Case Report Struma Diffusa Toksik
Case Report Struma Diffusa Toksik
Case Report Struma Diffusa Toksik
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui dileher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energy, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh
terhadap hormone lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar
oleh epoprostenol.
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh
karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa
gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.1
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke
dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi
kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka
akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia.
Struma / gondok adalah pembesaran dari kelenjar tiroid. Struma merupakan
penyakit kelenjar tiorid yang dapat dijumpai dalam praktek sehari-hari. Anamnesis
yang tepat , pemeriksaan fisik dan penilaian klinis memiliki peran yang sangat
penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid baik yang disertai dengan
hipotiroid atau hipertiroid.
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama
: Tn. M
Usia
: 23 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
Status pekerjaan
: Tidak Bekerja
Status pernikahan
: Belum Menikah
Suku bangsa/agama
: Indonesia/ Islam
No Rekam Medis
: 00593801
Tanggal masuk
: 3 Juli 2015
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di bangsal rengasdengklok pada tanggal 6 Juli 2015
secara allonamnesiskepada ibu pasien.
-
Keluhan utama
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan tambahan
Benjolan di leher, tidur gelisah, sulit menelan, sulit berbicara, pendengaran
terganggu, berkeringat banyak, penurunan berat badan setahun terakhir,sesak,
batuk tidak berdahak, merasa berdebar-debar
selama ini demam hanya diukur menggunakan tangan dan demam teraba tidak
terlalu tinggi.
Pasien juga memiliki benjolan di tengah leher yang ukurannya cukup
besar. Awalnya pasien mengalami penurunan berat badan sejak kurang lebih
satu tahun yang lalu. Semenjak berat badannya turun, benjolan di leher mulai
terlihat dan semakin lama membesar. Benjolan membuat pasien sulit untuk
menelan dan berbicara. Saat menelan benjolan ikut bergerak.
Selain keluhan benjolan tersebut, pasien juga mengeluh ada keringat
yang berlebih. Pasien sering merasa kepanasan dan berkeringat baik siang
maupun malam hari. Pasien menjadi sering gelisah saat tidur malam.
Sepanjang perjalanan penyakit ini, pasien juga mengeluhkan pendengarkan
mulai berkurang sehingga menjadi agak sulit untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Namun orangtua pasien tidak ingat persis kapan pendengaran
pasien berkurang.
-
Riwayat pengobatan
Tidak ada riwayat berobat kecuali ke RSUD Karawang 6 bulan yang lalu
untuk periksa benjolan di leher.
Riwayat Kebiasaan
Os. memiliki kebiasaan merokok. Kebiasaan minum alkohol disangkal. Os
jarang berolahraga. Kesehariannya mengonsumsi makanan yang cukup
bergizi termasuk mengandung garam. Namun orangtua pasien tidak
3
Kesadaran
Kesan Gizi
: Gizi cukup
Tanda Vital
Tek. Darah
: 110/70mmHg
Nadi
: 100x/menit,regular,kuat,isi cukup,equal
Pernapasan
:20x/menit, reguler
Suhu
: 36,5C
(-)/(-)
Perkusi :
Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan
Batas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga V
Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga VIII
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba pada 2 cm di lateral linea midklavikula
Jumlah : uninodusa
2. Palpasi
Permukaan : rata tidak berbenjol-benjol
Suhu: teraba hangat
Gerakan saat menelan :batas bawah dapat diraba, tidak dapat diraba
trachea.
