Makalah Prematuritas
Makalah Prematuritas
Makalah Prematuritas
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Reguler
Irfan Marsuq Wahyu R.
Dwi Kurnia Sari
Puput Lifvaria Panta A.
Adelita Dwi Aprilia
Wahyuni
Ratna Juwita
Zahirotul Ilmi
Ni Putu Ika Purnamawati
Siska Puji Lestari
Hasnah Cholida Sani
135070201111002
135070201111003
135070201111004
135070201111005
135070201111006
135070201111007
135070201111008
135070201111009
135070201111019
135070201111020
1. DEFINISI
Bayi premature atau bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir pada umr
kehamilan kurang dari 37 minggu, dihitung dari hari pertama menstruasi
diartikan
sebagai
dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran dan/ atau dilatasi
serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang
dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir (Oxorn &
Forte, 2010).
2. ETIOLOGI
- Faktor yang berasal dari maternal :
a. Penyakit Maternal :
Ginjal
Hipertensi
Penyakit Diabetes Mellitus
Penyakit hati
Kelainan Uterus
b. Faktor gaya hidup wanita
- Pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi :
a. Pertumbuhan janin terhambat dan menimbulkan kecil untuk masa kehamilan
(KMK)
Akibat gangguan sirkulasi retroplasenta.
Kekurangan nutrisi/gizi menahun
b. Terdapat pemicu persalinan premature :
Terjadi solusio plasenta
Terdapat plasenta previa
Terjadi infeksi yang menimbulkan korioamnionitis tanpa disertai ketuban
pecah.
Pada persalinan ganda.
c. Terdapat inkompatibilitas darah :
3. EPIDEMIOLOGI
kematian
eksogen
disebabkan
oleh
faktor-faktor
yang
gangguan
pertumbuhan
janin,
kelahiran
mati
maupun
kematian neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan
mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama
hamil (Varney, 2007).
7) Stres dan Hasil Akhir Kelahiran.
Stres maternal mungkin merupakan faktor utama yang memicu persalinan
prematur melalui satu atau dua alur fisiologis. Pertama, mereka menetapkan
bahwa stres maternal dapat mempengaruhi alur neurondokrin, yang akan
mengaktivasi sistem endokrin meternal plasenta janin yang mendorong
parturisi. Lockwood dan Kuczynksi (1999) berteori bahwa aktivasi aksis
hipotalamus hipofisis adrenal (HPA), yang disebabkan oleh stres, dapat
menginduksi persalinan dan kelahiran prematur. Kedua, alur imun inflamasi
mungkin
turut
berperan
dalam
proses
ini.
Stres
maternal
dapat
janin
dan
risiko
terjadinya
prematuritas
sangat
tinggi
(Sujiyatini, 2009).
11) Minum alcohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak baik
sehingga kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu yang
mengkonsumsi minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).
12) Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab terjadinya
kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai dengan protein urin yang
meningkat dapat menyebabkan preeklampsia/ eklampsia. Preeklampsiaeklampsia dapat mengakibatkan ibu mengalami komplikasi yang lebih parah,
seperti solusio plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari ibu
yang mengalami preeklampsia-eklampsia meningkatkan risiko terjadinya
kelahiran prematur, terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR),
dan hipoksia (Bobak, 2004)
13) Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/ Janin)
Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini dengan seksio sesarea karena
alasan bahwa bayi lebih baik dirawat di bangsal anak daripada dibiarkan
dalam rahim. Hal ini dilakukan dengan alasan ibu atau janin dalam keadaan
seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam kehamilan dan terjadi
gangguan pertumbuhan intrauterin (Oxorn, 2003).
5. MANIFESTASI
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, tergantung pada usia
kehamilan saat bayi dilahirkan. Tanda dan gejala bayi premature:
a.
Ukuran fisik
Usia kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
Panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm.
Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.sedangkan lingkar perut
sama dengan atau kurang dari 30 cm, sehingga kepala tampak besar tetapi
Kepala besar
Kulit tipis dan transparan, sehingga gerakan peristaltic usus dapat terlihat.
