Laporan Pasang Surut Oseanografi Universitas Diponegoro Semarang - Hasil Dan Pembahasan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PASANG SURUT WORLDTIDE

Oleh : Jefri Gunawan Manurung TIM ASISTEN Mohammad Iqbal Primandanda Kirana Candrasari Hafiz Achmad T Pulung Puji Wicaksono Tria Dewi Anggraeni Yulianto Dwi L Mia Juni Pratiwi Cintya Oktaviana 26020210110028 26020210120041 26020210141011 26020211140088 26020211130053 26020211140104 26020211140093 26020211130024 26020212120013

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil 4.1.1. Tide Analysis

Gambar 23. Tide Analysis Residual Periodogram hubungan antara frekuensi dan energy pasut

Gambar 24. Tide Analysis selama 29 Hari dalam hitungan Julian day 2013 bulan Maret.

4.1.2. Tides Prediction

Gambar 25. Tides Prediction hubungan antara Tinggi muka air dengan most frequencies dalam total waktu.

Gambar 26. Prediksi pasang surut dalam satu bulan Maret 2013 penuh.

Gambar 27. Grafik M (Month) Maret tahun 2013

Gambar 28. Grafik W (Week 1) Maret tahun 2013

Gambar 29. Grafik W (Week 2) Maret tahun 2013

Gambar 30. Grafik W (Week 3) Maret tahun 2013

Gambar 31. Grafik W (Week 4) Maret tahun 2013 4.2. Pembahasan 4.2.1. Perbandingan Metode Admiralty dengan Tide Analysis A. Dalam tabel 1 berikut adalah komponen pasang surut metode admiralty

b. Dalam tabel 2 berikut adalah komponen pasang surut didapatkan dengan metode tide analysis

Gambar 32. Nilai komponen pasut dari aplikasi World Tide.

Gambar 33. Perbandingan komponen pasang surut antara metode Admiralty dengan World Tide

Simbol-simbol komponen sebagai konstanta pasang surut ini mewakili sekelompok komponen penting yang dapat menggambarkan bagaiman keadaan suatu perairan berkaitan dengan air tinggi tertinggi, rendah terendah dan sebagainya yang berkaitan dengan naik turunnya muka air laut suatu perairan. Lima konstituen pertama adalah yang menjadi komponen utama yang menentukan jenis pasang ataupun surut pada suatu daerah titik pengamatan. Jika amplitudo untuk M2 , S2 , dan N2 lebih besar dibandingkan dengan amplitudo untuk K1 dan O1 kemngkinan besar pasang di wilayah ini akan menjadi tipe semidiurnal (Jacobs,2000). Jika K1 dan O1 beramplitudo besar dibandingkan dengan komponen yang lain , maka pasang akan menjadi tipe diurnal (satu tinggi dan satu surut setiap hari ). Sedangkan tipe pasang surut yang berasal dari perbedaan amplitudo adalah antara konstituen utama bagi pasang surut itu sendiri , siklus dalam rentang atau range pasang surut (perbedaan ketinggian antara pasang tinggi dan rendah berturut-turut ) akan sangat bergantung pada perbedaan dalam kecepatan fasenya . Siklus musim semi perbani misalnya , adalah terjadi karena perbedaan kecepatan antara M2 dan S2 . S2 akan menyelesaikan setiap 360 siklus sedikit lebih cepat dari M2. S2 Mampu meyelesaikan dalam 30 dari siklus itu dalam satu jam sementara M2 hanya selesai sebesar 28,984. Pada tingkat itu, S2 akan lebih cepat dari M2 dalam siklus penuh 360 yaitu terdiri dari siklus - musim semi - perbani siklus untuk setiap 14 hari dan ( dua siklus setiap 29 hari , bulan lunar ) . Sebagai gelombang M2 terus tertinggal gelombang. Akan terjadi pasang surut musim semi ketika M2 dan S2 berada dalam fase yang sama sehingga kedua puncak gelombang pada saat yang sama adalah sama besar sehingga menyebabkan pasang surut dalam rentang yang sama besar. Pasang perbani terjadi ketika M2 dan S2 adalah keluar dari satu fase dan cenderung melebihi cepat masing-masing satu sama lain sehingga menyebebkan dan mengurangi kisaran pasang surut. Ada kalanya terjadi pasang maksimum dimana M2,S2 dan N2 dalam satu fase, Hal ini mengakibatkan apa yang disebut pasang perigean - musim semi kisaran maksimal yang terjadi beberapa kali dalam setahun . Karena air pasang pada waktu tertentu adalah hasil dari intervensi sejumlah gelombang yang, sehingga selalu ada banyak variasi. kita tidak bisa mengharapkan satu pasang purnama terlihat persis seperti yang lain. Empat konstituen pasang-surut yang terakhir di atas disebut pasang di perairan dangkal. Saat pasang memasuki perairan di mana rentang pasang surut tidak lagi signifikan dibandingkan dengan kedalaman sehingga menjalani transformasi yang menghasilkan gelombang tambahan yang disebut overtides. frekuensi (kecepatan ) dari

