Laporan Praktikum Kta I
Laporan Praktikum Kta I
Laporan Praktikum Kta I
PENDAHULUAN
II.
Tujuan
1. Menyusun tinjauan akademis system pertanian pada lahan yang tidak sesuai
(Kelas V VIII)
Lahan sendiri merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,
tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan. Sedangkan penggunaan lahan merupakan setiap
bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spritual.
Pembangunan di Indonesia yang gencar dilakukan seiring perkembangan
jaman dan pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan akan lahan semakin
besar. Kebutuhan lahan yang semakin besar ini memicu alih fungsi lahan yang
sudah sering terlihat saat ini. Selama ini kebutuhan akan lahan diidentikan
dengan kebutuhan lahan untuk pertanian karena memang saat ini pertanian
merupakan sumber utama pangan manusia. Peralihan fungsi lahan perlu
mendapat perhatian lebih karena penggunaan lahan sedikit banyak pasti
berpengaruh terhadap kehidupan manusia itu sendiri.
Pengetahuan akan kondisi lahan dan kemampuan lahan sangat penting
karena banyak masyarakat kurang mengetahui sehingga mereka menggunakan
lahan secara sembarangan yang akhirnya merusak lahan itu sendiri. Setelah
lahan menjadi rusak, maka pemulihan kembali sangatlah sulit dan masyarakat
sendiri yang akan dirugikan.
III. PEMBAHASA
1
2
A Prosedur Kerja
Dibersihkan Splash Cups lalu dikeringkan.
Diisi Splash Cups dengan tanah, kemudian sambil diketuk-ketuk secara pelan
3
4
6
7
8
AB
d
Keterangan :
E = Besarnya energi kinetis
A = Berat pasirkering mutlak + Splash Cups sebelum kehujanan (g)
B = Berat pasirkering mutlak + Splash Cups setelah terkena hujan (g)
d = Luas lingkaran Splash Cups (m2)
Dibandingkan vegetasi mana yang paling baik dalam menahan energi kinetik
A. Hasil Pengamatan
E1=
Tanggal
14-12-2015
14-12-2015
14-12-2015
15-12-2015
15-12-2015
15-12-2015
16-12-2015
16-12-2015
16-12-2015
A 1B 1
=
d1
Curah
Hujan
(cm)
3,3
3,4
3,5
0,8
1
1
2
0,8
2
251,5239,5
0,28
Berat Awal
(g) A
251,5
279,5
288,5
241,3
271
288,5
247,8
271
274,3
A 2B 2
d2
279,5251
0,28
d= r2 (d2/d5/d8)
= 3,14 (6:2)2 =28,26 cm2 =0,28 dm2
= 101,78
E3=
A 3B 3
d3
288,5262,5
0,23
d= r2 (d3/d6/d9)
= 3,14 (5,5:2)2 = 0,23 dm2
= 113,04
E4=
A 4B 4
d4
Energi kinetis
(Joule/dm3
)
42,05
101,78
113,04
20,64
60,71
105,21
35
35,71
19,13
d= r2 (d1/d4/d7)
= 42,85
E2=
Berat
Akhir
(g) B
239,5
251
262,5
233
254
264,3
238
261
269,9
241,3233
0,28
E5 =
271254
0,28
= 29,64
= 60,71
A 5B 5
d5
A 6B 6
d6
E6=
288,5264,3
0,23
E7=
A 7B7
d7
E9=
A 9B 9
d9
247,8238
0,28
= 105,21
A 8B 8
d8
E8=
= 35
=
271261
0,28
274,3269,9
0,23
= 35,71
2
= 19,13
E1=
Tanggal
14-12-2015
14-12-2015
14-12-2015
15-12-2015
15-12-2015
15-12-2015
16-12-2015
16-12-2015
16-12-2015
A 1B 1
=
d1
Curah
Hujan
(cm)
2,6
4,0
4,5
2,3
2,0
1,1
2,7
2,5
2,0
312295,5
0,28
Berat Awal
(g) A
312
326
333
306
319
299
323
315,5
304,1
E2=
32634
0,28
d= r2 (d2/d5/d8)
= 3,14 (6:2)2 =28,26 cm2 =0,28 dm2
= 78,57
E3=
A 3B 3
d3
Energi kinetis
(Joule/dm3
)
58,92
78,57
168,07
38,57
35,71
126,92
33,92
64,28
152,69
d= r2 (d1/d4/d7)
= 58,92
A 2B 2
d2
Berat
Akhir
(g) B
295,5
304
289,3
295,3
309
266
313,5
297,5
264,4
333289,3
0,26
d= r2 (d3/d6/d9)
= 3,14 (5,8:2)2 = 0,26 dm2
= 168,07
E4=
A 4B 4
d4
306295,2
0,28
E5 =
A 5B 5
d5
E7=
A 7B7
d7
E9=
A 9B 9
d9
319310
0,28
= 38,57
E6=
= 35,71
A 6B 6
d6
299266
0,26
323313,5
0,28
= 1026,92
E8=
= 33,92
A 8B 8
d8
315,5297,5
0,28
304,1264,4
0,26
= 64,28
= 152,69
Uji t Ek
Tabel Uji t
T
58,92
78,57
168,07
38,57
35,71
126,92
32,92
64,28
152,69
xx
N
42,85
101,78
113,04
29,64
60,71
105,21
35
35,71
219,53
543,49
60,39
T-TT
-25,28
-5,63
83,87
-45,163
-48,49
42,72
-50,28
-19,92
68,49
N-NT
-17,54
41,39
52,65
-30,75
0,32
44,82
-25,39
-24,68
-40,8
(T-TT)2
639,07
31,69
7034,17
2082,09
2351,28
1824,99
2528,07
396,81
4690,88
21.578,99
(N-NT)2
307,65
1713,13
2772,02
945,56
0,1
2008,83
644,65
609,1
1669,54
10.400,58
Perhitungan
(T TT )2
nT 1
( N NN )2
nN 1
ST
SN
Fhitung =
S2 N
S2T
21.578,99
9 1
210.400,58
9 1
1300,07
2697,37
= 2.697,37
= 1300,07
= 0,48
Varietas Gabungan
Sp2
( 8 ) 697,37+ ( 8 ) , 07
8+ 8
31.979,52
16
21578,96+10.400,56
= 1998,72
Standard Error
Se(T-N) =
Sp2 Sp2
+
nT nN
444,16 = 21,08
1998,72 1998,72
+
9
9
222,08+222,08
t hitung
NT TT
t=
23,81
21,08
Se (T N )
84,260,39
21,08
= 1,13
B. Pembahasan
10
struktur tanah menjadi butir butir primer dan penghancuran struktur tanah
diikuti pengangkutan butir butir tanah tersebut. Proses penghancuran
pengangkutan
dan
jumlah, serta kecepatan aliran permukaan, daya tahan tanah terhadap dispersi, dan
pengangkutan oleh air.
11
12
berjalan dengan cepat, terlebih di daerah yang mempunyai potensi erosi dan tanpa
usaha pengendalian.
Erosi yang diperbolehkan (permissible erosion) merupakan erosi yang
berlangsung seimbang atau lebih kecil dari pembentukan tanah di daerah tersebut.
permissible erosion merupakan laju erosi yang tidak melebihi laju pembentukan
tanah. Sitanala Arsyad (1989) memperkirakan bahwa besar erosi yang
diperbolehkan di Indonesia yaitu 2-3 kali besar erosi di Amerika (15-33 ton/ha/th
atau 1,25-2,5 mm/th). Hal ini disebabkan karena jumlah curah hujan dan
temperatur di Indonesia lebih tinggi dibanding Amerika.
Erosi yang terjadi dapat dibedakan berdasarkan produk akhir yang
dihasilkan proses itu sendiri. Erosi juga dapat dibedakan karena kenampakan
lahan akibat erosi itu sendiri. Atas dasar itu erosi dibedakan, yaitu: 1) erosi
percikan (splash erosion), 2) erosi lembar (sheet erosion), 3) erosi alur (rill
erosion), 4) erosi parit (gully erosion), 5) erosi tanah longsor (land slide), 6) erosi
pinggir sungai (stream bank erosion) (Rahim, 1995).
Erosi percikan adalah erosi yang disebabkan oleh adanya air hujan yang
memberikan energi tertentu ketika jatuh (energi kinetis), kemudian melepaskan
partikel-partikel tanah, oleh sebab itu erosi percikan terjadi pada awal hujan. Erosi
percikan terjadi secara maksimum kira-kira 2-3 menit setelah hujan turun karena
pada saat itu tanah dalam keadaan basah, sehingga mudah dipercikan. Setelah 2-3
menit percikan akan menurun mengikuti ketebalan lapisan air. Terlepasnya
partikel-partikel tanah dari masa tanah akibat erosi percikan sangat bergantung
pada jenis tanah yang tererosi. Intensitas erosi percikan meningkat dengan adanya
13
air genangan, tetapi setelah terjadi genangan dengan kedalaman tiga kali ukuran
butir hujan, erosi percikan minimum. Erosi percikan akan berhenti apabila tetesan
air hujan sudah tidak mampu lagi untuk menembus ketebalan lapisan air. Pada
saat inilah proses erosi lembar dimulai. Erosi lembar akan dapat ditemukan secara
jelas di daerah yang relatif seragam permukaannya. Pada daerah yang
permukaannya
datar,
terjadinya
erosi
percikan
kurang
menimbulkan
permasalahan. Karena tetesan air hujan yang menimbulkan percikan akan terbagi
rata ke segala arah. Tetapi pada daerah miring akibat percikan tanah akan
terlempar ke bawah sesuai kemiringan lahan tersebut (Harjadi ,2004).
Setiap jenis tanah mempunyai kemampuan untuk menyerap air berbedabeda. Jika tanah sudah mencapai batas maksimum untuk menyerap air, tapi air
masih datang terus menerus sehingga terjadilah aliran air. Aliran air ini tentunya
mempunyai energi atau tenaga, makin miring permukaan tanah makin besar pula
tenaganya. Dengan tenaga tersebut air ini mampu membawa butir-butir tanah
yang terdapat di permukaan tanah. Kejadian inilah yang disebut erosi aliran
permukaan. Aliran air pada permukaan tanah tidak selamanya membawa butirbutir tanah. Terbawanya butir-butir tanah oleh aliran permukaan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yaitu kecepatan dan turbulensi aliran (Harjadi ,2004).
Erosi Aliran di bawah tanah merupakan kelanjutan dari erosi aliran
permukaan. Erosi ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kandungan
mineral-mineral basa yang terlarut. Mineral basa yang terlarut oleh aliran di
bawah permukaan bisa mencapai dua kali lipat dibanding dengan mineral yang
terlarut oleh aliran permukaan. Tapi bagi tanah yang tererosi oleh aliran dibawah
14
15
beberapa hal yang bisa menimbulkan terbentuknya erosi parit yaitu; merupakan
kelanjutan dari erosi alur, akibat runtuhnya terowongan atau saluran di bawah
tanah, akibat terjadinya tanah longsor yang arahnya memanjang (Nursaban,
2006).
Erosi gerak masa tanah ditandai dengan bergeraknya sejumlah massa tanah
secara bersama-sama. Ada berbagai bentuk erosi gerak massa tanah yaitu:
rayapan, longsoran, runtuhan batu, dan larian lumpur. Terjadinya erosi gerak
massa tanah merupakan akibat meluncurnya suatu volume tanah yang berada di
atas lapisan kedap air (impermeable). Lapisan ini mengandung kadar liat yang
cukup tinggi dan setelah jenuh air bisa bertindak sebagai peluncur. Longsoran
tanah ini baru bisa terjadi apabila terdapat lereng yang cukup curam dan adanya
lapisan di bawah permukaan tanah yang kedap dengan air, serta cukup kandungan
air di dalam tanah sehingga tanah yang berada di lapisan kedap menjadi jenuh.
Adapun erosi pinggir sungai yang mirip erosi tanah longsor mengikis pinggir
sungai-sungai yang karena sesuatu hal mengalami longsor terutama bila pinggir
sungai itu vegetasi alaminya ditebang dan diganti dengan tanaman baru
(Nursaban, 2006).
Hubungan energi kinetik dengan terjadinya erosi adalah energi kinetik ikut
menentukan terjadinya erosi, ketika tetesan air hujan bertumbukan dengan
permukaan tanah, maka energi kinetik air hujan berubah menjadi energi
penghancur agregat tanah. Agregat tanah yang menpunyai kekuatan ikatan lebih
rendah dari energi kinetic hujan akan tercerai-berai menjadi ukuran yang lebih
tinggi.
16
17
Pergiliran tanaman
Yaitu sistem penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu
tertentu pada sebidang tanah.
d.
Penanaman dalam jalur (strip cropping) adalah suatu sistem bercocok tanam
dengan cara beberapa jenis tumbuhan ditanam dalam jalur yang berseling-seling
pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau menurut garis kontur.
2. Metode Teknis Mekanis
Pengendalian erosi secara teknis mekanis adalah usaha-usaha pengawetan tanah
untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan
cara-cara mekanis. Usaha pengendalian erosi secara teknis mekanis berupa
bangunan-bangunan teknis pada lahan yang miring, berupa teras dan saluran
pembuangan air (Sarief, 1985). Metode mekanik dalam pengendalian erosi
berfungsi: a) memperlambat aliran permukaan, b) menampung dan menyalurkan
aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, c) memperbaiki atau
memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, serta d)
menyediakan air bagi tanaman.
18
Teras Datar
Teras datar adalah jenis teras yang dibuat pada lahan yang kemiringannya
kurang dari 5% dengan maksud utama untuk membantu peresapan air ke dalam
tanah. Bentuk teras datar sangat sederhana, dengan bagian utama bibir teras dan
bidang olahan.
2)
Teras Kridit
Teras Kridit dibuat pada tanah dengan kemiringan 3-10% dengan maksud
untuk membantu peresapan air ke dalam tanah. Jenis teras ini pada umumnya
diterapkan pada tempat-tempat yang lahannya sulit menyerap air.
3)
Teras Bangku
Teras bangku adalah jenis teras yang dibuat pada tanah dengan kemiringan
15-50% disebut juga teras tangga. Bentuk teras paling sempurna yang terdiri atas
19
bibir teras, talud, bidang olahan dan saluran teras. Bidang olahan dibuat miring ke
dalam dengan kemiringan sebesar 0,2% tujuannya untuk meresapkan air ke dalam
tanah dan untuk mencegah erosi tanah.
4)
Teras Guludan
Teras guludan adalah jenis teras yang dibuat pada lahan yan
gkemiringannya antara 5-15% dengan bentuk sederhana terdiri atas bibir teras,
saluran teras dan bidang olahan serta dilengkapi saluran pembuangan air di
sepanjang bagian atas guludan.
B. Saluran Pembuangan Air (SPA)
Merupakan saluran terbuka yang dibuat pada permukaan tanah yang sudah
diteras dengan arah tegak lurus denan arah garis kontur dengan maksud
menampung sisa aliran permukaan untuk disalurkan ke tempat yang aman dari
bahaya erosi dan longsornya tanah.
C. DAM Penahan
DAM penahan adalah bendungan kecil dan sederhana yang dibuat pada
alur/parit alam, dengan urugan tanah diperkuat dengan maksud untuk
mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan bagian atasnya.
D. Penghijauan
Penghijauan adalah penanaman tanaman pada tanah-tanah rakyat dan
tanah lainnya yang telah mengalami kerusakan baik di dataran tinggi maupun
dataran rendah yang berada di luar kawasan hutan dengan pohon-pohon terpilih
20
21
dimana :
E = energi kinetik
I = intensitas hujan
Ukuran butir hujan akan mempengaruhi laju aliran permukaan yang digunakan
untuk proses erosi, pengangkutan, dan pengendapan. Pada kondisi ukuran partikel
yang seragam, partikel halus yang kohesif membutuhkan aliran yang besar. Pada
kondisi campuran, partikel kasar akan cenderung melindungi partikel yang lebih
halus sehingga suatu partikel yang lebih halus hanya akan terangkut apabila
partikel pelindungnya telah terangkut (Kartasapoetra, 1985).
Suatu sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi adalah energi
kinetik hujan tersebut, oleh karena merupakan penyebab pokok dalam
penghancuran agregat-agregat tanah.
Rumus : Ek = m v 2
Dimana : Ek = energi kinetik
m = massa butir
v
Energi kinetik hujan didapat dari persamaan (Wiscmeir dan Smith, 1958 & 1978).
E = 210 + 89 log I
Dimana : E = energi kinetik dalam metriton meter per hektar per sentimeter hujan
I = intensitas hujan dalam cm/jam
Termofraksi energi dengan intensitas max. 30 mnt, didapat dari hubungan:
El30 = E (I30. 10-2)
dimana : EI30 = intensitas energi dengan intensitas max. 30 mt
22
4,29
I
keterangan:
Ek
I
merupakan metode yang umum digunakan untuk memperediksi laju erosi. Selain
sederhana, metode ini juga sangat baik diterapkan di daerah-daerah yang faktor
utama penyebab erosinya adalah hujan dan aliran permukaan. Wischmeier (1976)
dalam Risse et al. (1993) mengatakan bahwa metode USLE didesain untuk
digunakan memprediksi kehilangan tanah yang dihasilkan oleh erosi dan
diendapkan pada segmen lereng, selain itu juga didesain untuk memprediksi ratarata jumlah erosi dalam waktu yang panjang.
A=RxKxLxSxCxP
Keterangan:
A = banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun),
R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks
erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E)
dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30 ), tahunan,
23
K = faktor erodibilitas (kepekaan) tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi
hujan (R) untuk suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar,
yaitu petak percobaan yang panjangnya 22 meter (72,6 kaki) terletak pada
lereng 9% tanpa tanaman,
L = faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari
tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah
dengan panjang lereng 22 meter (72,6 kaki) di bawah keadaan yang
identik,
S = faktor kemiringan/kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang
terjadi dari suatu tanah dengan kemiringan lereng tertentu, terhadap
besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang
identik,
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah
antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan
pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang
identik tanpa tanaman,
P = faktor tindakan khusus konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya
erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus seperti
pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras
terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam
keadaan yang identik.
Pada praktikum ini diperoleh hasil bobot total pasir mutlak awal pada
naungan dan non naungan selalu berubah rubah atau dinamis, hal ini disebabkan
24
Karena tingginya curah hujan dan tidak tentunya waktu turun hujan. Hasil
perhitungan menunjukan bahwa t table lebih besar daripada t hitung t hitung < t
tabel (1,13 < 2,12) hal ini menunjjukan tidak ada perbedaan antara energi kinetik
pada naungan dengan energi kinetik tanpa naungan hal ini disebabkan karena
tingginya curah hujan dan dan intensitas curah hujan sehingga membuat besarnya
energy kinetic di kedua jenis tempat dimana pada tempat yang bernaung daun
daun pohon tidak mempengaruhi intensitas hujan yang jatuh ke splash cup.
25
IV.
A. Kesimpulan
1.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bobot total pasir mutlak awal pada
naungan yaitu 2931,2 gram dan total bobot akhirnya yaitu 2861,9 gram
2.
bobot total pasir mutlak awal pada non naungan yaitu 2790 gram dan total bobot
akhirnya yaitu 2730,1 gram
3.
energy kinetic total naungan yaitu 11,52 dan energy kinetic total yaitu 9,97.
Kesmpulannya
4.
Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetis hujan tidak menimbulkan erosi.
B. Saran
1. Pada saat praktikum, praktikan harus mengerjakan secara teliti dan benar.
2. Asisten harus mendampingi praktikan dengan baik.
3. Alat yang tersedia harus lengkap.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28