Otot masih lemah sehingga napas lemah, tangisnya masih lemah, kemampuan
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang. (Asrining, 2003)
Gambaran di atas menunjukkan bahwa bayi premature sangat mudah terkena
infeksi, dan rentan terhadap kehilangan panas badan, bahkan dapat terjadi
kematian akibat infeksi dan hipotermia.
6. PATOFISIOLOGI
(Terlampir)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik Prematuritas
-
Rontgen dada
Yaitu untuk melihat kematangan paru.
Pemeriksaan USG
USG kepala kerap dilakukan pada bayi premature. Hal ini dikarenakan bayi
premature rentan terhadap terjadinya perdarahan intracranial akibat pecahnya
pembuluh darah dalam kepala bayi. Kejadian perdarahan intracranial lebih sering
terjadi pada bayi premature dengan usia gestasi sangat muda karena belum
matangnya pembuluh darah kepala bayi. Screening
premature dapat memantau dengan jelas ada tidaknya perdarahan pada kepala
-
bayi.
Pemeriksaan RETCAM II
Yaitu dengan menggunakan kamera khusus yang digunakan untuk melihat dan
merekam kondisi retina bayi premature. Alat ini sangat bermanfaat dalam
penanganan retinopati prematuritas. Pemeriksaan bayi premature dilakukan
pada saat bayi berumur 4-6 minggu oleh dokter mata subspesialis retina dengan
pupil agar dokter dapat melihat retina dan pembuluh darahnya secara luas.
Echocardiogram
Tes ini merupakan USG jantung untuk memeriksa masalah dengan fungsi jantung
bayi.
Melakukan pemeriksaan dan mengukur suhu bayi
Suhu tubuh normal bayi baru lahir yang diukur pada aksila adalah 36,5-37,5 oC,
sedangkan suhu ruangan dipertahankan 24-26oC. Salah satu ciri bayi premature
dengan berat badan lahir rendah ini adalah mempunyai suhu tubuh yang tidak
stabil dan cenderung mengalami hipotermia (suhu < 36,5 oC). suhu tubuh yang
cenderung hipotermia disebabkan oleh produksi panas yang kurang dan
kehilangan panas yang tinggi. Panas kurang terproduksi karena sirkulasi yang
belum sempurna.
Kadar gula darah
Hipoglikemia pada bayi terjadi bila kadar glukosa darah < 45mg/dL. Pada bayi,
deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester ke-3
kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen ini terlalu
serum.
Kadar bilirubin
Pemeriksaan bilirubin serum. Pada keadaan normal, kadar bilirubin indirek bayi
baru lahir adalah 1-3 mg/dl dan naik dengan kecepatan < 5 mg/dl/24 jam,
dengan demikian ikterus fisiologis dapat terlihat pada hari ke-2 sampai ke-3,
berpuncak pada hari ke-2 dan ke-4 dengan kadar berkisar 5-6 mg/dL (86-103
mol/L), dan menurun sampai di bawah 2 mg/dl antara umur hari ke-5 dan ke-7.
Pada bayi premature kadar bilirubin lebih dari 14mg/dl dan bayi cukup bulan
kadar bilirubin 10mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
8. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya
kerja
alat-alat
tubuh
yang
perlu
untuk
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan,
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown
flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkungan yang cukup
hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling
sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam
incubator maka suhu untuk bayi dengan BB <2 kg adalah 35C dan untuk
bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34C agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37C. Kelembapan incubator berkisar antara 50%-60%.
Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma
gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1C perminggu untuk
bayi dengan BB 2 kg dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di
dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27C-29C. Bila incubator
tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu
tubuh bayi sekitar 36C-37C adalah dengan memakai alat perspexheat
shield yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan
untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai
digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor
(thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol
oleh
alat
servomechanism.
Dengan
cara
ini
suhu
kulit
bayi
dapat
refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap
kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat. Agar
ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu
dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan
menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur
dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.
Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi)
dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari-hari pertama
kalau
ASI
belum
mencukupi
dapat
diberikan
ASI
donor
dengan
oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa
perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi,
kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan
post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta
tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun di
bangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui
para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan
bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan:
Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang
disediakan
Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik-baiknya
Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi
prematur
yang
mendapat
banyak
sentuhan
ibu
menurut
penelitian
menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi
f.
jarang disentuh.
Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu
bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan
dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang.
Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan.
Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati
sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan
susu
yang
berprotein
tinggi.
Sehingga
diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang
terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat
mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang
belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya
lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh
bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas
ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang
tua harus berhati-hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus
meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan
sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu
dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa
diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan
lain kecuali segera membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Sulaiamandkk. 2004)
Malnutrisi pada ibu
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin seperti
prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian
neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat
badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil (Varney,
2007).
Ibu mengalami stres dan Hasil Akhir Kelahiran.
Sters maternal mungkin merupakan faktor utama yang memicu persalinan
prematur melalui satu atau dua alur fisiologis. Pertama, mereka menetapkan
bahwa stres maternal dapat mempengaruhi alur neurondokrin, yang akan
mengaktivasi sistem endokrin meternal plasenta janin yang mendorong parturisi.
Lockwood dan Kuczynksi (1999) berteori bahwa aktivasi aksis hipotalamus
2009).
Minum alkohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak baik sehingga
kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu yang mengkonsumsi
untuk
menderita
hipertensi
kehamilan
yaitu
preeklampsia-eklampsia
Keadaan umum
TTV
TD
:
Nadi
: bayi mengalami taikardi
Suhu
: hipotermi
RR
: biasanya mengalami dispnea
TB/BB
: berat badan < 2500gr, panjang bayi < 45 cm
Kepala & Leher
a. Kepala besar tetapi tulang kepala masih tipis, rambut lanugo masih banyak,
batas dahi dan rambut kepala tidak jelas Tulang rawan daun telinga belum
sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan
daun telinga.
b. Leher : refleks tonus leher lemah
Thorak dan Dada
a. Jantung :
- murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten
(PDA)
pernafasan (RDS)
Abdomen
a. tali pusat berwarna kuning kehijauan, tampak pembuluh darah di abdomen
Genetalia
a. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, pada laki-laki testis belum turun
Ekstremitas
a. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah dan
ekstremitas tampak kurus . tampak sedikit lipatan pada telapak tangan dan
kaki
Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat atau tidak teratur dalam batas normal (120 sampai
160 dpm)
Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
Pernafasan
Apgar score mungkin rendah
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60
x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal,
sianosis ada.
Otot-otot pernapasan susah berkembang
Dinding dada tidak stabil
Produksi surfaktan menurun
Sistem Pencernaan
Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan dengan banyak
lemah/ kurang baik
Aktivitas otot pencernaan
makanan
masih
belum
sempurna,
sehingga
e. Pemeriksaan Penunjang
darah merah), kompatibel dapat meningkatkan risiko untuk penyakit kuning dan
kernic terus
Serum elektrolit
Penentuan jumlah natrium serum, kalium, dan konsentrasi glukosa, dalam
hubungannya dengan pemantauan berat badan setiap hari dan output urin pada
berat bayi lahir rendah ekstrem, membantu praktisi
dalam menentukan
kebutuhan cairan
Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
Pemeriksaan lain :
EKG : normal atau hipertropi ventrikel kiri
Pemeriksaan rontgen: penonjolan arteri pulmonaris, pembersaran ventriker kiri
(Tucker, Susan Martin. 1998)
ANALISA DATA
N
O
1.
DATA FOKUS
DO:
-
DS:
-
ETIOLOGI
MASALAH
Faktor risiko
KEPERAWATAN
Kekurangan
volume
cairan
penguapan berlebih
kehilangan cairan
dehidrasi
kekurangan
volume
cairan
2.
DS:
Faktor risiko
Ibu
mengatakan
bayinya
bahwa
susah
semua
dini)
untuk
menyusu
karena
Prematuritas
energinya
digunakan
untuk
bernapas
DO:
Ketidakefektifan
Perubahan
Paru-paru
kedalaman
pernapasan
takipnea
Penggunaan otot
aksesoris untuk
bernapas
Penurunan ventilasi
pola
napas
pola
3.