Konsistensi : kenyal
nyeri tekan : ada
Parameter
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Ureum
Creatinin
Glukosa darah sewaktu
Hasil
11,8 g/dl
10,31 x103/L
221 x 103/L
35,6 %
22,3 mg/dl
0,37 mg/dl
97 mg/dl
Nilai Rujukan
13,0-18,0 g/dl
3,80-10,60 x103/L
150-440 x103/L
40,0-52,0 %
15,0-50,0 mg/dl
0,60-1,10 mg/dl
<140 mg/dl
PEMERIKSAAN IMUNOLOGI
S. TYPHOSA H
S. H. PARATYPHI A
S.H PARATYPHI B
S. H PARATYPHI C
S. TYPHOSA O
S.O PARATYPHI A
S. O PARATYPHI B
S. O PARATYPHI C
NEGATIF
NEGATIF
NEGATIF
NEGATIF
(+) 1/320
(+) 1/80
(+) 1/80
NEGATIF
1.7 PENATALAKSANAAN
Ringer laktat 20 tetes per menit
Sanmol 3 x 500 mg
Ranitidin 2 x 1 amp
Dexametason 3x 2 G i.v
7
Cefepim 2x100
Thyrozol 2x10
berkeringat,
berdebar-debar,
splenomegali
(-),
hepatomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat (+) pada
Hasil Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Ranitidin 2 x 1 amp
splenomegali
(-),
hepatomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat (+) pada
Hasil Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Pada tanggal 6 juli 2015 pada pukul 13.00 pasien meminta untuk pulang paksa
dengan alasan biaya. Pemeriksaan elektrolit dan fungsi hati tidak jadi dilakukan.
1.9 PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam: dubia ad bonam
Ad Sanationam: ad bonam
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini datang dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam dirasa terus menerus dan suhu yang tidak terlalu tinggi pada
perabaan. Tidak ada keluhan lain pada pasien seperti batuk, pilek, mual, muntah.
Tidak ada keluhan dari buang air besar dan buang air kecil.
Diluar keluhan demam, pasien memiliki benjolan pada leher yang mulai terlihat
sejak 6 bulan yang lalu yang terasa semakin membesar. Benjolan mulai terlihat ketika
pasien mengalami penurunan berat badan sejak setahun terakhir. Benjolan pada leher
kemungkinan adalah adanya pembesaran pada kelenjar di leher yaitu tiroid. Benjolan
pada leher ini berdiameter 12 cm, berjumlah 1, teraba kenyal dan ikut bergerak saat
gerakan menelan. Selain penurunan berat badan, ada keluhan mudah merasa panas
dan sering berkeringat banyak. Terdapat keluhan juga sulit tidur malam karena pasien
gelisah. Semua keluhan ini menunjukkan adanya peningkatan metabolisme tubuh
seperti apa yang didapattkan pada penderita hipertiroid. Benjolan yang terletak pada
tengah leher kemungkinan benjolan yang berasal dari kelenjar tiroid dimana bila ada
gangguan pada kelenjar tersebut maka dapat mempengaruhi metabolism seseorang.
Benjolan yang timbul di leher yang dapat menjurus ke banyak kemungkinan
penyakit.
10
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Kelenjar Tiroid
1.1.1. Embriologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus
depan. Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran
3,4-4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid
berasal dari lekukan faring antara branchial pouch pertama dan
kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum, yang kemudian
membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami desensus dan
akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk
sebagai duktus tyroglossus yang berawal dari foramen sekum di
basis lidah.
Duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada keadaan
tertentu masih menetap. Dan akan ada kemungkinan terbentuk
kelenjar tiroid yang letaknya abnormal, seperti persisten duktud
tyroglossus, tiroid servikal, tiroid lingual, sedangkan desensus yang
terlalu jauh akan membentuk tiroid substernal. Branchial pouch
keempat ikut membentuk kelenjar tiroid, merupakan asal sel-sel
parafolikular atau sel C, yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar
11
12
13
keganasan.
14
15
.
1.1.3. Histologi Kelenjar Tiroid
Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Secara
mikroskopis terdiri atas banyak folikel yang berbentuk bundar
dengan diameter antara 50-500 m. Dinding folikel terdiri dari
selapis sel epitel tunggal dengan puncak menghadap ke dalam
lumen, sedangkan basisnya menghadap ke arah membran basalis.
Folikel ini berkelompok sebanyak kira-kira 40 buah untuk
membentuk lobulus yang mendapat vaskularisasi dari end entry.
Setiap folikel berisi cairan pekat, koloid sebagian besar terdiri atas
protein, khususnya protein tyroglobulin (BM 650.000).
16
tyroglobulin
sebagai
monoiodotirosin
(MIT)
atau
17
18
1. Kalorigenik
2. Termoregulasi
3. Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya
bersifat anabolik, tetapi dalam dosis besar bersifat katabolik
4. Metabolisme karbohidrat. Bersifat diabetogenik, karena
resorbsi intestinal meningkat, cadangan glikogen hati
menipis, demikian pula glikogen otot menipis pada dosis
farmakologis tinggi dan degenarasi insulin meningkat.
5. Metabolisme lipid. T4 mempercepat sintesis kolesterol,
tetapi proses degradasi kolesterol dan ekspresinya lewat
empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi
tiroid
kadar
kolesterol
hipotiroidisme
kolesterol
rendah.
total,
Sebaliknya
kolesterol
ester
pada
dan
fosfolipid meningkat.
6. Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati
memerlukan hormon tiroid. Sehingga pada hipotiroidisme
dapat dijumpai karotenemia.
7. Lain-lain
menyebabkan
gangguan
miopati,
metabolisme
tonus
traktus
kreatin
fosfat
gastrointestinal
19
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke
dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi
kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka
akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia.
2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Distribusi dan frekuensi
a. Orang
Data rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-2005
struma nodusa toksik terjadi pada 495 orang diantaranya 60 orang laki-laki (12,12 %)
dan 435 orang perempuan (87,8 %) dengan usia terbanyak yaitu 31-40 tahun 259
orang (52,3 2%), struma multinodusa toksik yang terjadi pada 1.912 orang
diantaranya17 orang laki-laki (8,9 %) dan 174 perempuan (91,1%) dengan usia yang
terbanyak pada usia 31-40 tahun berjumlah 65 orang (34,03 %).
b. Tempat dan Waktu
Penelitian Ersoy di Jerman pada tahun 2009 dilakukan palpasi atau
pemeriksaan benjolan pada leher dengan meraba leher 1.018 anak ditemukan 81 anak
(8,0%) mengalami struma endemis atau gondok.35 Penelitian Tenpeny K.E di Haiti
pada tahun 2009 menemukan PR struma endemis 26,3 % yang dilakukan
pemeriksaan pada 1.862 anak usia 6-12 tahun.
Penelitian Arfianty di Kabupaten Madiun tahun 2005 dengan sampel 40 anak yang
terdiri dari 20 anak penderita gondok dan 20 anak bukan penderita gondok
20
menunjukan PR GAKY 31,9 % di Desa Gading (daerah endemik) dan 0,65 % di Desa
Mejaya (daerah non endemik).
2.2.3. ETIOLOGI
Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat terjadi oleh karena ukuran selselnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya
yang bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang mendasari
proses itu ada 3 hal utama. Yaitu :
1.Gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan)
atau jaringan tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista tiroglosus
atau tiroid lingual).
2.Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit
tiroiditis Hashimoto.
3.Gangguan metabolik (misal, defisiensi iodium) serta hyperplasia, misalnya pada
struma koloid dan struma endemic.
2. 2.4 FAKTOR RESIKO
a. Host
Kasus struma lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki namun
dengan bertambah beratnya endemik, perbedaan seks tersebut hampir tidak ada.
Struma dapat menyerang penderita pada segala umur namun umur yang semakin tua
akan meningkatkan resiko penyakit lebih besar. Hal ini disebabkan karena daya tahan
tubuh dan imunitas seseorang yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya
usia.
b. Agent
Agent adalah faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang
terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau kekurangan. Agent kimia penyebab
struma adalah goitrogen yaitu suatu zat kimia yang dapat menggangu hormogenesis
tiroid. Goitrogen menyebabkan membesarnya kelenjar tiroid seperti yang terdapat
dalam kandungan kol, lobak, padi-padian, singkong dan goitrin dalam rumput liar.
