Perjuangan Umat Islam Dalam Meraih Dan Mengisi Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan Umat Islam Dalam Meraih Dan Mengisi Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan Umat Islam Dalam Meraih Dan Mengisi Kemerdekaan Indonesia
PENDAHULUAN
Tanggal 17 Agutus 1945 silam naskah proklamasi dibacakan. Sorak-sorai
kegembiraan bangsa Indonesia terdengar di seluruh penjuru nusantara bahkan
seantero jagat raya. Bila kita hitung sampai saat ini, sudah 69 tahun bangsa Indonesia
terlepas dari belenggu penjajah. Dalam meraih kemerdekaan ini dibutuhkan
perjuangan yang tinggi. Berjuang adalah sesuatu yang tak bisa dilepaskan dari
kehidupan manusia, keinginan untuk meraih dan mendapatkan sesuatu adalah dasar
untuk melakukan perjuangan dan pengorbanan. Hal yang sungguh sangat jauh dari
cernaan akal sehat manusia ketika bermimpi namun tidak melakukan upaya agar
mimpi itu menjadi nyata.
Dalam kamus bahasa indonesia kita dapati kata berjuang memiliki arti
memperebutkan sesuatu dengan tenaga dan fikiran, berperang untuk merebut
kemenangan serta berjerih payah dalam mencari keuntungan. Sementara
kemerdekaan berasal dari kata merdeka yang memiliki arti : bebas dari jajahan
orang lain.
membunuh anak-anak laki mereka dan membiarkan anak perempuan mereka hidup
tertindas.
Ayat di atas menunjukkan bahwa kemerdekaan tidak luput dari nikmat Allah.
Kemerdekaan merupakan salah satu nikmat-Nya yang terbesar yang harus dijaga dan
dipertahankan, karena untuk mendapatkan suatu kemerdekaan diperlukan perjuangan
yang cukup berat. Setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan suatu negara untuk
bisa dikualifikasikan sebagai negara yang merdeka dalam arti yang sebenarnya.
Pertama, harus benar-benar secara empiris mengusir dan menaklukkan penjajah yang
menduduki wilyahnya. Indonesia mampu merealisasikannya dengan mengusir para
penjajah dari wilayah NKRI. Kedua, mampu mempertahankan dan
mengimplementasikan nilai-nilai kemerdekaan tersebut dalam setiap lini kehidupan
berbangsa dan bernegara secara berkesinambungan. Dalam hal ini Indonesia harus
banyak melakukan introspeksi diri karena kehidupan berbangsa dan bernegara
masyarakatnya masih jauh dari nilai-nilai kemerdekaan dan belum bisa
mempertahankan status kemerdekaannya secara utuh.
Namun, seiring dengan kemerdekaan tersebut, keadaan bangsa ini belum
menunjukkan kondisi bangsa yang merdeka. Dalam banyak aspek, bangsa ini masih
belum sepenuhnya terlepas dari pangaruh dan kendali bangsa lain. Banyak
masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui bahwa produksi minyak nasional
sebesar sekitar 1 juta barel/hari telah dikuasai oleh korporasi asing, banyak
perusahaan-perusahaan besar nasional yang sudah jatuh ke tangan asing. Begitu juga
dengan sektor telekomunikasi yang juga telah dikuasai asing seperti Indosat yang kini
dimiliki oleh Temasek Holding, Singapura. Sementara itu 35% saham Telkomsel dan
98% saham Exelcomindo (operator XL) juga dimiliki oleh asing. Lebih dari itu
banyak kebijakan-kebijakan strategis pemerintah Indonesia yang tidak terlepas dari
campur tangan dan tekanan asing. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan merugikan
kepentingan nasional Indonesia.
