Jurnal Kelompk 6 KaranPEMANFAATAN TERUMBU KARANG SEBAGAI ADSORBEN DENGAN PERBEDAAN AKTIVASIg Laut Gabungan Fix
Jurnal Kelompk 6 KaranPEMANFAATAN TERUMBU KARANG SEBAGAI ADSORBEN DENGAN PERBEDAAN AKTIVASIg Laut Gabungan Fix
Jurnal Kelompk 6 KaranPEMANFAATAN TERUMBU KARANG SEBAGAI ADSORBEN DENGAN PERBEDAAN AKTIVASIg Laut Gabungan Fix
Abstrak
Indonesia adalah negara yang sangat kaya dan memiliki berbagai macam kekayaan alam yang sangat
berlimpah. Dengan luas lautan hampir 70% dari total keseluruhan luas negara Indonesia, Sebesar 14
persen dari terumbu karang dunia ada di Indonesia. Namun untuk batu karang sendiri belum banyak
dipahami manfaatnya terutama dalam hal ilmiah. Terumbu karang merupakan pusat keanekaragaman
hayati laut terkaya di dunia, selain sebagai lingkungan yang alami, terumbu karang juga mempunyai
banyak manfaat bagi manusia dalam berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya.Tetapi pada
kenyataannya banyak terumbu karang yang dirusak demi kepentingan pribadi. Untuk penelitian kali ini
terumbu karang yang digunakan adalah terumbu karang yang sudah rusak, ini dilakukan untuk
mengurangi limbah terumbu karang yang telah rusak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui daya serap terumbu karang terhadap CuSO4 dengan perbedaan aktivasi. Alat yang
digunakan dalam penelitian kali ini adalah pipet, gelas ukur, beacker glass, pemanas listrik,batang
pengaduk, seperangkat alat tanur, dan cawan porselen. Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini
adalah terumbu karang 20 gram, NaOH 1 M, CuSO4 1M dan H2SO4 1M. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa daya serap terumbu karang aktif terhadap sampel sangat efektif dengan menggunakan aktivasi
kimia dan fisika dalam larutan basa.
Kata kunci : Terumbu karang, NaOH 1M, H2SO4 1M, CuSO4, aktivasi kimia, aktivasi fisika
Abstrack
Indonesia is a country that is very rich and has a wide range of natural resources were abundant. With
an area of ocean nearly 70% of the total area of Indonesia, Amounting to 14 percent of the world's coral
reefs in Indonesia. However, for the rock itself has not been understood primarily in terms of the
scientific benefits. Coral reefs are the richest marine biodiversity hotspots in the world, as well as the
natural environment, coral reefs also have many benefits for humans in many aspects of economic,
social and budaya.Tetapi in fact many coral reefs are destroyed for the sake of personal interest. For the
present study is the use of a reef coral reefs that have been damaged, this is done to reduce the waste of
coral reefs have been damaged. The purpose of this study was to determine absorption of coral reefs to
CuSO4 with the activation difference. The tools used in this research is the pipette, measuring cups,
beacker glass, electric heaters, rod stirrer, a set of tools furnace, and a porcelain cup. Materials used in
this study is a coral reef 20 grams, 1 M NaOH,1 M CuSO4 and H2SO4 1M. The results showed that the
absorption of active coral reefs are very effective against the samples using chemical and physical
activation in an alkaline solution.
Keywords : coral reefs, 1M NaOH, H2SO4 1M, activation of chemical, physical
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
I.
PENDAHULUAN
II.
METODE PERCOBAAN
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
HASIL PENGAMATAN
Proses Pengaktifasi
NaOH 1 M
+++++
H2SO4 1M
+++
Tanur 700 oC
+++++
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai adsorpsi larutan metilen blue menggunakan limbah terumbu
karang (Stony coral) menggunakan aktivasi kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan limbah terumbu karang dalam mengadsorpsi metilen blue. Hasil penelitian
menunjukan bahwa limbah terumbu karang dapat dijadikan adsorben yang dapat mengadsorpsi
metilen blue. Perlakuan limbah terumbu karang yang paling baik dan efektif dalam
mengadsorpsi metilen blue adalah pada limbah terumbu karang yang dilakukan aktivasi kimia
yang menggunakan NaOH 1M dengan ukuran partikel adsorben besar sedangkan limbah terumbu
karang yang kurang baik mengadsorpsi metilen blue adalah pada ukuran partikel adsorben sedang dan
kecil.