Goitrogen juga terdapat dalam obat-obatan seperti propylthiouraci, lithium,
21
Meningkatnya
kadar
hormon
tiroid
cenderung
menyebabkan
peningkatan
Berdasarkanmorfologinya
struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.StrumaHyperplasticaDiffusa
Suatustadiumhiperplasiakibatkekuranganiodine(baikabsolutataupun
relatif).Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi selama
pubertas, pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar
menjadihiperplasiuntukmenghasilkantiroksindalamjumlahyangcukupbanyak
untukmemenuhikebutuhansupplyiodineyangterbatas.Sehinggaterdapatvesikel
pucatdenganselepitelkolumnertinggidankoloidpucat.Vaskularisasikelenjarjuga
akan bertambah. Jika iodine menjadi adekuat kembali (diberikan iodine atau
kebutuhannya menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides atau
kelenjarakanmenjadifaseistirahat.
b.StrumaColloidesDiffusa
Inidisebabkankarenainvolusivesikeltiroid.Bilakebutuhanexcessiveakan
tiroksin oleh karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas, laktasi,
kehamilan,stress, dsb.) atau defisiensi iodine telah terbantu melalui hiperplasi,
kelenjar akan kembali normal dengan mengalami involusi. Sebagai hasil vesikel
distensidengankoloiddanukurankelenjarmembesar.
c.StrumaNodular
Biasanyaterjadipadausia30tahunataulebihyangmerupakansequelaedari
strumacolloides.Strumanodulerdimungkinkansebagaiakibatkebutuhanexcessive
yanglamadaritiroksin.Adagangguanberulangdarihiperplasitiroiddaninvolusi
pada masingmasing periode kehamilan, laktasi, dan emosional (fase kebutuhan).
Sehinggaterdapatdaerahhiperinvolusi,daerahhiperplasidandaerahkelenjarnormal.
25
Adadaerahnodulhiperplasidanjugapembentukannoduldarijaringantiroidyang
hiperinvolusi.Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk
memberikankebutuhanakantiroksintubuh.Saatsatugolongansekresi,golonganlain
istirahatuntukaktifkemudian.
Padastrumanodular,kebanyakanfolikelberhentiambibagiandalamsekresi
sehinggahanyasebagiankecilyangmengalamihiperplasi,yanglainnyamengalami
hiperinvolusi(involusiyangberlebihan/mengecil)
2.3 STRUMA TOKSIK
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma
nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk
anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak
diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang
secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma
diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh
dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering
adalah
penyakit
Grave
(gondok
eksoftalmik/exophtalmic
goiter),
bentuk
26
cara mengikuti reseptor TSH pada sel tiroid. Disebut juga basedows, flajanis,
parrys disease, dan difuse toxic goiter.
2.3.2 PATOGENESIS
4,5,6
MANIFESTASI KLINIS
Penyakit Graves umumnya ditandai dengan pembesaran kelenjar tiroid/
struma difus, discrtai tanda dan gejala tirotoksikosis dan seringkali juga disertai
27
oftalmopati
(terutama
eksoftalmus)
dan
kadang-kadang
dengan
dermopati.
Hiperaktivitas, iritabilitas
Palpitasi
Tidak tahan panas dan keringat berlebih
Mudah lelah
Berat badan turun meskipun makan banyak
Buang air besar lebih sering
Rambut rontok
hipertiroidisme
Eksoftalmus (mata menonjol). Hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat
di dalam orbit mata.
menelan seteguk air. Perhatikan kelenjar saat naik atau -turun. Pembesaran dan
penonjolan (nodul) biasanya dapat dilihat.
2. Raba kelenjar dari anterior. Secara lembut tekan dengan jempol satu sisi kelenjar
untuk memutar lobus lain ke depan dan raba saat pasien menelan.
3. Raba kelenjar dari belakang pasien dengan tiga jari tengah masing-masing lobus
sementara pasien menelan. Suatu gambaran kelenjar dapat diketahui pada kulit
leher dan diukur. Nodul-nodul dapat diukur dengan cara yang sama. Jadi
perubahan-perubahan ukuran pada kelenjar atau pada nodul nodul dapat
diikuti.
