magnetization
Isothermal Magnetization
Anhisteretic Magnetization
Depositional Remanent
Magnetization
Post Depositional Remanent
Magnetization
Proses Magnetisasi Akronim Remanensi
SEKIAN SEKIAN SEKIAN SEKIAN