DO:
Faktor resiko
dibawah
tubuh
kisaran
Suhu
normal
Kulit dingin
Pucat sedang
Ketidakefektifan
termoregulasi
dini)
Prematuritas
DS:
Ibu
mengatakan
kulit
bayinya
sangat dingin
Jaringan lemak subkutan
tipis
Kehilangan panas dari kulit
sementara respon
menggigilnya kurang
Ketidakefektifan
4.
termoregulasi
Faktor risiko
DO :
Kurang
dari ASI
Membrane
DS :
nutrisi
nutrisi
mukosa pucat
Fungsi saraf yang
belum atau
kurang matang
mengakibatkan
refleks hisap,
menelan masih
lemah atau tidak
efektif
Berat badan
sama dengan
atau kurang dari
2500gr
Prematuritas
Anatomi / fisiologi tubuh
belum sempurna
Paru-paru
Surfaktan masih kurang dari
cukup
Kolaps dan tidak mampu
menahan sisa udara
fungsional pada akhir
ekspirasi
Difusi CO2 dan O2 Terganggu
Ibu mengatakan
bayi susah
menyusu
Ketidakseimbangan
Ventilasi paru-paru
terganggu
kurang
kebutuhan
dari
dari
kebutuhan tubuh
Faktor resiko
DO :
kurang
gelisah
dan
tegang
saat
dini)
Deficit pengetahuan
mengetahui
bayinya dipasang
alat
bantu
Anatomi dan fisiologi tubuh
pernapasan
DS :
Ibu
akan
kondisi
bayinya
alat
6.
mengeluh
cemas
yang
dipasang
bantu
pernafasan
Ibu merasa takut
akan kehilangan
bayinya
karena
bayinya
ditempatkan
diinkubator
Ibu
bertanyatanya
tentang
kondisi bayinya
DO :
Prematuritas
paru-paru bayi
Penggunaan alat bantu
pernafasan atau
ditempatkan dalam
inkubator
Perubahan kondisi bayi
Orang tua kurang pajanan
informasi
Kurang pengetahuan
tentang kondisi
Deficit pengetahuan
Faktor risiko
Perubahan dalam
tugas yang telah
ditetapkan
Gangguan
keluarga
proses
Perubahan
ketersediaan
untuk
menunjukkan
respon kasih
sayang
Perubahan dalam
keefektifan
dalam
menyelesaikan
tugas yang
diemban
7.
Ibu dan
suaminya
mengatakan
khawatir akan
kondisi bayinya
yang lahir
premature dan
ingin
berpartisipasi
dalam
perawatan
bayinya tetapi
tidak tahu apa
yang harus
dilakukan
DO :
Stress psikologis
Krisis situasional
Gangguan
proses
keluarga
Faktor resiko
Pertahanan tubuh
primer yang tidak
adekuat
Ketidakadekuata
n
pertahanan
sekunder
(imunitas didapat
tidak adekuat)
DS :
Prematuritas
Kurang pengetahuan
tentang kondisi
DS :
dini)
Ibu mengatakan
bayi sering rewel
Resiko infeksi
dan lemah
sempurna
System kekebalan tubuh
rentan terhadap infeksi
Resiko Infeksi
Indikator
Tekanan Darah
Nadi Radialis
Nadi perifer
Turgor Kulit
Mukosa Membran
6.
7.
8.
9.
