Makalah Prinsip Ekonomi Islam
Makalah Prinsip Ekonomi Islam
Makalah Prinsip Ekonomi Islam
Disusun Oleh:
Melani Ali S
1113081000005
Muhammad Rizki
1113081000006
Rifka Indi
1113081000014
Nelly Aprilya
1113081000074
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Makalah yang berjudul Prinsip Khilafah (Pemerintahan) dalam Ekonomi Islam ini
kami buat untuk memenuhi kompetensi mata kuliah prinsip-prinsip ekonomi Islam. Dalam
penyusunan makalah ini, kami telah berusaha sekuat tenaga. Namun tentu saja, makalah ini
tidaklah luput dari kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
agar makalah ini menjadi lebih baik.
Dalam pembuatan makalah ini kami mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Syamsul, selaku dosen mata kuliah prinsip-prinsip ekonomi Islam,
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil
kepada kami, dan
3. Rekan-rekan seperjuangan, yang telah memberikan energi positifnya kepada kami.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Tidak diragukan lagi oleh kita semua, bahwa hidup dan kehidupan manusia
terkait erat dengan ruang dan waktu. Allah menciptakan ruang dan waktu melalui
penciptaan langit dan bumi, atau bumi dan langit, sebagaimana dapat dipelajari
bersama, baik melalui ayat-ayat yang berbentuk qauliyah (wahyu) maupun ayatayat yang bersifat kauniyyah (alam) yang jumlah ayatnya di dalam Al-quran
terbilang banyak, oleh para ahli tafsir ditaksir sekitas 150 sampai 170-an ayat.
Seperti diketahui, bumi memang bukanlah anggota terkemuka dari keluarga
matahari yang teramat sangat luas itu; namun, posisi bumi bagi umat manusia
tetap saja merupkan planet yang terpenting dari seluruh planet yang ada,
mengingat bumi adalah tempat tinggal (mustaqarr;dwelling place)1 kita di ruang
angkasa, dan juga sebagai tempat yang menguntungkan untuk melihat jagat raya.
Bumi Allah yang sangat luas,dalam pengelolaan dan pemakmurannya justru
dipercayakan kepada manusia dalam fungsinya sebagai khalifah Allah di muka
bumi, tidak kepada makhluk lainnya.2 Singkatnya, alam sebagai anugerah Allah
Yang Maha Pemurah, itu sejatinya memang harus benar-benar dikelola manusia
semaksimal mungkin, untuk kepentingan dan kemaslahatan umat mnausia sendiri.
Sebagai khalifah Allah di muka bumi, manusia juga diberikan wewenang supaya
mengelola dan memakmurkannya dengan mengelola segala isinya. Kesimpulan
yang diperoleh dari sejumlah ayat yang berisikan kekhalifahan manusia di muka
bumi, dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, manusia itu adalah tuan di muka bumi, untuk itulah Allah
menciptakan yang baik-baik di dalam bumi dan atas dasar itu pula manusia
diposisikan sebagai pengelola bumi yang paling pokok untuk urusan kehidupan di
1
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi Teks, Terjemah, dan Tafsir,(Jakarta: Amzah, 2013).,
hlm. 17
2
Ibid., hlm. 18
muka bumi, hingga Allah mengingatkan, bahwa bumi itu akan menjadi baik dan
rusak, tergantung pada sikap dan tindakan manusia yang diserahi mandat untuk
mengelolanya.3
Kedua, Allah menitipkan sebagian sifat keutuhannya kepada manusia,
dengan maksud supaya manusia memiliki kemampuan dan kemauan untuk
menegakkan kekhalifahan yang benar dan baik di muka bumi.
Ketiga, diantara fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi adalah untuk
menegakkan agama Allah dan syariat-Nya, menerapkan hukum-hukum-Nya, dan
melaksanakan ajaran-ajaran-Nya dalam rangka penegakan kebenaran dan
keadilan. Termasuk tentunya kebenaran dan keadilan social ekonomi.
Keempat, pendelegasian manusia di muka bumi, juga dimaksudkan supaya
melakukan pengelolaan, menyimak berbagai rahasia alam yang ada di dalamnya,
serta memetik manfaat dari isi yag ada di dalamnya.4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Pemikiran Ekonomi Pada Masa Khulafaur Rasyidin?