Realita yang terjadi menunjukkan bahwa baik dari aspek ekonomi, politik,
hukum, psikologis, maupun sosial kebudayaan, Indonesia sejatinya belum bisa
dikualifikasikan sebagai negara yang merdeka. Status kemerdekaan yang diperoleh
hanya karena memang dulu seluruh negara di dunia menyaksikan Indonesia mampu
mengusir dan memukul mundur para penjajah dari wilayahnya. Namun, akhir-akhir
ini sejarah pahit yang pernah dialami bangsa ini nampaknya ber-reinkarnasi kembali
dengan format yang berbeda dan cenderung lebih sistematis dan mematikan. Oleh
karena itu saat ini kemerdekaan yang diperoleh Indonesia masih dipertanyakan,
apakah Indonesia sudah memperoleh kemerdekaan yang hakiki?
Bentuk penjajahan yang gencar dilakukan bangsa asing akhir-akhir ini lebih
berbentuk soft imperialsm dengan menggunakan strategi ghazwul fikri (perang
pikiran/ intelektualitas). Mereka menjajah bangsa ini dengan memerangi ideologi dan
pola pikir masyarakat Indonesia. Penjajahan yang dilakukan kini cenderung
meninggalkan bentuk pendudukan fisik dan militer. Namun ia justru lebih berbahaya
karena dilakukan secara lunak sehingga masyarakat Indonesia tidak mengetahui
bahwa sebenarnya mereka sedang di jajah.
Di bidang ekonomi, bangsa kita telah kehilangan kedaulatan. Kekuatankekuatan korporasi asing telah mendikte perekonomian nasional seperti kebijakan
perbankan, penanaman modal, perdagangan dan lain sebagainya. Di samping itu
hampir seluruh perusahaan yang ada sudah menjadi milik asing. Dampaknya sangat
terasa, apalagi di kalangan orang-orang yang lemah secara ekonomi seperti terjadinya
krisis ekonomi yang diikuti melonjaknya harga bahan-bahan pokok.
Di bidang politik internasional bangsa kita juga masih dalam pengaruh bagsa
lain. Sebagai contoh, pada saat sidang Dewan Keamanan PBB tentang sanksi
terhadap Iran terkait program nuklirnya, dengan pengaruh dan tekanan dari Amerika
Srikat, Indonesia mendukung resolusi tesebut, sehingga sempat menimbulkan gejolak
politik di dalam negeri.
Di bidang kebudayaan, bangsa kita telah terkontaminasi oleh budaya-budaya
asing khususnya budaya Barat. Bangsa kita sangat cepat dalam mengadopsi budayabudaya asing tanpa melakukan pemfilteran yang ketat. Dan hasilnya tingkat moral
dan integritas bangsa kita sangat rendah. Dari realitas yang ada kita dapat
menyimpulkan bahwa bangsa kita belum mendapatkan kemerdekaan yang hakiki.
Karena pada dasarnya kehidupan sosial kita masih berada di bawah monitor bangsa
asing yang secara diam-iam melakukan soft imperilism. Sebagai bentuk proteksi
terhadap hal tersebut kita khususnya pemerintah harus selalu berhati-hati dan
waspada dalam setiap mengambil kebijakan.
Rasulullah SAW pernah mengingatkan kepada umatnya bahwa jika hari ini
lebih buruk dari hari kemarin dan apabila hari kemarin lebih baik dari hari ini, maka
sesungguhnya mereka berada dalam kerugian yang sangat besar. Dahulu bangsa kita
dengan semangat dan kekompakan yang tinggi telah berasil merebut kemerdekaan
dari para penjajah. Maka apabila pada saat ini kita tidak mampu mengalahkan
penjajahan yang dilakukan bangsa asing, sesungguhnya kita termasuk umat yang
merugi. Semoga allah memberikan jalan dan pertolongan kepada bangsa ini agar
mampu mengahadapi segala bentuk penjajahan dan mampu menjadi bangsa yang
bermartabat dan mendapatkan ridhaNya.
Mengisi Kemerdekaan
Cara mengisi kemerdekaan yang efektif adalah mulai dari pribadi muslim,
rumah tangga Muslim, masyarakat muslim, pemerintahan Islam dan Negara yang
memandu negara-negara Islam, yang menyatukan ragam kaum muslimin,
mengembalikan kejayaannya, merebut kembali tanah air yang hilang, yang terempas
dan negeri yang pernah dirampok. Selanjutnya, Negara itu akan mengibarkan panji
jihad dan dakwah Islam, sehingga dunia ini akan damai di bawah ajaran Islam dengan
tujuan pokok :
a. Membebaskan negeri Islam dari semua kekuasaan asing. Ini merupakan hak
asasi bagi setiap manusi yang tidak di ingkari kecuali oleh mereka yang
dzalim, kejam dan tiran.
b. Menegakkan di atas tanah ini Negara Islam yang merdeka, yang
memberlakukan hukum-hukum Islam, menerapkan undang-undang sosialnya,
memproklamirkan prinsip-prinsiup dan nilai-nilainya, dan menyampaikan
dakwah Islam dengan bijaksana kepada seluruh umat manusia.
yakni (1) Kekuatan materi (al quwwah al maadiyah ). Seseorang yang mengandalkan
kekuatan materi akan melakukan suatu perbuatan berdasarkan ukuran materi yang
dimilikinya. Sebagai contoh, ketika akan memerangi musuhnya, manusia tentu akan
mempertimbangkan kekuatan fisik berupa persenjataan yang canggih dan kuantitas
personel. Jika ia merasa telah memiliki kekuatan yang cukup untuk berperang
melawan musuhnya maka berangkatlah ia ke medan perang. Jika tidak, mundurlah ia
ke belakang. Seandainya pun mereka telah memiliki kekuatan materi tersebut, tetapi
pengaruhnya dapat sirna manakala ada rasa kekhawatiran, takut, dan sebagainya yang
menghinggapi mereka. Dengan demikian, secara faktual pengaruh kekuatan materi
dibandingkan kekuatan lainnya adalah paling rendah.
(2) Kekuatan moral (al quwwah al manawiyah ). Kekuatan ini timbul dari
dalam jiwa. Jika kekuatan ini muncul terkadang melampaui batas-batas normal
kekuatan riil yang dimilikinya. Seseorang yang ingin bebas dari cengkeraman
penjajahan dapat mengusir penjajah sekalipun persenjataan yang mereka miliki
sangat seadanya. Lebih mati berkalang tanah daripada hidup terjajah atau
semboyan Merdeka atau mati telah mampu memberikan semangat juang yang
tinggi dalam diri pejuang negeri ini untuk melawan dan terus melawan dari aksi
penjajahan. Terbukti, bambu runcing dapat mengalahkan tank-tank baja. Sehingga
tidak mengherankan kalau negara-negara di dunia senantiasa membekali prajuritnya
dengan kekuatan moral seperti isu nasionalisme di samping mempercanggih
kekuatan materi (mesin perang).
(3) Kekuatan ruhiyah (al quwwah al ruhiyah ). Kekuatan ini lahir dari
kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah SWT sebagai Pencipta segala
sesuatu, termasuk Pencipta segala kekuatan. Kekuatan ini memiliki dampak yang
paling besar dibanding dua kekuatan lainnya. Kekuatan ini menghasilkan dorongan
untuk melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang dituntut oleh Allah SWT, lain
tidak ! Dengan kekuatan ruhiyah, pertimbangan materi dan moral tidaklah terlalu
merisaukan. Oleh karena itu, setiap muslim wajib menjadikan kekuatan ruhiyah
sebagai harta simpanan yang takkan sirna dan rahasia mencapai keberhasilan dan
kemenangan.
Sekalipun demikian, Islam tidaklah menafikan adanya tiga kekuatan tersebut. Allah
SWT berfirman : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja
yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang kalian tambatkan untuk berperang
(yang dengan kekuatan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan
REFERENSI:
http://banilauthonlabuhanbatu.blogspot.com/2013/08/menemukan-makna perjuanganmeraih.html
http://ikafsi.wordpress.com/2008/11/19/marotibul-amal/
http://orrin24.wordpress.com/2008/12/31/membangun-kekuatan-dalam-perjuangan/
http://www.scribd.com/doc/101113327/7-Proyek-Amal-Islami
http://melati-asih.web.ugm.ac.id/2008/09/16/marotibul-amal/