Kata Kunci: adsorben; adsorpsi; metilen blue, limbah terumbu karang
PENDAHULUAN
Metilen blue merupakan
senyawa yang memiliki rumus kimia
C16H18C1N3S.3H2O dengan bobot
molekul 373,91 gram/mol, berwarna
hijau tua, tidak berbau dan stabil
dalam udara serta mudah larut dalam
air (larutannya berwarna biru tua),
kloroform dan alkohol. (Prawira,
2008)
Zat
warna metilen
biru ini
digunakan secara luas pada industri
tekstil dan menjadi perhatian besar
dalam proses pengolahan limbah
karena komponen warnanya yang
nondegradable (sulit diuraikan).
Senyawa
ini
bersifat
toksik,
menyebabkan mutasi genetik dan
berpengaruh pada reproduksi. Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk
mengurai limbah cair zat warna
adalah dengan metode adsorbsi.
Adsorbsi merupakan suatu teknik
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
Karakteristik
Adsorben
(Karbon
aktif).
Ukuran
partikel dan luas permukaan
merupakan karakteristik yang
penting,
karena
mempengaruhi
tingkat
adsorbsi. Tingkat adsorbsi
naik
dengan
adanya
penurunan ukuran partikel.
Ukuran molekul adsorbat.
Tingkat adsorbsi pada alifatik,
aldehid atau alkohol biasanya
naik diikuti dengan kenaikan
ukuran molekul. Hal ini dapat
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
ukuran besar
Limbah terumbu karang yang
telah diaktivasi secara kimia
dengan NaOH 1 M, dimasukkan
ke-dalam
desikator,
setelah
dingin ditimbang sebesar 6 gram
(kira-kira 3 bonggol terumbu
karang), dimasukkan kedalam
tabung
reaksi,
kemudian
ditambah 7 ml larutan metilen
blue 3 ppm, lalu
dikocok
menggunakan vortex,
setelah
itu didiamkan selama 24 jam.
b. Dengan limbah terumbu karang
ukuran sedang dan kecil
Limbah terumbu karang yang
telah diaktifkan secara kimia
dengan NaOH 1M ditimbang
dengan massa 2 gram, lalu
dimasukkan
tabung
reaksi,
kemudian ditambah 7 ml larutan
metilen blue 3 ppm, lalu dikocok
menggunakan vortex, setelah itu
didiamkan selama 24 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adsorpsi metilen blue dengan
limbah terumbu karang ini dilakukan
untuk
mengetahui
kemampuan
adsorpsi limbah terumbu karang
dalam mengadsorpsi metilen biru.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan
metode aktivasi kimia. Sampel yang
digunakan sebagai absorben dalam
penelitian ini adalah limbah terumbu
karang yang didapatkan dari pantai
Pulau Untung Jawa, Kepulauan
Seribu dan metilen blue digunakan
sebagai adsorbatnya. Prinsip dasar
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
10
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
11
pembuatannya).
Medan
:Fakultas Tekhnik Universitas
Sumatra Utara.