1.2.2 Bagaimana Pemikiran Ekonomi Pada Masa Bani Umayyah?
1.2.3 Bagaimana Pemikiran Ekonomi Pada Masa Khilafah Bani Abbasiyah I ?
1.2.4 Bagaimana Pemikiran Ekonomi Pada Masa Khilafah Bani Abbasiyah II ?
1.2.5 Bagaimana Pemikiran Ekonomi Pada Masa Khilafah Utsmaniyah ?
1.2.6 Bagaimana Pemikiran Ekonomi Pasca Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah ?
1.2.7 Apakah Fungsi Negara dalam Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Memenuhi tugas mata kuliah prinsip-prinsip ekonomi Islam
1.3.2 Mengetahui sistem ekonomi Islam pada masa kekhilafan
Ibid, hlm. 19
Ibid., hlm. 19
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemikiran Ekonomi Pada Masa Khulafaur Rasyidin (11-60 H/632-660 M)
Setelah Rasulullah saw wafat, kepemimpinan beliau dilanjutkan oleh para
sahabat, jika pada masa pemerintahan Rasulullah saw wilayah kekuasaan islam
hanya meliputi semenanjung Arabia, namun pada pemerintahan Khulafaur
Rasyidin wilayahnya menjadi semakin luas. Sistem ekonomi yang di praktekan
pada masa Khulafaur Rasyidin memiliki basis yang jelas proses keuangan yang
dijalankan bukan hanya di tangan penguasa tetapi didasarkan pada petunjuk
syariah dan bertujuan untuk kemaslahatan umum. Prinsip-prinsip umum sistem
ekonomi diturunkan dari ayat al-Quran , di dalam nya terdapat ajaran-ajaran
ekonomi dan prinsip yang mengarahkan dan menentukan kebijakannya.
Perincian dan prinsip-prinsip diklasifikasikan oleh Nabi Muhammad saw untuk
tujuan praktis dan fungsional. Dengan demikian, sunnah Nabi saw menjadi
sumber penting kedua sistem ekonomi dimasa ini setelah al-Quran. Pada zaman
Khulafaur Raysidin, syariah islam bener-benar dijalankan dan diterapkan secara
konsisten dan dijadikan sebagai dasar dalam mebentuk suatu sistem ekonomi.
Doktrin dasar yang diperkuat dan dikembangkan pada masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin memiliki dampak yang optimal pada masa itu. Doktrin dasar
sistem ekonomi islam :
1. Pengakuan atas hak kepemilikan harta pribadi tetapi sebagai titipan Allah Swt
yang pemanfaatannya akan dimintai pertanggungjawaban. Wajib membayar
zakat bagi muslim dan pajak bagi non-muslim.5
2. Kewajiban mencari rezeki yang halal dan baik memalui perdagangan dan
penyertaan modal.
Karnaen Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islami, (Jakarta: Cicero
Publishing, 2008), hlm. 63
Ibid, hlm. 69
khusus tentang jenis dan kadar jizyah. Maka pada masanya, jizyah dapat
berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta, kayu-kayu, atau bendabenda lainnya.
2. Kebijakan Ekonomi Umar bin Khattab
a. Melakukan sistematisasi dalam pemberlakuan pungutan jizyah kepada ahlu
dzimah.7
b. Menghentikan pembagian zakat kepada mualaf.
c. Restukturisasi sumber dan system ekonomi baru yang belum pernah ada
sebelumnya.
d. Memungut zakat atas kuda yang oleh Rasulullah SAW dibebaskan dari
zakat.
e. Membentuk dewan-dewan, Baitul Mal, dokumen-dokumen negara, dan
merancang system yang mampu menggerakkan ekonomi, baik produksi
maupun distribusi.
f. Tidak mendistribusikan tanah taklukkan di Irak kepada para prajurit, dan
membiarkannya sebagai amanah.
g. Menambah pemasukkan keuangan negara dari banyaknya Ghanimah atas
kemenangan perang.
3. Kebijakan Ekonomi Utsman bin Affan
a. Mempertahankan system pembagian berdasarkan prinsip pengistimewaan
sebagaimana dilakukan khalifah Umar ra.8
b. Menaikkan dan pensiun sebesar 100 dirham dan memberikan ransum
tambahan berupa pakaian.
c. Memperkenalkan tradisi mendistribusikan makanan ke masjid untuk para
fakir miskin dan musafir.
d. Membebaskan zakat atas harta terpendam (emas, perak, dll.)
