Pseudomonas Solanacearum

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Nama : Diah Kartikasari

NPM : 1525010182
Kelas : C25/AGROTEKNOLOGI

PSEUDOMONAS SOLANACEARUM
Penyakit layu kacang tanah disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum yang
dapat menurunkan produksi kacang tanah. Di Indonesia penurunan produksi akibat penyakit layu
bakteri ini mencapai 30 sampai 60 %, sedangkan dinegara lain seperti China kehilangan hasil
mencapai 50.000 ton setiap tahunnya. Bakteri P. solanacearum bersifat aerob, tidak berspora dan
tidak berkapsul serta bersifat gram positif, dengan ukuran sel bakteri 0,5 x 1,5 m. Isolat yang
virulen tidak mempunyai flagela sedangkan yang avirulen mempunyai 4 flagela. Bakteri ini
dapat dibagi 5 ras yang terdiri dari 5 biovar, setiap biovar dapat diidentifikasi berdasarkan
susunan biokimia atau fisiologinya. Biovar yang bersifat patogen pada kacang tanah adalah
biovar 1, 3 dan 4. Sedangkan biovar 2 dan 5 belum dilaporkan dapat menginfeksi kacang tanah.
Khusus di Indonesia biovar 3 dilaporkan dapat menyebabkan penyakit layu pada kacang tanah.
Gejala penyakit layu pada tanaman muda mengakibatkan layu mendadak pada batang dan daun,
sedangkan daun lainnya tetap berwarna hijau. Pada tanaman tua serangannya menyebabkan daun
menguning, layu atau mati satu cabang atau seluruh tanaman. Pada akar tanaman yang terinfeksi
menjadi busuk, dan berwarna coklat. Pengendalian penyakit layu kacang tanah dapat dilakukan
secara terpadu yaitu secara kultur teknis dengan rotasi tanaman dan sanitasi tanaman,
penggunaan varietas tahan serta benih sehat (tidak terinfeksi). Di Indonesia varietas kacang tanah
yang tahan terhadap penakit layu adalah varietas Macan, Banten, Tupai, Tapir, Pelanduk, Tuban,
Muneng dan Tasikmalaya.
I.

II.

PENDAHULUAN
Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum pertama
kali diketahui di Indonesia oleh Van Breda de Haan pada tahun 1904 di Cirebon.
Machmud (1986) mengemukakan penyakit ini sudah tersebar di seluruh Indonesia
dan sebelum didapatkannya jenis kacang tanah varietas tahan terhadap penyakit layu
ini dapat menyebabkan kematian tanaman sampai 25%.
Penyakit ini mempunyai arti penting di beberapa Propinsi seperti Sumatera
Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan karena dapat menimbulkan kerugian
berkisar antara 0,8 sampai 10%. Bakteri P. solanacearum dapat bertahan lama di
dalam tanah, terutama jika disuatu daerah terdapat banyak inang yang rentan. Pada
kondisi kering populasi bakteri ini akan sangat berkurang. Bakteri ini dapat masuk ke
tali pusat (funiculus) dan kadang-kadang ke integumen biji, tetapi tidak pernah masuk
ke embrio.
Kemungkinannya sangat kecil bakteri ini dapat bertahan lama pada permukaan
polong atau permukaan biji.
GEJALA PENYAKIT

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri P. solanacearum (E.F.Sm.), yang dahulu


sering disebut Xanthomonas solanacearum (E.F.Sm.), Bacterium solanacearum (E.
F.Sm.) dan Phytomonas solanacearum (E.F.Sm.). Menurut tata nama yang paling
baru, nama lengkap dari bakteri ini adalah Pseudomonas solanacearum (Gambar 1).
Tanaman kacang tanah yang terinfeksi bakteri P. solanacearum tampak layu,
menguning dan kerdil. Apabila batang tanaman yang terserang dipotong melintang
akan terlihat berwarna coklat dan kalau dipijat keluar lendir berwarna putih. Bakteri
ini menginfeksi tanaman kacang tanah melalui luka terutama luka yang terjadi akibat
bercocok tanam, maupun luka akibat tusukan nematoda.
Bakteri P. solanacearum memiliki kisaran inang yang luas dan menyerang lebih
dari 32 famili termasuk tanaman budidaya dan gulma. Tanaman budidaya yang
menjadi tanaman inang bakteri P. solanacearum adalah tanaman tomat, tembakau,
cabai, terong, kentang, kacang tanah, pisang, dan wijen.
Bakteri P. solanacearum bersifat aerob, tidak berspora dan tidak berkapsul dan
bersifat gram positif, ukuran sel bakteri 0,5 x 1,5 m. Isolat yang virulen tidak
mempunyai flagella sedangkan yang avirulen mempunyai empat flagella.
Bakteri ini berakumulasi dengan poli beta hydroxybutyrate sebagai cadangan
karbon walaupun tidak memproduksi pigmen fluorescens didalam media agar yang
mengandung tyrosin. Selanjutnya bakteri ini memproduksi nitrat untuk frekuensi
produksi nitrit tetap tidak dapat menghidrolisa zat tepung. Dalam gelatine cair hanya
bersifat lemah, tidak dapat menggunakan arginin sebagai sumber karbon.
Pertumbuhan optimum untuk beberapa strain dibutuhkan suhu antara 25 0 - 350 C
dan PH 6,7. P. solanacearumselalu menunjukkan tingkat toleransi kadar garam yang
rendah. Isolat dari P. solanacearum tidak dapat tumbuh dalam media yang
mengandung NaCl 2% dan dapat tumbuh pada 0,5 - 1,5% NaCl.
III.

RAS DAN BIOVAR STRAIN


P. solanacearum
Isolat P. solanacearum diklasifi-kasikan dalam 5 ras (He et al., 1983). Dasar dari
5 biovar adalah grup informal pada tingkatan subspesifikasi dan tidak mempunyai
kode numenklatur pada bakteri. Dua sistem klasifikasi hanya dapat dibandingkan
untuk tingkatan tertentu, dimana setiap sistem mempunyai kontribusi penuh terhadap
kelakuan patogen dan variasi inang dari spesies tanaman.
Istilah ras digunakan untuk menandakan isolat tertentu dari patogen dengan inang
dan tingkat virulensi tertentu. Setiap ras mempunyai beberapa strain atau patotipe.
Istilah strain mewakili group dari isolat yang mempunyai beberapa ciri misalnya
daerah geografi penyebarannya, morfologi koloni, transmisi dari serangga dan
adaptasi temperatur. Istilah patotipe digunakan untuk strain dalam
pathogenicity/virulensi dalam inang yang spesifik. Ada 5 ras dari P.
solanacearum adalah :
Ras l : Mempunyai inang yang luas termasuk tanaman kacang-kacangan, Ras 2 :
Berpengaruh terhadap tanaman inang, Helicona sp., Ras 3 : Mempunyai inang yang

IV.

terbatas terutama pada tanaman tomat dan kentang, Ras 4 : Pengaruh utama terjadi
pada tanaman jahe. Penyakit ini terjadi di Phillipina yang termasuk ke dalam biovar
3 da 4, Ras 5 : Penyakit bakteri ini terjadi pada mulberry dan banyak terjadi di Cina
termasuk biovar 5.
PENGENDALIAN
Pengendalian penyakit layu bakteri (P. solanacearum) pada kacang tanah ada
beberapa cara yaitu: 1) pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan rotasi dan
sanitasi tanaman; 2) penggunaan varietas tahan; 3) penggunaan benih yang sehat atau
benih yang tidak terinfeksi bakteri layu.
Rotasi tanaman kacang tanah dengan tanaman padi yang beririgasi hasilnya dapat
menurunkan serangan penyakit layu bakteri, diikuti oleh tanaman jagung kedelai,
tanaman kedelai kedelai (Mahmud, 1993).
Menurut He et al., (1983) rotasi tanaman antara kacang tanah dan padi telah
berhasil dilakukan dibeberapa daerah di Cina, demikian pula rotasi tanaman dengan
terigu, sorgum dan kapas juga efektif menekan timbulnya penyakit layu bakteri ini.
Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang terbaik
misalnya penggunaan varietas unggul Nasional seperti varietas Macan, Banteng,
Tupai, Tapir dan Pelanduk. Sedangkan varietas lokal yang tahan adalah varietas
Tuban, Muneng dan Tasikmalaya (Mahmud, 1993), namun kelemahannya adalah
peka terhadap penyakit penting lainnya (Puslitbangtan, 1991).
Bakteri P. solanacearum dapat ditularkan melalui biji kacang tanah yang
terinfeksi (Mahmud dan Middleton, 1990). Penularan melalui biji dapat mencapai 5
-8 % dan ini merupakan sumber inokulum utama di lapangan.

Pseudomonas cattleyae
Agrobacterium tumifaciens
Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri patogen pada tanaman yang banyak
digunakan untuk memasukkan gen asing ke dalam sel tanaman untuk menghasilkan
suatu tanaman
transgenik.
Secara
alami, A.
tumefaciens dapat
menginfeksi
tanaman dikotiledon melalui bagian tanaman yang terluka sehingga menyebabkan tumor
mahkota empedu (crown gall tumor). Bakteri yang tergolong ke dalam gram negatif ini memiliki
sebuah plasmid besar
yang
disebut plasmid-Ti yang
berisi
gen
penyandi faktor
virulensi penyebab infeksi bakteri ini pada tanaman. Untuk memulai pembentukan tumor, A.
tumefaciens harus menempel terlebih dahulu pada permukaan sel inang dengan
memanfaatkan polisakarida asam yang akan digunakan untuk mengkoloniasi/menguasai sel
tanaman. Selain tanaman dikotiledon, tanaman monokotiledonseperti jagung, gandum,
dan tebu telah digunakan untuk memasukkan sel asing ke dalam genom tanaman. Agrobacterium
tumefaciens adalah bakteri patogen pada tanaman yang banyak digunakan untuk memasukkan
gen asing ke dalam sel tanaman untuk menghasilkan suatu tanaman transgenic.

Anda mungkin juga menyukai