Orientasi Psikologi Pembelajaran Di SD, SMP &
Orientasi Psikologi Pembelajaran Di SD, SMP &
Orientasi Psikologi Pembelajaran Di SD, SMP &
Lanjutan Karakteristik .
c. Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi EMOSI antara lain
anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain,
telah dapat mengontrol emosi,
sudah mampu berpisah dengan orang tua dan
telah mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan
salah.
d. Untuk perkembangan KECERDASAN anak usia kelas awal SD
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam
melakukan seriasi,
mengelompokkan obyek,
berminat terhadap angka dan tulisan,
meningkatnya perbendaharaan kata,
senang berbicara,
memahami sebab akibat dan
berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
3. Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.
Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan
anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik.
Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam
lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak.
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi
dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang.
Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka,
tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan
pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara
baik dan tidak mudah dilupakan.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya
dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan
orang/guru menjelaskan.
4. Pembelajaran Tematik
A.Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru
perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.
Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar
mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa
akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar
akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistik).
b. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik dalam pembelajaran
tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik
dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan
dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana
pula siswa harus mempelajarinya.
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran
tematik di sekolah dasar.
(1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9).
(2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
TERIMA KASIH