7
8
Ibid, hlm. 78
Ibid, hlm. 84
Ibid, hlm. 90
Ibid, hlm. 108
10
2.3 Pemikiran Ekonomi Pada Masa Khilafah Bani Abbasiyah I (132-656 H/7501258 M)
Masa ini ditandai dengan banyaknya pemikir ekonomi Islam, mereka antara lain:
1.
2.
11
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
12
2.4 Pemikiran Ekonomi Pada Masa Khilafah Bani Abbasiyah II (659-903 /12611505 M)
Beberapa tokoh pemikir ekonomi pada masa Khilafah Bani Abbasiyah yang
dikenal telah memberikan kontribusinya terhadap pengembangan ilmu ekonomi,
sebagaimana disebutkan di atas adalah:
Syariah.
Perhatiannya
juga
tertuju
pada
masalah-masalah
10
untuk diketahui bahwa larangan ini tidak mengurangi tingkat pinjaman pribadi di
tengah-tengah masyarakat.
Namun,
Issawi
(1996)
berspekulasi
bahwa
larangan
ini
turut
16
11
Selain
itu
diperlukan
pula
intervensi
pemerintah
untuk
12
Ibnu Taimiyah dalam tulisannya, telah menyebut dua fungsi uang yaitu
sebagai alat pengukur nilai dan media pertukaran. Beliau mengatakan,
Atsman (harga atau yang dibayarkan sebagai harga, yaitu uang) dimaksudkan
sebagai pengukur nilai barang-barang (miyarul amwal) yang dengannya;
jumlah nilai barang-barang (maqadirul amwal) dapat diketahui; dan uang
tidak pernah dimaksudkan untuk mereka sendiri. Selain itu, pada abad ke-14
Al-Maqrizi juga telah menghubungkan pasokan uang dengan tingkat inflasi,
suatu gagasan yang berabad-abad diterangkan dalam suatu teori yang disebut
Quantitiy Theory of Money dalam aliran klasik.18
4. Keuangan Negara
Para pemikir Muslim seperti Abu Yusuf, Abu Ubaid, Abu Bakr at-Tartusi,
Ibnu Khaldun, dan Al-Maqrizi telah membahas dua dimensi keuangan negara,
yaitu penerimaan negara dan pengeluaran negara. Beberapa di antara mereka
menganalisis penerimaan negara dari sumber pajak dan permasalahan yang
terkait.
5. Pembangunan Ekonomi
Kebanyakan para penulis Islam seperti at-Tartusi, Ibnul Qayyim, Ibnu
Taimiyyah, Ibnu Hazm, dan Shah Waliyullah menekankan keberhasilan
ekonomi dalam norma-norma Islami untuk kesejahteraan di dunia dan di
akhirat. Keuntungan dari kemakmuran adalah dimungkinkannya seseorang
memperoleh kehidupan Islami yang baik dengan melaksanakan semua
kewajiban seorang muslim, termasuk haji, jihad, dan zakat, menuju kepada
kekuatan nasional, pertahanan, dan stabilitas nasional.
6. Sitem Pengamanan Sosial
Sistem pengamanan sosial merupakan sistem yang digunakan dalam ekonomi
Islam dalam rangka menolong orang-orang miskin, penganggur, yatim piatu,
cacat, dan sebagainya. Dana dibangun baik dalam bentuk kewajiban (zakat)
18
13
14
2. Penetapan Harga
Jika pergerakan harga di pasaran berjalan secara normal, maka Negara
tidak memiliki intervensi untuk menetapkan harga. Intervensi ini tidak berlaku
jika harga berubah sesuai dengan mekanisme pasar, berubah karena adanya
perunahan permintaann dan penawaran. Jika harga pasar naik karena
langkanya barang dan komoditi, maka akan mendorong produsen untuk
meningkatkann kapasitas produksi dan penawaran di pasaran. Sehingga,
dengan sendirinya, akan terjadi penurunan harga.21
Jika di pasaran terdapat tindak kezaliman, Negara memiliki hak
intervensi. Negara berhak memaksa dan menentukan harga atas komoditi
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Negara berhak menetapkan harga
komoditi dan barang yang sudah menjadi kebutuhan publik masyarakat.
Penetapan ini tidak hanya pada barang kebutuhan pokok saja, namun juga
berlaku untuk barang yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat public.