Pada pemeriksaan fisik, bagian bulbus masing-masing lobus yang teraba
dari kelenjar tiroid normal berukuran kira-kira 2 cm pada dimensi vertikal. dan
kira-kira 1 cm pada dimensi horizontal di atas istmus. Pembesaran kelenjar tiroid
disebut goiter. Pembesaran yang menyeluruh disebut goiter difus; pembesaran yang
tidak beraturan atau bertonjol-tonjol disebut goiter nodular.
2.3.5. DIAGNOSIS
1. Anamnesa
a. Penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher depan bagian
tengah
b. Usia dan jenis kelamin : nodul tiroid timbul pd usia < 20 tahun atau > 50
tahun dan jenis kelamin laki-laki resiko malignancy tinggi (20-70%).
c. Riwayat radiasi daerah leher & kepala pada masa anak-anak malignancy
33-37%
d. Kecepatan tumbuh tumor. Nodul jinak membesar lama (tahunan), nodul ganas
membesar dengan cepat (minggu/bulan)
e. Gangguan
menelan,
sesak
nafas,
suara
serak
&
nyeri
(akibat
Nervous
Palpitasi
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan
kepala sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar m.
sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid mudah dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan
beberapa komponen berikut :
b.
Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa
berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua
tangan. Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi :
30
Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat
diraba trachea dan kelenjarnya.
c.
Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang
menunjukkan adanya hipertiroid.
31
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan tampak di
layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan kemungkinan adanya
kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainankelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan
kemungkinan karsinoma.
Dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi. Di samping itu, dapat dipakai untuk membedakan nodul
yang padat atau kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan
biopsy aspirasi jarum halus.
4. Scanning tiroid (pemeriksaan sidik tiroid)
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian
berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil
pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama
adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
Memakai uptake I yang didistribusikan ke tiroid untuk menentukan fungsi tiroid.
Normalnya uptake 15-40 % dalam 24 jam. Bila uptake > normal disebut hot area,
sedangkan jika uptake < normal disebut cold area (pada neoplasma)
5. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara
pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis suspek maligna ataupun
benigna.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi
jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi
kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang
kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.
32
yang
mengeluarkan
kalsitonin
(APUD-oma),
dan
karsinoma
34
Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan
akhir dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin (T4). Diberikan dosis
3x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila menjadi eutiroid
dilanjutkan dengan dosis maintenance 2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.
Lugol 5 10 tetes
Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi vaskularisasi
serta kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Namun
sekarang tidak digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih baik dalam mengurangi
vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10 mg/hari selama 14 hari.
Iodium
5. Radioterapi
Biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan obat anti-tiroid.
Indikasi radioterapi adalah pasien pada awal penyakit atau pasien dengan resiko
tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan hipotiroid rekuren. Radioterapi
merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-anak.
6. Operatif
a. Isthmulobectomy , mengangkat isthmus
b. Lobectomy, mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
c. Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
d. Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan
sebagian kiri.
e. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal
sinistra dan sebaliknya.
7. RND (Radical Neck Dissection),
Mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi yang bersangkutan dengan
menyertakan
n.
accessories,
sternocleidomastoideus
dan
v.
jugularis
eksterna
m.omohyoideus
serta
dan
interna,
kelenjar
m.
ludah
submandibularis.
35
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1.Thyroid
goiter.
Available
on
http://www.endocrineweb.com/conditions/thyroid/thyroid-goiter.accessed
on
july
6,2015.
2.Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : Dari Sel ke Sistem, 2nd ed .
EGC: Jakarta.
3.Sabiston,david.1995. Buku Ajar Bedah. Bagian 1: hal 415- 425.EGC: Jakarta.
4.Sudoyo, aru dkk. Ilmu Penyakit Dalam jilid lll. Edisi lV.Kelenjar tiroid,
Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme. Hal 1933-1943.EGC : Jakarta
5.Struma. Available on : http://ababar.blogspot.com/2008/12/struma.html . Accessed
on july 07th 2015.
6.
Hypertiroidism.
Available
on
http://www.mayoclinic.com/health/hyperthyroidism/DS00344/DSECTION=symptom
s. Accessed on july 2, 2011.
7.
StrumaNonToksik.
Available
on
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20013/4/Chapter%20II.pdf. Accessed
on july 2, 2011 .
36