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
12
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi larutan pada terumbu karang (corral reef)
terhadap efisiensi penjerapan logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
terumbu karang terhadap pengaruh konsentrasi larutan dalam menyerap zat warna dengan
menggunakan larutan Tembaga (II) Sulfat (CuSO4), Kobalt (II) Klorida Heksahidrat (CoCl2.6H2O) dan
Nikel (II) Sulfat Heksahidrat (NiSO4.6H2O). Metode Penelitian ini dengan melakukan pengaktivasian
terumbu karang menggunakan asam sulfat (H2SO4) 2M dan natrium hidroksida (NaOH) 2M serta
pengujian daya serap adsorben menggunakan konsentrasi larutan Tembaga (II) Sulfat (CuSO4) 0,5M,
Kobalt (II) Klorida Heksahidrat (CoCl2.6H2O) 0,5M dan Nikel (II) Sulfat Heksahidrat (NiSO4.6H2O)
0,5M. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, hanya larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) 0,5M yang
dapat diserap oleh terumbu karang yang telah diaktivasi dengan asam sulfat (H2SO4) dan natrium
hidroksida (NaOH). Kemampuan penyerapan yang lebih baik dan sangat cepat dalam terumbu karang
terhadap efisiensi penjerapan logam berat terletak pada perlakuan yang telah diaktivasi dengan natrium
hidroksida (NaOH).
Kata kunci : adsorben, logam berat, terumbu karang
I. PENDAHULUAN
Terumbu Karang (Coral Reef) di
Indonesia merupakan yang terkaya di dunia.
Diperkirakan dari total luas terumbu karang
di dunia yang mencapai 284.300 km2, 18 %
(85.200 km2) diantaranya berada di wilayah
Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan
Indonesia sebagai negara maritim terbesar di
dunia yang memiliki perairan seluas 93 ribu
km2.
Terumbu Karang atau biasa disebut Koral
merupakan sekelompok hewan dari ordo
Scleractinia yang dapat menghasilkan kapur
(CaCO3) sebagai pembentuk utama terumbu.
Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut
yang meliputi karang hidup dan karang mati
yang menempel pada batuan kapur
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
13
adsorpsi.
Teknik
tersebut
lebih
menguntungkan daripada teknik yang lain
dilihat dari segi biaya yang tidak begitu besar
serta tidak adanya efek samping zat beracun
(Blais dkk., 2000).
Adsorpsi atau penjerapan merupakan
proses penyerapan suatu zat pada permukaan
zat lain yang terjadi karena adanya ketidak
seimbangan gaya tarik pada permukaan zat
tersebut. Zat yang menjerap disebut
adsorben, sedangkan zat yang tejerap disebut
adsorbat. Adsorben dapat berupa zat padat
maupun zat cair. Adsorben padat diantaranya
adalah silika gel, alumina, platina halus,
selulosa dan arang atau arang aktif. Adsorbat
dapat berupa gas dan zat cair. Penelitian ini
menggunakan larutan zat warna sebagai
adsorbat. Adsorben dapat digunakan di
bidang industri pangan maupun non pangan.
Beberapa kegunaan adsorben diantaranya
adalah untuk memurnikan udara dan gas,
memurnikan pelarut, penghilangan bau
dalam pemurnian minyak nabati dan gula,
penghilangan warna produk-produk alam dan
larutan (Lynch, 1990). Berkembangnya
industri, diikuti dengan makin tingginya
kebutuhan terhadap adsorben, untuk
mengatasi hal tersebut perlu diupayakan
keragaman sumber bahan baku adsorben
sehingga dapat mengimbangi kebutuhan
industri-industri terhadap adsorben.
Umumnya adsorben dari bahan alam
diaktivasi
terlebih
dahulu
untuk
meningkatkan kinerjanya. Aktivasi adsorben
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan
efisiensi adsorpsi dari adsorben. Aktivasi
dapat dilakukan dengan memberi perlakuan
kimia seperti direaksikan dengan asam dan
basa juga dengan perlakuan fisika seperi
pemanasan dan pencucian. Adsorpsi
merupakan
peristiwa
terakumulaisnya
partikel pada permukaan (Atkins, 1994).
Partikel yang terakumulasi dan diserap oleh
permukaan disebut adsorbat dan material
tempat terjadinya adsorpsi disebut adsorben
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
14
Diaktivasi
(H2SO4 2M)
CuSO4 0,5M
CoCl2.6H2O 0,5M
NiSO4.6H2O 0,5M
Diaktivasi
(NaOH 2M)
CuSO4 0,5M
CoCl2.6H2O 0,5M
NiSO4.6H2O 0,5M
Kasar
Halus
Kropos
++++
-
+++
++
++++
-
++++
-
Keterangan:
++++
-
(++)
: lambat terserap
(-)
: tidak terserap
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
15
V. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika. Edisi ke-5.