overtides selalu merupakan kelipatan dari frekuensi fundamental - frekuensi gelombang induk yang mengalami transformasi . Karena kecepatan mereka adalah kelipatan dari kecepatan gelombang induk overtides saat pasang memasuki perairan di mana rentang pasang surut tidak lagi signifikan dibandingkan dengan kedalaman sehingga menjalani transformasi yang menghasilkan gelombang tambahan yang disebut overtides akan muncul selalu tetap atau mengalami fase terkunci, dalam time series plot, mereka membentuk gelombang yang tidak bergerak relatif terhadap gelombang induk. Sebaliknya mereka merusak gelombang induk dan menimbulkan asimetri pasang surut permanen, misalnya perbedaan dalam durasi pasang naik versus pasang jatuh (catatan tidak ada perbedaan dalam durasi untuk gelombang kosinus sederhana ditampilkan). Selain overtides, pasang lain yang disebut pasang surut senyawa juga muncul di air perairan dangkal. Gelombang ini ( misalnya MS4 ) hasil dari interaksi air dangkal dari dua komponen gelombang induknya (M2 dan S2 ) . Ada banyak perairan dangkal yang konstituen pasang-surut nya merekonstruksi asimetri pasang surut dan in terlihat di sebagian besar lokasi di dunia. Sehingga perbedaan antara metode admiralty dan metode world tide bukan merupakan satu kesatuan yang hatus identic. Terlihat dari tabel yang disediakan diatas,terdapat perbedaan yang signifikan dan cukup besar terjadi antara metode admiralty dengan metode world tide. Nilai yang cenderung besar terdapat dalam perhitungan metode admiralty walaupun selisihnya tidak terpaut begitu jauh. Ada

hubungan yang significan antara nilai yang dihasilkan antara metode admiralty dengan metode world tide. Untuk komponen pasang surutnya tidak mengalami perbedaan yang terlalu besar, namun perbedaan yang terpaut jauh adalah pada fasa perhitungan nya, nilai fasa pada metode world tide lebih besar dibandingkan dengan metode admiralty. Untuk nilai Formzahl,MSL,LLWL,HHWL cukup mendekati nilai yang sama yaitu masing masing adalah sebagai berikut : MSL pada metode admiralty adalah sebesar 74.99861371629 dan pada metode World Tide adalah sebesar 89.5516; untuk nilai LLWL adalah pada metode admiralty sebesar 20.3111117941567 dan dengan metode World Tide 26.59008; untuk nilai HHWL nya adala pada Metode Admiralty sebesar 101.6176 sedangkan pada metode World Tide sebesar 87.40092 dan untuk nilai Formzahl nya adalah pada metode admiralty bernilai 2.1946 dan dengan metode World Tide adalah sebesar 4.7049. Untuk nilai Formzahl dan komponen konstanta pasut hingga nilai MSL,HHWL,LLWL tidak terpaut terlalu jauh, secara keseluruhan signifikansi keduanya adalah 80% dan hanya terjadi

perbedaan yang cukup besar pada penentuan fasa saja. Terjadinya perbedaan pada penentuan fasa ini bisa disebabkan oleh human error, karena pada meode admitralty sangat dibutuhkan perhatian khusus dan ketelitian tingkat tinggi karena perhitungannya sangat rumit dan berbelit-belit. Semakin sulit perhitungan suatu metode maka peluang untuk terjadinya kesalahan adalah sangat besar, sedangkan dengan metode world tide kita hanya diminta untuk menjalankan aplikasi world tide dalam Bahasa program MATLAB dan pada metode admiralty kita diminta untuk menghitung dengan excel yang cukup rumit. Namun jika user memiliki ketelitian yang lebih baik lagi maka signifikansi hasil dari kedua metode ini bisa mendekati angka yang relative sama. 4.2.2 Tide Prediction Dari data yang saya dapatkan dengan memprediksi pasang surut melalui aplikasi world tide, didapatkan data dalam tabel sebagai berikut melalui kalkulasi pasang surut dalam buku (Jacobs,2000) : Symbol kecepatan amplitudo phase pada malam hari 16-17 Maret 2021

M2 N2 S2 K1 L2 O1

2T-2s+2h = 28.984 2T-3s+2h+p = 28.439 2T = 30.000 T+h = 15.041 2T-s+2h-p = 29.528 T-2s+h = 13.943

3.185 0.696 0.538 0.295 0.277 0.212

-127.24 263.60 -343.66 142.02 -4.72 505.93

Kurva pasang surut yang ideal untuk setiap port yang diberikan disajikan sebagai tinggi rata-rata pada z=0 dan ditambah sejumlah istilah (konstituen ) yang masingmasing terdiri dari formula f ( t ) = H cos ( at + \ phi ). Nilai dari t sebagai fungsi waktu diukur dalam jam , dan f keluar di kaki(ft). Variabel-variabel numerik H, a \ phi adalah masing-masing sebagai fungsi amplitudo , kecepatan dan fase konstituen. Kecepatan diberikan dalam derajat / jam ,dan fase dalam derajat (jadi ini adalah fungsi cosinus yang dimasukan hingga bernilai derajat ). Konstituen yang berbeda memiliki kecepatan yang berbeda pulak, jumlah dan perbedaan dari kelipatan tersebut perbedaannya disebabkan oleh fenomena astronomi. Langkah pertama untuk melakukan prediksi pasang surut adalah evaluasi yang tepat terhadap pengaruh langsung Bulan , Matahari dan planet-planet , umumnya disebut

pasang astronomi. Hal ini didasarkan pada perkembangan dari pasang surut potensial (Melchior, 1978) . Untuk menjelaskan prediksi pasang surut kita harus mempertimbangkan faktor skala yang sering disebut sebagai " Doodson " konstan, bagian geometris tergantung pada posisi di permukaan bumi ( koefisien geodesi ), yang berbeda untuk setiap komponen pasang surut , dan bagian harmonik ,yang merupakan jumlah dari istilah sinusoidal . Pengembangan potensi pasang surut memberikan setiap istilah amplitudo normal dan argumen yang merupakan kombinasi linear dari argumen astronomi dari benda-benda angkasa . Hanya 6 argumen yang diperlukan untuk pasang Luni - solar. Luni adalah bulan dan solar adalah matahari, Variabel dasar yang dipilih oleh Doodson adalah = 14,49205 (periode 24 jam 50 menit ) untuk waktu lunar.

Gerakan orbital bulan membutuhkan 3 variabel tambahan yaitu untuk waktu lunar= 0.544902 ( periode 27,321 hari ) s didefinisikan sebagai posisi Bulan pada orbitnya . Hal ini sesuai dengan variasi deklinasi of the Moon ( tropic bulan ) sebesar = 0,00464 ( periode 8,847 tahun ) terkait dengan revolusi lunar perigee berarti sama dengan ( Periode 18,613 tahun ) sesuai dengan revolusi retrograde dari node lunar. Sebagai waktu matahari dan bulan rata-rata adalah ( t et ) terkait dengan sidereal waktu t. Namun faktor-faktor amplitudo akan berbeda secara sistematis pasang surut untuk melakukan prediksi 2 1,155 ( LP ) , 1,15 ( D ) di luar resonansi atau 1,16 ( SD ) sedangkan 3 1.07 4 1,04 .

khususnya untuk pasang diurnall. Untuk memperhitungkan perbedaan sistematis ini secara konvensional dengan rasio 3 / 2 atau 4 / 2 yaitu antara faktor pasang surut yang sesuai dengan tingkat harmonik atau tidak harmonikan dan apakah faktor pasang surut sesuai dengan komponen pasang surut tersebut. Mengabaikan koreksi ini akan memperkenalkan efek sistematis pada tingkat 1.nms - 2 ( 0,5 10-3 TR ) dan kesalahan RMS dari 0.61nms - 2 . Selain kendala dalam melakukan prediksi pasang surut tersebut efek pembebanan laut jauh lebih rendah pada konstituen namun akan tetap riskan sekalo. Analisis ketentuan yang dihasilkan oleh M dan S dipertimbangkan melalui catatan panjang gravimeters superkonduktor yang disediakan faktor amplitudo yang nilainya dekat dengan 1,07 dan perbedaan fase ini sangat kecil . Dengan menggunakan referensi faktor pasang surut yang dimodelkan m , sehingga akan lebih tepat untuk

memperbanyak istilah seperti MS1 , M1 dan S2 , M2 dengan 3,4 / m . Jika faktor pasang surut diamati dan sangat dirasa perlu untuk memeriksa bagaimana mereka diperoleh. Sebagian besar program analisis pasang surut termasuk masih bisa melakukan itu. Amplitudo dari konstituen pada potensi pasang surut dikalikan dengan rasio 3 / 2 atau 4 / 2 . Dengan demikian lebih baik menggunakan normalisasi yang sama dalam prediksi pasang surut . Sebuah prosedur yang akan lebih tepat jika digunakan dalam VAV Program. Kemudian faktor pasang surut yang diamati bisa bebas dari segala pengaruh W3 , W4 yang merupaka istilah orbs atau noise yang mengganggu analisa pasang surut dan lebih baik untuk diterapkan dalam prediksi pasang surut dengan rasio 3,4 / dengan ketentuan yang datang yang ditentukan bersama. Berdasarkan grafik yang muncul pada peramalan pasang surut untuk tahun 2021, terlihat bahawa percent of total time tertinggi dalam grafik horizontal Height above LAT adalah berkisar antara 0.2-0.3 meter dengan persen kemungkinan muncul kurang dari 10% dari total waktu peramalan, artinya angka ini masih cukup kecil kemungkinan untuk benar-benar terjadi LAT(lowest) penambahan pasang terendah sebesar 0.2-0.3 meter dari biasanya di perairan pantai Semarang. Sedangkan untuk adanya HAT(highest) yang lebih tinggi sebesar 0.967 yang hampir 1 meter terjadi kenaikan pasang, peluang untuk terjadinya hal tersebut cukup besar karena sebesar 20 % dari persen total waktu menunjukkan angka >0.664 dan kemungkinan untuk terjadi penambahan sebesar 0.45 meter dan 0.29 meter probabilitasnya semakin besar dengan total present secara keseluruhan masing-masing adalah sebesar 50% dan 80 %, kemungkinan artinya akan sangat besar terjadi, namun karena ini hanya permalan, hal-hal lain yang bisa merubah kondisi tersebut masih memungkinkan mengingat peramalan yang dilakukan sejauh 8 tahun, namun disisi lain jika kerusakan dan instabilitas alam tetap terjadi, maka kemungkinan yang akan lebih buruk bisa terjadi karena pasang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gelombang pasang yang tentunya sangat membahayakan. Untuk grafik peramalan harian, akan terjadi pasang tertinggi yaitu pada pukul 7.36 yaitu dengan kenaikan muka air laut sebesar 0.94 meter dan kemudian mengalami penurunan muka air laut lagi hingga pukul 15.00 dengan tinggi muka air sebesar 0.34 lalu naik lagi sedikit hingga maksimal pada pukul 18.10 dengan tinggi muka air laut berkisar antara 0.3 meter-.4 meter dan kembali mengalami penurunan muka air

hingga mencapai batas rendah terendahnya bernilai sebesar 0.2-0.3 meter dan ini merupakan surut terendah di hari pertama bulan Maret tahun 2021 tepatnya hari Jumat. Di hari kedua terjadi perubahan waktu pasang yang dimulai lebih lama dibandingkan hari pertama. Pada hari kedua, tinggi muka air laut masih sama yaitu dengan nilai sebesar 0.97 meter namun pasang tertinggi tersebut dimulai lebih lama/telat yang dimuali pukul 8.12 dan ini telat sebesar 1 jam 24 menit dari seharusnya. Kemudian mengalami surut hingga mencapai surut rendah pukul 16.00 dengan tinggi muka air laut sebesar 0.33 meter dan kemudian naik lagi perlahan mencapai puncak nya di pukul 19.00 dengan tinggi muka air sebesar 0.35 meter dan turun hingga surut rendah terendah pada pukul 22 higga menyentuh 0.25 meter. Keadaan ini terus berlanjut dan terus menerus terjadi pergeseran tinggi pasang muka air laut dan juga surut nya. Nilai tertinggi untuk pasang justru terjadi di hari ke 29, yaitu muka air tertinggi tercatat sebesar 0.97 meter dan surut rendah terendahnya hanya 0.24 meter hingga 0.25 meter dan dilihat secara keseluruhan di perairan pantai semarang berpotensi sekali terjadi pasanng surut ganda yaitu dua kali pasang dan dua kali surut, namun pasang tertinggi tetap terjadi pada pasang pertama kali dan pasang selanjutnya cukup terpaut jauh, oleh karena itu hal ini cukup tidak terasa jika dilihat secara kasat mata karena angka pasang selanjutnya cukup jauh dari pasang pertama dan cukup dekat dengan surut rendah terendah selanjutnya. Namun tetap saja bahwa perairan pantai semarang berpotensi mengalami dua kali pasang dan dua kali surut. Pada minggu pertama terjadi pasang maksimum yatu menyenth 0.95 dan menalami surut pada bulan 3/2. Hal yang sama juga terjadi pada bulan 3/3. Sejak minggu pertama 3/1 hingga terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dan kemudian setelah itu 3/5 minggu hingga 3/7 hanya satu kali pasang dan satu kali surut dan surut terendah ditutup pada hari terakhir di minggu pertama berkisar 0.2 meter. Kemudian di hari pertama di minggu kedua di bulan yang sama, nilai pasang semakin mengecil namun angka surutnya air laut semakin rendah dan rendah lagi di 3/9 bulan. Hingga di 3/11 bulan dan kemudian menanjak lagi di 3/12 bulan hingga nilai pasang tertinggi di minggu ini terjadi pada hari terakhir di 3/15 bulan. Pada minggu ketiga kurang variatif dan relative sama dengan minggu kedua, namun menariknya setelah memuncak di 3/16 bulan hingga 3/20 bulan justru terjadi satu kali pasang maksimum yaitu pada 0.9 meter dan terjadi dua kali surut dengan angka berkisar 0.3 meter dan 0.4 hal ini bisa disebabkan oleh pengaruh gaya Tarik bulan yang semakin besar di belahan bumi yang lain sehingga surut terjadi dua kali sedangkan pasang nya hanya sekali di minggu ketiga ini.

Dan kemudian kembali normal lagi hingga 3/23 bulan dengan satu kali pasang dan satu kali surut. Pada minggu keempat sangat fluktuatif dimana pasang terenda sangat terendah sebagai sisa diakhir minggu ketiga tai dan kemudian naik drastis di 3/26 bulan dan terus naik hingga di 3/31 akhir bulan dengan kenaikan maksimum terjadi pada 3/29 bulan dengan tinggi puncaknya berkisar 0.96 meter dan masih stabil hingga minggu terakhir dan terjadi dua kali pasang dan dua kali suut walaupun jarak antara pasnag dan surut yang kedua kalinya bisa dikatakan terpaut sangat jauh. Hal ini bisa terjadi karena mungkin saja sedang terjadi bulan baru/bulan mati sehingga terjadi gaya tarik yang sangat besar terjadi pada minggu keempat ini.

Gambar 34. keadaan bulan di tanggal 17 Maret 2021. Dengan aplikasi stellarium kita bisa melihat pembuktiannya bahwa di Semarang pada tanggal 17 Maret terbentuk bulan mati dimana semua muka bulan adalah gelap pada keadaan ini posisi Semarang sedang tidak menghadap bulan melainkan bulan ada dibagian belahan bumi lainnya. Gambar ini saya dapat dengan mengeksekusi daratan dan merubah degradasi angkasa menjadi gelap. Pada saat bulan mati berpotensi besar untuk mengalami surut tedendah dan hal tersebut sesuai dengan peramalan yang dijelaskan dimana muka air laut akan terus surut hingga mencapai minggu ketiga. Dan pada tanggal mendekati minggu ketiga terlihat jelas pada bulan Maret 2021, posisi Kota Semarang tepat menghadap bulan dan sedan terjadi bulan purnama hingga muncullah pasang purnama atau spring tide yang sesuai dengan data awala bahwa terjadi muka air tertinggi sebesar 0.96 meter.

Gambar 34b. Bulan muncul di Malam tanggal 20 Maret 2021.

Gambar 35. Bulan Purnama mulai pada tanggal 20 Maret 2021 Selama terjadi bulan penuh atau bulan baru yang terjadi ketika Bumi, matahari , dan bulan hampir dalam rentang yang sama atau sejajar. Hal ini terjadi dua kali setiap bulan. Bulan tampak baru ( gelap ) ketika itu langsung antara Bumi dan matahari. Bulan muncul penuh ketika bumi berada di antara bulan dan matahari. Dalam kasus kasus ini, tarikan gravitasi matahari tambah dan juga gravitasi bulan pada bumi pun akan bertambah sehingga menyebabkan lautan akan naik lebih banyak dari biasanya . Ini berarti bahwa air pasang sedikit lebih tinggi dan terjadi pasang surut yang sedikit lebih rendah daripada rata-rata. Hal ini disebut pasang surut musim semi. Tujuh hari setelah pasang ini , matahari dan bulan berada pada sudut 90 derajat . Ketika ini terjadi , naiknya muka

air laut yang disebabkan oleh gravitas matahari sebagian lagi membatalkan naiknya muka air laut yang disebabkan oleh gravitasi bulan . Ini menghasilkan pasang moderat yang dikenal sebagai pasang perbani dan pasang perbani ini nilainya/ angkanya adalah kecil dibanding pasang purnama/spring tide karena terjadi gravitasi yang saling meniadakan antara bulan dan matahari,yang berarti bahwa gelombang tinggi yang sedikit lebih rendah dan pasang surut yang sedikit lebih tinggi daripada rata-rata . Pasang perbani terjadi selama kuartal pertama dan ketiga tiap bulan saat bulan akan muncul setengah penuh. Pada hari pertama di bulan maret tanggal 1 Maret 2021 terlihat bahwa terjadi kenaikan muka air laut dan turun drastic di pertengahan bulan dan di minggu ketiga naik lagi yaitu tepatnya di tanggal 26-29 Maret 2021 dan kemudian turun lagi di akhir bulan dan kemungkinan naik lagi di awal bulan April seperti yang dialami di awal bulan Maret yang mungkin saja merupakan imbas daris urut terendah di akhir bulan februari. Masalah utama untuk prediksi pasang surut adalah bahwa pasang surut Bumi yang sangat tergantung oleh gravitasi bulan yang terkadang tidak stabil yang memodifikasi distribusi parameter pasang surut pada permukaan bumi . Gelombang laut menghasilkan daya tarik langsung karena massa air yang bergerak , lentur kerak dan perubahan tambahan dari potensi akibat redistribusi massa juga tidak kalah mempengaruhinya. Jika kita ingin memprediksi pasang surut haruslah ada evaluasi dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang salah satunya disebut sebagai vektor beban L ( L , ) , dimana mencirikan perbedaan fasa antara efek samudera sebuah Bumi pasang vektor untuk setiap gelombang. Hal ini juga memungkinkan untuk menghitung parameter setara pasang m , m yang akan diperkenalkan dalam program prediksi pasang surut : A m ( m.Atheo , m ) = R ( R , 0 ) + L ( L , ). Peramalan dengan MATLAB ini cukup sempurna untuk memprediksi pasang surut dalam jangka waktu yang cukup lama dengan aplikasi World Tide. 4.2.3. Overlay Grafik Metode Admiralty dan Metode World Tide (Terlampir) Pada kedua metode yang jelas berbeda ini tentunya terdaapt perbedaan pula pada pola grafiknya. Pola grafik didasarkan pada elevasi tiap muka air laut dalam rentang waktu tertentu. Hasil yang ditampilkan terlihat berbeda hanya karena metode yang

digunakan adalah berbeda, berbeda system dan perhitungan serta analisanya. Perbedaan tersebut tidak terpaut jauh dan masih bisa ditoleransi, hanya saja perbedaan yang besar adalah pada nilai fase Metode World Tide dan nilai Komponen utama pasut pada Metode admiralty. Kemungkinan yang menyebabakan hal tersebut terjadi adalah ada metode admiralty karena dengan perhitungan excel yang harus sangat teliti sangat memungkinkan untuk terjadinya human error karena kelaalaian dan kelelahan. Karena pola kedua grafik perbedaannya tidak telalu ekstream sehingga grafik yang terbentuk masih dapat diterima dan menunjukkan fluktuasi muka air laut dalam rentang yang telah ditentukan, karena rentang data yang ada antara metode admiralty dan world tide tidaklah diharuskan sama.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai