Gaya Bahasa Iltifat
Gaya Bahasa Iltifat
Gaya Bahasa Iltifat
PENDAHULUAN
Dalam bahasa Indonesia ada ungkapan seorang ayah kepada anaknya yang
telah berperilaku tidak wajar kepadanya: Nak, aku ini ayahmu. Mengapa kamu
berbuat seperti itu terhadap orang tua?
Ungkapan di atas terdiri dari 2 kalimat. Kalimat pertama adalah Nak, aku
ini ayahmu, dan kalimat kedua adalah: Mengapa kamu berbuat seperti itu terhadap
orang tua?. Pada kedua kalimat di atas ada pronomina. Pada kalimat pertama,
pronominanya aku (persona I), dan pada kalimat kedua, pronominanya orang tua
(persona III) yang hakikatnya adalah persona I pada kalimat pertama. Inilah gambaran
gaya bahasa iltift.
Secara praktis, gaya bahasa iltift itu sudah digunakan dalam bahasa di luar
bahasa Arab. Hanya saja secara teoretis baru ada dalam bahasa Arab. Pantaslah, kalau
Ibn al-Atsir dalam bukunya Kanz al-Balghah memandang gaya bahasa iltift sebagai
syajah al-Arabiyyah (keberanian bahasa Arab). Dengan keberanian itu maka
bahasa Arab menjadi maju, seperti halnya sang pemberani yang dapat menunggangi
sesuatu yang orang lain tidak mampu menungganginya, dan mendatangkan sesuatu
yang orang lain tidak mampu mendatangkannya.
Gaya bahasa iltift memiliki nilai sastra yang tinggi dan banyak digemari
oleh para pujangga Arab klasik seperti Jarir dan Umru al-Qais. Umru al-Qais telah
ber-iltift dengan tiga macam iltift dalam tiga bait syiirnya. Ketiga bait syiir Umru
1
*
*
1
*
Anda mengangkat tangan di malam hari, yang tenang tidur sedang anda tidak tidur
Ia bermalam, malam pun menidurkannya, ia lemah karena sedang sakit mata
Itulah berita yang sampai kepadaku, berita yang aku terima dari Abu al-Aswad
Dalam tiga bait syiir Umru al-Qais di atas, terjadi tiga macam iltift. Dia
memulai dengan khithb ( . .) , kemudian ber-iltift ke ghib ( .) , lalu
ber-iltift kepada mutakallim ( ) .
Kemajuan sastra Arab di zaman Jahiliyyah sangat dihargai oleh Alquran,
bahkan tentang gaya bahasa iltift, Alquran sebagai mukjizat mendatangkan gaya
bahasa iltift yang original, kreatif, lebih baik, lebih indah, lebih luas cakupannya dari
pada yang biasa mereka buat.
Pengamatan penulis tentang keberadaan gaya bahasa iltift dalam ayat-ayat
Alquran adalah sangat banyak dan bervariasi. Data yang penulis kumpulkan
menunjukkan bahwa Alquran yang terdiri dari 114 surah, penulis menemukan 89
surah yang di dalamnya ada gaya bahasa iltift.
Keistimewaan
pujangga Arab klasik, banyak digunakan dalam Alquran, juga digunakan dalam hadis
Nabi Muhammad saw., seperti yang penulis temukan dalam Shahih al-Bukhari jilid 4,
tentang kitab al-fitan seperti berikut:
: :
:
) (
) ( .
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Yusuf: Telah bercerita kepada kami
Sufyan dari al-Zubair bin Adi, ia berkata: Kami telah datang kepada Anas bin Malik,
kami mengadukan kepadanya apa-apa yang mereka lontarkan dari al-Hajjaj, lalu ia
berkata: Bersabarlah kamu, karena sesungguhnya tidak datang suatu masa
kepadamu, kecuali yang sesudahnya lebih jelek dari padanya sehingga kamu bertemu
2
dengan Tuhan kamu. Aku mendengar dari nabi kamu saw. apa yang mereka
lontarkan, berupa kezalimannya untuk mereka dan pelanggarannya terhadap mereka.
Di sini terjadi iltift, yaitu perpindahan dari persona I kepada persona III. (Yang
sesudahnya lebih jelek dari padanya), di sana ada kebaikan, namun kadang-kadang
kejelekannya lebih banyak dari pada kebaikannya, tapi ada juga masa yang lebih
baik dari yang sebelumnya, hanya saja tidak ada dalil tentang ini bagi yang
mengutamakan istirahat dan kekalahan. Mereka tidak lagi menyuruh kepada yang
baik dan mencegah dari yang munkar, mereka menerima kejelekan, kerusakan,
kezaliman dan kekejaman.
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa
.
ayat yang menggunakan iltift, seperti ayat: (
) . Hanya
dengan mempertahankan pendapat bahwa Muhammad saw. tidak mungkin
berperilaku salah, maka dhamr ghib (persona ke III) pada kata
itu dianggap
bukan Muhammad saw., karena Muhammad berposisi sebagai mukhthab (persona ke
II) yang ada pada ayat: (
) . Pemahaman seperti ini termasuk
kekeliruan yang fatal yang wajib diluruskan dengan cara menggalakkan sosialisasi
gaya bahasa iltift.
Betapa
besar
peran
Alquran
dalam
memelihara
keberadaan
dan
(2 : 12 ).
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Alquran dengan berbahasa Arab, agar
kamu memahaminya.
Tumbuh dan berkembangnya ilmu-ilmu kebahasaaraban seperti ilmu alashwt, ilmu al-sharf, ilmu al-nahw, ilmu al-dillah, ilmu manthik, ilmu Balghah
yang meliputi ilmu Mani, ilmu Bayn, dan ilmu Bad, semuanya karena Alquran
(9 : 15 ).
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.
Alquran sebagai gudang mutiara ilmu, tidak habis bahkan tidak akan pernah
habis digali orang berapapun banyaknya dan segencar apapun gerakannya. Allah swt.
berfirman :
. .
. . . . . .
.
. . .
. . . . .
(109 : 18 )
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.
Kewajiban bagi para intelektual muslim, selain menjadikan Alquran sebagai
pedoman hidupnya, juga menggali mutiara-mutiara ilmu yang terdapat di dalamnya
sebagai tanda-tanda kebesaran Allah swt., sesuai dengan bidang garapan masingmasing. Allah berfirman :
.
.
.
(191 - 190: 3 ) .
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
...
(38 : 6 )...
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al-Kitab
Masih banyak ilmu-ilmu untuk menggali mutiara-mutiara Alquran yang
belum tersosialisasikan, sehingga mengakibatkan kedangkalan bahkan kekeliruan
dalam memahami Alquran. Di antara fakta yang ada adalah kekeliruan dalam
memahami Alquran yang disebabkan karena tidak menguasai ilmu-ilmu yang
berhubungan dengannya, seperti ilmu tentang iltift.
Dalam rangka mengungkap dan mensosialisasikan bagian dari aspek-aspek
kemukjizatan bayn Alquran, sekali gus ikut andil menambah khazanah bahasa dan
sastra Arab, penulis menyajikan tulisan dengan judul gaya bahasa iltift, sekali gus
berapresiasi dalam fenomena keindahan dan nilai sastranya.
BAB II
PENGERTIAN ILTIFT
2.1. Pengertian Etimologis
Kata iltift adalah bentuk mashdar dari kata . , mengikuti wazan .
dengan tambahan hamzah dan ta. Kata dasarnya adalah . Secara etimologis, kata
(10:78 .)... .( Mereka berkata: Apakah kamu datang kepada kami untuk
memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya
). Sedangkan tashrif kata . digunakan dalam Alquran dua kali dengan dua
...
makna; satu makna tertinggal, yaitu: : 11. )... . . . .
(81 (dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali
istrimu ), dan satu makna lagi menoleh ke belakang, yaitu pada ayat yang
-
) :
-
:
" : ?
, ,
(
)
-
Dari Aisyah ra. Ia berkata: Saya telah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
berpaling muka di dalam shalat, maka sabdanya: (Yang demikian itu satu copetan
yang dicopet oleh syetan dari shalat seseorang). Diriwayatkan oleh Bukhari, dan
bagi Tirmidzi, dan iapun menshahehkannya: (Awas! Jangan berpaling muka di dalam
shalat, karena yang demikian itu satu kebinasaan, tetapi kalau perlu, maka boleh
pada shalat sunat).
Abu Ali2 menjelaskan lebih lanjut, bahwa iltift dalam pembicaraan tidak
sekadar mengacu pada suatu pola, tetapi dirancang untuk melahirkan makna-makna
yang tidak terbatas sesuai dengan kehendak pembicara. Itulah sebabnya, gaya bahasa
iltift itu di samping terkait dengan makud dan tujuan tertentu, juga tidak keluar dari
aspek bentuk dan materi bahasa. Tujuan ini hanya diperoleh pada saat menggunakan
kalimat dengan tuntutan keadaan tertentu dalam suatu gaya bahasa.
berarti mengarahkan sesuatu ke arah lain. Pemberian arah ini mengharuskan adanya
kesungguhan dan kekuatan dari si pelaku ketika ia memalingkannya ke arah kiri dan
knan. Lam dan fa pada huruf pokok yang sahih menunjukkan makna pemalingan
sesuatu ke suatu arah. , memalingkan si fulan dari pendapatnya.
Pada kata memalingkan juga terkandung makna kesungguhan dan kesulitan.
berarti
memalingkan sesuatu dari arahnya. Seperti memegang leher seseorang sehingga orang
itu memalingkan lehernya. Dalam hal ini berarti ( memegang) yang
menuntut kesulitan dan kesungguhan dari pelakunya. juga berarti
(melingkarkan) yang artinya sama dengan . Kata ( bubur) disebut ,
sebab ia menjalin dan melengket. Al-ashidah adalah sejenis masakan yang menuntut
campuran. Semua makna etimologis ini mengandung makna kesungguhan, kekuatan,
kesulitan, penderitaan sehingga manusia atau hewan beralih dari satu maksud ke
maksud lain, merealisasikan apa yang diinginkannya, memperkuat keinginan pada
yang diinginkannya, serta menjelaskan afeksi dan perasaan yang bergejolak dalam
dirinya.
Ketika digunakan dalam Balghah, baik sebagai hakikat ataupun majaz,
kata tergambar sebagai berikut: Dalam percakapan, dikatakan,
, maksudnya, meletakkan bulu pada panah dengan tidak tertib, tidak sesuai, dan
tidak teratur. Ada juga perkataan , artinya ialah memukul hewan
ternak sekenanya. , maksudnya ialah mengeluarkan perkataan dengan tidak
keruan, tak peduli bagaimana jadinya, serta tidak runtut dan teratur.
, maksudnya mengeluarkan perkataan tanpa mempedulikan bagaiamana datangnya.
Artinya, ia mengucapkan perkataan dengan tidak dipikirkan, tidak direnungkan, tidak
diniatkan untuk mengerjakan apa yang diperintahkan, tidak peduli akibatnya.
Berkaitan dengan laki-laki. Dari Rasulullah saw. disebutkan bahwa Allah
tidak menyukai seorang laki-laki yang sudah balig ( yang
menyimpang dalam perkataan). Maksudnya, yang ucapannya menyimpang dari cara
yang lurus. Kata
Dan janganlah seseorang dari kalian menoleh, kecuali istrimu.
Ini adalah perintah untuk tidak melirik; yaitu supaya Luth tidak melihat
dahsyatnya azab yang ditimpakan kepada kaumnya. Diriwayatkan bahwa Luth
membawa keluar (para pengikutnya) bersamaan dengan istrinya. Allah Taala
memerintahkan agar tidak ada seorang pun dari mereka yang menoleh, kecuali
istrinya itu. Ketika mendengar gelegar azab, istri Luth itu menoleh seraya berkata,
Hai orang-orang! Lalu sebuah batu menghantam hingga membinasakannya.
Luth dan jamaahnya tidak menoleh itu merupakan keselamatan dari azab dan
rahmat dari Allah Taala.
2. Dalam sebuah Hadits Rasulullah saw. ada ungkapan:
Bila aku menoleh, aku menoleh semua
Yang dimaksud ialah beliau tidak suka mencuri pandang, bila menoleh kepada
sesuatu, semua orang melihat, dan tidak dilarang menoleh ke arahnya. Menurut
satu pendapat, beliau tidak memalingkan lehernya ke kiri dan ke knan bila
melihat sesuatu. Dalam hal ini terdapat kebaikan, faedah, pelajaran, dan perilaku.
. .. .. . . ..
.
.
.
.. .
.
..
. . .
. .
.
.
.
.
..
. . ..
.
.
Iltift adalah perpindahan dari semua dhamr; mutakallim, mukhthab atau ghib
kepada dhamr lain, karena tuntutan dan keserasian yang lahir melalui pertimbangan
dalam menggubah perpindahan itu, untuk menghiasi percakapan dan mewarnai
seruan, agar tidak jemu dengan satu keadaan dan sebagai dorongan untuk lebih
memperhatikan, karena dalam setiap yang baru itu ada kenyamanan, sedangkan
sebagian iltift memiliki kelembutan, pemiliknya adalah rasa bahasa yang sehat.
Al-Zamakhsyari4 mengemukakan definisi iltift sebagai berikut :
.
Sesungguhnya iltift menyalahi realita dalam mengungkapkan sesuatu dengan jalan
menyimpang dari salah satu jalan yang tiga kepada yang lainnya.
Sedangkan Abd al-Qadir Husen5 dalam bukunya Fann al-Balghah
menjelaskan definisi iltift sebagai berikut :
. . .
.
. .
.
.
Iltift adalah perpindahan gaya bahasa dari bentuk mutakallim atau mukhthab atau
ghib kepada bentuk yang lainnya, dengan catatan bahwa dhamr yang dipindahi itu
dalam masalah yang sama kembali kepada dhamr yang dipindahkan, dengan artian
bahwa dhamr kedua itu dalam masalah yang sama kembali kepada dhamr pertama.
Ketiga definisi iltift di atas menunjukkan bahwa iltift itu hanya terdiri dari
perpindahan di antara dhamr yang tiga, yaitu dhamr mutakallim, dhamr mukhthab
dan dhamr ghib. Dari definisi-definisi tentang iltift di atas, ternyata catatan dari
10
definisi yang terakhir merupakan karakteristik dari gaya bahasa iltift. Artinya tidak
sekadar berpindah dhamr, tapi dhamr baru itu hakikatnya adalah dhamr pertama.
Di bawah ini definisi-definisi lain tentang iltift yang tidak membatasi ruang
lingkup iltift pada dhamr semata, tapi iltift dapat terjadi di luar dhamr, seperti
adad al-dhamr dan ragam kalimat, hanya saja polanya tetap berlaku, yaitu terdiri
dari dua jumlah dan dhamr yang kedua adalah dhamr yang pertama. Dalam buku
Syarh Jauhar Maknun6 ditemukan definisi iltift sebagai berikut
-
Iltift adalah perpindahan dari sebagian gaya bahasa kepada gaya bahasa lain
yang mendapat perhatian.
Iltift adalah penyimpangan dari suatu gaya bahasa dalam kalm kepada gaya
bahasa lain yang berbeda dengan gaya bahasa yang pertama.
Kedua definisi di atas memberikan pemahaman tentang kemungkinan adanya
iltift di luar dhamr. Jika dihubungkan dengan temuan penulis tentang adanya iltift
di luar dhamr yaitu berupa iltift adad al-dhamr (bilangan pronomina), maka kedua
definisi di atas dapat dijadikan sebagai sandarannya.
11
BAB III
ILTIFT DALAM KONTEKS SEJARAH
Menurut Abu Ali7, para ahli yang membahas iltift, baik orang-orang
terdahulu maupun sekarang, tidak tertarik terhadap makna etimologis iltift dalam
berbagai aspeknya untuk dijadikan sandaran dalam membuat contoh-contoh serta
mengaitkannya dengan nilai-nilai kebahasaan, padahal makna etimologis ini sudah
barang tentu ada dalam benak mereka. Bahkan, mereka merasa cukup hanya dengan
menjelaskan makna terminologis. Sebenarnya kata iltift itu diambil dari ucapan
orang Arab ( seseorang memalingkan muka ke kiri dan
knan). Maksudnya, orang itu kadang-kadang menghadapkan wajahnya begini, dan
kadang-kadang begitu, demikian pula yang dimaksud dalam pembicaraan. Sebab,
dalam iltift itu pembicaaraan berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, seperti
beralihnya pembicaraan dari persona I ke persona II, dari persona II ke persona I, dari
fiil mdhi ke fiil mudhri, dari fiil mudhri ke fiil mdhi, dan sebagainya.
Para ahli terdahulu ada yang membatasi pembicaraan tentang iltift ini pada
contoh-contoh yang dibuat dalam bahasa orang-orang Arab, serta hanya menunjukkan
satu dua ayat Alquran saja. Ada pula yang mengkhusukan masalah ini pada ayat-ayat
Alquran tanpa mengemukakan contoh-contoh dari bahasa orang-orang Arab.
Beberapa ahli Balghah melihat masalah ini secara umum. Mereka
menjadikan ilmu Bad untuk memperindah dan menambah aspek Balghahnya dan
iltift ini termasuk satu jenis keindahan yang dimaskud. Karena itu, mereka tidak
mengemukakan urgensi dan nilai iltift. Di antara para ahli yang mengkaji iltift dari
segi Balghah, ada yang memandang ilmu Bad ini sebagai keindahan yang esensial.
Mereka menjadikan iltift sebagai bagian dari ilmu Bad. Oleh sebab itu,
12
13
mengklaim bahwa pembicaraannya itu tidak ada yang mendahului. Inilah kesan yang
menonjol dalam tulisan Ibn al-Atsr. Sebab ia menganggap dirinya sebagai satusatunya orang yang melakukan pengkajian ini. Tak ada orang lain yang menyamai
karangannya. Dan pada saat mengaku bahwa ia mengetahui Al-Muwzanah karya AlAmidi (370 H) dan Sirr al-Fashhah karya Ibnu Sinan Al-Khafaji (466 H), ia
menganggap kedua orang ini tidak mengungkapkan tujuan dan tidak menjelaskan apa
yang diinginkan. Kedua kitab ini juga telah mengabaikan beberapa bab dari ilmu
tersebut, pada beberapa bahasan, hanya menerangkan kulit dan mengabaikan isi.
Adapun para ahli yang telah mengkaji iltift sebelum Ibn al-Atsr adalah alAshmui (216 H), Qudmah (337 H), Ibn al-Mutaz (296 H), Ibnu Rasyiq (463 H),
dan Abu Hilal al-Askari (395 H). Sedangkan yang sesudah Ibn al-Atsr adalah alAlawi (749 H), Ibn Abi al-Ashba al-Mishri (654 H), dan lain-lain.
Abu Yaqub Al-Maghribi dalam tafsirnya yang membahas tentang rahasia
penggabungan iltift dengan ilmu Mani pada satu kesempatan, dan dengan
muhassint pada kesempatan yang lain berkata: Jika Anda bertanya, kenapa
penamaan iltift dikhususkan kepada para ahli Mani, padahal iltift dianggap lebih
dekat kepada ilmu Bad. Sebab, hasil yang ada pada iltift itu menunjukkan
pembicaraan sebagai sesuatu yang indah, sehingga pembicaraan itu diperhatikan
karena keindahan dan inovasinya.
Iltift itu termasuk yang dijelaskan dalam ilmu Mani, di samping juga
dikhususkan kepada para ahli Mani sehingga mereka menyebut iltift itu tidak
terkait dengan ahli Bad. Hal ini sebagaimana bila suatu konteks dikhususkan untuk
menuntut perhatian lebih lantaran pembicaraan berupa pertanyaan, pujian,
argumentasi, atau yang lainnya, maka dari segi ini iltift termasuk ilmu Mani.
14
BAB IV
PANDANGAN PARA AHLI BALGHAH TENTANG ILTIFT
4.1. Abdullah bin Al-Mutaz (396 H)8
Ibn al-Mutaz dalam bukunya
dan
thibq.
Dalam
pandangan
tersebut
Ibn
al-Mutaz
menegaskan
ketidakterkaitan ilmu-ilmu Balghah satu sama lain. Ia menyebut semuanya itu ilmu
Bad.
Di zaman modern, Hafni Syaraf mengikuti pendekatan tersebut, ketika ia
menyusun sebuah buku bertajuk . Sesudah itu Ibn
al-Mutaz menerangkan sebuah bab khusus dengan judul Iltift. Diterangkannya
bahwa iltift adalah peralihan yang dilakukan si pembicara dari mukhthabah ke
ikhbr, dari ikhbr ke mukhthabah, dan semacamnya. Sebagai contoh ialah
perkataan al-Thaiy Abi Tamam, yaitu perpindahan dari persona II ke persona I.
Abu Ali, Muhammad Barokat Hamdi, Diraasaat fi al-Balaghah, (Aman : Daar al-Fikr,
1984), hal. 135.
15
*
Merpati berkicau di Dzil Arak hingga membuatku dihinggapi rasa rindu
Orang senang tak tersandung, baik di kala kehausan maupun dalam semak
belukar.
Ibn al-Mutaz juga memasukkan iltift ke dalam ilmu Mani ketika ia
berkata: Termasuk dalam kategori iltift ialah peralihan dari satu makna ke makna
lain. Contohnya adalah firman Allah Taala dalam surah Yunus, 10 : 22):
Hingga ketika kalian berada di dalam perahu, dan perahu pun melaju
membawa mereka dengan angin yang baik.
Namun, bagaimanapun Ibn al-Mutaz tetap membahas iltift dalam kajian
ilmu Bad. Ia beranggapan bahwa nilai iltift itu ada dalam makna yang
dikandungnya dan peralihan dari satu keadaan kepada keadaan lain. Itu sebabnya,
apabila iltift tidak mengandung pengertian baru dari satu keadaan kepada keadaan
lain, maka iltift itu tidaklah bermakna.
Dari sanalah permulaan nilai Balghah iltift menurut Ibn al-Mutaz. Ia
menempatkan hal itu dalam beberapa teori Balghah. Ibn al-Mutaz memperkuat
pendapatnya dengan contoh-contoh dari Alquran dan syiir Arab yang fash.
4.2. Al-Ashmui (216 H)9.
Di bawah ini adalah salah satu bait syiir Jarir yang menggunakan gaya
bahasa iltift:
I b i d, hal 137
16
10
Loc-cit
17
*
Gelora peperangan telah memisahkan kami dan mereka
Ketika kami bertemu, sedang orang yang damai itu menjadi gemuk
Perkataan keluar dari makna yang dikemukakannya ketika ia
menjelaskan hubungan gelora peperangan, bahwa orang yang damai itu gemuk,
sedang orang yang berperang itu kurus.
Contoh-contoh syiir yang dipergunakan Qudmah, yang terdapat dalam
kumpulan contoh-contoh syiir itu ada enam, yaitu karya Muaththal yang berasal dari
Bani Rahm dari Hudzail, Ar-Rumh bin Miyadah, Abdullah bin Muawiyyah bin
Abdullah bin Jafar, Umru al-Qais, Tharfah, dan Jarir bin Raban. Ia mengamati
nama-nama yang dipilihnya itu sebagai nama-nama yang istimewa.
Dari uraian tentang iltift ini, jelaslah bahwa Ibn al-Mutaz dan Qudamah
adalah orang pertama yang memperhatikan masalah ini. Tidaklah mereka menjadikan
iltift sebagai kajian mereka kecuali iltift itu memiliki nilai Balghah yang
berhubungan dengan jiwa dan perasaan yang mendorong sikap berkhidmat kepada
masyarakat yang berbicara tentang berbagai persoalan hidup, baik yang bersifat
umum maupun khusus.
4.4. Abu Hilal Al-Askari (395 H)11
Abu Hilal al-Askari mengawali pembicaraannya tentang iltift dengan
menyajikan definisi iltift. Menurut Abu Hilal, iltift itu dua macam. Satu model
iltift menunjukkan bahwa pembicara sudah mengakhiri suatu pengertian, namun jika
Anda mengira bahwa pembicara hendak melewatkan pengertiannya, maka ia akan
11
I b i d, Hal. 139
18
ber-iltift, dan mengungkapkan hal-hal yang berbeda dengan yang telah diterangkan
sebelumnya.
Abu Hilal mengutip satu perkataan al-Asmui (216 H) dari Abu Ahmad alAskari, dari Yahya al-Shauli, dari Abu al-Ina tentang iltift Jarir;
*
Lupakah Anda kala Sulaima mengucapkan selamat jalan kepada kita
dengan membawa sebuah dahan pohon basyamah, semoga batang pohon
basyam itu disirami
Tidakkah Anda perhatikan bahwa ia tidak bergeser dalam syairnya, kemudian
ia beralih ke pohon basyam seraya mendoakannya. Atas dasar itu, Abu Hilal mengutip
pemikiran al-Ashmui terdahulu tentang makna iltift. Dan komentar al-Ashmui atas
iltift Jarir merupakan bentuk kritik sastra yang tidak beralasan ketika ia berkata
setelah yang terdahulu itu. Sedangkan perkataan Jarir:
*
Merpati berkicau di Dzil Arak hingga membuatku dihinggapi rasa rindu
Orang senang tak tersandung, baik di kala kehausan maupun dalam semak
belukar
Tampak jelas bahwa al-Ashmui, kritikus Arab, telah mencermati iltift Jarir,
sebab dalam pembicaraannya tentang syiir tersebut ia berpindah dari satu bagian ke
bagian lain, dan tetap memperhatikannya dari satu aspek ke aspek lainnya. Sebab,
sebuah syiir dalam kaitannya dengan penyair dipandang sebagai sebuah ciri yang
orisinal dan hubungan yang erat seperti hubungan antara seorang ayah dan anakanaknya sebagaimana dalam ungkapan penyair Abu Tamam (232 H): Kemudian Jarir
beralih dari syiir yang diungkapnya kepada mendoakan pohon basyam lantas
mendoakan burung merpati. Dan ini adalah pengertian manusiawi yang berhubungan
dengan penyair dan berbagai fenomena alam berupa pohon dan burung. Inilah yang
pada masa sekarang disebut oleh kritikus modern sebagai personifikasi. Di kalangan
19
ahli Balghah bangsa Arab, hal semacam ini disebut menempatkan sesuatu yang tak
berakal pada kedudukan yang berakal untuk point Balghah, maksud psikologis, dan
penyampaian pesan moral yang bermanfaat.
Abu Hilal al-Askari, dalam pembicaraannya tentang model iltift yang
kedua, menukil pendapat Qudmah bin Jafar,
*
Gelora peperangan telah memisahkan kami dan mereka
Ketika kami bertemu, sedang orang yang damai itu menjadi gemuk
Abu Hilal bersandar pada keumuman contoh-contoh yang dikemukakan
Qudamah. Namun, Abu Hilal mengisyaratkan makna al-akhdzu (pengambilan) ketika
menyinggung perkataan Qudmah. Isyarat ini terbilang baru dalam iltift ketika kritik
sastra masuk dalam masalah Balghah. Ini termasuk salah satu ciri keterkaitan
Balghah dengan kritik sastra pada fase pertama. Ia mengutip sebuah contoh yang
menjelaskan apa yang telah diamatinya:
*
*
Kesombongan orang terhormat akan menghalangimu menjelaskan
kehormatan
dengan ketajaman pedangmu atau lidahmu, sedang perkataan yang orisinal
itu seperti luka yang sangat diharapkan
Seakan-akan orang yang merasa keberatan berujar, Bagaimana bisa konteks
lidah dan pedang itu sama. Dan perkataan yang orisinal itu seperti perkataan yang
20
sangat diinginkan. Ungkapan ini diambil dari Umr al-Qais: Dan luka yang
ditimbulkan lisan itu seperti luka yang ditimbulkan tangan. Ia juga mengambil yang
lainnya: ( Dan perkataan itu dapat menembus apa yang tak
bisa ditembus jarum)
Komentar Qudmah atas bait-bait syiir Tharfah menunjukkan adanya saling
pengaruh antara Qudmah dan Abu Hilal, seolah-olah sampai pada ungkapan,
tajamnya pedangmu atau lidahmu, diperkirakan ada yang mengemukakan keberatan
seraya berkata: Bagaimana konteks pedang dan lidah itu bisa sama? Lalu ia
menjawab: Perkataan yang orisinal seperti luka yang sangat berat dan menganga.
Abu Hilal al-Askari telah mengemukakan iltift dalam kitabnya
dalam penjelasan tentang ilmu Bad. Ia membahas perihal dua jenis iltift. Dalam
pembahasan tersebut ia mengisyaratkan bahwa Tharfah mengambil dari Umr al-Qais.
Dari sana jelaslah perbedaan antara Ibn al-Mutaz, Qudamah, dan Abu Hilal alAskari dalam pemaparan tentang iltift dan nilai balghahnya.
4.5. Ibn Rasyiq (463 H)12
Dalam pembicaraan Ibn Rasyiq tentang iltift, terdapat beberapa teori kritik
sastra yang lebih jelas ketimbang kritik-kritik Ibn al-Mutaz, Qudmah, dan Abu Hilal
al-Askari. Hal baru yang diungkapkannya ialah bahwa ia menyebutkan lebih banyak
pemikiran tentang definisi iltift. Seolah-olah ia memahami pendapat-pendapat yang
disebutkan sebelumnya di kalangan ahli Balghah. Setelah itu ada diskusi tentang
berbagai pemikiran dan contoh-contoh yang dikemukakannya. Mengenai batasan dan
definisi iltift ia mengemukakan pendapat Qudmah ketika berkata, bab iltift, yang
menurut sebagian orang disebut itirdh, sementara yang lain menyebutnya istidrak.
12
I b i d , hal. 141.
21
*
Merpati berkicau di Dzil Arak hingga membuatku dihinggapi rasa rindu
Orang senang tak tersandung, baik di kala kehausan maupun dalam semak
belukar
Ibn al-Mutaz hanya mengulangi apa yang ada dalam jenis tersebut. Jika
tidak, tentu ini termasuk itirdh. Ungkapan Ibn al-Mutaz tentang iltift ini sangat
baik. Ia mengatakan, Iltift adalah peralihan yang dilakukan pembicara dari ikhbr
ke mukhthabah dan dari mukhthabah ke ikhbr.
Di antara pandangan Ibnu Rasyiq dalam masalah iltift adalah apresiasi sastra
yang membantunya menjelaskan nilai Balghah ini. Ibnu Rasyiq mengemukakan
sebuah bait dari al-Nabighah:
- *
Ketahuilah, Bani Abas menyangka bahwa
aku ketahuilah mereka telah berdusta sudah tua
Ungkapan ( ketahuilah mereka telah berdusta) adalah itirdh. Yang
lain meriwayatkannya dari al-Jadi, katanya Bani Kaab menyangka bahwa ini mirip
dengan al-Jadi, sebab satu maksud dengannya. Jadi perkataan, ( ketahuilah
mereka telah berdusta) adalah itirdh. Demikian pula dengan ungkapan-ungkapan
yang senada dengannya. Ibnu Rasyiq bisa memperjelas bahwa bait tersebut mirip
dengan bait dari al-Jadi, padahal ia tidak mengetahui madzhab syiir al-Nabighah alDzubyani serta kecenderungan dan karakteristik syiir al-Jadi. Dengan perkataan
tersebut, jelaslah apresiasi kritikus dalam pembahasan tentang iltift. Hal ini ditambah
22
lagi dengan pemikiran Ibn al-Mutaz dalam membedakan antara iltift dan itirdh itu
sangat baik.
Ibnu Rasyiq sangat baik dalam memilih contoh-contohnya yang beragam dan
lebih banyak ketimbang contoh-contoh dari Ibn al-Mutaz, Qudmah, dan al-Askari.
Kemudian komentarnya atas contoh-contoh tersebut dalam berbagai isyarat yang
sangat apresiatif.
*
Ku ingin, dan aku tak bisa menciptakan burung, sekiranya
aku bisa meminjam dua sayap burung, lalu aku pun terbang
Perkataan,( dan aku tak bisa menciptakan burung) adalah
aneh. Ibnu Abi Atiq berteriak, Oh demi Allah, aku menyukainya sebagai syiir yang
sangat bagus. Demi Allah, sekiranya burung itu mendengarmu, niscaya ia mengaok
dan terbang. Jadi, ia menetapkan itu adalah burung gagak karena rupanya yang hitam.
Ibnu Rasyiq merasakan keindahan pada bentuk syiir tersebut, yang tampak
sebagai iltift dalam perwujudannya yang paling menonjol. Hal ini merupakan bukti
kuat pemahaman Ibnu Rasyiq yang secara proporsional sesuai dengan pengertian
yang ada antara penyair dan keinginannya. Ini adalah pemahaman baru tentang iltift
dari Ibnu Rasyiq, sebab ia tidak membatasi iltift pada pengertian parsial bait-bait
syair. Bahkan, iltift yang baru ini mesti memiliki keterkaitan dengan konteks dan
kesesuain umum yang membantu pemahaman yang utuh. Jadi dalam pandangan Ibnu
Rasyiq, iltift itu dipahami dalam kerangka makna yang utuh, dan tidak parsial. Dan
ini mempertajam pandangan terhadap pengetahuan, sebab, yang parsial akan
menimbulkan pemahaman keseluruhan, dan keseluruhan akan menambah pengertian
baru pada yang parsial. Sedangkan pandangan yang menyeluruh merupakan teori
belajar paling baru dalam barometer pendidikan. Inilah yang kemudian disebut
23
dengan metode Gestalt. Ibnu Rasyiq menjadikan iltift dan nilai Balghahnya dalam
kesesuaian umum terhadap nas antara lingkungan yang bersifat psikologis dan
sosiologis. Inilah tujuan utama yang bisa diperoleh seni dan nilai iltift dalam
Balghah. Perlu ditegaskan bahwa contoh-contoh yang dikemukakan Ibnu Rasyiq itu
berasal dari syair yang fasih dan Alquran.
4.6. Abu Yaqub al-Sakaki (626 H)13
Al-Sakaki berbicara tentang iltift pada bagian III dari bukunya yang
bernama dalam dua tempat. Pertama, ketika ia membahas ilmu Mani.
Kedua, ketika ia berbicara tentang muhassint manawiyyah pada akhir ilmu Bayn.
Karena itu, muhassint al-kalm itu tidak terbagi dua: maknawi dan lafzhi. Al-Sakaki
menyebut muhassint manawiyyah ini dengan nama ilmu Bad sebagaimana ia
menyebut Mani dan Bayn dengan nama ilmu Mani dan ilmu Bayn. Maka
kecermatan ungkapan itu perlu mengarahkan pendapat orang ketika membicarakan
iltift al-Zamakhsyari dan al-Sakaki: Namun di samping itu, al-Sakaki berbeda
dengan al-Zamakhsyari dalam satu hal. Al-Sakaki kadang-kadang memasukkan iltift
ke dalam ilmu Mani, dan kadang-kadang juga ke dalam ilmu Bad. Sebenarnya,
kata ilmu Bad tidak disebutkan al-Sakaki dalam Kitab al-Miftah itu. Akan tetapi,
yang ada ialah kata-kata: Sudah ditegaskan bahwa Balghah dalam kedua
rujukannya, dan Fashhah dengan kedua jenisnya, termasuk dalam pembicaraan yang
mengenakan pakaian keindahan dan meningkatkan kalm itu ke derajat keindahan
yang paling tinggi. Karena itu, ada banyak aspek khusus yang dimaksudkan untuk
memeperindah kalm. Muhassint al-kalm terbagi dua; yang kesatu merujuk kepada
makna, dan yang kedua merujuk kepada lafazh.
13
I b i d , hal. 143.
24
musnad ilaih. Bahkan, persona I, persona II, dan persona III itu ketiga-tiganya bisa
diperalihkan satu sama lain. Peralihan ini di kalangan ulama Mani disebut iltift.
Al-Sakaki bermaksud memisahkan pembicaraan seputar iltift. Karena itu, ia
hanya menyinggung iltift manakala sampai pada masalah Mani. Pertama kali ia
menggabungkan iltift ke dalam ilmu Mani, dan kedua kalinya pada muhassint
manawiyyah. Al-Sakaki menyebut iltift itu termasuk muhassint manawiyyah, dan
pada yang berikutnya termasuk tahsn al- kalm.
Bersamaan dengan perhatian al-Sakaki terhadap iltift dan hubungan iltift
dengan makna-makna yang berfaedah, ternyata ia mengaitkan iltift itu dengan gaya
bahasa. gaya bahasa- gaya bahasa ini sejatinya memiliki susunan yang baik dan
hubungan yang benar di antara bagian-bagiannya.
Dengan begitu iltift akan mempunyai manfaat dan dampak yang
mempengaruhi jiwa di dalam berbagai gaya bahasa. Selain itu, iltift juga akan
membawa makna yang baik yang berhubungan dengan aspek kejiwaan, dan
mempengaruhi pembinaan relasi sosial di antara manusia. Oleh sebab itu, al-Sakaki
memberikan contoh dari kenyataan sosial yang ada di kalangan orang Arab, yang
menggambarkan ihwal penghormatan tamu. Ini dimaksudkan untuk mendekatkan
pengertian dan nilai iltift dalam Balghah kepada pembaca. Ia berkata, Bukankah
menghormati para tamu itu merupakan tabiat orang Arab, dan menyembelih hewan
bunting untuk tamu itu merupakan adat kebiasaan mereka? Tangan-tangan yang
mendapat giliran menghormati tamu tidak mencabik-cabik kulit, dan tidak
membolehkan wanita untuk mereka. Apakah Anda memandang mereka menjamu
orang dengan beragam warna dan rasa. Sementara itu mereka tidak bersikap baik
dalam menjamu ruh. Dalam hal ini mereka tidak beragam dalam hal gaya bahasa dan
25
Dengan demikian iltift menjadi nutrisi yang paling mengundang selera bagi ruh dan
jamuan yang paling baik bagi jiwa.
I b i d , hal. 146.
26
bahasa Arab, dan tidak ada pada bahasa lain. Dalam kaitan ini, ia mengabaikan
hakikat dan karakteristik seni bahasa-bahasa yang lain. Padahal, peralihan dari satu
bentuk ke bentuk lain dalam kalm itu ada juga dalam bahasa selain Arab. Dengan itu
seolah-olah ia hendak mengatakan bahwa tingkatan-tingkatan struktur kalm manusia,
selain orang-orang Arab, tidak terkait dengan tingkatan-tingkatan iltift dalam
Alquran. Sebab, kalm manusia, termasuk juga kalm orang-orang Arab dan lainnya,
juga mengandung iltift yang tinggi. Ini tidak diingkari oleh seorang pun. Tidak
diketahui dari Ibn al-Atsr bahwa ia memahami bahasa-bahasa selain bahasa Arab
pada masanya.
Ibn al-Atsr sangat concern dengan masalah iltift. Ia menjadikan iltift
sebagai intisari ilmu Bayn. Dan nilai iltift itu tidaklah tergambar dalam peralihan
dari satu bentuk ke bentuk lain dalam rangka memperluas gaya bahasa kalm. Iltift
menurut Ibn al-Atsr terbagi tiga macam. Pertama, peralihan dari bentuk persona III
ke bentuk persona II, dan dari bentuk persona II ke bentuk persona III. Kedua,
peralihan dari fiil mustaqbal ke fiil amar, dan dari fiil mdhi ke fiil amar. Ketiga,
peralihan informasi dari fiil mdhi ke mustaqbal, dan dari mustaqbal ke mdhi.
Ibn al-Atsr mengaitkan iltift dengan apresiasi yang terlatih. Sebab,
peralihan dari satu bentuk ke bentuk lain itu terikat dengan makna. Sedang makna
sangat beraneka ragam. Itulah sebabnya, Ibn al-Atsr menghubungkan iltift dengan
tujuan-tujuan yang bersifat psikologis dan maksud-maksud yang bersifat sosiologis. Ia
berkata, Hemat saya, peralihan dari bentuk persona II ke persona III atau dari bentuk
persona III ke persona II tidak terjadi karena suatu faedah yang mengharuskannya.
Faedah inilah yang merupakan persoalan yang ada di balik peralihan dari satu gaya
bahasa ke
gaya bahasa lain. Hanya saja faedah tersebut tidak dibatasi, tetapi
27
Maha Suci Dzat yang telah mengisrakan hambanya pada malam hari dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, untuk
memperlihatkan kepadanya sebagian ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Dia itu Maha
Mendengar, Maha Melihat.
Ketika memulai firman tersebut, Allah menyertakan kata
( yang
telah meng-isra-kan), sebab tidak bisa dikatakan,
israkan). Allah Taala adalah Dzat yang paling agung. Dialah yang paling berhak
disebut agung pada Diri-Nya, yang dengan lapal jamak itu yang pertama tercakup
dengan yang kedua. Lalu Dia berfirman: ( Sesungguhnya Dia), ini diathafkan
28
kepada kata
( mengisrakan). Dan ini merupakan posisi sifat yang pertengahan.
Sebab, mendengar dan melihat adalah dua sifat yang juga dimiliki oleh selain-Nya.
Itulah keadaan pertengahan. Dalam hal ini Dia keluar dari pengagungan Diri-Nya ke
persona III.
4.8. Ibn Abi Al-Ashba Al-Mishri (654 H)15
Dalam pembicaraan tentang iltift, Ibn Abi al-Ashba mengutip pendapat
Qudmah bin Jafar dan Ibn al-Mutaz tanpa memberi komentar, tapi meringkas
pendapat-pendapat tersebut. Setelah itu ia mengemukakan jenis iltift yang tidak
disebutkan oleh keduanya. Ia berkata, Ada jenis iltift yang berbeda dengan dua jenis
iltift terdahulu. Yaitu, si pembicara mengambil suatu makna, lalu beralih ke jenis lain
yang tidak mengungkapkan makna tersebut dengan cara yang berbeda. Kemudian
disebutkan bahwa manakala makna itu terbatas pada ketentuan tersebut, maka
maknanya masuk dari sisi yang berbeda dengan makna yang dibuat, lalu ia pun
beralih ke pembicaraan itu. Lalu ia pun menambahkan makna yang tidak ada pada
masukan tersebut. Misalnya perkataan penyair humsah:
*
Sesungguhnya engkau tidak menjauhi orang yang mengawasi
sebenarnya, semua yang berada di bawah tanah itu jauh
Dalam hal ini si penyair membentuk makna bahwa orang yang dikubur itu
dekat dengan orang hidup yang berjanji untuk menziarahinya. Sebab, pada umumnya
kuburan berada di halaman rumah. Sesudah si penyair mengungkapkan makna yang
telah ditentukan, ia pun seolah-oleh berkata, Mana mungkin mayat yang sudah
dikubur di dalam tanah itu dekat dengan orang hidup. Maka si penyair beralih
menepis kesalahan tersebut dengan perkataan: Sebenarnya, semua yang berada di
15
I b i d , hal. 149.
29
bawah tanah itu jauh. Seolah-olah penyair ini membuat makna bahwa orang yang
dikubur itu jauh.
Ibn Abi al-Ashba membedakan itirdh dengan iltift. Ia berkata,
Perbedaan antara itirdh dengan iltift ialah bahwa itirdh dan infishal itu terdapat
dalam satu bait, dua bait, satu ayat, dua ayat. Sedangkan iltift hanya terdapat dalam
satu bait atau satu ayat. Penjelasan ini seolah-oleh menegaskan pendapat Abu Hilal alAskari ketika ia memandang baik pendapat Ibn al-Mutaz tentang iltift dan tidak
tumpang tindihnya itirdh dengan iltift sebagaimana dikemukakan Qudmah. Sebab
seperti telah dijelaskan terdahulu, Qudmah tidak membedakan itirdh dengan iltift.
Qudmah menjelaskan bahwa iltift adalah seorang pembicara. Pada
dasarnya, pendapat Qudmah ini lebih akurat sebab ia menyebut penyair bukan
pembicara. Buktinya, semua contoh yang dikemukakan Qudmah itu berasal dari
syair. Hanya saja Ibn Abi al-Ashba menggubahnya. Padahal, kata pembicara bisa
masuk, baik ke dalam natsar maupun syiir, sementara Qudmah hanya menyebutkan
contoh-contoh yang berasal dari syiir dalam pembicaraannya tentang iltift.
4.9. Yahya bin Hamzah Al-Alawi (749 H)16
Al-Alawi setuju dengan Ibn al-Atsr dalam hal menonjolkan nilai dan
kedudukan iltift dalam Balghah, yaitu ketika ia berkata: Ketahuilah bahwa iltift
itu termasuk ilmu Balghah yang paling penting. Iltift adalah komandan pasukan
Balghah, dan bagian tengah dari sebuah kalung atau cincin yang bernama Balghah.
Selanjutnya ia mengulas pengertian iltift secara bahasa dan secara Balghah. Ia juga
mengutip pendapat yang menyebutkan bahwa iltift adalah peralihan dari bentuk
persona III ke persona II, dari bentuk persona II ke persona III. Bahkan, ia
berpendapat bahwa makna terminologis iltift ialah penyimpangan dari suatu gaya
16
I b i d , hal. 150.
30
bahasa kalm ke gaya bahasa lain yang berbeda dengan gaya bahasa yang pertama.
Al-Alawi mengaitkan nilai iltift dengan kedudukannya dalam gaya bahasa dan
Balghah, iltift itu terdapat dalam keindahan susunan. Ia menunjukkan nilai iltift
dalam susunan dan hubungan antara perkataan dan gaya bahasa.
Al-Alawi juga mengutip pendapat Ibn al-Atsr bahwa iltift itu khusus dalam
bahasa Arab, dan tidak ada dalam bahasa yang lain. Sayangnya, al-Alawi mengutip
permasalahan tersebut tanpa menunjukkan bukti. Sebab, iltift itu ada juga dalam
bahasa selain Arab. Sesungguhnya maksud perkataan Ibn al-Atsr itu ialah dalam hal
pola iltift yang bagus yang terdapat dalam Alquran. Sebab, tak ada satu pun iltift
dalam bahasa apa pun yang mirip dengan iltift dalam Alquran.
Al-Alawi merasa tidak puas dengan pendapat Ibn al-Atsr yang menyebutkan
bahwa iltift termasuk kebiasaan orang Arab dan gaya bahasa orang Arab dalam
bertutur. Al-Alawi menuduh bahwa Ibn al-Atsr telah berdusta dalam masalah ini.
Ibn al-Atsr berkata, Alasan mengenai hal ini tak ubahnya tongkat bagi orang buta.
Tak perlu ditanya lagi ihwal alasan orang buta membutuhkan sebuah tongkat.
Al-Alawi mendukung pendapat al-Zamakhsyari mengenai faedah iltift. Ia
menanggapi Ibn al-Atsr yang menentang pendapat al-Zamakhsyari. Ia berkata,
Penjelasan al-Zamakhsyari ini tak ada celanya. Apa yang diterangkannya itu benar
dan menunjukkan maksud-maksud Balghah. Ia meminta bantuan kepada orang yang
ahli retorika. Orang-orang yang melatih salah satu aspek dari ilmu Balghah, tentu
bisa memahaminya. Apa yang dikatakan al-Zamakhsyari itu sangat kuat dari sisi teori.
Orang yang berwawasan dapat mengetahui hakikatnya, sedang orang-orang yang
sudah renta tak akan bisa memahaminya.
Al-Alawi merasa heran kepada Ibn al-Atsr. Ia berkata, Adalah aneh
tanggapan yang dikemukakan Ibn al-Atsr terhadap al-Zamakhsyari. Bagaimana
31
gaya
bahasa ke gaya bahasa lain. Dalam pemahaman ini iltift meliputi segala macam
iltift.
Dari sini muncullah pengertian Balghah sebagai suatu seni yang berlawanan
dengan balghah sebagai suatu ilmu. Sebab, seolah ahli Balghah yang
32
yang
kaku.
Demikianlah
karakteristik
al-Alawi
dalam
pembicaraannya tentang iltift dan nilai sastra iltift, dalam paparan berbagai
pemikirannya,
dalam
tanggapannya
terhadap
sahabat-sahabatanya,
dalam
penyampaian bahasan, dalam menentukan iltift yang baik dalam sebuah tempat dan
gaya bahasa, serta dalam lingkup pengertian yang baik. Selanjutnya ia mengaitkan
iltift dengan apresiasi sastra manakala menemukakan kesempatan luas untuk itu.
Ketika menanggapi Ibn al-Atsr, yaitu saat memberi tanggapan terhadap Ibn al-Atsr.
Ia berkata: Ibn al-Atsr itu sesungguhnya tidak mengetahui kedalaman iltift, selain
tidak paham akan hakikat iltift dan kehalusan rahasianya. Ia berujar: Adalah benar
orang yang mengatakan:
*
Berapa banyak orang yang mencela perkataan yang baik
Dan bahayanya berasal dari pemahaman yang buruk
4.10. Khalil bin Ubaik Al-Shafadi (764 H)17
Al-Shafadi tidak terkenal di kalangan para ahli Balghah. Pembahasan
tentang iltift menurut al-Shafadi muncul ketika ia mengupas masalah iltift dalam
bukunya al-Ghaits al-Musajjam f Syarh Lmiyt al-Ajam, yaitu ketika menjelaskan
makna iltift dari sudut pandang kritik sastra terkait dengan salah satu masalah yang
menyita perhatian para pakar Balghah terdahulu. Dan hal ini menjadi masalah kritik
sastra modern lantaran berhubungan dengan makna dan gaya bahasa. Inilah yang di
kalangan pakar Balghah disebut husn al-tahkhallush, sebab merupakan perpindahan
dari satu jenis ke jenis lain dan peralihan dari satu makna ke makna lain tanpa
17
I b i d , hal 153.
33
*
Orang yang berperawakan bagus tak ubahnya bagian tengah lembing yang
dipegang
Orang yang sepertinya tidak akan merasa malu, dan tidak terbebani
Bait al-Thughrai juga terdapat dalam bait al-Hariri dalam maqmah-nya yang
keempat puluh empat dari qashidahnya. Ia menyebutkan:
*
Postur orang yang berperawakan bagus tak ubahnya bagian tengah lembing,
secara kebetulan disandingkan dengan orang yang mengeluhkan paceklik
Yang seperti ini tidak dikatakan plagiat, sebab dari sisi makna tidak indah, dan segi
lafal pun tidak segar. Bukan pula karena al-Thughrai tidak sanggup menggubah syiir
yang sepadan. Yang terjadi adalah ia mengungkapkan syiir tersebut, dan lupa bahwa
syiir tersebut gubahan orang lain. Sebab, ia sendiri tidak membanggakan hal itu.
Yang semacam ini bukanlah perkara besar. Ini banyak terjadi pada manusia. Orang
besar pun tidak luput dari hal semacam ini. Itu sebabnya, para syekh sastra berkata:
Tiadalah seseorang menjaga kedudukan dan melupakannya kecuali pada puisi dan
prosa.
Demikianlah pemahaman al-Shafadi tentang pengertian plagiarisme dan
afeksi yang mengarah pada hal-hal yang membuat sibuk para psikolog klasik dan
34
kontemporer dalam apa yang disebut tinjauan dan sumber ilmu pengetahuan.
Demikian pula dengan berbagai informasi yang ada dalam ranah afeksi dan ranah
nonafeksi.
Menurut Al-Shafadi iltift merupakan kebiasaan para ahli Balghah,
kemudian mereka beralih dari satu seni ke seni lain dan dari gaya bahasa ke gaya
bahasa lain sesuai dengan kebiasaan berbicara orang-orang Arab. Karena itu, iltift
merupakan sarana para satrawan Arab, bukan orang-orang yang tidak punya keahlian.
Oleh sebab itulah, iltift memiliki kedudukan yang tinggi yang menunjukkan
kecerdasan orang Arab. Iltift juga menggambarkan karakterikstik orang Arab, dan
tidak menyalahi tabiat mereka. Karena itu, nilai iltift terkait dengan tujuan
masyarakat Arab, kebutuhan psikologis mereka, keinginan dan kecenderungan
mereka, serta tuntuan-tuntutan mereka yang tersembunyi, baik secara individual
maupun kolektif.
Al-Shafadi menggabungkan iqtidhb ke dalam pengertian iltift. Ia juga
menggabungkan takhallusht ke dalam iltift. Al-Shafadi menegaskan keterkaitan
iltift dengan berbagai gaya bahasa dan seni berbicara yang dialihkan dengan syarat
ada persesuaian antara gaya bahasa dan seni yang dialihkan dari satu gaya bahasa ke
gaya bahasa lain. Maksudnya, iltift itu termasuk disiplin ilmu bahasa Arab yang
berulang-ulang. Dan disiplin ilmu ini hanya bisa disempurnakan oleh para ahli
Balghah dari kalangan bangsa Arab dan orang-orang cerdas yang memiliki
pemahaman kuat atas Balghah serta mahir dalam menggunakannya. Maka dari itu,
iltift dihubungkan dengan tingkatan paling tinggi dari gaya bahasa dan seni bahasa
Arab. Dari sinilah, banyaknya iltift itu dipandang sebagai tanda kejeniusan dan kadar
seni bahasa Arab.
35
Dan dikatakan, Hai bumi, telanlah airmu; dan hai langit, berhentilah. Air pun
disurutkan, perintah telah dituntaskan, dan perahupun berlabuh di bukit Judi. Dan
dikatakan, Kemalanganlah bagi orang-orang zalim.
Para pakar Balghah sudah banyak yang memperbincangkan ayat ini. Ibn
Abi al-Ashba berkata, Aku belum pernah melihat kalm yang menakjubkan
36
sebagaimana ayat yang kukeluarkan dua puluh satu jenis mahsin. Dan ia
menerangkan, menafsirkan, dan menjelaskan ayat tersebut. Pembicaraan mengenai
ayat tersebut cukup panjang.
Gambaran terakhir dari pembicaraan al-Shafadi bisa dipastikan bahwa ia
tidak ingin memisahkan pembahasan iltift dari jenis-jenis dan macam-macam iltift,
sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli Balghah sebelumnya, semisal Ibn alMutaz, Qudmah, Abu Hilal al-Askari, Ibn al-Atsr, dan lain-lain. Karena itu, ia juga
membahas apresiasi sastra, balghah, serta faedah iltift. Untuk itu ia pun mengutip
pemikiran al-Zamakhsyari berkenaan dengan faedah iltift serta hubungannya dengan
seni dan gaya bahasa. Mengutip al-Zamakhsyari, ia berkata, Iltift dari satu gaya
bahasa ke gaya bahasa lain dapat menyegarkan perhatian pendengar serta meminta
perhatian dari padanya. Kukatakan, Tidakkah Anda lihat bahwa ketika al-Thughrai
menerangkan iltift serta kekacauan dan kesempitan yang ada dalam iltift, seakanakan ia berpanjang lebar dalam membahas hal itu dan merasa bosan. Kemudian ia
beralih menjelaskan sahabat yang menemaninya. Dengan begitu ia pun memunculkan
pada si pendengar pengertian yang berbeda dari yang pertama. Ia telah menumbuhkan
semangat yang baru bagi si pendengar. Artinya, ia telah membuat si pendengar tidak
jenuh mendengarkan.
BAB V
KEINDAHAN SASTRA ILTIFT
37
38
tersebut berisi perdebatan ahli kitab serta bantahan atas berbagai pemikiran mereka
yang kadang banyak bertentangan dengan hakikat iman dan sejarah.
Sekiranya kita coba mengikuti perhatian Ibn Abi al-Ashba, al-Zarkasyi, dan
al-Suyuthi dalam tiga kitab yang khusus mengemukakan contoh-contoh iltift dalam
Alquran, niscaya kita dapati mereka memperhatikan nilai Balghah dari sisi kejiwaan
yang dibentuk dengan gaya bahasa yang benar dan aturan yang lurus sebagai upaya
menunjukkan kemukjizatan Alquran. Contoh kajian mereka, yang menjelaskan
karaktersitik pemahaman mereka tentang iltift adalah sebagai berikut:
Ibn Abi al-Ashba al-Mishri dalam bab iltift mengemukakan firman Allah
Taala dalam surah al-Baqarah ayat 24:
Jika kalian tidak bisa membuat (yang sepadan dengan Alquran), dan sama sekali
kalian tidak akan bisa membuat, maka hendaklah kalian takut akan neraka.
Allah Taala bermaksud menjamin ayat tantangan ini sebagai bentuk
kemukjizatan yang lain dengan mengabarkan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi
berupa ketakberdayaan bangsa Arab dalam menghadapi tantangan membuat satu
surah Alquran, supaya khabar yang benar ini keluar dari lisan Nabi-Nya. Jika hal
tersebut menjadi kenyataan, maka menjadi bukti atas kebenarannya. Dengan begitu, ia
bisa membantah orang-orang yang mendustakan, serta mengukukan orang-orang yang
beriman. Itu sebabnya, Dia berfirman, ( dan sama sekali kalian tidak akan
bisa membuatnya) sebelum menuntaskan kalm yang pertama dengan firman-Nya,
penyajian kemukjizatan Alquran. Dengan demikian nilai iltift itu terkait dengan
39
upaya melayani Alquran. Tujuan pertama ini memacu pada pakar Balghah untuk
bersatu dalam ilmu Balghah. Oleh karena itu, kami lihat bahwa Abu Hilal al-Askari
dalam mukadimah kitab
40
mengungkapkan dua hal, kemudian menjelaskan yang pertama seraya beralih dari
penjelasan yang pertama.
Setelah menerangkan jenis iltift dalam Alquran yang aneh ini, Ibn Abil
Ashba mengusulkan nama . Ia tidak memestikan penamaan ini, tetapi
membiarkan pintu terbuka bagi para ulama sesudahnya yang sibuk dengan kajian
Balghah dan Alquran untuk memberi nama sesuka mereka. Ia berkata, Ini baik
dinamakan iltift al-dhamr, . Kata baik (yahsunu) mengandung makna
kecenderungan, bukan keniscayaan. Sedangkan maksud kata ialah apa yang
telah tercapai itu akan tetap terpakai sebelum ada yang lain dan yang baru, sebab
manusia itu tidak menguasai ilmu.
Pandangan al-Zarkasyi tentang iltift juga tidak keluar dari para ahli
Balghah terdahulu. al-Zarkasyi memandang iltift sebagai peralihan kalm dari satu
gaya bahasa ke gaya bahasa lain untuk menarik perhatian dan memberi penyegaran
kepada pendengar, memperbarui vitalitas pendengar, serta menghindari kebosanan
dan kejenuhan dalam benak pendengar akibat gaya bahasa yang monoton terdengar
di telinganya. al-Zarkasyi menggabungkan iltift ke dalam ilmu Mani. Ia
mensyaratkan adanya keterkaitan antara makna multafat ilaih dan multafat minhu. Ia
berkata, Kalm yang terus-menerus menggunakan kata ganti persona I dan persona II
tidaklah dipandang baik. Yang baik adalah adanya peralihan dari satu kata ganti ke
kata ganti lainnya. Dan ini merupakan peralihan maknawi, bukan lafzhi.
Pemahaman tersebut tidak lantas membuat al-Zarkhasyi mengabaikan
terpeliharanya hubungan kejiwaan antara iltift dan nilai balaghanya dalam beberapa
bukti yang ditunjukkan kepadanya. Pandangan terhadap ayat berikut menjelaskan apa
42
orang tadi (al-Zarkasyi dan al-Suyuthi) ihwal keterkatian iltift dengan makna,
pengaruhnya kepada jiwa, serta faedah dan poin yang didapat dalam berbagai gaya
bahasa dan konteks di antara jiwa.
Sekaitan dengan keindahan iltift yang menjelaskan pengaruh psikologis, alSuyuthi mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam surah Al-Fatihah: Apabila
seorang hamba hanya mengingat Allah Taala semata, lalu menerangkan sifat-sifatNya yang kesemuanya dapat menumbuhkan intensitas kehadiran. Selanjutnya
menyebutkan
( Yang menguasai hari pembalasan), menjelaskan bahwa
Dia adalah Raja yang menguasai segala perkara pada hari pembalasan. Maka si hamba
akan merasakan dalam dirinya sesuatu yang tak bisa ditolak karena pesan dari sifatsifat-Nya secara khusus menumbuhkan puncak ketundukan dan permohonan bantuan
dari berbagai tugas.
Perlu dicatat bahwa tiga kitab ini, Al-Bad, Al-Burhan, dan Al-Itqan, sepakat
tentang urgensi iltift dan Balghahnya. Ketiga kitab ini juga sepakat ihwal ragam
iltift serta keterkaitan iltift dengan makna, gaya bahasa, susunan, dan pengaruh
psikologis. Dan semua itu menegaskan kemukjizatan Alquran. Sebab, semua ayat
Alquran tidak terdapat dalam semua surah Alquran. Karena itu, kami memandang
baik berkelanjutannya kajian tentang fenomena iltift dalam Alquran seluruhnya.
Dengan begitulah adanya kajian berbagai tema yang digunakan Balghah dalam
memahami kemukjizatan Alquran, dan menjadi salah satu bentuk kritik bahasa Arab.
BAB VI
ILTIFT AL-DHAMR DALAM ALQURAN
43
Yang dimaksud dengan iltift al-dhamr di sini adalah perpindahan dari satu
dhamr (pronomina) kepada dhamr lain di antara dhamr-dhamr yang tiga;
mutakallim (persona I), mukhthab (persona II), dan ghib (persona III), dengan
catatan bahwa dhamr baru itu kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
6.1. Iltift dari mutakallim (persona I) kepada mukhthab (persona II) :
(22 : 36 )
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang
hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa iltift, berupa perpindahan dhamr, yaitu
dari dhamr mutakallim
(dhamr
mukhthab pada . ) kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr mutakallim pada
.
6.2. Iltift dari mutakallim (persona I) kepada ghib (persona III)
. .
(23 : 2 )
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal
Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah .
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
pada .
.(73 : 2 )
44
Lalu Kami berfirman : Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi
betina itu. Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah
mati .
Ayat di atas menggunakan
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mutakallim pada .
(11 : 3 ) mereka mendustakan ayat Kami, karena itu Allah menyiksa mereka
Ayat di atas menggunakan
(terhadap ayat-ayat
ghib pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr mutakallim pada .
(140 : 3 )
Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran), dan supaya Allah membedakan orang-orang
yang beriman (dengan orang-orang kafir)
Ayat di atas menggunakan
(Kami pergilirkan)
45
(164 : 4 ) dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
Ayat di atas menggunakan
. .
(tidak Kami
dhamr ghib pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr pada .
(44 : 5 ) Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit.
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah
Ayat di atas menggunakan
(ayat-ayat-Ku) kepada
dhamr ghib . .( apa yang diturunkan Allah), dan dhamr ghib pada
. .
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama,
(34 : 6 )
dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka, sampai datang
pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat merobah
kalimat-kalimat (janji-janji) Allah
Ayat di atas menggunakan
. ( pertolongan Kami)
46
(83 : 6 )
Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui
Ayat di atas menggunakan
(108 : 6 ) Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka
Ayat di atas menggunakan
(Kami jadikan
(46 : 10 ) maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas apa
yang mereka kerjakan.
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
mutakallim pada .
(25-24: 15 ) 47
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mutakallim pada
.
pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mutakallim pada
.
17 )
(17 :
Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah
Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya
Ayat di atas menggunakan
. . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
.
dhamr mutakallim pada
48
(127 : 20 )
Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak
percaya kepada ayat-ayat Tuhannya
Ayat di atas menggunakan
.
( Kami membalas)
(46 : 24 )
Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah
memimpin siapa yang dikehendaki-Nya
Ayat di atas menggunakan
..
(Kami telah
(12 : 31 )Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
Bersyukurlah kepada Allah.
Ayat di atas menggunakan
49
(12 : 34 )
dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang
bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya
Ayat di atas menggunakan
(6-5 : 44 ) Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul. sebagai rahmat dari
Tuhanmu
Ayat di atas menggunakan
.( Sesungguhnya Kami)
.( Sesungguhnya Kami)
50
(58-57 : 51 )
dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi
Sangat Kokoh.
Ayat di atas menggunakan
.( dalam penglihatan
ghib pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
.
sama, yaitu dhamr mutakallim pada
(74-73 : 56 ) Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi
musafir di padang pasir. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang Maha Besar.
Ayat di atas menggunakan
51
dhamr ghib pada kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr mutakallim pada .
. . . . .
. . . . .. . . . .
(48-45 : 68 )
dan Aku memberi tangguh kepada mereka . Sesungguhnya rencana-Ku amat
teguh. Ataukah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan
hutang? Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang ghib lalu mereka menulis
(padanya apa yang mereka tetapkan)? Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad)
terhadap ketetapan Tuhanmu
Ayat di atas menggunakan
. . ( terhadap ketetapan
.( Sesungguhnya Kami)
(7-6 : 87 ) Kami akan membacakan (Alquran) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak
akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa iltift, berupa perpindahan dalam
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr mutakallim
(Kami akan
52
.( kecuali
membacakan Alquran kepadamu) kepada dhamr ghib .
. kembali kepada
kalau Allah menghendaki), dan dhamr ghib pada .
dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr mutakallim pada
.
. .
. . . .
. . .
. . (8-4 : 94 )
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap
Ayat di atas menggunakan
ghib pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr mutakallim pada .
. . .
. . . . . . . . . . .
(4-1 : 97 )
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik
dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Ayat di atas menggunakan
(2-1 : 108 )
53
.( Sesungguhnya
.
..
(karena
Tuhanmu), dan dhamr ghib pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada
.
dalam materi yang sama, yaitu dhamr mutakallim pada
6.3. Iltift dari mukhthab (persona II) kepada ghib (persona III) :
(187 : 2 )
Itulah larangan Allah , maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia
Ayat di atas menggunakan
2 )(229 :
Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu
berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah
Ayat di atas menggunakan
(9 : 3 )
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima
pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menyalahi janji.
Ayat di atas menggunakan
... : 4 .)... . . . . .
(64
Sesungguhnya, jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu,
lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk
mereka,
Ayat di atas menggunakan
.( datang kepadamu)
. . .
(78 : 4 )
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan: Ini adalah dari sisi Allah,
Ayat di atas menggunakan
. .
55
.
(2 : 9 )
dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan
Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.
Ayat di atas menggunakan
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mukhthab pada .
(22 : 10 ) Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu
membawa orang-orang yang ada di dalamnya
Ayat di atas menggunakan
. .
. . . . (38 : 14 )
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan
dan apa yang kami lahirkan, dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi
Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Ayat di atas menggunakan
. .
56
(47-46 : 15 )
(Dikatakan kepada mereka): Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi
aman. Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati
mereka
Ayat di atas menggunakan
..
(Masuklah ke
.
yang sama, yaitu dhamr mukhthab pada
(72 : 16 )
dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil ?
Ayat di atas menggunakan
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mukhthab pada .
79-78 : 16 )
agar kamu bersyukur. Tidakkkah mereka memperhatikan burung-burung yang
dimudahkan terbang di angkasa bebas
57
pada .
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama,
yaitu dhamr mukhthab pada .
( 12 : 19 )
Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami
berikan kepadanya hikmah selagi ia masih knak-knak
Ayat di atas menggunakan
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mukhthab pada .
(112 : 21 )
(Muhammad) berkata: Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan
kami ialah Tuhan Yang Maha Pemurah
Ayat di atas menggunakan
( Ya Tuhanku) kepada
kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab
pada .
(29-28 : 22 )
dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara
lagi fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran
58
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr mukhthab .
dimakan) kepada dhamr ghib . .
(berikanlah untuk
dan dhamr ghib pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
.
materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab pada
(64 : 24 ) Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya
(sekarang). Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya,
Ayat di atas menggunakan
...
(mereka
(39 : 30 ) Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridoan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipat gandakan (pahalanya).
Ayat di atas menggunakan
.. .. .. .. ..
..
.. ..
..
.. ..
(71-70 : 43 )
59
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr mukhthab ..
(Masuklah kamu)
. . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mukhthab pada .
(35-34 : 50 ) masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya
memperoleh apa yang mereka kehendaki
Ayat di atas menggunakan
( masuklah kamu ke
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr mukhthab .
. .( Mereka di dalamnya
dalam surga itu) kepada dhamr ghib . .
. .
memperoleh apa yang mereka kehendaki), dan dhamr ghib pada .
.
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
.
dhamr mukhthab pada
60
. ). . . .
. (11-10: 62
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila
mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju
kepadanya
Ayat di atas menggunakan
( ingatlah kamu
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr mukhthab .
kepada Allah) kepada dhamr ghib
dhamr ghib pada kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
.
yang sama, yaitu dhamr mukhthab pada
(20-19 : 84 )
sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan). Mengapa
mereka tidak mau beriman?
Ayat di atas menggunakan
(5-4 : )- -
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa iltift, berupa perpindahan dalam
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr ghib .( Segala puji bagi Allah)
kepada dhamr mukhthab ... ...
61
(83 : 2 )
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah,
Ayat di atas menggunakan
(80 : 4 )
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.
Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
Ayat di atas menggunakan
8 . )
(35 :
Salat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan
tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa iltift, berupa perpindahan dalam
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr ghib .
dhamr mukhthab .
62
pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr ghib pada
.
. .
. . . . .
(2-1 : 9 )
(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang
dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah
mengadakan perjanjian (dengan mereka). Maka berjalanlah kamu (kaum
musyrikin) di muka bumi selama empat bulan
Ayat di atas menggunakan
pada .
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama,
yaitu dhamr ghib pada
.
(dari orang-orang
kembali kepada
(35 : 9 ) lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu
sendiri
63
.
dhamr mukhthab .
(Mengapa tidak
(5 : 14 )
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat
Kami , (dan Kami perintahkan kepadanya): Keluarkanlah kaummu dari gelap
gulita kepada cahaya terang benderang
Ayat di atas menggunakan
. .
( Keluarkanlah kaummu), dan dhamr mukhthab pada .
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
.
(46-45 : 15 )
-
64
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam syurga (tamantaman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada
mereka): Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman.
Ayat di atas menggunakan
(Sesungguhnya orang-orang
..
(Masuklah kamu ke
(2 : 16 )
-
dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada
.
(55 : 16 ) biarlah mereka mengingkari nimat yang telah Kami berikan kepada mereka,
maka bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya)
Ayat di atas menggunakan
..
(maka bersenang-senanglah
(biarlah mereka
65
kamu), dan dhamr mukhthab pada . kembali kepada dhamr yang sudah
ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada .
: 16 . ). . . . .
(56
Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui
(kekuasaannya), satu bahagian dari rezki yang telah Kami berikan kepada
mereka. Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah
kamu ada-adakan.
Ayat di atas menggunakan
dhamr mukhthab .
mukhthab pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr ghib pada .
(68 : 16 )
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu .
17 . ). .
(2 :
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat
itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): Janganlah kamu mengambil
penolong selain Aku.
Ayat di atas menggunakan
pada kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama,
yaitu
(48 : 18 )
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya
kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang
pertama;
Ayat di atas menggunakan
(89-88 : 19 )
Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai)
anak. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat
mungkar.
Ayat di atas menggunakan
(103 : 21 ) ... dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata: Inilah harimu
67
. . . .
. ).
.
(10-9 : 22
Ia mendapat kehinaan di dunia dan di hari kiamat Kami merasakan
kepadanya azab neraka yang membakar. (Akan dikatakan kepadanya): Yang
demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan
kamu dahulu
Ayat di atas menggunakan
. ..
.
(disebabkan
perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu), dan dhamr
. .
mukhthab pada .
(38 : 22 ) atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.
Maka makanlah sebagian dari padanya
Ayat di atas menggunakan
(22 : 24 ) -
68
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak
ingin bahwa Allah mengampunimu?
Ayat di atas menggunakan
dan dhamr mukhthab pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada
dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada .
24 ) (31 :
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
Ayat di atas menggunakan
dhamr mukhthab pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada
.
(14-13 : 25 )
mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka):
Janganlah kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan,
Ayat di atas menggunakan
(mereka mengharapkan)
69
. ). . . .
(32 : 25
Berkatalah orang-orang yang kafir: Mengapa Alquran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja? demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya
Ayat di atas menggunakan
.
(10 : 26 )
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya):
Datangilah kaum yang zalim itu
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
.
(7 : 28 )
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: Susuilah dia,
Ayat di atas menggunakan
.
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
.
70
(8 : 29 )
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibubapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
Ayat di atas menggunakan
pada .
sama, yaitu
.
(11 : 30 )
Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Ayat di atas menggunakan
(53-52 : 38 )
Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya
dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab
Ayat di atas menggunakan
dhamr mukhthab pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada
.
(31 : 45 ) -
71
Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan): Maka apakah
belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu
Ayat di atas menggunakan
(orang-orang yang
(12 : 49 ) Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya
Ayat di atas menggunakan
kamu) kepada dhamr mukhthab .
(14-13: 51 )
(Hari pembalasan itu ialah) pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka.
(Dikatakan kepada mereka): Rasakanlah azabmu itu,
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
ghib .
(14-13 : 52 )
-
72
kembali
kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada
.
(19-18 : 52 )
dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada
mereka): Makan dan minumlah dengan enak
Ayat di atas menggunakan
(48 : 54 )
(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan
kepada mereka): Rasakanlah sentuhan api neraka.
Ayat di atas menggunakan
73
(57-56 : 56 ) Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan. Kami telah menciptakan
kamu
Ayat di atas menggunakan
kepada dhamr mukhthab . .
(91-90 : 56 )
Dan adapun jika dia termasuk golongan knan, maka keselamatan bagimu
karena kamu dari golongan knan
Ayat di atas menggunakan
mukhthab . .
( maka keselamatan bagimu), dan dhamr mukhthab pada
. . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr ghib pada .
(18 : 59 )
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah
Ayat di atas menggunakan
..
mukhthab pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu .
74
(9 : 67 )
Mereka menjawab : Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami
seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakannya, dan kami katakan :
Allah tidak menurunkan sesuatupun. Kamu tidak lain hanyalah dalam kesesatan
yang besar.
Ayat di atas menggunakan
kaumnya
(dengan
kepada
pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu .
(22 : 76 )
dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya
ini adalah balasan untukmu
Ayat di atas menggunakan
(adalah
75
(29-28 : 77 )
Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
(Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat): Pergilah kamu mendapatkan azab
yang dahulu kamu mendustakannya
Ayat di atas menggunakan
.
dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada
(46-45 : 77 ) Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
(Dikatakan kepada orang-orang kafir): Makanlah dan bersenang-senanglah kamu
(di dunia dalam waktu) yang pendek,
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada
dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada
(30-28 : 78 )
dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya. Dan
segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. Karena itu rasakanlah
Ayat di atas menggunakan
(17-16 : 79 )
Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa. Pergilah
kamu kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas.
Ayat di atas menggunakan
(Tatkala Tuhannya
mukhthab pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr ghib pada .
(3-2 : 80 )
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang
buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari
dosa).
Ayat di atas menggunakan
89 . ) (17-16 :
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata:
Tuhanku telah menghinakanku. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu
tidak memuliakan anak yatim.
Ayat di atas menggunakan
(bila Tuhannya
. . . . .
. . . . . . . . (7-5 : 95 )
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan
kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan)
itu?
Ayat di atas menggunakan
(252 : 2 )
78
Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar)
Ayat di atas menggunakan
ghib pada .
195 : 3 )
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu,
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
ghib pada .
.. .
. .
.
.. .. . . . .. .. .. .
. . (54 : 4 )
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang
Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan
hikmah kepada keluarga Ibrahim
Ayat di atas menggunakan
. .( sesungguhnya
79
(114 : 4 )
Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridoan Allah,
maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.
Ayat di atas menggunakan
..( mencari
..
dan dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada
.
(162 : 4 )
dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang
akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.
Ayat di atas menggunakan
(12 : 5 )
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah
Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin
Ayat di atas menggunakan
mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu .
80
(12: 5 ) dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku
akan menghapus dosa-dosamu
Ayat di atas menggunakan
..
. .
. .. . .. . .
. . . . .. . .
.. .
. .
(97 : 6 )
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya
Kami telah menjadikan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang
mengetahui
Ayat di atas menggunakan
)
(98 : 6
Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada
tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tandatanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui
Ayat di atas menggunakan
(Sesungguhnya telah
81
(126 : 6 )
Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah
menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.
Ayat di atas menggunakan
. .
.
(jalan Tuhanmu)
. . .. .
.
. . . . .. . . . . .
(57 : 7 )
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa angin
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus
Ayat di atas menggunakan
dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada .
(9 : 8 )
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu. Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu
Ayat di atas menggunakan
82
.
yang sama, yaitu dhamr ghib pada
(12 : 8 )(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: Sesungguhnya
Aku bersama kamu
Ayat di atas menggunakan
. .
. .
(Ingatlah ketika
(Sesungguhnya
(41 : 8 ) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad)
Ayat di atas menggunakan
(54 : 8 )
Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka
disebabkan dosa-dosanya
83
(Mereka
( maka
mendustakan ayat-ayat Tuhannya) kepada dhamr mutakallim .
kembali
Kami membinasakan mereka), dan dhamr mutakallim pada ..
kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada
.
(21 : 10 )
Katakanlah: Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).
Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu
Ayat di atas menggunakan
.
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr ghib .
( Allah lebih cepat
pembalasannya) kepada dhamr mutakallim .( Sesungguhnya malaikatmalaikat Kami), dan dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr
yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu .
.
(13 : 14 )84
(Maka Tuhan
-25 : 15 . ). . . .
(26
Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk.
Ayat di atas menggunakan
.. . . . .. . . . . . .. .
. . .
.. . . (2 : 16 )
Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya
kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya , yaitu:
Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku,
maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku
Ayat di atas menggunakan
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr ghib . .
(Dia menurunkan
85
Tuhan melainkan Aku), dan dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr
yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada .
(28 : 16 ) lalu mereka menyerah diri (sambil berkata): Kami sekali-kali tidak ada
mengerjakan sesuatu kejahatanpun
Ayat di atas menggunakan
. .
mutakallim pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
.
sama, yaitu dhamr ghib pada
..
. ..
.
. .
. . . . .. .
. .. . . .
(1 : 17 )
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya
Ayat di atas menggunakan
. .
.
(13 : 18 )... Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
86
. .
. . . .
.
. . .
. . . . (109 : 18 )
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimatkalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimatkalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).
Ayat di atas menggunakan
.. ..
(meskipun Kami
(68 : 19 )
Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama syaitan
(53 : 20 )
-
87
dan Dia menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air
hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
Ayat di atas menggunakan
mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib pada .
. . .
. ).
(48 : 25
Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan), dan Kami turunkan dari langit air yang amat
bersih.
Ayat di atas menggunakan
(10 : 31 )
dan Dia memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang.
Dan Kami turunkan air hujan dari langit,
Ayat di atas menggunakan
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr ghib .
biakkan) kepada dhamr mutakallim .
mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
.
yang sama, yaitu dhamr ghib pada
88
(12 : 34 ) Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah
kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara
mereka dari perintah Kami,
Ayat di atas menggunakan
(9 : 35 )
Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan,
maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati
Ayat di atas menggunakan
itu), dan dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada
dalam materi yang sama, yaitu .
(27 : 35 )
Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit, lalu
Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
(12 : 41 ) 89
dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit
yang dekat
Ayat di atas menggunakan
kepada dhamr mutakallim .( Dan Kami hias), dan dhamr mutakallim pada
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr ghib pada .
: 41 . ). . . . . (15
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan
mereka adalah lebih besar kekuasaan-Nya dari mereka? Dan adalah mereka
mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.
Ayat di atas menggunakan
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr ghib ( bahwa Allah) kepada dhamr
mutakallim . .
dan dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu .
(13 : 42 )Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
Ayat di atas menggunakan
90
(11 : 43 )
Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu
Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati
Ayat di atas menggunakan
dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib pada .
(6 : 45 )
Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan
sebenarnya;
Ayat di atas menggunakan
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr ghib .
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu .
(13 : 48 )Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang
bernyala-nyala
Ayat di atas menggunakan
.( maka
yang tidak beriman kepada Allah) kepada dhamr mutakallim .
..
sesungguhnya Kami menyediakan), dan dhamr mutakallim pada .
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu .
91
: 48 ) (25
Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya.
Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengazab orangorang kafir di antara mereka dengan azab yang pedih
Ayat di atas menggunakan
(supaya Allah
.( maka sesungguhnya
ketetapan Tuhanmu) kepada dhamr mutakallim .
kamu berada dalam penglihatan Kami), dan dhamr mutakallim pada ..
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
ghib pada .
17 : 57 )
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah
matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda
kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.
Ayat di atas menggunakan
92
dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu .
.
. . . . . . (5 : 58 )
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti
mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah
mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti yang
nyata
Ayat di atas menggunakan
dan dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu .
(8 : 64 )Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya
(Alquran) yang telah Kami turunkan
Ayat di atas menggunakan
. .
. ).
. . . .
(11-10 : 69
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah
menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. Sesungguhnya Kami, tatkala
air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam
bahtera.
93
mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr ghib pada .
(40 : 70 )
Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang mengatur tempat terbit dan
terbenamnya matahari, bulan dan bintang. Sesungguhnya Kami benar-benar
Maha Kuasa.
Ayat di atas menggunakan
(Sesungguhnya Kami),
dan dhamr mutakallim . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib pada
.
(8-7 : 87 ) Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Dan Kami
akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah.
Ayat di atas menggunakan
dhamr mutakallim .( Dan Kami akan memberi kamu taufik), dan dhamr
mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib pada .
(25-24 : 88 )
maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada
Kami-lah kembali mereka.
94
..
(Sesungguhnya kepada
Kamilah), dan dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang sudah
ada dalam materi yang sama, yaitu .
(29-28 : 89 )
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridoi-Nya. Maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku
Ayat di atas menggunakan
(15-14 : 96 )
Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya Kami tarik ubun-ubunnya.
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa iltift, berupa perpindahan dalam
penggunaan dhamr, yaitu dari dhamr ghib (persona III) ..
(bahwa
(niscaya
Kami tarik), dan dhamr mutakallim pada . kembali kepada dhamr yang
sudah ada dalam materi yang sama, yaitu .
95
BAB VII
ILTIFT ADAD AL-DHAMR DALAM ALQURAN
Yang dimaksud dengan adad al-dhamr (bilangan pronomina) adalah
bilangan mufrad, mutsann atau jamak pada setiap persona, yaitu persona I, persona II
dan persona III, dengan rincian sebagai berikut:
1. Mutakallim (persona I), terdiri dari:
96
di ujung kata setelah mematikan huruf akhir dari kata itu, ketika menjadi pelaku
( saya sedang/akan
di ujung kata
(kami/kita telah
( saya telah menolongmu); ia berubah menjadi di ujung kata setelah
97
mematikan huruf akhir dari kata itu, ketika menjadi pelaku dari fiil mdhi
seperti ( engkau telah menulis); ia berubah menjadi di awal kata,
ketika menjadi pelaku dari fiil mudhri seperti ( engkau sedang/akan
menulis); ia berubah menjadi huruf mati pada ujung kata ketika menjadi objek
dari fiil amr seperti ( tulislah olehmu / engkau laki-laki); ia hanya
berlaku untuk persona II laki-laki tunggal.
b. Persona II tunggal perempuan. Dhamr (kata gantinya) adalah
( engkau
seorang perempuan), sebagai subjek Ia berubah menjadi
di ujung kata
untuk menyatakan kepunyaan seperti
( buku engkau perempuan) dan
sebagai objek seperti
( saya telah menolong anda); ia berubah menjadi
di ujung kata setelah mematikan huruf akhir dari kata itu, ketika menjadi
pelaku dari
menjadi di ujung kata setelah kata itu diawali dengan huruf , ketika
menjadi pelaku dari fiil mudhri seperti
( engkau sedang/akan
menulis); ia berubah menjadi ya mati pada ujung kata ketika menjadi objek
dari fiil amr seperti
( tulislah olehmu / engkau perempuan); ia hanya
berlaku untuk persona II tunggal perempuan.
c. Persona II dual laki-laki. Dhamr (kata gantinya) adalah ( kamu berdua
laki-laki atau perempuan). sebagai subjek Ia berubah menjadi di ujung
kata untuk menyatakan kepunyaan seperti ( buku kamu berdua) dan
sebagai objek seperti
( saya telah menolong kamu berdua); ia berubah
menjadi di ujung kata setelah mematikan huruf akhir dari kata itu, ketika
98
menjadi pelaku dari fiil mdhi seperti ( kamu berdua telah menulis); ia
berubah menjadi
di ujung kata setelah diawali dengan , ketika menjadi
pelaku dari fiil mudhri seperti
( kamu berdua sedang/akan menulis);
ia berubah menjadi alif mati pada ujung kata ketika menjadi objek dari fiil
amr seperti ( tulislah oleh kamu berdua); ia berlaku untuk persona II dual
laki-laki dan perempuan.
d. Persona II jamak laki-laki. Dhamr (kata gantinya) adalah ( kamu sekalian
laki-laki), sebagai subjek Ia berubah menjadi
menyatakan kepunyaan seperti
(kamu
99
akhir dari kata itu, ketika menjadi pelaku dari fiil mdhi seperti ( kamu
sekalian perempuan telah menulis); ia berubah menjadi setelah mematikan
huruf akhir dari kata itu dan mengawalinya dengan ketika menjadi pelaku
dari fiil mudhri seperti
menulis) dan ketika menjadi objek dari fiil amr seperti ( tulislah oleh
kamu sekalian perempuan); ia hanya berlaku untuk persona II jamak
perempuan.
3. Ghib (persona III), terdiri dari:
a. Persona III tunggal laki-laki. Dhamr (kata gantinya) adalah ( dia seorang
laki-laki), sebagai subjek Ia berubah menjadi /
menjadi di awal kata, ketika menjadi pelaku dari fiil mudhri seperti
(dia seorang laki-laki sedang/akan menulis); ia hanya berlaku untuk persona
III tunggal laki-laki.
b. Persona III tunggal perempuan. Dhamr (kata gantinya) adalah
( dia seorang
perempuan), sebagai subjek Ia berubah menjadi
menyatakan kepunyaan seperti / /
menulis); ia berubah menjadi di awal kata, ketika menjadi pelaku dari fiil
mudhri seperti
di
ujung
kata
untuk
menyatakan
kepunyaan
seperti
menyatakan kepunyaan seperti / /( buku mereka sekalian lakilaki) dan sebagai objek seperti
( saya telah menolong mereka sekalian
laki-laki); ia berubah menjadi bunyi di ujung kata, ketika menjadi pelaku
101
(buku mereka
( Minta
tolonglah kamu sekalian kepada Allah melalui sabar dan shalat). Kamu sekalian di
sini mencakup laki-laki dan perempuan.
Penelitian sastra tentang gaya bahasa iltift dalam Alquran yang penulis
lakukan, menemukan penggunaan pola iltift yang terjadi pada adad al-dhamr.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
102
. .. . . .. .. .
. . .. . . . .
(102 : 18 )
Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil
hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah
menyediakan neraka Jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
Ayat di atas menggunakan
mutakallim jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr mutakallim mufrad pada
.
(21 : 19 )
Jibril berkata: Demikianlah Tuhanmu berfirman: Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai
rahmat dari Kami,
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa udl yang berpola kepada iltift.
Perpindahannya terjadi pada bilangan dhamr; berupa perpindahan dari
mutakallim mufrad (persona I tunggal)
.( bagi-Ku) kepada mutakallim jamak
(persona I jamak) .
mutakallim jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr mutakallim mufrad pada
.
(15 : 42 )
dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu, Allah-lah Tuhan
kami dan Tuhan kamu
Ayat di atas menggunakan
103
.
mutakallim mufrad (persona I tunggal)
.
yaitu dhamr mutakallim mufrad pada
(19-18 : 54 )
Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat
kencang
Ayat di atas menggunakan
jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama,
yaitu dhamr mutakallim mufrad pada
.
(40 : 70 )
-
104
Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang mengatur tempat terbit dan
terbenamnya matahari, bulan dan bintang. Sesungguhnya Kami benar-benar
Maha Kuasa
Ayat di atas menggunakan
mutakallim jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr mutakallim mufrad pada
.
(3-2 : 75 )
dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). Apakah
manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya?
Ayat di atas menggunakan
. . .
kembali kepada
mengumpulkan), dan dhamr mutakallim jamak pada . .
dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr mutakallim mufrad
pada
.
7.2. Iltift dari mutakallim maal ghair kepada mutakallim mufrad
(38 : 2 ) Kami berfirman: Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu,
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa udl yang berpola kepada iltift.
Perpindahannya terjadi pada bilangan dhamr; berupa perpindahan dari
.
yang sama, yaitu dhamr mutakallim jamak pada
(37 : 11 )
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan
janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu;
Ayat di atas menggunakan
.
yaitu dhamr mutakallim jamak pada
(17-16 : 74 )
Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayatayat Kami (Alquran). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang
memayahkan.
Ayat di atas menggunakan
106
(14-13 : 92 )
dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia. Maka Kami
memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
Ayat di atas menggunakan
: 10 )
(78
Mereka berkata: Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami
dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya
kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi?
Ayat di atas menggunakan
.. .. .. .. .. .
. .. ..
.. .. . (1 : 58 )
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan
gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya) kepada Allah.
Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua,
107
(149 : 2 )
sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu.
Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Ayat di atas menggunakan
mufrad (persona II tunggal) . .
: 2 . )
(219
Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:
Yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir
Ayat di atas menggunakan
. .
(supaya kamu
.
. . . .
(3 2 : 7 )
Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada
kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan
dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu
Ayat di atas menggunakan
mufrad pada
.
(43 : 8 ) Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah)
banyak tentu saja kamu menjadi gentar
Ayat di atas menggunakan
mereka kepada engkau) kepada mukhthab jamak (persona II jamak) .
(tentu saja kamu sekalian menjadi gentar), dan dhamr mukhthab jamak pada
109
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mukhthab mufrad pada .
(21 : 10 )
Katakanlah: Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).
Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu.
Ayat di atas menggunakan
. .
mukhthab jamak pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab mufrad pada .
(73 : 11 )
Para malaikat itu berkata: Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah?
(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu hai
ahlulbait
Ayat di atas menggunakan
(112 : 11 )
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas
110
kepada mukhthab jamak (persona II jamak) .
sekalian melampaui batas), dan dhamr mukhthab jamak pada ..
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
.
mukhthab mufrad pada
(14 : 16 )
dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya,
Ayat di atas menggunakan
(43 : 16 )
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan
Ayat di atas menggunakan
111
mukhthab jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab mufrad pada .
(47 : 22 )
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut
perhitunganmu.
Ayat di atas menggunakan
(52 : 26 )
Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: Pergilah di malam hari
dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu
sekalian akan disusuli.
Ayat di atas menggunakan
dhamr mukhthab jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab mufrad pada
.
(93 : 27 )
Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu
tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya
112
(93 : 27 ) Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.
Ayat di atas menggunakan
. .
. . . . .
(88 : 28 )
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan yang lain. Tidak
ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.
Ayat di atas menggunakan
..
mufrad (persona II tunggal)
113
.
mukhthab mufrad pada
. ).
. . .
(8 : 29
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
Ayat di atas menggunakan
(58 : 30 ) Dan sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah
orang-orang yang kafir itu akan berkata: Kamu tidak lain hanyalah orang-orang
yang membuat kepalsuan belaka.
Ayat di atas menggunakan
114
dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab mufrad
pada .
(15 : 31 )
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepadaKulah kembalimu
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada
dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab mufrad
pada .
(31 : 31 )
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut
dengan nimat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tandatanda (kekuasaan)-Nya
Ayat di atas menggunakan
.
(2 : 33 ) -
115
(11 : 34 )
(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya, dan
kerjakanlah amalan yang saleh
Ayat di atas menggunakan
mufrad (persona II tunggal)
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
.
mukhthab mufrad pada
(9-8 : 48 ) Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah
Ayat di atas menggunakan
beriman), dan dhamr mukhthab jamak pada . kembali kepada dhamr yang
sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab mufrad pada
(1 : 65 )
Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa udl yang berpola kepada iltift.
Perpindahannya terjadi pada bilangan dhamr; berupa perpindahan dari mukhthab
mufrad (persona II tunggal) .
. .
(persona II jamak) .
.
. . .
. . . . .
.
(9-6 : 82 )
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,
dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. Bukan hanya
durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.
117
.
7.5. Iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab mufrad :
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr mukhthab mutsann pada .
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
pada .
dhamr mukhthab mutsann pada
.
7.6. Iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab jamak :
. ). . . . .
(87 : 10
Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: Ambillah olehmu berdua
beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah
olehmu rumah-rumah itu tempat shalat
Ayat di atas menggunakan
(15 : 26 ) maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mujizatmujizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka
katakan).
Ayat di atas menggunakan
mutsann (persona II dual) ..
kamu semua), dan dhamr mukhthab jamak pada . kembali kepada dhamr
yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab mutsann pada
.
(123-20 )
119
.
sama, yaitu dhamr mukhthab mutsann pada
. . .
. .
.
.
.
. .
.
.
(33 : 55 )
Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah
Ayat di atas menggunakan
.
7.7. Iltift dari mukhthab jamak kepada mukhthab mufrad
(17 : 8 ) Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar
Ayat di atas menggunakan
120
.
(87 : 10 )
dan dirikanlah olehmu shalat serta gembirakanlah orang-orang yang
beriman.
Ayat di atas menggunakan
( serta
membunuh mereka) kepada mukhthab mufrad (persona II tunggal) .
kembali
gembirakanlah oleh engkau), dan dhamr mukhthab mufrad pada .
kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr mukhthab
jamak pada .
. )
(14 : 16
dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan
kamu melihat bahtera berlayar padanya dan supaya kamu mencari (keuntungan)
dari karunia-Nya
Ayat di atas menggunakan
121
.
jamak (persona II jamak) .
(20 : 25 )
...
Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain.
Maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.
Ayat di atas menggunakan
. . . .
. . . .
(74-73 : 56 )
Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya? Kami
menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di
122
padang pasir. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha
Besar.
Ayat di atas menggunakan
(persona II tunggal) .
( Maka bertasbihlah engkau), dan dhamr mukhthab
mufrad pada .
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr mukhthab jamak pada .
(13 : 61 ) Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang beriman.
Ayat di atas menggunakan
.
.
. . .
.
.
. . .
(17-16 : 59 )
(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika dia
berkata kepada manusia: Kafirlah kamu, maka tatkala manusia itu telah kafir ia
berkata: Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku
takut kepada Allah, Tuhan semesta alam. Maka adalah kesudahan keduanya
bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka
123
(48 : 2 )
Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang
tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun, dan (begitu pula) tidak
diterima syafaat dan tebusan dari padanya dan tidaklah mereka akan ditolong.
Ayat di atas menggunakan
(81 : 2 )
(Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi
oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka
Ayat di atas menggunakan
.
( dan ia telah diliputi oleh
mufrad (persona III tunggal) .
. .
124
dosanya) kepada ghib jamak (persona III jamak) .( mereka itulah), dan
dhamr ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
.
materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada
(229 : 2 ) Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orangorang yang zalim.
Ayat di atas menggunakan
mufrad (persona III tunggal) . .
ghib jamak (persona III jamak)
jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(44 : 5 ) Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
Ayat di atas menggunakan
ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(45 : 5 ) Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
125
ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(47 : 5 )
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.
Ayat di atas menggunakan
ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(178 : 7 )
dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang
merugi.
Ayat di atas menggunakan
mufrad (persona III tunggal) . .
ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
126
(186 : 7 )
Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan
memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam
kesesatan.
Ayat di atas menggunakan
.
(18 : 9 )
dan tidak takut (kepada siapapun) aelain kepada Allah, maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
ghib mufrad pada
.
127
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
ghib mufrad pada
.
(5 : 15 )
Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula)
dapat mengundurkannya.
Ayat di atas menggunakan
dhamr ghib jamak pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada
dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(7 : 23 )Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas.
Ayat di atas menggunakan
mufrad (persona III tunggal) . .
jamak (persona III jamak)
jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(102 : 23 )
128
Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orangorang yang dapat keberuntungan.
Ayat di atas menggunakan
jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada
.
(103 : 23 )
Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang
yang merugikan dirinya sendiri
Ayat di atas menggunakan
jamak (persona III jamak) ( maka mereka itulah), dan dhamr ghib jamak
pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama,
yaitu dhamr ghib mufrad pada
.
(52 : 24 )
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah
dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan.
Ayat di atas menggunakan
129
dhamr ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada
.
(55 : 24 )
Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.
Ayat di atas menggunakan
(90 : 27 )...
Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka
mereka ke dalam neraka
Ayat di atas menggunakan
(44 : 30 )
dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah
mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan)
Ayat di atas menggunakan
(23 : 31 ) Dan barangsiapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya
kepada Kami-lah mereka kembali
Ayat di atas menggunakan
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
ghib mufrad pada .
(37 : 34 )
tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka
itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda
Ayat di atas menggunakan
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr ghib mufrad pada .
: 40 . ). .
(40
131
.
mufrad (persona III tunggal) .
ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(48 : 42 )
Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari
Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan
(9 : 45 ) Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayatayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang
menghinakan.
Ayat di atas menggunakan
132
pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr ghib mufrad pada
.
(14 : 47 )Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari
Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik
perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?
Ayat di atas menggunakan
pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama,
yaitu dhamr ghib mufrad pada
.
(15 : 47 )
sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air
yang mendidih
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa udl yang berpola kepada iltift.
Perpindahannya terjadi pada bilangan dhamr; berupa perpindahan dari ghib
mufrad (persona III tunggal) .
. ( sama dengan orang) kepada ghib jamak
(persona III jamak) .( dan mereka diberi minum), dan dhamr ghib jamak
pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr ghib mufrad pada .
(11 : 49 ) dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.
133
ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
. . . . .
(10 : 57 )
Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya dari
pada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu
Ayat di atas menggunakan
(9 : 59 )
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung.
Ayat di atas menggunakan
(persona III jamak) ( mereka itulah), dan dhamr ghib jamak pada .
134
kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu dhamr
ghib mufrad pada
.
dan dhamr ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada
dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(9 : 63 )
Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
rugi.
Ayat di atas menggunakan
dhamr ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(6 : 64 ) lalu mereka berkata: Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada
kami?
Ayat di atas menggunakan
135
.
dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada
. . . . . .
(11 : 65 )
Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh
niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya,
Ayat di atas menggunakan
dhamr ghib jamak pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada
dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(31 : 70 )Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas.
Ayat di atas menggunakan
jamak (persona III jamak) .( mereka itulah), dan dhamr ghib jamak pada
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama, yaitu
dhamr ghib mufrad pada .
(14 : 72 )136
Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan
yang lurus.
Ayat di atas menggunakan
mufrad (persona III tunggal) . .
jamak (persona III jamak) .
pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi yang sama,
.
yaitu dhamr ghib mufrad pada
(23 : 72 )
Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selamalamanya.
Ayat di atas menggunakan
dhamr ghib jamak pada . . kembali kepada dhamr yang sudah ada
dalam materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
.. .. .. .. .. .. .. . .
. .. . .. . .
(14-13 : 83 )
yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: Itu adalah
dongengan orang-orang yang dahulu. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya
apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.
Ayat di atas menggunakan
137
dhamr ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada
.
.. .. .. .
. . . . . .. .. .
.
. . . (11-9 : 100 )
Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam
kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka
pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.
Ayat di atas menggunakan
dhamr ghib jamak pada . kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam
materi yang sama, yaitu dhamr ghib mufrad pada .
(3-2 : 103 )
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orangorang yang beriman
Ayat di atas menggunakan gaya bahasa udl yang berpola kepada iltift.
Perpindahannya terjadi pada bilangan dhamr; berupa perpindahan dari ghib
mufrad (persona III tunggal)
(8-4 : 104 )
138
(116-115 : 37 )
Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari bencana yang besar. Dan
Kami tolong mereka
Ayat di atas menggunakan
(7-6 : 31 ) Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila
dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri
jamak (persona III jamak) .( Mereka itu) kepada ghib mufrad (persona III
tunggal) .
.
mufrad pada .
. kembali kepada dhamr yang sudah ada dalam materi
yang sama, yaitu dhamr ghib jamak pada .
(48 : 42 )
Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka
sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar
(kepada nimat).
Ayat di atas menggunakan
(117-116 : 37 )
Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang. Dan
Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas.
Ayat di atas menggunakan
140
ghib
BAB VIII
ILTIFT ANWA AL-JUMLAH DALAM ALQURAN
Kalimat dalam bahasa Arab disebut al-jumlah. Secara tarkib (struktur), aljumlah itu terdiri dari dua macam, yaitu jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah
filiyah (kalimat verbal). Dilihat dari segi fungsinya, al-jumlah itu banyak sekali
ragamnya, yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah mutsbatah (kalimat positif)
141
- - -
.
Pada jumlah ismiyah (kalimat nominal), mubtada ditempatkan pada permulaan
kalimat, sedangkan khabar ditempatkan sesudahnya, seperti
Namun, jika mubtada terdiri dari nakirah (indefinitif article) dan khabar berupa
prase preposisi, maka khabar didahulukan, seperti
. Pada
sebagai mubtada.
contoh ini, maka sebagai khabar dan
Karakteristik jumlah ismiyah adalah membentuk makna tsubt (tetap) dan
dawm (berkesinambungan), contoh seperti kalimat
)
.( :
" " : .
.
-
.
18
142
Pada jumlah filiyah (kalimat verbal), fiil (verba) itu dapat berbentuk aktif dan
.
pasif. Contoh jumlah filiyah dengan verba aktif seperti .
. .
.
. . . . Contoh jumlah filiyah dengan verba pasif seperti .
.
Karakteristik jumlah filiyah tergantung kepada fiil yang digunakan; fiil mdhi
(kata kerja untuk waktu lampau) membentuk karakter, contoh karakter positif
seperti kalimat .
, contoh karakter
negatif seperti kalimat .
. .
.
.
kerja untuk waktu sedang dan akan, juga untuk perbuatan rutin) membentuk
tajaddud (pembaharuan), contoh seperti
(7-6 : 87 ) ,
Kami akan membacakan (Alquran) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak
akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki
pernyataan. Alat-alat itu ialah: , , yang ada di permulaan kata,
. ( huruf-huruf yang berfungsi untuk mengingatkan dan huruf-huruf sumpah),
( dua macam nun taukd), huruf tambahan, pengulangan, , . .
143
, , , dan
. Contoh kalimat asertif seperti: .
. ( Sesungguhnya Allah Dialah Maha
(58 : 51 .. ). .
Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh).
4. Jumlah istifhmiyah (kalimat tanya)
Jumlah istifhmiyah (kalimat tanya) adalah kalimat yang berfungsi untuk meminta
informasi tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan
, . , .
salah satu huruf istifhm. Huruf-huruf istifhm ialah: , , . , .
, , , , . , . Contoh kalimat tanya seperti:
. .
. . .
lebih rendah agar melaksanakan suatu perbuatan, seperti: . .
. .
(24-23 : 76 .. ).. . . . .
.( Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Alquran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu )
6. Jumlah al-nahy (kalimat larangan)
Al-Hasyimi20 mendefinisikan jumlah al-nahy (kalimat melarang) sebagai tuturan
yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang
lebih rendah agar meninggalkan sesuatu perbuatan, seperti .
19
Al-Hasyimi A, Jawahir al-Balaghah, (Indonesia: Maktabah Dar Ihya al-Kutub alArabiyyah, 1960), hal. 63.
20
I b i d, hal 68.
144
larangan
Allah,
maka
janganlah
kamu
mendekatinya.
7. Jumlah al-ardh wa al-tahdhdh (kalimat sindiran dan anjuran)
Hisyam21 mengemukakan bahwa jumlah al-ardh (kalimat sindiran) adalah
kalimat yang digunakan untuk meminta pihak lain melakukan sesuatu dengan
halus dan sopan, sedangkan jumlah al-tahdhdh (kalimat anjuran) adalah kalimat
yang digunakan untuk meminta pihak lain supaya melakukan sesuatu dengan
menganjurkan dan mendorong. Untuk mencapai maksud tersebut digunakan katakata: , , dan . Contoh seperti: (22 : )
.
8. Jumlah al-tamann (kalimat berangan-angan)
Kalimat tamann (berangan-angan) adalah kalimat yang berfungsi untuk
menyatakan keinginan terhadap sesuatu yang disukai, tetapi tidak mungkin untuk
dapat meraihnya, seperti
: )
(79 (Ingin rasanya kami memiliki apa yang diberikan kepada Karun.
Sesungguhnya dia benar-benar memperoleh keberuntungan yang besar).
(52 : )
.
10. Jumlah al-du (kalimat doa)
21
22
Hisyam, J.I. Mughni al-Labib. (Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, tt). hal. 361.
Al-Ghalayani, op-cit, hal 299.
145
Kalimat doa adalah kalimat perintah yang ditujukan kepada yang lebih tinggi
kedudukannya. Contoh seperti:
.
11. Jumlah al-nid (kalimat seruan)
Kalimat seruan adalah kalimat yang berfungsi sebagai ungkapan yang meminta
pihak lain supaya datang, memperhatikan, atau melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh pemanggil dengan menggunakan salah satu huruf al-nid.
Contoh seperti: ( 12 : 19 . ). .
( Hai Yahya, ambillah Al
Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh).
12. Jumlah syarthiyah (kalimat syarat)
Kalimat syarat adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa yang dihubungkan
dengan kata sarana tertentu atau hubungan itu bersifat mentalistik. Klausa pertama
disebut syarat, sedangkan yang kedua disebut jawab syarat, seperti
( Barangsiapa yang
(80 : 4 . )
mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka).
13. Jumlah al-qasam (kalimat sumpah)
Kalimat sumpah adalah kalimat yang digunakan untuk bersumpah dengan
memakai pola kalimat yang terdiri dari alat untuk bersumpah, nama yang
disumpahkan, dan jawab sumpah, seperti
.
14. Jumlah al-taajjub (kalimat interjektif)
146
seperti: , dan contoh kalimat celaan seperti
.
8.1. Iltift dari jumlah filiyyah kepada jumlah ismiyyah.
(102 : 2 )
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah itulah
yang kafir (mengerjakan sihir)
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah
. .
(ragam kalimat), yaitu dari jumlah filiyah
.
fil) kepada jumlah ismiyah .
. .
(111 : 2 )
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: Sekali-kali tidak akan masuk surga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani. Demikian itu (hanya)
angan-angan mereka
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah filiyah .( terdiri dari fiil dan fil) kepada jumlah ismiyah
23
Loc-cit
147
.(116 : 2 )
Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anak. Maha Suci Allah,
bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah filiyah .( terdiri dari fiil dan fil) kepada jumlah ismiyah
. . . .( terdiri dari mubtada dan khabar), kalimat kedua merupakan
sanggahan dari pernyataan pada kalimat pertama.
.(216 : 2 )
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah filiyah . .
.
( terdiri dari fiil majhul dan naib fil)
kepada jumlah ismiyah . . .
( terdiri dari mubtada dan khabar), kalimat
kedua merupakan penjelasan dari penerimaan mukhthab pada kalimat pertama.
(276 :2 )
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
.
yaitu dari jumlah filiyah .
kepada jumlah ismiyah
. .
. . ..
.(54 : 3 ) 148
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya
mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah filiyah .( terdiri dari fiil dan fil) kepada jumlah ismiyah
.(36 : 6 ) Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah),
dan orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah filiyah . . .( terdiri dari fiil dan fil) kepada
jumlah ismiyah
.(57 : 6 )
Dia menerangkan yang sebenarnya, dan Dia Pemberi keputusan yang paling
baik.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
. .
yaitu dari jumlah filiyah
kepada jumlah ismiyah
.
. .
.(66 : 6 )
Dan kaummu mendustakannya (azab), padahal azab itu benar adanya
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah filiyah
( terdiri dari fiil dan fil) kepada jumlah
149
.(103 : 6 )
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
penglihatan itu
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah filiyah .
.
. .
jumlah ismiyah .
.(83 : 7 )
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya, dia
termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah filiyah .
jumlah ismiyah
. . .
. (5-4 : 1 )
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkau-lah kami
menyembah
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah ismiyah .
jumlah filiyah . .( terdiri dari fiil , fil dan mafl bih), kalimat kedua
merupakan penjelasan tentang keadaan persona III pada kalimat pertama.
150
(187 : 2 )
Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah ismiyah . .( terdiri dari mubtada dan khabar) kepada
jumlah filiyah .( terdiri dari fiil , fil dan mafl bih), kalimat kedua
merupakan penjelasan tentang pernyataan pada kalimat pertama.
.(245 : 2 )
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah ismiyah .
( terdiri dari mubtada dan khabar) kepada
jumlah filiyah
.(252 : 2 )
Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamudengan hak (benar)
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
(257 : 2 )
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah ismiyah . . .
151
(257: 2 )
Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang
mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran)
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah ismiyah
(110 : 3 )
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang maruf
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah ismiyah . .
.( terdiri dari ism kna dan khabar kna)
kepada jumlah filiyah
.(64 : 5 )
Orang-orang Yahudi berkata: Tangan Allah terbelenggu, sebenarnya tangan
merekalah yang dibelenggu
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah ismiyah . .( terdiri dari mubtada dan khabar) kepada
(71 : 6 ) -
152
(99 : 6 ) Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit; lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari jumlah ismiyah . . . .( terdiri dari mubtada dan
khabar) kepada jumlah filiyah
. . . . .( terdiri dari fiil , fil
dan mafl bih), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang subjek pada kalimat
pertama.
8.3. Iltift dari kalimat berita kepada kalimat melarang:
(147 : 2 )
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
.( Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu),
yaitu dari kalimat berita . .
kepada kalimat melarang .
( jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang sikap
mukhthab terhadap pernyataan pada kalimat pertama.
8.4. Iltift dari kalimat berita kepada kalimat perintah:
153
.(148 : 2 )
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat berita . .
. .
.(102 : 6 )
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada
tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu; maka sembahlah Dia
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
. . . . .( Yang memiliki
yaitu dari kalimat berita:
. .
sifat-sifat yang demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia;
( maka sembahlah
Pencipta segala sesuatu), kepada kalimat perintah: .
Dia), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang sikap mukhthab terhadap
pernyataan pada kalimat pertama.
(22 : 22 )
Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka,
niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan: Rasailah
azab yang membakar ini.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat berita: . .
. . . .( Setiap kali
mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya
mereka dikembalikan ke dalamnya), kepada kalimat perintah .
. .
154
(Rasailah azab yang membakar ini), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang
pernyataan pada kalimat pertama.
8.5. Iltift dari kalimat perintah kepada kalimat berita:
(153 : 2 )
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat perintah: .
. . . . . .( Hai orangorang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
shalat), kepada kalimat berita:
(191 : 2 )
dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan
fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
.(195 : 2 ) dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat perintah: .
( dan berbuat baiklah), kepada kalimat berita:
155
.(199 : 2 ) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat perintah: .( dan mohonlah ampun kepada Allah),
.(4 : 5 )
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat perintah: .( Dan bertakwalah kepada Allah), kepada
kalimat berita:
. .
( sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya),
kalimat kedua merupakan penjelasan tentang perintah pada kalimat pertama.
.(8 : 5 )-
156
.(99 : 6 )
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat perintah: . .
.
.( Perhatikanlah buahnya
di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya), kepada
kalimat berita: . .
. . .
( Sesungguhnya pada yang demikian
itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman), kalimat
kedua merupakan penjelasan tentang keadaan yang diperintahkan pada kalimat
pertama.
(5-4 : 73 ) Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan
menurunkan kepadamu perkataan yang berat.
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat perintah: . . .
( Dan bacalah Alquran itu dengan
perlahan-lahan), kepada kalimat berita: . . .
. .( Dan bacalah
Alquran itu dengan perlahan-lahan), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang
keadaan yang diperintahkan pada kalimat pertama.
8.6. Iltift dari kalimat melarang kepada kalimat berita:
157
(154 : 2 )
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan
Allah, (bahwa mereka itu (mati); bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
. . .
yaitu dari kalimat melarang:
( Dan janganlah
kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, bahwa
mereka itu mati), kepada kalimat berita: .( bahkan sebenarnya mereka itu
hidup), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang keadaan objek pada kalimat
pertama.
). .. . .. . . . . . . .. .. . . . .(180 : 3
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat melarang: . .
. . .
berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik
.(65 : 10 ) Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu
seluruhnya adalah kepunyaan Allah
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat melarang
.. .( Sesungguhnya
.(11 : 24 ) Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia
adalah baik bagi kamu
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
. . . . ..
(bahkan ia adalah baik bagi kamu), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang
objek larangan pada kalimat pertama.
.
.
.(53 : 39 )
Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
rahmat
Allah),
kepada
kalimat
berita:
....
.... .... .
.(139 : 4 ) Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya
semua kekuatan kepunyaan Allah.
159
Ayat di atas menggunakan pola iltift, berupa perpindahan pada anw al-jumlah,
yaitu dari kalimat bertanya:
, kepada kalimat berita: . .
BAB IX
KOMENTAR PARA MUFASSIRIN TENTANG ILTIFT DALAM ALQURAN
Ilmu, tabiat dan pendidikan yang melatarbelangi seseorang dapat membuat
karakteristik pribadinya yang mewarnai kehidupannya dengan segala aktifitasnya.
160
(5-4 : )- -
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah
9.1. Al-Zamakhsyari
Al-Zamakhsyari dalam tafsirnya Al-Kasysyaf24, mengomentari penggunaan
gaya bahasa iltift dari ghib kepada mukhthab pada ayat di atas sebagai berikut:
. . . . .
. . . .. " . . . . . . " :. .
. . . . . . . . . . . . .
. . . .
. . :. . . . . .. .
.
:
. . .
.
Inilah yang disebut iltift dalam ilmu Bayn; kadang-kadang terjadi dari ghib
kepada mukhthab, dari mukhthab kepada ghib dan dari ghib kepada mutakallim,
seperti juga terjadi pada ayat: ( )
. Umru al-Qais
telah ber-iltifat dengan tiga macam iltift dalam tiga bait syiirnya. Hal itu
merupakan kebiasaan dan kreatifitas mereka dalam menghiasi kalm, karena dengan
berpindah-pindahnya kalm dari satu gaya bahasa ke gaya bahasa lain dianggap
metode yang terbaik untuk memotivasi pendengar dalam memperhatikan kalm itu,
dengan tujuan bahwa setelah menyebut yang sebenarnya mendapat pujian, dan
disebutkan pula sifat-sifat-Nya Yang Agung, maka terkaitlah ilmu kepada Dzat Yang
Maha Agung, yang pantas untuk disembah, bukan yang lain-Nya, pantas dipintai
pertolongan, maka ia pun langsung berbicara kepada-Nya.
24
161
.
.
Di antara seni dalam kalm adalah iltift, yaitu memindahkan kalm dari salah satu
pronomina yang tiga, mutakallim, mukhthab dan ghib, kepada yang lain dari
padanya. Hal ini termasuk dalam fashahah. Ibn Jinni menyebutnya sebagai
keberanian bahasa Arab, karena perubahan itu memperbaharui motivasi pendengar.
Jika terdapat ungkapan yang lembut yang cocok untuk berpindah ke sana, maka
ungkapan itu termasuk salah satu seni dalam Balghah. Di dalam Alquran banyak
sekali model begini disertai dengan kedalaman munasabah dalam perpindahannya.
9.3. Tafsir al-Bahr al-Muhith26
. . . ..
.. .. . .. . .. . .. . .. . .. .
.. .. .. .. .. .. .. .. .. ... ..
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ...
. . . . . . . .
. . . .
. .
.
Ungkapan adalah iltift, sebab terjadi perpindahan dari ghib. Kalau
ungkapan itu diluruskan, maka akan berbunyi . Perpindahan itu termasuk salah
satu seni dalam Balghah, yaitu perpindahan dari ghib kepada mukhthab atau
mutakallim, dari mukhthab kepada ghib atau mutakallim dan dari mutakallim
kepada ghib atau mukhthab. Persona III (ghib) kadang-kadang berupa zhhir dan
kadang-kadang berupa dhamr, dengan syarat hanya satu madlul. Bukankah
mukhthab dengan
adalah Allah Taala?Menurut para sastrawan Arab, tujuan
iltift ini adalah menonjolkan tabiat kalm dengan perpindahannya dan memberikan
keistimewaan dalam setiap maudhunya. Sedangkan tujuan dalam ungkapan
adalah bahwa setelah menyebut yang sebenarnya mendapat pujian, dan disebutkan
pula sifat-sifat-Nya Yang Agung seperti ,
, dan
,
, maka terkaitlah ilmu kepada Dzat Yang Maha Agung, yang pantas untuk
disembah, bukan yang lain-Nya, pantas dipintai pertolongan, maka ia pun langsung
berbicara kepada-Nya.
9.4. Tafsir al-Baidhawi27
25
Al-Asyur, Muhammad Thahir, Tafsir al-Tahrir (Tunis: Dar Tunisiyah li al-Nasyr, 1393 H)
26
Abu Hayyan. Al-Bahr al-Muhith. (Maktabah Misykaah al-Islamiyyah, 1425 H). Jilid 1. hal
hal. 61
14.
162
. .
. . . . .
.. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. ..
. . . . . . . . . . . .
. . .
. . . . .
. . .
) .( . ) .
(
Bahwa setelah menyebut yang sebenarnya mendapat pujian, dan disebutkan pula
sifat-sifat-Nya Yang Agung, maka terkaitlah ilmu kepada Dzat Yang Maha Agung,
yang pantas untuk disembah, bukan yang lain-Nya, pantas dipintai pertolongan,
maka ia pun langsung berbicara kepada-Nya. Di antara kebiasaan orang Arab
adalah menghiasi kalm dan berpindah-pindah dari satu gaya bahasa ke gaya
bahasa lain untuk memotivasi pendengar dalam memperhatikan kalm itu, maka
berpindahlah dari ghib kepada mukhthab, dari mukhthab kepada ghib dan dari
ghib kepada mutakallim, seperti juga terjadi pada ayat:
dan ayat
.
9.5. Tafsir al-Qurthubi28
" " . . . . . .
. . . ". . . ." .. ." : . . . .".
.." :.. .. .. .. .. .." .. .. .. .".." .. .. ..
" . " .
kembali dari ghib kepada mukhthab, karena awal surah.. .. Ungkapan
sampai di sini merupakan pernyataan dari Allah dan sanjungan terhadap-Nya,
. . . . , dan firman-Nya. . . . seperti firman-Nya
bermakna kami taat,. . Kata. . . . . . juga firman-Nya
.. .. sedangkan ibadah adalah ketaatan dan ketundukan. Dan ungkapan
maksudnya kita minta pertolongan, kekuatan dan taufik.
9.6. Tafsir Ibn Katsr29
} { . . . . . . . . .
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. }.. .. ..
{ . . .
Perpindahan kalm dari ghib kepada mukhthab adalah sangat cocok, karena pada
saat menyanjung Allah seolah-olah sedang mendekati-Nya dan berada dihadapanAl-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi. (Maktabah Misykaah al-Islamiyyah, 1424 H) Jilid 1, hal.
27
6
28
Al-Qurthubi, Abu Abdillah, Al-Jami li Ahkam al-Quran. (Maktabah Misykaah AlIslamiyyah, 1424 H) Jilid 1. hal. 27.
29
Ibnu Katsir, Ismail. Tafsir al-Quran al-Azhim. (Beirut: Al-Maktabah al-Ashriyyah, 1994).
Jilid 1. hal. 67
163
. . . : : :
:
Menurut Ibn al-Anbari, maknanya adalah: Katakanlah wahai Muhammad: Hanya
Engkau Yang disembah. Sedangkan orang Arab kembali dari ghib kepada
mukhthab dan dari mukhthab kepada ghib, seperti pada firman-Nya: . .
9.8. Shafwah al-Tafasir31
: .) (
.
Pada ayat terjadi iltift dari ghib kepada mukhthab.
Kalaulah kalm itu berjalan menurut aslinya, niscaya berbunyi . Sedangkan
mendahulukan mafl adalah untuk qashar, dengan makna kami tidak menyembah
selain Engkau.
Paparan di atas menunjukkan bahwa nilai sastra gaya bahasa iltift dalam
Alquran dapat menarik perhatian para pujangga Arab yang sedang menafsirkan
Alquran, untuk memberikan komentar terhadap keindahannya, baik secara lafdzi
maupun maknawi sesuai dengan wawasan yang ada pada mereka.
BAB X
ORISINALITAS DAN KREATIFITAS ILTIFT DALAM ALQURAN
Deskripsi penggunaan gaya bahasa iltift dalam Alquran, yang terdiri dari
iltift al-dhamr dan iltift adad al-dhamr menggambarkan orsinalitas iltift dalam
Alquran; bahwa iltift dalam Alquran benar-benar asli, serasi, tidak ada unsur tiruan
dan tidak dipaksakan. Adapun kreatifitasnya tergambar dari perluasan ruang lingkup
iltift itu sendiri dan dari masing-masing tujuannya. Sebagai contoh kasusnya adalah
sebagai berikut:
30
164
(117 : 20 ) maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari syurga,
yang menyebabkan kamu jadi celaka.
Iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab mufrad pada ayat di atas
yang tidak ada bandingannya dalam kalm sastrawan Arab, bertujuan untuk mengajari
mukhthab (persona II) yaitu Nabi Adam as akan tanggung jawab seorang suami
sebagai kepala keluarga. Adapun tanggung jawab kepala keluarga yang utama
( Hai
terdapat pada surah al-Tahrim, (66:6): ...
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka).
Tanggung jawab wiqayah ini telah dijabarkan oleh Nabi Muhammad saw., dengan
membebaskan istri dari tuntutan hukum yang dikerjakan bersama suami, yaitu
pelanggaran yang berupa hubungan badan suami istri di siang hari bulan Ramadhan.
Betapa beratnya tanggung jawab ini, namun betapa mulianya, sehingga Nabi
Muhammad saw., secara khusus mendoakan orang yang menikah dengan ungkapan32:
( Semoga Allah memberkati hak anda dan
memberkati kewajiban anda dan mengumpulkan kamu berdua dalam kebaikan).
Ungkapan doa Nabi di atas juga menggunakan gaya bahasa iltift, yaitu iltift dari
mukhthab mufrad kepada mukhthab mutsann.
Penggunaan
kreatifitas gaya bahasa iltift dalam Alquran. Dari contoh di atas tergambar bahwa
iltift dalam Alquran benar-benar-benar asli, serasi, tidak ada unsur tiruan dan tidak
dipaksakan. Dari sana tergambar pula adanya perluasan ruang lingkup iltift kepada
iltift adad al-dhamr dengan tujuan yang indah, yaitu mengajari mukhthab akan
tanggung jawab seorang suami sebagai kepala keluarga.
32
Hadis riwayat al-Tirmidzi. Kata al-Tirmidzi, tingkatan hadis ini adalah hasan shahih.
165
( maka sekali-kali
janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua) kepada mukhthab mufrad
(yang menyebabkan engkau jadi celaka) yang tidak ada bandingannya dalam kalm
sastrawan Arab, mengandung makna semantis yang sangat indah, yaitu mengajari
mukhthab, dalam hal ini Nabi Adam a.s. akan tanggung jawab seorang suami sebagai
kepala keluarga.
Mengajari Nabi Adam a.s. yang memiliki sifat fathanah akan tanggung jawab
seorang suami sebagai kepala keluarga dengan singkat padat, melalui gaya bahasa
iltift adad al-dhamr, berupa perpindahan dari mukhthab mutsann kepada
mukhthab mufrad, menunjukkan fenomena keindahan sastra iltift dalam Mani,
yaitu bahwa iltift pada ayat di atas, benar-benar sesuai dengan tuntutan situasi dan
kondisi (muthbaqah li muqtadh al-hal). Dengan demikian, menurut kaca mata
Mani, iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab mufrad pada ayat di atas
menunjukkan fenomena keindahan Mani.
Penggunaan gaya bahasa iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab
mufrad untuk mengajari mukhthab yang cerdas akan tanggung jawab seorang suami
sebagai kepala keluarga dengan singkat padat merupakan salah satu ragam ungkapan
untuk suatu makna yang dapat menghiasi perkataan itu. Dengan demikian, menurut
kaca mata Bayn, iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab mufrad pada
ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan Bayni.
Iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab mufrad pada ayat di atas
melahirkan keindahan bunyi, mulai dari untaian huruf, susunan kata dan kalimat.
Bad, iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab mufrad pada ayat di atas
menunjukkan fenomena keindahan Badi.
Setelah mengkaji nilai seni sastra gaya bahasa iltift dalam Alquran, kita akan
mendapatkan bahwa semua aspek yang dikandungnya berada pada puncak keindahan
sistem dan keelokan susunan. Dengan demikian kita bertambah yakin bahwa Alquran
adalah sesuatu hal di luar kemampuan manusia dan Alquran benar-benar mukjizat
Nabi Muhammad saw. yang berlaku sepanjang masa.
BAB XI
FENOMENA KEINDAHAN ILTIFT DARI SEGI TUJUANNYA
11.1. Fenomena keindahan tujuan iltift al-dhamir
11.1.1. Iltift dari mutakallim kepada mukhthab:
(22 : 36 )
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan
yang hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.
167
Iltift dari mutakallim:
(2-1 : 108 )
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nimat yang banyak.
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.
menguatkan
motivasi
kepada
Rasulullah
saw.
agar
48 . ). . (2-1:
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang
nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu
yang telah lalu dan yang akan datang
168
(3 : 48
kuat).
11.1.3. Iltift dari mukhthab kepada ghib adalah sebagai berikut:
...
(64 : 4 )...
Sesungguhnya, jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun
memohonkan ampun untuk mereka,
Iltift dari mukhthab:
(Sesungguhnya, jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah), kepada ghib:
( dan Rasulpun memohonkan ampun
untuk mereka), bertujuan untuk memuliakan Rasul dan menghormati
permohonan ampunannya, di samping peneknan akan adanya syafaat
Rasul dari Allah, dan misi Rasulullah saw adalah wajib ditaati,
( Tidaklah
sebagaimana firman-Nya:
Kami mengutus seorang rasulpun, kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah).
169
(39 : 30 ) Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridoan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Iltift dari mukhthab:
( Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridoan Allah) kepada ghib:
( maka (yang
(5-4 : )- -
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Yang
menguasai hari pembalasan. Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah
Iltift dari ghib:
(252 : 2 )
Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak
(benar)
33
170
Iltift dari dhamr ghib
menambah
(102 : 18 )
Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat)
mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?
Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat
tinggal bagi orang-orang kafir.
Iltift dari mutakallim mufrad
(hamba-hamba-Ku) kepada
mutakallim jamak
menunjukkan
kebesaran
Allah
kepada
orang-orang
kafir
dan
(38 : 2 )... -
171
Kami berfirman: Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika
datang petunjuk-Ku kepadamu,
...
Iltift dari mutakallim jamak
mutakallim mufrad . .
...
. . . . (1 : 58 )
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang
memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan
(halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua,
Iltift dari mukhthab mufrad
gugatan kepada engkau) kepada
mukhthab mutsann
... (149 : 2 )
172
Iltift dari mukhthab mutsann
173
(17 : 8 ) Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan
tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar
Iltift dari mukhthab jamak
membunuh mereka) kepada
mukhthab mufrad
( bukan
.
.
. .
: 59 . ). . .
.
(17-16
(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan
ketika dia berkata kepada manusia: Kafirlah kamu, maka tatkala
manusia itu telah kafir ia berkata: Sesungguhnya aku berlepas diri dari
kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta
alam. Maka adalah kesudahan keduanya bahwa sesungguhnya keduanya
(masuk) ke dalam neraka
Iltift dari ghib mufrad ( maka tatkala ia telah kafir) kepada
ghib mutsann
(3-2 : 103 )
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman
174
bertujuan untuk menunjukkan betapa pentingnya jamaah bagi orangorang yang beriman.
11.2.10. Iltift dari ghib mutsann kepada ghib jamak:
(19 : 22 )
Inilah dua golongan (golongan mumin dan golongan kafir) yang
bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka
Iltift dari ghib mutsann
kepada
ghib jamak
( mereka saling bertengkar) bertujuan
(48 : 42 )
Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan
mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia
itu amat ingkar (kepada nimat).
Iltift dari ghib jamak
ghib mufrad
(102 : 2 )
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitansyaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir)
(hanya syaitan-
176
(245 : 2 )
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Perpindahan dari jumlah ismiyah
( Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan rezki), kepada jumlah filiyah
(147 : 2 )
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu.
(154 :2 )
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di
jalan Allah, (bahwa mereka itu (mati); bahkan (sebenarnya) mereka itu
hidup
Perpindahan dari kalimat melarang:
(Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di
177
BAB XII
FENOMENA KEINDAHAN ILTIFT DARI SISI BALGHAH
Balghah adalah salah satu ilmu kebahasaaraban yang lahir dari Alquran dan
untuk Alquran. Balghah sebagai ilmu kesusastraan Arab selanjutnya menjadi tolok
ukur dalam penilaian sastra Arab yang di antaranya adalah gaya bahasa iltift.
Ilmu Balghah terdiri dari tiga kajian; yaitu Mani, Bayn dan Bad. Para
ulama Balghah berbeda pendapat tentang pengkategorian iltift dalam Balghah;
Qudmah bin Jafar, memasukkannya dalam dimensi Mani dalam pernyataannya:
178
perpindahannya dari tuntutan yang nyata. Sedangkan menurut Abdullah bin al-Mutaz
berada pada makna yang dikandungnya dan dalam perpindahannya dari suatu bentuk
kepada bentuk yang lain. Jika iltift itu tidak mengandung makna baru, maka iltift itu
tidak ada nilainya.
Tolok ukur nilai sastra iltift dari segi Bayn menurut al-Zamakhsyari adalah
sampai sejauh mana karya sastra itu dapat melahirkan ragam ungkapan untuk suatu
makna yang dapat menghiasi perkataan itu sendiri.
34
Abu Ali, Muhammad Barakat Hamdi, Dirasat fi al-Balaghah, (Aman : Dar al-Fikr li alNasyr wa al-Tauzi, 1984). hal.135
35
Al-Zamakhsyari, Loc-cit
179
Tolok ukur keindahan sastra iltift dari segi Bad adalah sampai sejauh
mana gaya bahasa iltift itu dapat melahirkan keindahan bunyi dan makna, yang
dalam istilah Bad dikenal dengan : Muhassint lafdziyah wa manawiyyah. Menurut
al-Zamakhsyari nilai sastra iltift dalam ilmu Bad adalah dari segi adanya
pengumpulan antara bentuk-bentuk secara kontrastif dalam satu makna, berarti
termasuk kategori muhassint manawiyyah.
Untuk lebih jelasnya, penulis menyampaikan analisis keindahan sastra iltift
dalam Alquran menurut Mani, Bayn dan Badsebagai berikut:
12.1. Iltift al-dhamr menurut kaca mata Mani, Bayn dan Bad:
12.1.1. Iltift dari mutakallim kepada mukhthab.
(22 : 36 )
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan
yang hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.
Kisah dalam ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat 20, yaitu Habib alNajjar36 seorang laki-laki yang bergegas, yang datang dari ujung kota
untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Ia telah melaksanakan etika
berdakwah, antara lain berbicara kepada kaumnya dengan lemah lembut,
tidak menyinggung perasaan dan selalu menerapkan uswah hasanah,
berangkat dari diri sendiri, baru kepada orang lain. Dengan
menggunakan gaya bahasa iltift dari mutakallim kepada mukhthab ia
memberi
DEPAG RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998), hal. 798
180
dan yang
sesudahnya
, berarti termasuk muhassint lafzhiyyah. Di samping
itu, iltift dari mutakallim kepada mukhthab pada ayat di atas
melahirkan keindahan makna, berupa kelembutan dalam menasihati
kaumnya, mengajak mereka beribadah kepada Allah, karena pada saat
itu mereka sedang mengingkari beribadah kepada Allah, berarti termasuk
muhassint manawiyyah.
12.1.2. Iltift dari mutakallim kepada ghib:
(2-1 :108 )
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nimat yang banyak.
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.
Nabi Muhammad saw sebagai mukhthab adalah orang yang sudah
sangat dekat kepada Allah, ketaatannya tidak diragukan lagi. Namun
demikian, Allah swt berbicara kepadanya dengan menggunakan gaya
bahasa iltift dari mutakallim kepada ghib pada ayat di atas bertujuan
181
...
(64 : 4 )...
Sesungguhnya, jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun
memohonkan ampun untuk mereka,
182
Iltift dari mukhthab kepada ghib pada ayat di atas bertujuan untuk
memuliakan Rasul dan menghormati permohonan ampunannya, juga
peneknan akan adanya syafaat Rasul dari Allah, dan bahwasanya misi
Rasulullah saw adalah wajib ditaati, sebagaimana firman-Nya:
39 : 30 )
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridoan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Zakat yang dimaksudkan untuk mencapai keridoan Allah sangat tinggi
nilainya di sisi Allah, sehingga Allah memberikan pernyataan dengan
menggunakan gaya bahasa iltift dari mukhthab kepada ghib pada
ayat di atas untuk memberikan pujian yang istimewa. Menurut al-
183
Dengan demikian, iltift dari mukhthab kepada ghib pada ayat di atas
telah memenuhi tuntutan situasi dan kondisi, yang dalam istilah Mani
dikenal dengan muthbaqah li muqtadh al-hal.
Pujian yang istimewa dengan menggunakan
37
184
: )- -
(5-4
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Yang
menguasai hari pembalasan. Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah
Iltift dari ghib kepada mukhthab pada ayat di atas bertujuan
menguatkan motivasi untuk menghadap Allah swt. Bahwa setelah
mengucapkan
yang menunjukkan bahwa Dia Pemberi
segala nimat; baik nimat besar maupun nimat kecil, semakin
bertambah motivasi itu. Begitu sampai kepada
yang
merupakan penutup dari sifat-sifat yang menunjukkan bahwa Dia
Pemilik segala urusan pada Hari pembalasan, dia mendapatkan ajakan
yang tidak dapat ditolak untuk menyeru Dzat Yang sifat-sifat-Nya begitu
dengan cara takhshsh dalam puncaknya ketundukkan dan meminta
tolong dalam berbagai kepentingan.
Analisis lain mengungkapkan bahwa untuk memuji dipilih ghib
(persona III), sedangkan untuk ibadah adalah mukhthab (persona II)
sebagai isyarat bahwa tingkatan memuji berada di bawah ibadah, karena
adakalanya pujian diberikan kepada yang tidak disembah. Adapun
ibadah dengan menggunakan mukhthab adalah untuk mengagungkan
38
185
Yang disembah, cara yang sopan untuk menunjukkan bahwa Dia berada
pada tingkatan paling tinggi.
Analisis lain lagi mengungkapkan bahwa rahasia iltift dari ghib
kepada mukhthab adalah tanbh (peringatan) bahwa penciptaan itu
prinsipnya ghib dari Allah swt., sedangkan manusia malas untuk
berbicara langsung kepada-Nya dan mendekati dinding kebesaran-Nya.
Kalaulah mereka sudah mengenali segala keistimewaan-Nya dan sudah
mendapatkan jalan untuk mendekati-Nya dengan sanjungan, dan sudah
bertetap hati bahwa segala pujian adalah milik-Nya, dan sudah
menghambakan diri dengan yang sepantasnya, barulah dapat berbicara
kepada-Nya dan bermunajat kepada-Nya, sehingga mengatakan
.
Ada juga analisis lain yang mengungkapkan bahwa setelah menyebut
yang sebenarnya mendapat pujian, dan disebutkan pula sifat-sifat-Nya
Yang Agung seperti ,
, dan ,
,
maka terkaitlah ilmu kepada Dzat Yang Maha Agung, yang pantas untuk
disembah, bukan yang lain-Nya, pantas dipintai pertolongan, maka ia
pun langsung berbicara kepada-Nya.
Tujuan iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan sastra
iltift dalam Mani, yaitu bahwa iltift pada ayat di atas, benar-benar
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh alhal).
Memberikan motivasi untuk menghadap dan menyeru Allah serta
meminta tolong kepada-Nya dalam berbagai kepentingan dengan
menggunakan
186
merupakan salah satu ragam ungkapan untuk suatu makna yang dapat
menghiasi perkataan itu. Dengan demikian, iltift dari ghib kepada
mukhthab pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan sastra
iltift menurut kaca mata Bayn.
Ayat di atas melahirkan keindahan bunyi mulai dari untaian huruf,
susunan kata dan kalimat. Dengan ungkapan , maka
terpeliharalah keindahan irama pada ayat itu. Di samping itu, iltift dari
ghib kepada mukhthab pada ayat di atas melahirkan keindahan makna,
yaitu motivasi untuk menghadap Allah, menunjukkan bahwa Dia
Pemberi segala nimat baik nimat besar maupun nimat kecil, menyeru
Allah dalam puncaknya ketundukkan dan meminta tolong dalam
berbagai kepentingan. Keindahan makna lain adalah bahwa untuk
memuji dipilih ghib, sedangkan untuk ibadah adalah mukhthab
sebagai isyarat bahwa tingkatan memuji berada di bawah ibadah, karena
adakalanya pujian diberikan kepada yang tidak disembah. Adapun
ibadah dengan menggunakan mukhthab adalah untuk mengagungkan
Yang disembah, cara yang sopan untuk menunjukkan bahwa Dia berada
pada tingkatan paling tinggi. Keindahan makna lain lagi adalah tanbh
(peringatan) bahwa penciptaan itu prinsipnya ghib dari Allah swt.,
sedangkan manusia malas untuk berbicara langsung kepada-Nya dan
mendekati dinding kebesaran-Nya. Kalaulah mereka sudah mengenali
segala
keistimewaan-Nya
dan
sudah
mendapatkan
jalan
untuk
187
. Keindahan
kepada-Nya, sehingga mengatakan
makna lain lagi adalah bahwa setelah menyebut yang sebenarnya
mendapat pujian, dan setelah itu disebutkan pula sifat-sifat-Nya Yang
Agung seperti sifat: ,
, dan ,
,
maka terkaitlah ilmu kepada Dzat Yang Maha Agung, yang pantas untuk
disembah, bukan yang lain-Nya, pantas dipintai pertolongan, maka ia
pun langsung berbicara kepada-Nya.
12.1.5. Iltift dari ghib kepada mutakallim:
(252 : 2 )
Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak
(benar)
Iltift dari ghib kepada mutakallim pada ayat di atas bertujuan untuk
menambah keyakinan kepada mukhthab yaitu Nabi Muhammad saw.
akan kebenaran ayat-ayat Allah itu.
Tujuan iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan sastra
iltift dalam Mani, yaitu bahwa iltift pada ayat di atas, benar-benar
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh alhal).
Menambah keyakinan kepada mukhthab yaitu Nabi Muhammad saw.
akan kebenaran ayat-ayat Allah dengan menggunakan
gaya bahasa
188
Iltift dari ghib kepada mutakallim seperti pada ayat di atas melahirkan
keindahan bunyi mulai dari untaian huruf, susunan kata dan kalimat.
Dengan ungkapan , maka terpeliharalah keindahan irama pada ayat
itu. Di samping itu, iltift dari ghib kepada mutakallim pada ayat di atas
melahirkan keindahan makna, dalam hal ini menambah keyakinan
kepada mukhthab yaitu Nabi Muhammad saw. akan kebenaran ayatayat Allah itu.
Paparan di atas menunjukkan bahwa iltifat al-dhamr (perpindahan dalam
pronomina) secara Mani dapat melahirkan makna yang sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh al-hal), secara Bayn merupakan salah
satu ragam ungkapan untuk suatu makna yang dapat menghiasi perkataan itu dan
secara Bad melahirkan keindahan bunyi dengan terpeliharanya irama sehingga dapat
digolongkan kepada muhassint lafdziyah dan melahirkan keindahan makna yang
dapat digolongkan kepada muhassint manawiyyah.
12.2. Iltift adad al-dhamr menurut kaca mata Mani, Bayn dan Bad
12.2.1. Iltift dari mutakallim mufrad kepada mutakallim maal ghair:
(102 : 18 )
Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat)
mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?
Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat
tinggal bagi orang-orang kafir.
Iltift dari mutakallim mufrad kepada mutakallim maal ghair pada ayat
di atas bertujuan untuk menunjukkan kebesaran Allah kepada orang-
189
kebesaran
Allah
kepada
orang-orang
kafir
dan
, maka
susunan kata dan kalimat. Dengan ungkapan
terpeliharalah keindahan irama pada ayat itu. Di samping itu, iltift dari
mutakallim mufrad kepada mutakallim maal ghair pada ayat di atas
melahirkan keindahan makna, yaitu menunjukkan kebesaran Allah
kepada orang-orang kafir dan menyegerakan mereka dalam kebingungan
dan kesedihan sebelum mereka memasuki neraka Jahannam.
12.2.2. Iltift dari mutakallim maal ghair kepada mutakallim mufrad:
(38 : 2 ) -
190
Kami berfirman: Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika
datang petunjuk-Ku kepadamu,
Iltift dari mutakallim maal ghair kepada mutakallim mufrad pada ayat
di atas bertujuan menanamkan tauhd untuk meng-Esakan Allah dan
bahwa hidyah yang harus diikuti hanya hidyah dari Allah, sesuai
dengan
firman-Nya
. . ...
yang dikehendaki-Nya, sesuai dengan firman-Nya . .
(dan Dia menunjuki orang yang
(10:25 ... )...
..
.
191
keindahan irama pada ayat itu. Di samping itu, iltift dari mutakallim
maal ghair kepada mutakallim mufrad pada ayat di atas melahirkan
keindahan makna, berupa penanaman tauhd untuk meng-Esakan Allah
dan bahwa hidyah yang harus diikuti hanya dari Allah.
12.2.3. Iltift dari mukhthab mufrad kepada mukhthab mutsann:
. . . . (1 : 58 )
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang
memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan
(halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua,
Iltift dari mukhthab mufrad kepada mukhthab mutsann pada ayat di
atas bertujuan untuk menunjukkan kepada mukhthab yaitu Nabi
Muhammad saw. bahwa obrolannya itu mendapat perhatian dari Allah
swt.
Tujuan iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan sastra
iltift dalam Mani, yaitu bahwa iltift pada ayat di atas, benar-benar
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh alhal).
Menunjukkan kepada mukhthab yaitu Nabi Muhammad saw. bahwa
obrolannya itu mendapat perhatian dari Allah swt. dengan menggunakan
gaya bahasa iltift dari mukhthab mufrad kepada mukhthab mutsann
merupakan salah satu ragam ungkapan untuk suatu makna yang dapat
menghiasi perkataan itu. Dengan demikian, iltift dari mukhthab
mufrad kepada mukhthab mutsann pada ayat di atas menunjukkan
fenomena keindahan sastra iltift menurut kaca mata Bayn.
192
(149 : 2 )
sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari
Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan.
Iltift dari mukhthab mufrad kepada mukhthab jamak pada ayat di
atas bertujuan untuk mengurangi beban mukhthab yaitu Nabi
Muhammad saw. dalam menerima penetapan qiblat, karena hal ini
diliputi dengan fitnah.
Tujuan iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan sastra
iltift dalam Mani, yaitu bahwa iltift pada ayat di atas, benar-benar
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh alhal).
Mengurangi beban mukhthab, yaitu Nabi Muhammad saw. dalam
menerima penetapan kiblat, karena hal ini diliputi dengan fitnah dengan
menggunakan
193
194
satu ragam ungkapan untuk suatu makna yang dapat menghiasi perkataan
itu. Dengan demikian, iltift dari mukhthab mutsann kepada
mukhthab mufrad pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan
iltift menurut kaca mata Bayn.
Iltift dari mukhthab mutsann kepada mukhthab mufrad, seperti pada
ayat di atas melahirkan keindahan bunyi mulai dari untaian huruf,
, maka terpeliharalah
susunan kata dan kalimat. Dengan ungkapan
keindahan persamaan bunyi ujung ayat antara ayat yang sebelumnya
dan yang sesudahnya
. Di samping itu, iltift dari mukhthab
mutsann
195
Mengurangi beban mental kedua mukhthab, yaitu Nabi Musa dan Nabi
Harun dalam penyampaian rislah ilhiyyah kepada Firaun dan bala
tentaranya dengan menggunakan
(17 : 8 ) Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan
tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar
Iltift dari mukhthab jamak kepada mukhthab mufrad pada ayat di atas
bertujuan takhshsh, untuk menghormati dan menghargai usaha pribadi
Rasulullah saw. dalam peperangan.
Tujuan iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan sastra
iltift dalam Mani, yaitu bahwa iltift pada ayat di atas, benar-benar
196
.
.
. .
: 59 . ). . .
.
(17-16
(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan
ketika dia berkata kepada manusia: Kafirlah kamu, maka tatkala
manusia itu telah kafir ia berkata: Sesungguhnya aku berlepas diri dari
kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta
alam. Maka adalah kesudahan keduanya bahwa sesungguhnya keduanya
(masuk) ke dalam neraka
197
(3-2 : 103 )
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman
Iltift dari ghib mufrad kepada ghib jamak pada ayat di atas bertujuan
untuk menunjukkan betapa pentingnya jamaah bagi orang-orang yang
beriman.
198
(19 : 22 )
Inilah dua golongan (golongan mumin dan golongan kafir) yang
bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka
Iltift dari ghib mutsann
199
(48 : 42 )
Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan
mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia
itu amat ingkar (kepada nimat).
200
Iltift dari ghib jamak kepada ghib mufrad pada ayat di atas bertujuan
untuk menyepelekan permasalahan; bahwa Allah tidak perduli dengan
kekufuran manusia.
Tujuan iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan sastra
iltift dalam Mani, yaitu bahwa iltift pada ayat di atas, benar-benar
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh alhal).
Menyepelekan permasalahan; bahwa Allah tidak perduli dengan
kekufuran manusia dengan menggunakan gaya bahasa iltift dari ghib
jamak kepada ghib mufrad merupakan salah satu ragam ungkapan
untuk suatu makna yang dapat menghiasi perkataan itu. Dengan
demikian, iltift dari ghib jamak kepada ghib mufrad pada ayat di atas
menunjukkan fenomena keindahan sastra iltift menurut kaca mata
Bayn.
Iltift dari ghib jamak kepada ghib mufrad, seperti pada ayat di atas
melahirkan keindahan bunyi, mulai dari untaian huruf, susunan kata dan
kalimat. Dengan ungkapan
, maka terpeliharalah keindahan
irama pada ayat itu. Di samping itu, iltift dari ghib jamak kepada ghib
mufrad pada ayat di atas melahirkan keindahan makna, yaitu
menyepelekan permasalahan; bahwa Allah tidak perduli dengan
kekufuran manusia.
12.2.12. Iltift dari ghib jamak kepada ghib mutsann:
201
202
perkataan itu dan secara Bad melahirkan keindahan bunyi dengan terpeliharanya
irama sehingga dapat digolongkan kepada muhassint lafdziyah dan melahirkan
keindahan makna yang dapat digolongkan kepada muhassint manawiyyah.
12.3. Iltift anwa al-jumlah menurut kaca mata Mani, Bayn dan Bad
12.3.1. Iltift dari jumlah filiyah kepada jumlah ismiyah:
(102 : 2 )
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitansyaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir)
Iltifat dari jumlah filiyah kepada jumlah ismiyah pada ayat di atas
bertujuan untuk menyatakan bahwa Nabi Sulaiman tidak pernah
melakukan sihir, karena perbuatan sihir merupakan perbuatan orangorang kafir, sedangkan kekufuran itu datangnya dari syaitan, sehingga
ditetapkanlah bahwa syaitan-syaitan itulah yang kafir.
Tujuan Iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan
sastranya dalam Mani, yaitu bahwa ayat di atas sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh al-hal).
Pernyataan bahwa Sulaiman tidak pernah melakukan sihir, karena
perbuatan sihir merupakan perbuatan orang-orang kafir, sedangkan
kekufuran itu datangnya dari syaitan, sehingga ditetapkanlah bahwa
hanya
syaitan-syaitan
itulah
yang
kafir
dengan
menggunakan
203
(245 : 2 )
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Iltift dari jumlah ismiyah kepada jumlah filiyah pada ayat di atas
bertujuan untuk memotivasi orang-orang yang beriman agar gemar
berderma secara berkesinambungan, dengan tidak takut miskin, karena
yang mengatur rezki adalah Allah swt.
Tujuan iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan
sastranya dalam Mani, yaitu bahwa ayat di atas sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh al-hal).
Memotivasi orang-orang yang beriman agar gemar berderma secara
berkesinambungan, dengan tidak takut miskin, karena yang mengatur
rezki adalah Allah swt. dengan menggunakan iltift dari jumlah ismiyah
204
(147 : 2 )
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu.
Iltift dari kalimat berita kepada kalimat melarang pada ayat di atas
bertujuan untuk tidak ragu-ragu dalam membenarkan statmen itu.
205
(154 : 2 )
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di
jalan Allah, (bahwa mereka itu (mati); bahkan (sebenarnya) mereka itu
hidup
206
Iltift dari kalimat melarang kepada kalimat berita pada ayat di atas
bertujuan untuk menetapkan kehidupan terhadap orang-orang yang mati
di jalan Allah.
Tujuan iltift pada ayat di atas menunjukkan fenomena keindahan
sastranya dalam Mani, yaitu bahwa ayat di atas sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh al-hal).
Menetapkan kehidupan terhadap orang-orang yang mati di jalan Allah
dengan menggunakan perpindahan dalam ragam kalimat dari kalimat
melarang kepada kalimat berita merupakan salah satu ragam ungkapan
untuk suatu makna yang dapat menghiasi perkataan itu. Dengan
demikian, iltift dari kalimat melarang kepada kalimat berita pada ayat di
atas menunjukkan fenomena keindahan sastranya menurut kaca mata
Bayn.
Iltift dari kalimat melarang kepada kalimat berita seperti pada ayat di
atas melahirkan keindahan bunyi, mulai dari untaian huruf, susunan kata
dan kalimat. Dengan iltift dari kalimat melarang kepada kalimat berita
seperti pada ayat di atas, maka terpeliharalah keindahan irama pada ayat
itu. Di samping itu, perpindahan dalam ragam kalimat dari kalimat
melarang kepada kalimat berita seperti pada ayat di atas melahirkan
keindahan makna yaitu menetapkan kehidupan terhadap orang-orang
yang mati di jalan Allah.
Paparan di atas menunjukkan bahwa iltift anwa al-jumlah (perpindahan
dalam ragam kalimat) secara Mani dapat melahirkan makna yang sesuai dengan
tuntutan situasi dan kondisi (muthbaqah li muqtadh al-hal), secara Bayn
merupakan salah satu ragam ungkapan untuk suatu makna yang dapat menghiasi
207
perkataan itu dan secara Bad melahirkan keindahan bunyi dengan terpeliharanya
irama sehingga dapat digolongkan kepada muhassint lafdziyah dan melahirkan
keindahan makna yang dapat digolongkan kepada muhassint manawiyyah.
BAB XIII
KARAKTERISTIK GAYA BAHASA ILTIFT DALAM ALQURAN
Dalam pandangan Ibn Rasyiq, iltift itu dipahami dalam kerangka makna
yang utuh, dan tidak parsial. Hal ini mempertajam pandangan terhadap pengetahuan,
sebab yang parsial akan menimbulkan pemahaman keseluruhan, dan keseluruhan akan
menambah pengertian baru pada yang parsial. Sedangkan pandangan yang
208
menyeluruh merupakan teori belajar paling baru dalam barometer pendidikan. Inilah
yang kemudian disebut dengan metode Gestalt. Ibn Rasyiq menjadikan iltift dan nilai
seni sastranya dalam kesesuaian umum terhadap nas antara lingkungan yang bersifat
psikologis dan sosiologis.
Keindahan Alquran terdapat dalam keteraturan bunyinya yang indah melalui
nada huruf-hurufnya ketika kita mendengar harakt dan sukn-nya, madd dan
gunnah-nya, fsilah dan maqta-nya, sehingga telinga tidak pernah merasa bosan,
bahkan ingin senantiasa terus mendengarnya.
Keindahannya itu pun dapat ditemukan dalam lafaz-lafaznya yang memenuhi
hak setiap makna pada tempatnya. Tidak satu pun di antara lafaz-lafaz itu yang
dikatakan sebagai kelebihan. Juga tak ada seseorang peneliti terhadap suatu tempat
dalam Alquran menyatakan bahwa pada tempat itu perlu ditambahkan sesuatu lafaz
karena ada kekurangan.
Keindahannya didapatkan pula dalam macam-macam khithb di mana
berbagai golongan manusia yang berbeda tingkat intelektualitasnya dapat memahami
khithb itu sesuai dengan tingkat akalnya, sehingga masing-masing dari mereka
memandangnya cocok dengan tingkatan akalnya dan sesuai dengan keperluannya,
baik mereka orang awam maupun kalangan ahli. Dalam hal ini Allah berfirman:
(17 : 54 ).
Dan sesungguhnya Kami telah memudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran? (al-Qamar, 54:17)
Demikian pula keindahannya ditemukan dalam sifatnya yang dapat
memuaskan akal dan menyenangkan perasaan. Alquran dapat memenuhi kebutuhan
jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan, secara sama dan berimbang. Kekuatan
pikir tidak akan menindas kekuatan rasa dan kekuatan rasa pun tidak pula akan
209
. . . . .
(23 : 39 )...
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Quran yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. (al-Zumar, 39:23), dan
...
(82 : 4 )
Dan sekiranya Alquran itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka mendapatkan
pertentangan yang banyak di dalamnya. (an-Nisa, 4:82).
Betapa menakjubkan rangkaian kalimat dalam Alquran dan betapa indah
susunannya. Tak ada kontradiksi dan perbedaan di dalamnya, padahal ia
membeberkan banyak segi yang dicakupnya, seperti kisah dan nasihat, argumentasi,
hikmah dan hukum, tuntutan dan peringatan, janji dan ancaman, kabar gembira dan
berita duka, serta akhlak mulia, dan lain sebagainya. Sementara itu kita dapatkan
kalm pujangga pentolan, penyair ulung dan orator agitator akan berbeda-beda dan
berlainan sesuai dengan perbedaan hal-hal tersebut. Di antara penyair ada yang hanya
pandai memuji tetapi tidak pandai dalam peringatan. Ada pula yang hanya pandai
melukiskan unta dan kuda, memerikan perjalanan malam, menggambarkan
peperangan, taman, khamar, senda gurau, cumbuan dan lain-lainnya yang dapat
dicakup dalam syiir dan dituangkan dalam kalm. Oleh karena itu maka dijadikanlah
Umru al-Qais sebagai contoh dalam berkendaraan, al-Nabigah sebagai contoh dalam
mengancam, Zuhair dalam membujuk. Dan yang demikian ini pun akan berbeda-beda
pula dalam hal pidato, surat menyurat dan jenis-jenis kalm lainnya.
210
Apa-apa yang ada dalam Alquran, termasuk di dalamnya gaya bahasa iltift,
pasti memiliki makna khusus sesuai dengan kebesaran Alquran sebagai wahyu dan
mukjizat bagi Nabi Muhammad saw. sesuai dengan firman Allah swt:
.
.
(191 - 190: 3 ) .
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran, 3 : 190 191)
Sejarah bahasa Arab tidak pernah mengenal suatu masa di mana bahasa
berkembang sedemikian pesatnya melainkan tokoh-tokoh dan guru-gurunya bertekuk
lutut di hadapan Bayn qurani, sebagai manifestasi pengakuan akan ketinggiannya
dalam mengenali misteri-misterinya. Itulah sunnah Allah dalam ayat-ayat-Nya,
semakin mengenali dan mengetahui rahasia-rahasianya, akan semakin tunduk pula
pada kebesarannya dan semakin yakin akan kemukjizatannya. Sejarah menyaksikan
bahwa ahli-ahli bahasa telah terjun ke dalam medan festifal bahasa dan mereka
memperoleh kemenangan. Tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang berani
memproklamirkan dirinya menantang Alquran. Sejarah mencatat bahwa saat itu
bahasa Arab telah mencapai puncaknya dan memiliki unsur-unsur kesempurnaan dan
kehalusan di lembaga-lembaga dan pasar bahasa. Alquran berdiri tegak di hadapan
para ahli bahasa dengan sikap menantang, dengan berbagai bentuk tantangan. Volume
tantangan ini kemudian secara berangsur-angsur diturunkan menjadi lebih ringan, dari
sepuluh surah menjadi satu surah, dan bahkan menjadi satu pembicaraan yang serupa
dengannya. Namun demikian, tak seorang pun dari mereka sanggup menandingi atau
mengimbanginya, padahal mereka adalah orang-orang yang sombong, tinggi hati dan
pantang dikalahkan. Seandainya mereka punya kemampuan untuk meniru sedikit saja
211
Dalam hal-hal tersebut Alquran telah mencapai puncak tertinggi yang tidak sanggup
kemampuan bahasa manusia untuk menghadapinya.
gaya bahasa iltift dalam Alquran adalah sebagai salah satu pendukung
terhadap kemukjizatan Alquran. Tantangan Alquran terhadap orang-orang Arab untuk
membuat sepertinya, mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka
sedemikian tinggi tingkat fasahah dan Balghahnya, dan secara khusus, gaya bahasa
iltift merupakan salah satu kebanggaan mereka. Hal ini tiada lain karena Alquran
dengan segala macam yang ada di dalamnya adalah mukjizat; bahasanya adalah
mukjizat, dan gaya bahasanya juga adalah mukjizat.
212
Banyaknya ayat-ayat Alquran yang menggunakan iltift, sedangkan orangorang Arab menggunakan iltift pada syiir mereka, ada dua hal yang patut dicermati:
Pertama, Alquran bukanlah syiir, namun Alquran memiliki karakteristik syiir yang
baik, sebagai salah satu keistimewaan kemukjizatan gaya bahasa Alquran. Kedua,
ayat-ayat yang mengandung iltift adalah ayat-ayat Makkiyyah yang memiliki
kekuatan emosi dan cinta, sedangkan ayat-ayat Madaniyyah yang mengandung iltift
biasanya berjalan sesuai dengan karakteristik surah Makkiyyah.
DAFTAR PUSTAKA
Alquran al-Karim
Abdul Karim, Mujahid. Al-Dillah al-Lughawiyyah inda al-Arab. (Mesir : Daar alDiya, tt).
213
Abdul Muthallib, Muhammad, Al-Balghah wa al-Uslbiyyah, (Mesir: Al-Syirkah alMishriyyah al-Alamiyyah li al-Nasyr, 1994)
Abu Ali, Muhammad Barakat Hamdi, Dirst f al-Balghah, (Aman : Dar al-Fikr li
al-Nasyr wa al-Tauzi, 1984).
Abu Hayyan. Al-Bahr al-Muhth. (Maktabah Misykaah al-Islamiyyah, 1425 H).
Abu Said, Ahmad dan Husen Syararah, Dall al-Irb wa al-Iml, (Beirut : Dar alIlmi li al-Malayin,1980).
Ahmad, Athiyyah Sulaiman, F Ilmi al-Lughah al-Ijtim al-Dillah alIjtimiyyah wa al-Lughawiyyah l al-Ibrah, (Mesir : Maktabah Zahra alSyarq, 1995).
Al-Akhdhari, Abdurrahman, Syarh Jauhar al-Maknn f al-Man wa al-Bayn wa
al-Bad (Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, tt)
Al-Ashfahani, Raghib. Mujam Mufradt Alfzh al-Qurn, (Beirut : Daar al-Fikr,
1985).
Al-Asyur, Muhammad al-Thahir, Tafsr al-Tahrr, Jilid 1 s/d 20 (Tunis: Dar
Tunisiyah li al-Nasyr, 1393 H).
Al-Ath, Nazhmi Khalil Abu, Ijz al-Nabt f al-Qurn al-Karm, (Maktabah alNr, tt).
Alston. P. William, Philosophy of Language, (London: Prentice Hall, Inc, 1964)
Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi tentang Makna, (Bandung: Sinar Baru, 1988).
Arabic culture, www.aklaam.net The Arab-Islamic culture.
Arabic culture, www.aklaam.net. Who is an Arab?
Badri, K. Bunyah al-Kalimt wa Nuzhum al-Jumlah Muthabiqala alLughah alArabiyyah al-Fushha. (Jakarta : LIPIA,1988).
Al-Baghdadi, Syihabuddin Mahmud, Rh al-Mani f Tafsr al-Qurn al- Azhm
(Maktabah Misykaah al-Islamiyyah)
Al-Baidhawi, Tafsr al-Baidhawiy. (Maktabah Misykaah al-Islamiyyah, 1424 H).
Bahaziq, Umar Muhammad Umar, Uslb al-Qurn baina al-Hidyah wa al-Ijz
Basyir, Ahmad bin Abdullah. Al-Tahll al-Taqbuliy baina al-Nazhariyt wa alTathbq (Jakarta : LIPIA, 1988).
214
Bogdan, R.C. and Biclen, S.K. Qualitative Research for Education : An Introduction
to Theory and Methods. (Boston : Allyn and Bacon, 1982).
Bright, W. Sociolinguistics, (Hague : Monton, 1966).
Chaer, Abdul, Psikolinguistik, Kajian Teoretik, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003)
Coulson, Norman J. A History of Islamic Law. (Edinburgh, 1964).
Dahdah, A. Mujam Qawid al-Lughah al-Arabiyyah f Mujam wa Lauht, (Beirut :
Maktabah Libnan, 1981).
DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Alquran dan Terjemahnya,
(Surabaya: Al-Hidayah, 1998)
Dhaif, Syauqi, Al-Bahts al-Adabiy (Kairo : Daar al-Maarif, 1972)
Hasanaen, Salahuddin. Dirst f Ilmi al-Lughah. (Riyad : Daar al-Ulum, 1989).
Al-Hasyimi, Jawhir al-Balghah f al-Man wa al-Bayn wa al-Bad, (Indonesia :
Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, 1960).
Hisyam, J.I. Mughn al-Labb. (Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, tt).
Husen, Abdul Qadir, Fann al-Balghah, (Beirut : Alam al-Kutub, 1984).
Ibnu Jinni, Al-Khashish. (Kairo : Daar al-Kutub al-Mishriyyah, 1956).
Ibnu KAtsr, Ismail. Tafsr al-Qurn al-Azhm. (Beirut: Al-Maktabah al-Ashriyyah,
1994).
Ibrahim. Abd. Syukur. Sosiolinguistik (Surabaya: Usaha Nasional, 1995)
Ibrahim, Muhammad Ismail, Al-Qurn wa Ijzuh al-Tsayriy, (Kairo : Dar al-Fikr
al-Arabi, tt).
Ibrahim, Muhammad Ismail, Al-Qurn wa Ijzuh al-Ilmiy, (Kairo : Dar al-Fikr alArabi, tt).
Al-Imadi, Ali Muhammad Hasan, Al-Qurn wa al-Thabi al-Nafsiyyah. (Mesir: AlMajlis al-Ala li al-Syuun al-Islamiyyah, 1966)
Al-Jamili, a-Sayyid, Al-Ijz al-Thibbiy f al-Qurn, (Kairo : Dar al-Turats al-Arabi,
1980).
Al-Jamili, al-Sayyid, Al-Balghah al-Qurniyyah,(Kairo: Dar al-Marifah, 1993).
Kaelan.M.S, Filsafat Bahasa, Masalah dan Perkembangannya, (Yogyakarta :
Paradigma, cetakan ketiga, 2002).
215
Keraf, Goris, Diksi dan gaya bahasa, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002)
Kjolsth, R. The Development of the Sociology of Language and Its Social Implication
in Sociolinguistics Newsletter III, no 1, 1972 pp. 7-10 and 24-9.
Lasyin, Abd al-Fattah Ahmad, Al-Bad f Dhaui Aslb al-Qurn, (Kairo : Dar al-Fikr
al-Arabi, 1999).
Majma al-Lughah al-Arabiyyah. Mujam Alfzh al-Qurn al-Karm, (Mesir, 1990).
Al-Marthai, Abdul Adzim Ibrahim Muhammad, Dirst Jaddah f Ijz al-Qurn
Manhij Tathbqiyyah f Tauzhf al-Lughah, (Kairo : Maktabah Wahbah,
1996).
Naufal, Abd al-Razzaq, Al-Ijz al-Adadiy li al-Qurn al-Karim, (Kairo : Mathbuat
al-Syab, tt).
Al-Nabi, Mansur Muhammad Hasba, Al-Kaun wa al-Ijz al-Ilmiy li al-Qurn,
(Kairo : Dar al-Fikr al-Arabi, tt).
PPS UIN Syarif Hidayatullah, Buku Panduan Program Pascasarjana Tahun
Akademik 2003/2004, (Jakarta : 2003)
Al-Qurthubi, Abu Abdillah, Al-Jmi li Ahkm al-Qurn. (Maktabah Misykh alIslamiyyah, 1424 H)
Al-Shabuni, Muhammad Ali, Shafwah al-Tafsir, (Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah,
1399 H)
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2001)
Al-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr, Kitb al-Iqtirh f ilm Ushl alNahwi (1988)
Al-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman, Syarh Uqd al-Jumn f ilm al-Man wa alBayn (Mesir: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, tt)
Al-Syarawi, Syekh Muhammad Mutawali, Mujizt al-Qurn, (Kairo : al-Mukhtar alIskami, 1978).
Syihun, Mahmud al-Sayyid, Al-Ijz f Nazhm al-Qurn, (Kairo : Maktabah alKulliyat al-Azhariyyah, 1978).
Tamam, Hasan. Al-Lughah al-Arabiyyah Manh wa Mabnh. (Mesir : Al-Haiah
al-Mishriyyah al-Ammah li al-Kitab, 1979).
Thabathabai, Al-Mzn f Tafsr al-Qurn (http: // al Tafsir. com)
Thabl, Hasan, Uslb al-Iltift f Balghah al-Qurn (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi,
1998)
216
Umam, Chatibul. Aspek-Aspek Fundamental dalam Bahasa Arab. (Bandung : AlMaarif, 1980).
Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyf an Haqiq al-Tanzl wa Uyn al-Aqwl f Wujh alTawl, Jilid 1 s/d 4 (Beirut : Dar al-Marifah, tt).
Al-Zarkasyi, Muhammad. Al-Burhn f Ulm al-Qurn. (Beirut: Dar al-Maarif,
1994).
GLOSARIUM
Adt
217
Kata atau huruf (morfem) yang berfungsi mengubah makna kalimat atau menyatukan
kata, frase dan klausa yang satu dengan kata, frase, dan klausa yang lain.
adad al-dhamr
Bilangan dalam pronomina, yaitu mufrad (tunggal), mutsann (dual) dan jama
jamak)
Amr
Jenis kalimat yang maknanya memerintahkan pihak lain agar melakukan suatu
pekerjaan dengan memakai kata sarana perintah atau bentuk perintah. Konsep ini
sepadan dengan kalimat imperatif.
Anwa al-jumlah
Macam-macam kalimat, seperti kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat bertanya,
kalimat melarang, kalimat doa dan sebagainya.
Balghah
Cabang ilmu linguistik Arab yang menelaah gaya bahasa dilihat dari strukturnya,
baik struktur lahir maupun batin, dan semantiknya. Konsep ini sepadan dengan istilah
stilistika dan elokuensi.
Dhammah
Penanda bunyi (u) yang dilambangkan dengan wawu kecil di atas huruf konsonan ()
Dhamr
Kata ganti nama (pronomina).
Dhamr mutakallim
Persona I, dalam bahasa Arab terdiri dari dan .
Dhamr mukhthab
Persona II, dalam bahasa Arab terdiri dari ,
, , , dan .
Dhamr ghib
Persona III, dalam bahasa Arab terdiri dari ,
, , , dan .
Fat-hah
Penanda bunyi (a) yang dilambangkan dengan garis miring kecil di atas huruf
konsonan ( )
Fiil
Kategori kata yang menunjukkan pada perbuatan yang dibatasi oleh dimensi ruang
dan waktu melalui proses morfologis tertentu.
Fil
Subfungsi pada kalimat verbal (jumlah filiyah) yang menyatakan orang atau sesuatu
) pada (
) .
yang melakukan suatu tindakan (fiil), seperti kata (
Istilah ini berpadanan dengan subjek.
Ghib
Segala sesuatu yang tidak terjangkau oleh panca indra, yang meliputi masa lampau,
masa kini dan masa mendatang. Kata itu juga digunakan sebagai salah satu dhamr,
yaitu dhamr ghib (persona III)
Iltift
gaya bahasa yang menggunakan perpindahan dalam menggunakan dhamr
(pronomina) yang tiga (persona I, persona II, dan persona III) atau adad dhamr
(bilangan pada pronomina) yang dalam bahasa Arab terdiri dari tiga macam, yaitu
mufrad (tunggal), mutsann (dual) dan jamak (banyak/tiga ke atas).
Iltift nau
gaya bahasa yang menggunakan perpindahan dalam menggunakan mudzakkar dan
muannats. Istilah ini belum teruji dengan penelitian.
218
Iltift tayin
gaya bahasa yang menggunakan perpindahan dalam menggunakan marifat dan
nakirah. Istilah ini belum teruji dengan penelitian.
Irb
Vokal pendek dan panjang yang dilambangkan dengan dhammah, fathah, kasrah,
huruf alif, huruf wawu, dan huruf ya, yang menunjukkan posisi sebuah kata dalam
menjalankan fungsinya pada sebuah kalimat, sehingga tanda itu sangat menentukan
makna kata, frase, dan klausa pada sebuah kalimat.
Ism
Kategori kata yang merujuk pada nama, sifat, dan kata ganti, yang dapat menempati
fungsi subjek, predikat, pelengkap, dan aposisi. Ism dapat diperluas dengan
menambah partikel penanda jumlah, jenis, definitif, dan preposisi. Istilah ini
berpadanan dengan istilah nomina.
Istidll
Proses dalam pengambilan dalil
Istifhmiyyah
Jenis kalimat yang mengungkapkan permintaan informasi tentang suatu hal kepada
orang lain dengan menggunakan kata sarana istifhm. Konsep ini sepadan dengan
kalimat interogatif.
Jar majrr
Frase preposisi yang menjelaskan kalimat inti. Pada (bahasa arab) preposisi (bahasa
arab) merupakan jar dan (bahasa arab) sebagai majrur.
Jumlah
Kumpulan dari satuan sintaktis yang memiliki hubungan prediktif sebagai kesatuan
yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Konsep ini berpadanan dengan istilah
kalimat.
Jumlah ismiyyah
(1) Klausa yang diawali oleh kata yang berkategori ism (nomina) dan berfungsi
sebagai mubtada (subjek), sedang khabar-nya (predikat) dapat berupa kata, frase,
maupun klausa.
(2) Pembagian kalimat dilihat dari kategori kata dan strukturnya.
Jumlah filiyyah
(1) Klausa yang diawali oleh kata yang berkategori fiil (verba) dan berfungsi sebagai
predikat, sedang fil-nya (subjek) dapat berupa kata, frase, maupun klausa.
(2) Pembagian kalimat dilihat dari kategori dan strukturnya.
Kasrah
Penanda bunyi (i) yang dilambangkan dengan garis miring kecil di bawah huruf
konsonan ()
Khabar
Subfungsi sintaksis pada kalimat nomina yang menerangkan mubtada, seperti kata
)pada (
) . Fungsi ini sepadan dengan istilah predikat dan rema.
(
Khabariyyah
Jenis kalimat yang maknanya menginformasikan sesuatu kepada pihak lain dengan
menetapkan keterkaitan antara mubtada dan khabar, dan antara fiil dan fil. Konsep
ini sepadan dengan kalimat deklaratif.
Mafl
219
Fungsi sintaktis yang melengkapi informasi pada kalimat verbal (jumlah filiyah)
dengan verba transitif, seperti kata (
) pada () . Istilah ini
berpadanan dengan istilah objek.
Marifat
Setiap kata yang menunjukkan kejelasan makna.
Muannats
Setiap kata yang dikategorikan perempuan, baik orang, binatang ataupun tempat dan
benda dengan tanda-tanda khusus.
Mubtada
Subfungsi sintaktis yang berkategori nomina dan terdapat pada kalimat nominal yang
merupakan pokok pembicaraan, seperti kata ( ) pada (
) . Konsep
ini sepadan dengan istilah subjek dan tema.
Mudzakkar
Setiap kata yang dikategorikan laki-laki, baik orang, binatang ataupun tempat dan
benda dengan tanda-tanda khusus.
Muhassint lafzhiyyah
Bagian dari ilmu Badi yang mengkaji kalm dari sisi keindahan bunyi.
Muhassint manawiyyah
Bagian dari ilmu Badi yang mengkaji kalm dari sisi keindahan makna.
Musnad
Fungsi sintaksis yang merujuk pada kata, frase atau klausa yang menerangkan musnad
ilaih, yang ditempati oleh berbagai jenis verba dan nomina yang berfungsi sebagai
khabar. Istilah ini berpadanan dengan predikat.
Musnad ilaih
Fungsi sintaksis yang merujuk pada kata, frase atau klausa yang merupakan pokok
pembicaraan dalam sebuah kalimat, yang diisi oleh fail, naib fail dan mubtada yang
berkategori nomina. Istilah ini berpadanan dengan subjek.
Nahyi
Jenis kalimat yang maknanya melarang pihak lain melakukan sesuatu dengan
menggunakan kata sarang prohibitatif. Menurut kaidah Ushul Fiqh dan Balghah,
tuturan ini dikemukakan oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang
) .
yang lebih rendah kedudukannya, seperti (
Nib Fil
Subfungsi sintaktis yang berfungsi mengganti fil pada kalimat verba pasif, seperti
kata ( )pada kalimat (
) . Istilah ini berpadanan dengan subjek.
Nakirah
Setiap kata yang menunjukkan ketidakjelasan makna, seperti sebuah buku.
Negatif
Jenis kalimat yang maknanya meniadakan hubungan antara subjek dan predikat
dengan menggunakan berbagai jenis kata sarana negasi sesuai dengan makna yang
ingin disampaikan.
Taukd
Jenis kalimat yang menyatakan kesungguhan dengan menggunakan kata atau huruf
)
yang berfungsi menguatkan, seperti (
Tasyri
Perundang-undangan dalam Islam yang meliputi akidah, ibadah dan syariah
gaya bahasa
Sebutan gaya bahasa dalam bahasa Arab
BIODATA PENULIS
220
221