lembab
Haus
Intake Cairan
Tissue perfusion
BB stabil
1 : Severe , 2 : Substantially , 3 : Moderatelly , 4 : Mildly , 5 : Not Compromised
NIC: Fluid Management, Fluid Monitoring
1. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nafas, nadi )
R/ memantau kestabilan kondisi bayi
2. Monitor tanda-tanda overload/retensi cairan
R/ mencegah memberi beban berlebihan pada ginjal
3. Berikan cairan jika perlu dan hindari pemberian cairan hipertonis (missal obat
yang tidak diencerkan, infus glukosa terkosentrasi)
R/ untuk mencegah memberi beban berlebih pada ginjal yang imatur dan
vena yang rapuh pada bayi prematur
4. Kaji
faktor-faktor
resiko
yang
memungkinkan
untuk
terjadinya
ketidakseimbangan cairan dan meminimalkan IWL
R/ meminimalkan resiko terjadi kekurangan volume cairan
5. Pertahankan dan jaga keakuratan intake dan output cairan (oral intake,
enteral intake, IV intake, antibiotic, dll)
R/ untuk menghindari dehidrasi, hidrasi berlebihan atau ekstravasasi
6. Monitor turgorkulit, kelembaban mukosa membrane dan haus
R/ agar dapat mengetahui jika terjadi perubahan status cairan
INDIKATOR
RR
Ritme pernapasan
Kedalaman inspirasi
Auskultasi
suara
5.
tambahan
Kepatenan jalan napas
napas
Indikator
Mengasumsikan retensi
panas terhadap postur
tubuh bayi dengan
2.
hipotermia
Ketidakstabilan
3.
4.
5.
6.
temperatur
Hipotermia
Letargi/kelemahan
Perubahan warna kulit
Ketidakstabilan glukosa
darah
1 : Severe , 2 : Substantially , 3 : Moderatelly , 4 : Mildly , 5 : Not Compromised
NIC : Temperature Regulation
1.
2.
3.
4.
5.
jika perlu
R/ Untuk menurunkan kehilangan panas
6.
7.
8.
9.
10.
Tujuan
Kriteria Hasil
1 = Severely
2 = Substantially
3 = Moderately
4 = Mildly
5 = No Compromised
NIC : Infection Protection
1. Monitor tanda-tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
R/ Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
R/ Untuk mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
3. Batasi jumlah pengunjung
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
4. Lindungi semua pengunjung dari penyakit menular
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
NIC : Infection Control
1. Cegah penderita infeksi menular agar tidak mengadakan kontak dengan pasien
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
2. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
3. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan pasien
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
5. Pakai sarung tangan steril
R/ Untuk mencegah terjadinya atau penyebaran infeksi
Tujuan : pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat dengan memasukian kalori untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan menunjukkan penambahan berat
badan yang tepat
NOC: Nutritional Status
NO
1.
2.
3.
INDIKATOR
Asupannutrisi
Rasio BB/TB
Energy
Intervensi :
1. Pertahankan cairan pareteral atau nutrisi parenteral total sesuai instruksi
2. Pantau adanya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral total, terutama
protein dan glukosa
3. Kaji kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu khususnya kemampuan
untuk mengkoordinasikan menelan dan pernapasan
4. Susukan bayi pada payudara ibu bila penghisapan kuat, serta menelan dan
refleks muntah ada (biasanya pada usia gestasi 35 sampai 35 minggu) untuk
meminimalkan resiko aspirasi
5. Ikuti protokol unit untuk meningkatkan volume dan konstrasi formula untuk
menghindari intoleransi pemberian makan
6. Gunakan pemberian makan orogastrik bila bayi mudah lelah atau mengalami
penghisapan, refleks muntah atau mengalami penghisapan, refleks muntah atau
menelan
yang
lemah
karena
makan
dengan
ASI
dapat
mengakibatkan
penurunan beratbadan
7. Bantu ibu mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi
sampai bayi dapat menyusu ASI
8. Bantu ibu ketika menyusui bila mungkin dan diinginkan
9. Pemberian makanan peroral dengan menggunakan penetes obat dengan ujung
karet dan botol dengan dot yang kecil dan sangat lembut
10.Berikan makan dengan perawatan yang cermat dalam jumlah kecil dan lambat
11.Anjurkan ibu untuk memberikan air susu ibu
12.Beri ASI bayi di bawah 1,33 kg setiap 2 jam sampai 3 jam
13.Beri ASI bayi di atas 1,35 kg setiap 3 sampai 4 jam
14.Catat jumlah makanan yang di berikan secara akurat dilakukan setiap kali makan
dan mencatat respon bayi
15.Timbang BB setiap hari
16.
6. Gangguan proses keluarga b.d krisis situasi yang ditandai dengan keluarga
merasa khawatir dengan kondisi bayinya yang prematur serta tidak tahu cara merawat
bayi prematur
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan keluarga
dapat menunjukkan pemahaman dan keterlibatan dalam perawatan bayinya dengan
tepat
Kriteria hasil: didapatkan skor 4 pada indikator NOC
NOC: Parenting Performance: Infant
No
Indikator
.
1.
Merespon
2.
3.
4.
usia
Memperoleh
kesehatan
dengan
tepat
bantuan
professional
terhadap
dari
tenaga
ketika
tejadi
gejala
Indikator
.
1.
Berpartisipasi
2.
perawatan
Berpartisipasi
3.
4.
perawatan
Memperoleh informasi yang dibutuhkan
Kolaborasi dalam menentukan treatmen
dalam
dalam
rencana
menyediakan
INDIKATOR
O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
pembedongan bayi
Kemungkinan dukungan kelompok
.
Keterangan: 1. No knowledge, 2. Limited knowledge, 3. Moderate knowledge, 4.
Substantial knowledge, 5. Extensive knowledge
NIC: Kangaroo Care
1. Jelaskan keuntungan dan maksud pemberian kontak kulit ke kulit pada bayi
R/ kebutuhan mempertahankan suhuh ruangan konstan
NIC: Parent Education: Infant
1. Menentukan pengetahuan orang tua dan kesiapan dan kemampuan untuk belajar
tentang perawatan bayi
R/ perawat mengobservasi tingkat pengetahuan dan perencanaan kebutuhan
fisik bayi, seperti pakaian, tempat tidur bayi, dll
2. Mengajari orang tua tentang perawatan BBL
3. Menyediakan informasi tentang menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi
bayi
R/ orang tua mampu membuat lingkungan rumah aman dan kebutuhan
menghindari keramaian dan orang-orang dengan infeksi
NIC: Infant Care: Preterm
1. Menciptakan hubungan terapeutik dan mendukung dengan orang tua
R/ kebutuhan mengungkapkan perasaan emosi yang tidak siap untuk peran
menjadi orang tua
2. Menyediakan informasi yang akurat dan faktual mengenai kondisi bayi,
treatment, dan kebutuhan
R/ mencegah terjadinya kecemasan pada orang tua terkait kondisi bayinya
3. Informasikan pada orang tua tentang pertimbangan perkembangan bayi
prematur
R/ kebutuhan
untuk
menghitung
tanggal
lahir
dalam
mengantisipasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba et al, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :EGC
2. Santoso. (2003). Hubungan Antara Kelahiran Prematur Dengan Tumbuh
Kembang Anak Pada Usia 1 Tahun. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro. Online (http://www.print.undip.ac.id) diakses pada tanggal 28
November 2015.
3. Oxorn, H. dan Forte, W.R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : YEM
4. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Badan Pusat Statistik Jakarta . 2003
5. World Health Organization. Child Health and Development : Health in New Born,
Ganeva : 2007
6. Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity
Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah, Jakarta : EGC.
7. Cunningham, G. 2006. Obstetri William vol.1. Jakarta: EGC
8. Sastrawinata, Sulaiamandkk. 2004. IlmuKesehatanReproduksi: ObstetriPatologi
Ed. 2. Jakarta: EGC
9. Arum dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta :
Mitra Cendikia
10.Oxorn, Harry, 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta, Yayasan Essentia
Medika
11.Varney,H., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta;EGC
12.Wadhwa P, Culhane J, Virginia R. Stress, infection and preterm birth: a
biobehavioral perspective. Paed Perinatal Epidemiol. 2001;15:17-29.
13.Manuaba, G., B., I., et al. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
14.Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC
15.Wahab, A. Samik. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed. 15. Jakarta :EGC
16.Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Ed 2. Jakarta: EGC
17.Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,
Diagnosis, Evalusi: Jakarta: EGC
18.Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta:EGC
19.Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,
Diagnosis, Evalusi: Jakarta: EGC
20.Mary,P Hamilton. 2001. Dasar-dasar keperawatan maternitas edisi 6. Jakarta :
egc
21.Donna,L Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC