Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris
Gunawan Widiyanto
Kementerian Pendidikan Nasional
[email protected]
1. Pengantar
Tampaknya, jika kita merenung dan kemudian menengok kembali metode pembelajaran bahasa Inggris
berbasis tata bahasa yang lebih banyak mengedepankan penggunaan bahasa (language usage) daripada
pemakaian bahasa (language use), kita bisa menilainya positif bahwa metode tersebut memiliki dampak
yang positif pula pada siswa dalam guyup persekolahan (schooling community) bahasa Inggris pada
umumnya dan pembelajaran keterampilan bahasa Inggris pada khususnya. Dampak positif itu adalah
bahwa siswa begitu pandai bertata bahasa. Mereka begitu hafal beragam formula tata bahasa yang
didapatkannya di tingkat SMP atau MTs dan kemudian didalaminya lagi di tingkat SMA, SMK atau MA. Itu
bermakna, siswa sudah memiliki modal dan kekuatan yang cukup tentang tata bahasa; dan bisa
dikatakan bahwa siswa yang memiliki kekuatan cukup dalam bidang tata bahasa berkemungkinan besar
memiliki pola dan logika bahasa yang runtut manakala ia mampu berbicara bahasa Inggris. Namun,
persoalan yang dihadapi dan dikeluhkan sebagian (besar) guru bahasa Inggris setakat ini adalah bahwa
siswanya memang memiliki bahasa Inggris tetapi tidak bisa membunyikan bahasa Inggrisnya. Dengan
kata lain, kita memang tidak meragukan kemampuan siswa kita bertata bahasa pada aras kompetensi
(competence) namun kita masih memiliki tanda tanya tentang kinerja siswa kita berbahasa pada aras
performansi (performance). Siswa kita memang sudah bersiap sedia bertata bahasa tetapi masih skeptis
berbahasa. Meskipun kondisinya semerana itu, tugas kita sebagai guru bahasa Inggris idealnya adalah
menyiapkan siswa berbahasa dan membuatnya berbicara bahasa Inggris. Secara praksis, perlu
diupayakan kegiatan yang bisa mengasah ketrampilannya berbicara. Tulisan ini membentangkan
anekakegiatan (speaking activities) yang bisa diadopsi dan diadaptasi oleh guru untuk membuat
siswanya bisa berbicara bahasa Inggris. Namun, diuraikan lebih dulu konsep dan strategi mengajarkan
keterampilan berbicara bahasa Inggris.
1
Inggris dengan cara berinteraksi. Pengajaran bahasa interaktif dan kolaboratif merupakan metode
terbaik untuk mencapai tujuan ini. Pengajaran bahasa interaktif didasarkan atas situasi sesungguhnya
yang memerlukan komunikasi. Dengan metode ini dalam kelas bahasa Inggris, siswa bisa memiliki
kesempatan untuk saling berkomunikasi. Singkatnya, guru bahasa Inggris sudah seharusnya
menciptakan lingkungan kelas yang siswanya bisa berkomunikasi secara rill (real life communication),
kegiatan autentik, dan tugas bermakna yang bisa meningkatkan pemakaian bahasa lisan (oral language).
Hal ini bisa terjadi manakala siswa berkolaborasi dalam kelompok untuk mencapai tujuan atau
menyelesaikan tugas.
3.1 Berdiskusi
Kegiatan diskusi dilakukan agar siswa bisa berbagi ide tentang sebuah peristiwa atau mencari solusi
dalam kelompok diskusinya. Sebelum memulai diskusi, sebaiknya guru menyampaikan tujuan diskusi
agar poin diskusi menjadi gayut (relevant) dengan tujuannya. Dengan demikian, siswa tidak
menghabiskan masanya hanya untuk mengobrol tentang hal-hal yang tidak gayut. Sebagai contoh, siswa
bisa terlibat dalam diskusi tentang kesetujuan atau ketidaksetujuan. Dalam diskusi yang demikian, guru
bisa membentuk kelompok-kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 4 sampai 5 siswa dan
memberi topik kontroversial, semisal “people learn best when they read vs. people learn best when they
are involved in discussion”. Selanjutnya setiap kelompok membincangkan topik tersebut dalam masa
yang diberikan, dan menyatakan pendapatnya di hadapan kelas. Sebaiknya setiap siswa dalam kelompok
itu mendapatkan giliran yang sama untuk berbicara. Pada akhirnya, kelas menentukan kelompok
pemenang yang paling baik mempertahankan pendapatnya. Kegiatan ini bisa mengembangkan kritisnya
pemikiran dan cepatnya pengambilan keputusan siswa, dan siswa bisa belajar bagaimana
mengungkapkan dan membenarkan dirinya dengan cara yang sopan tatkala tidak sependapat dengan
lainnya. Demi efisiensi kelompok diskusi, sebaiknya tidak dibentuk kelompok besar karena siswa yang
pendiam bisa jadi kurang berkontribusi untuk berbicara. Anggota kelompok bisa ditentukan oleh guru
atau siswa sendiri, tetapi kelompok sebaiknya diatur ulang dalam setiap kegiatan diskusi agar siswa bisa
bergantian bekerja dengan beragam orang dan belajar terbuka terhadap beragam ide. Terakhir, dalam
diskusi kelas atau kelompok, apapun tujuannya, siswa semestinya senantiasa disemangati untuk
mengajukan pertanyaan, memarafrasa ide, menyampaikan dukungan, dan meminta kejelasan.
3.5 Simulasi
Simulasi agak mirip dengan kegiatan bermain peran tetapi simulasi lebih rumit. Dalam simulasi, siswa
bisa membawa barang-barang ke kelas untuk menciptakan lingkungan yang realistis. Misalnya, bila
seorang siswa bertindak sebagai penyanyi, dia bisa membawa mikrofon. Kegiatan ini memiliki dua
keuntungan. Pertama, ia memotivasi siswa karena sifatnya yang menghibur. Kedua, sebagaimana
dinyatakan Harmer (1984), ia meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri siswa peragu, karena dalam
kegiatan ini, siswa memainkan peran yang berbeda dan tidak harus berbicara untuk dirinya sendiri, yang
berarti bahwa ia tidak harus memikul tanggung jawab yang sama.
3.6 Wawancara
Siswa dapat melakukan wawancara dengan berbagai jenis orang tentang topik-topik pilihan. Untuk
kegiatan ini sebaiknya guru menyediakan rubrik bagi siswa sehingga siswa mengetahui jenis pertanyaan
apa yang bisa ditanyakan atau langkah apa yang harus diikuti. Siswa sendiri sebaiknya menyiapkan
pertanyaan wawancara. Melakukan wawancara memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempraktikkan kemampuan berbicaranya tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas dan
membantunya bersosialisasi. Setelah wawancara, setiap siswa bisa melaporkan hasil wawancaranya ke
kelas. Tambahan pula, siswa bisa saling mewawancarai dan memperkenalkan pasangannya ke kelas.
3
kelompok itu. Misalnya, jika topik "Diamonds: Earning Money" yang dipilih, kemungkinan pertanyaannya
adalah (a) Is money important in your life? Why?, (b) What is the easiest way of earning money?, dan (c)
What do you think about lottery? Guru sejak awal sebaiknya memberitahu bahwa siswa tidak
diperbolehkan menyiapkan pertanyaan ya-tidak (yes-no questions), karena dengan menjawab ya atau
tidak, siswa tidak bisa banyak berpraktik berbicara. Alih-alih, siswa saling bertanya dengan pertanyaan
terbuka sehingga mereka menjawabnya dengan kalimat yang lengkap.
4. Penutup
Mengajar keterampilan berbicara merupakan bagian sangat penting dalam pemelajaran Bahasa Inggris.
Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris begitu jelas memberi kontribusi pada keberhasilan
siswa di sekolah dan keberhasilannya kelak di setiap fase kehidupannya. Oleh karena itu, guru bahasa
Inggris sudah seharusnya mencurahkan perhatian yang besar pada pengajaran keterampilan berbicara.
Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya komunikasi bermakna sepatutunya lebih
diutamakan daripada menggiring siswa ke arah kegiatan penghafalan semata. Dengan demikian,
beraneka ragamnya kegiatan berbicara sebagaimana disenaraikan di atas bisa memberi kontribusi besar
pada siswa dalam mengembangkan keterampilan interaktif dasar yang perlu demi kehidupannya.
Kegiatan-kegiatan tersebut membuat siswa lebih aktif dalam pemelajaran dan secara simultan membuat
pemelajaran lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
5. Rujukan
Brown, G. and G. Yule. 1983. Teaching the Spoken Language. Cambridge: Cambridge University Press.
Harmer, Jeremy. 1984. The Practice of English Language Teaching. London: Longman.
Kayfetz, Janet K. And Randy L. Stice. 1997. Academically Speaking. Massachusetts: Heinle and Heinle.
Nunan, David., 2003. Practical English Language Teaching. NY:McGraw-Hill.
Penny Ur .1996. A Course in Language Teaching: Practice and Theory. Cambridge: Cambridge University
Press.
5