Jakarta: Erlangga.
Bird T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Blais, J.F, Dufresne, B, dan Mercier, G. 2000.
State of The Art of Technologies for
Metal Removal from Industrial Effluents.
Rev, Sci Eau 12 (4),687-711.
Connell, D. W. 1990. Bioakumulasi
Senyawaan Xenobiotik. Terjemahan
oleh Yanti R. H. Koestoer. Jakarta: UIPress.
LAMPIRAN
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan yakni
hanya larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4)
0,5M yang dapat diserap oleh terumbu
karang yang telah diaktivasi dengan asam
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
16
Gambar-2.
Hasil Penyerapan Terumbu Karang pada
Konsentrasi Larutan Tembaga (II) Sulfat
(CuSO4) 0,5M yang Diaktivasi NaOH
Gambar-3
Hasil Penyerapan Terumbu Karang pada
Konsentrasi Larutan Tembaga (II) Sulfat
(CuSO4) 0,5M yang Diaktivasi H2SO4
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
17
Abstrak
Peningkatan jumlah industri selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah cair yang menjadi masalah
utama dalam pengendalian dampak lingkungan industri karena memungkinkan adanya kontaminasi pada
perairan disekitar daerah industri. Dengan demikian dibutuhkan alternatif untuk memulihkan kembali
perairan agar tidak mengganggu aktifitas biota di dalam air. Metode yang digunakan untuk mengurangi
ion logam berat dalam limbah cair sudah banyak dilakukan, salah satu diantaranya adalah adsorpsi, yaitu
memisahkan komponen tertentu dari fluida ke permukaan zat padat. Penelitian ini memanfaatkan Karbon
aktif dari mineral berpori yaitu berupa terumbu karang yang diambil dari pantai Pulau Untung Jawa,
Kepulauan Seribu. Terumbu karang merupakan salah satu mineral yang sangat potensial dimanfaatkan
untuk pembuatan karbon aktif, karena selain bahan ini mudah didapat dengan jumlah yang berlimpah
juga mengandung kadar unsur karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lamanya
waktu aktivasi terumbu karang yang telah diaktivasi dengan menggunakan NaOH 1 M serta lamanya
waktu penyerapan terhadap proses penjernihan CuSO4 0,1 M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya
serap terumbu karang aktif terhadap sampel sangat efektif dengan menggunakan waktu aktivasi selama
90 menit dan menghasilkan waktu penyerapan lebih cepat yaitu 24 jam.
Kata Kunci : Karbon Aktif , Industri, Terumbu Karang, Mineral, Adsorben.
Abstract
An increasing number of industries are always followed by increase the amount of liquid waste that a
major problem in controlling the environmental impact of the industry as it allows contamination in the
waters surrounding industrial area. Thus an alternative is needed to restore water so as not to disrupt the
activities of biota in the water. The method used to reduce heavy metal ions in wastewater has been done,
one of them is adsorption, which is separating certain components of the fluid to the surface of solids.
This study utilizes activated carbon in the form of mineral porous coral taken from the coast of the island
of Java Fortunately, the Thousand Islands. Coral reefs are one of the potential mineral used for the
manufacture of activated carbon, because in addition to these materials easily obtained with an abundant
amount also contains high levels of carbon element. This study aims to determine the effect of duration
of activation of the coral reefs that have been activated using 1 M NaOH as well as the length of time the
absorption of the purification process CuSO4 0.1 M. The results showed that the absorption of active
coral reefs are very effective against the samples using the activation time for 90 minutes and resulted in
faster absorption time is 24 hours.
Keywords : Activated Carbon , Industry , Coral Reef , Mineral , Adsorbent
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
18
VI.
PENDAHULUAN
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
19
dalam
adsorpsi
(Lynch,
1990).
Perbesaran luas permukaan adsorben
dapat dilakukan dengan pengecilan
partikelnya. Adsorben polar cenderung
mengadsorpsi adsorbat polar secara
kuat, dan mengadsorpsi adsorbat non
polar secara lemah. Sebaliknya,
adsorben non polar cenderung untuk
mengadsorpsi secara kuat adsorbat non
polar dan mengadsorpsi adsorbat polar
secara lemah (Bird, 1993).
Faktor yang mempengaruhi kinetika
adsorpsi atau cepat atau lambatnya
penyerapan terjadi, kecepatan atau besar
kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya :
1. Jenis adsorben :
Contoh adsorben yang paling sering
digunakan adalah karbon aktif.
2. Jenis zat yang diadsorpsi (adsorbat) :
Jenis zat yang diadsopsi juga sangat
berpengaruh karena semakin banyak
zat-zat impuritis (zat pengotor) pada
suatu fluida atau larutan maka
semakin lambat kinetika atau
kecepatan penyerapannya (adsorpsi).
3. Luas permukaan adsorben :
Semakin luas permukaan adsorben
maka
semakin
cepat
efektif
kemampuan
menyerap
zat-zat
impuritis sehingga larutan menjadi
lebih murni dan cenderung lebih
bersih dari zat-zat impuritis atau zatzat pengotor tersebut.
4. Konsentrasi zat yang diadsorpsi
(adsorbate) :
Semakin tinggi konsentrasi maka ion
yang dihasilkan juga semakin banyak
sehingga mempengaruhi adsorpsi
atau penyerapan larutan tersebut.
5. Temperatur :
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
20
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
21
c. Prosedur Kerja
Persiapan dan penggunaan adsorben
terumbu karang
Terumbu karang yang dikumpulkan
dari pinggir pantai Pulau Untung Jawa,
Kepulauan Seribu, dihaluskan dan
diubah bentuknya menjadi partikel yang
lebih. Setelah itu ditimbang terumbu
karang yang telah diperkecil ukurannya
tersebut sebanyak 20 gram. Lalu sampel
diaktivasi dengan menggunakan larutan
NaOH 1M dengan berbagai variasi
waktu yaitu 30 menit, 60 menit, dan 90
menit. Aktivasi pada penelitian ini hanya
dengan
cara
didiamkan
tanpa
pemanasan. Setelah masa aktivasi
selesai kemudian sampel dicuci dengan
menggunakan
aquadest
hingga
mencapai pH netral. Selanjutnya ketika
pH telah netral sampel dioven pada suhu
800C
selama 1,5 jam untuk
menghilangkan kandungan airnya.
Setelah proses pengeringan selesai,
sampel dibiarkan dingin dan disimpan
dalam desikator.
Pengujian Biosorben
Untuk mengetahui kemampuan
adsorpsi karbon aktif maka dilakukan uji
adsorpsi terhadap CuSO4 0,1 M .
Penentuan daya adsorpsi karbon aktif
dengan memasukkan beberapa buah
terumbu karang ke dalam dalam tabung
reaksi. yang telah diberikan label sesuai
dengan sampel yang akan diuji.
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
22
pengeringan
pada
suhu
80C
menggunakan oven selama 1,5 jam.
Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
kadar air pada batu apung. Setelah
terumbu karang bersih kemudian
diubah bentuknya menjadi partikel
yang lebih kecil menggunakan mortar.
Lalu terumbu karang diaktivasi dengan
larutan NaOH 1M. Terumbu karang
yang telah teraktivasi selanjutnya
dicuci dengan aquadest untuk
menghilangkan sisa NaOH yang masih
terdapat dalamnya. Pencucian dengan
Hasil Pengamatan
Waktu
Penyerapan
Terumbu Karang
30 menit
+++++
48 jam
2.
Terumbu Karang
60 menit
+++++
30 jam
3.
Terumbu Karang
90 menit
++++
24 jam
No.
Adsorben
1.
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
23
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Terumbu Karang sangat potensial
dijadikan sebagai karbon aktif
karena mudah didapat dan memiliki
pori-pori yang cukup besar.
2. Adsorben mineral dari bahan baku
terumbu karang terbukti memiliki
efektifitas yang tinggi untuk dapat
menyerap ion logam atau zat warna
yang terdapat dalam larutan uji
CuSO4.
3. Waktu aktivasi karbon aktif terbaik
yaitu pada 90 menit dan
memperoleh waktu penyerapan
optimal yaitu 24 jam.
X. DAFTAR PUSTAKA
Ahmet. S, Tuzen Mustafa ,2007
Biosorption of Pb (II) and Cd(II) from
aqueos solution using green
alga (ulva Lactuca ) biomass, J.
Hazardous Materials, 152, 302-308.
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika. Edisi ke5. Jakarta : Erlangga.
Bird T. 1993. Kimia Fisik untuk
Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
24
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
25
Abstrak
Telah dilakukan percobaan tentang pengujian penyerapan logam CuSO4 0,1 M menggunakan adsorben
dari terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH aktifasi pada kemampuan
penyerapan warna pada logam CuSO4 0,1 M oleh terumbu karang. Metode yang digunakan yaitu
aktifasi kimia dengan mengguanakan basa NaOH pH 13 dan basa NaOH pH 10. Pengujian karang
menggunakan logam CuSO4 0,1 M sebanyak 10 ml yang di masukkan kedalam 2 gram karang,
menghasilkan warna larutan CuSO4 yang jernih setelah didiamkan selama 24 jam. Hasil penelitian
menunjukan, aktifasi menggunakan NaOH pH 13 dan NaOH pH 10, menghasilkan perbedaan yang
tidak signifikan, akan tetapi bila diperhatikan lebih detail maka penyerapan logam CuSO4 0,1 M dengan
karang yang diaktifasi menggunakan basa NaOH pH 13 lebih jernih dibandingkan dengan pH 10. Hal
ini karena, basa pH 13 mempunyai ikatan molekulnya yang lebih tinggi, sehingga molekul NaOH pada
pH 13 lebih baik membersihkan pori-pori karang dari zat pengotor dibandingkan basa dengan pH 10
yang mempunyai ikatan molekulnya lebih renggang.
Kata kunci : adsorben, terumbu karang, aktifasi, logam CuSO4
I. PENDAHULUAN
Kandungan logam dalam sungai
berasal dari berbagai sumber, seperti batuan
dan tanah; serta dari aktivitas manusia termasuk
pembuangan limbah cair baik yang telah diolah
maupun belum diolah ke badan air kemudian
secara langsung dapat memapari air permukaan
(Akoto dkk., 2008). Logam berat memasuki air
alami dan menjadi bagian dari sistem suspensi
air dan sedimen melalui proses absorpsi,
presipitasi, dan pertukaran ion (Liu dkk., 2006).
Logam dalam sistem perairan menjadi bagian
dari sistem air-sedimen dan distribusinya
dikendalikan oleh kesetimbangan dinamik dan
interaksi fisika-kimia, yang umumnya
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
26
c. Cara kerja
Pengaktifasi terumbu karang
Terumbu karang di ambil di pulau Untung
Jawa, Kepulauan Seribu. Karang laut di
timbang sebanyak 20 gram, kemudian di
aktifasi dengan menggunkan NaOH 1 M
dengan Ph 13 dan NaOH 1 M yang berph
10. Ph basa dinetralkan dengan
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
27
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
cepat
28
Kejernihan
Waktu Penyerapan
+++++
24 jam
++++
24 jam
Lin, C., He, M., Zhou, Y., Guo, W., Yang, Z.,
2008, Distribution and contamination
assessment of heavy metals in sediment
of the Second Songhua River, China,
Environ Monit Assess (Springer), Vol.
137, pp. 329342.
IV. KESIMPULAN
V. DAFAR PUSTAKA
Akoto, O., Bruce, T. N., Darkol, G. 2008,
Heavy metals pollution profiles in
streams serving the Owabi reservoir,
African Journal of Environmental
Ika Restu Purwanti, Meilia Puspita Sari, Dini Choirunnisa, Wawan Setiyawan, Ade Irma Rahmawati
29