3. Pelarangan Monopoli (Penimbunan)
Moderat dan keseimbangan merupakan prinsip Islam, dan berusaha
diterpakan dalam setiap dimensi kehidupan. Begitu juga dalam mekanisme
pasar, Islam sangat menginginkan adanya keseimbangan antara penawaran
dan permintaan barang, sehingga tidak akan terjadi perubahan harga yang
tidak proposional. Diharapkan, mekanisme pasar berjalan seimbang dan tidak
ditemukan ketimpangan supply, yang mengakibatkan kelangkaan barang. Jika
komoditi langka (terjadi scarcity), sementara permintaan terus meningkat,
maka harga barang akan naik.22
Untuk itu, Negara berkewajiban menjaga keseimbangan dalam
mekanisme pasar. Negara berhak melakukan intervensi jika terjadi praktik
penimbunan barang yang dapat berpengaruh terhadap kenaikan barang.
21
22
Ibid, hlm. 21
Ibid, hlm. 22
15
23
24
Ibid, hlm. 22
Ibid., hlm. 23
16
25
26
Ibid, hlm. 23
Ibid, hlm. 24
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Setelah Rasulullah Saw wafat, kepemimpinan beliau dilanjutkan oleh para
sahabat. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, wilayah kekuasaan Islam
semakin luas dan telah berhasil menerapkan banyak kebijakan ekonomi.
Kemudian masuklah Islam pada masa kepemimpinan Bani Umayyah, yang
memberikan kontribusi dalam masalah penerbitan dan pengaturan uang dalam
masyarakat Islam. Setelah masa ini selesai, lahirlah pemerintahan Bani
Abbasiyah I. Masa ini
seperti Yahya bin Adam al-Qarasyi, Abu Ubaid al-Qasim bin Salam, Ahmad bin
Hanbal, dll. Lalu Islam masuk pada pemerintahan Abbasiyah II, dimana pada
masa ini lahir beberapa tokoh pemikir ekonomi seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnul
Qayyim, Syathibi, Ibnu Khaldun, Al-Maqarizi, dan Shah Waliyullah. Saat
khalifah Abbasiyah mencapai masa keemasan, para khalifah menjadi tokoh yang
kuat dan merupakan representasi dari kekuatan politik dan agama.
Masa kepemimpinan selanjutnya adalah masa Khalifah Utsmaniyah, dimana
telah ditemukan proto bank pertama yang melayani pertukaran mata uang asing,
memberikan pinjaman lunak, serta menyediakan pembelian piutang. Namun,
setelah runtuhnya Khalifah Utsmaniyah, masih terdapat beberapa pemikiran
cendikiawan muslim yang membahas berbagai permasalahan ekonomi, seperti
masalah sistem ekonomi, teori harga, ekonomi moneter, dll. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi khilafah dalam islam tidak
hanya sekedar menciptakan stabilitas politik dan keamanan, namun juga
merambah dalam kehidupan sosial, terutama perekonomian di dalam suatu
negara dan akhlak masyarakat . Merealisasikan kehidupan yang seimbang antara
kebutuhan materi dan rohani.
18
3.2 Saran
3.2.1 Sejarah kekhalifahan Islam adalah sebuah peradaban yang harus dijadikan
sebagai spirit kaum muslimin untuk bangkit meraih kegemilangan Islam.
Sejarah kekhalifahan Islam harus menjadi kenangna indah generasi masa
kini dan yang akan datang, agar generasi ini mampu mewarisi semangat
untuk mengembalikan masa jaya kaum muslimin.
3.2.2 Sebagai seorang muslim dan penerus bangsa, kita harus mencontoh
kepemimpinan khilafah-khilafah muslim terdahulu.
3.2.3 Untuk pemakalah selanjutnya, diharapkan dapat membuat makalah
berikutnya dengan lebih baik dan pembahasan yang lebih lengkap.
19
GLOSARIUM
20
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Muhammad, Ahmad dan Fathi Ahmad Abdul Karim. 1999. Sistem, Prinsip dan
Tujuan Ekonomi Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Perwataatmadja, Karnaen dan Anis Byarwati. 2008. Jejak Rekam Ekonomi Islami.
Jakarta: Cicero Publishing
Sina, Ahmad Ibrahim Abu. 2008. Manajemen Syariah.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Suma, Muhammad Amin. 2013. Tafsir Ayat Ekonomi (Teks, Terjemah, dan Tafsir).
Jakarta: Amzah
21