(111112) Revisi Proposal Imunisasi
(111112) Revisi Proposal Imunisasi
(111112) Revisi Proposal Imunisasi
I. Nama Peneliti
NIM/Semester
V. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu mengenai
imunisasi dasar terhadap prevalensi kejadian infeksi pada bayi di
Surakarta?
VI.Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
mengenai imunisasi terhadap prevalensi kejadian infeksi pada bayi.
informasi
ilmiah
hubungan
antara
tingkat
DAN
PENGETAHUAN
IBU
TENTANG
IMUNISASI
Pengetahuan merupakan seluruh pemikiran, gagasan, ide, konsep
dan pemahaman yang dimiliki seorang individu yang merupakan hasil
dari tahu dan proses pembelajaran, serta terjadi setelah orang melakukan
pengindraan (penglihatan, pendengaran, raba, rasa dan penciuman)
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan mencakup penalaran,
penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu, termasuk
praktek atau kemauan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan
hidup yang belum dibuktikan secara sistimatis Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku
seseorang (Azwar, 1996; Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003;
Notoadmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting terutama dalam
hubungannya dengan pelaksanaan imunisasi terhadap bayi oleh ibu.
Pengetahuan ini dapat menimbulkan suatu kepercayaan antara individu
dalam kehidupan masyarakat serta dapat mengarahkan seseorang menjadi
lebih positif. Pengetahuan yang meningkat dapat mempengaruhi dan
mengubah sikap, persepsi dan kebiasaan seseorang. Tindakan atau suatu
perilaku yang dilakukan dengan menggunakan pengetahuan akan
menjadi lebih baik atau lebih positif. Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seorang individu terhadap datangnya
suatu pencetus atau stimulus yang masih terselubung atau tertutup
dimana perilaku dari individu tersebut belum dapat terlihat dan
dipahami secara jelas dari sudut pandang orang lain karena masih
terbatas pada beberapa faktor, seperti perhatian, persepsi subjektif,
pengetahuan, kesadaran (awareness), serta sikap individu penerima,
4
datangnya suatu
mampu
menjelaskan
serta
mengintepretasikan
atau
dimulai dengan tahap tahu dimana dapat diambil suatu contoh, seorang
ibu dapat mengingat pengertian imunisasi, jadwal pelaksanaan imunisasi
yang tepat kemudian dapat memahami tujuan dari pelaksanaan imunisasi
serta mengaplikasikannya dengan mengimunisasikan bayinya setelah
menganalisis dan mensintesa pengetahuan tersebut.
Semakin tinggi pengetahuan seorang individu maka akan semakin
mudah untuk menerima hal-hal baru dam menyesuaikan dirinya dengan
situasi yang baru tersebut, selain itu pengalaman (dalam hal ini sangat
terkait dengan faktor usia) juga akan mempengaruhi pengetahuan serta
pengambilan keputusan dan tindakan setiap individu (Tarwoto, 2003).
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai pengetahuan ibu
dalam hubungannya dengan imunisasi dasar balita di Jawa Tengah oleh
Karina dan Warsito (2012),
tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang
buruk tentang imunisasi.Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha
yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang
memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi.
Jika suatu program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan
secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan
pada anak, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan
masyarakat
dan
peningkatan
pengetahuan
sangat
diperlukan
(Muhammad,2002).
B. FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN IMUNISASI
Dalam pelaksanaannya pada kehidupan, sebagian besar imunisasi
berhasil diterapkan dengan baik, tetapi tidak pada sebagian kecil kejadian
dimana terjadi ketidakberhasilan dari imunisasi tersebut. Sebenarnya,
keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor antara lain:
status imun pejamu, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas
vaksin (Parslow, 2003; Supriyono, 2005).
1. Status Imun Host
Adanya suatu antibodi spesifik tertentu pada host terhadap vaksin
yang diberikan akan sangat mempengaruhi keberhasilan imunisasi oleh
karena itu hendaknya pemberian imunisasi dilakukan ketika antibodi
maternal spesifik pada bayi telah rendah, itulah mengapa imunisasi
hendaknya dilakukan sesuati jadwal yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Misalnya fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap
virus campak, apabila kemudian diberikan imunisasi campak ketika
kadarnya masih tinggi maka hasilnya tidak akan begitu berpengaruh.
Keberhasilan imunisasi memerlukan maturitas imunologik. Pada
neonatus fungsi makrofag masih kurang tetapi fungsi dari sel Ts (T
supresor) relatif lebih tinggi dan domininan jika dibandingkan pada bayi
8
atau anak karena pada masa intra uterin, fungsi imun akan lebih
ditekankan pada toleransi, begitu pula pada bayi yang baru saja lahir,
sehingga pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih
sangat kurang, akibatnya imunisasi yang dilakukan pada bayi usia kurang
dari dua bulan hasilnya kurang memuaskan dan disarankan untuk
dilakukan imunisasi ulang (Grossman, 2003). Selain itu, status imun dan
keadaan gizi sangat mempengaruhi hasil akhir imunisasi karena dengan
status gizi buruk nantinya akan menurunkan fungsi sel sistem imun
tertentu, sehingga keadaan ini menjadi kontraindikasi dilaksanakannya
suatu imunisasi (Levinson, 2002).
2. Faktor Genetik
Faktor genetik cukup mempengaruhi hasil imunisasi karena
interaksi antar sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik dari
masing-masing individu yang memiliki karakteritas masing-masing, dan
nantinya akan dibedakan respon imun manusia berdasarkan faktor
genetik, yaitu responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigenantigen tertentu (WHO, 2002).
3. Kualitas dan kuantitas vaksin
Menurut WHO (2002), terdapat beberapa faktor kualitas dan
kuantitas vaksin yang dapat menentukan keberhasilan imunisasi, yaitu:
a. Dosis Vaksin
b. Frekuensi pemberian imunisasi
c. Ajuvan
d. Vaksin yang Mengandung Organisme Hidup
e. Penanganan Vaksin
Selain faktor diatas, dikatakan pula bahwa keberhasilan suatu
imunisasi pada bayi juga dipengaruhi oleh faktor ibu dan keluarga.
Adapun tanggung jawab keluarga teutama para ibu terhadap status
imunisasi pada bayi sangat memegang peranan penting sehingga
diperoleh
suatu
manfaat
terhadap
9
keberhasilan
imunisasi
serta
peningkatan
kesehatan
anak.
Pemanfaatan
pelayanan
kesehatan
mengenai
imunisasi
yang
baik
memiliki
peluang
10
C. IMUNISASI
1. Pengertian
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat
zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu, sehingga bila kelak
ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit
tersebut (Alimul, 2008; Depkes, 2004).
2. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif:
a.
b.
12
E. KONTRAINDIKASI IMUNISASI
Imunisasi sebaiknya tidak diberikan bila anak dalam keadaan
sakit akut atau adanya riwayat reaksi yang berat pada imunisasi
sebelumnya. Vaksin dari organisme hidup yang dilemahkan seperti
polio, campak, mumps, campak jerman, dan BCG, sebaiknya tidak
diberikan kepada anak dalam keadaan defisiensi imun, kelainan
kongenital pada fungsi imun, termasuk anak-anak yang sedang
mendapat obat-obat sitotoksik dan kortikosteroid dosis tinggi, karena
adanya resiko terjadinya infeksi umum yang berat (Schwartz, 2005;
Hull, 2008).
5.
G. PELAYANAN
IMUNISASI
YANG
DISEDIAKAN
Pelayanan
imunisasi
di
dalam
gedung
(komponen
statis)
3.
15
Kota Surakarta
prevalensinya
I.
J.
17
1. Difteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae tipe
gravis, mitis, dan intermedios. Gejala yang timbul dapat berupa
membran dalam rongga hidung sampai sangat berat dan menyebabkan
kematian. Yang sering dijumpai adalah faucial diphteriae (tonsil) dengan
pembengkakan kelenjar sekitar leher. Reservoirnya hanya manusia dan
cara penularannya melalui partikel percikan ludah yang tercemar.
Penyakit ini muncul terutama pada bulan-bulan dimana temperatur lebih
dingin di negara sub tropis, dan terutama menyerang anak-anak berumur
dibawah 15 tahun yang belum diimunisasi.
Cara
pemberantasan
yang
paling
efektif
yaitu
dengan
adalah
Mycobacterium
tuberculosis.
Proses
19
21
Pemberian imunisasi
Berisiko terkena
Pembentukan sistem
penyakit infeksi
imun
Faktor yang
mempengaruhi
keberhasilan
imunisasi
Penyakit infeksi
menurun
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: yang diteliti
: yang tidak diteliti
IX. Hipotesis
Tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar berpengaruh
terhadap penurunan prevalensi terjadinya penyakit infeksi pada bayi di
Surakarta.
22
X. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis observasional analitik
yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada
situasi atau sekelompok kerja (Notoatmojo, 2005).
Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah cross sectional
yang merupakan rancangan dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) (Alimul H, 2003).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di 5 puskesmas di Surakarta.
C. Subyek penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seorang ibu yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai berikut.
1. Kriteria inklusi:
a. Usia 20 - 40 tahun.
b. Memiliki bayi baru lahir sampai usia 24 bulan 0 24 bulan
c. Bisa membaca dan menulis
d. Bersedia menandatangani lembar persetujuan keikutsertaan dalam
penelitian.
e. Ibu dengan tingkat pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau sederajat.
23
2. Kriteria eksklusi:
a. Bayi dengan kontraindikasi imunisasi.
b. Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.
Dan ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diatas
sebanyak 100 ibu.
D. Besar Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dapat ditentukan dengan rumus
sebgai berikut (Notoatmojo, 2005):
n= N
1+N(
Keterangan:
N
: besar populasi
: besar sampel
100
1 + 100 (
= 80
Jadi, beradasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan
jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian sebanyak 80 ibu
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
24
sampel
dilakukan
secara
simple
random
25
H. Instrumentasi Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan: 1) Lembar persetujuan
keikutsertaan dalam penelitian; 2) Kartu menuju sehat (KMS); 3)
Kuesioner tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi; dan 4) Software
SPSS 17.0 for windows.
26
I. Cara Kerja
1. Meminta data penyakit infeksi di Dinas kesehatan Surakarta.
Pengumpulan data mengenai prevalensi dan angka kejadian
penyakit infeksi ini dilakukan melalui dinas kesehatan wilayah
Surakarta. Pengumpulan data tersebut termasuk pengumpulan data
secara sekunder dimana peneliti mendapatkan data melalui pihak
lain, yaitu dinas kesehatan wilayah Surakarta.
2. Mendatangi puskesmas di wilayah Surakarta.
Setelah pengumpulan data, dilanjutkan dengan mendatangi
beberapa puskesmas di wilayah Surakarta yang telah dipilih secara
acak sebelumnya.
3. Meminta ibu membawa dan mengumpulkan KMS.
Langkah berikutnya adalah meminta ibu-ibu yang memiliki kriteria
inklusi pada puskesmas-puskesmas yang telah dipilih sebelumnya
untuk mengumpulkan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk dapat
diamati kelengkapan dan ketertiban imunisasi pada masing-masing
balita.
4. Melakukan pengamatan pada KMS.
5. Meminta ibu untuk mengisi kuesioner.
Berikutnya,
dilakukan
pengumpulan
data
primer
dengan
27
=
+
Keterangan:
: Chi kuadrat
C
: koefisiensi kontinuitas
: jumlah hasil
28
K. Rancangan Penelitian
Populasi sumber
Subjek
yang
kriteria
memenuhi
inklusi
dan
eksklusi.
Simple random sampling
sampel
Pengisian
kuesioner
Prevalensi terjadinya
infeksi penyakit yang
dapat dicegah dengan
imunisasi
Analisis data
29
Minggu ke7 8 9 10
11
12
Pembuatan Proposal
Konsultasi Proposal
Ujian Proposal
Penelitian
Penulisan Skripsi
Konsultasi Skripsi
Ujian Skripsi
30
13
14
31
34