Perancangan Mesin Pembuat Tepung Tapioka-Poce
Perancangan Mesin Pembuat Tepung Tapioka-Poce
Perancangan Mesin Pembuat Tepung Tapioka-Poce
1, April 2005: 22 27
Aninditya
Abstrak
Perancangan mesin pembuat tepung tapioka (tepung singkong atau ketela pohon) ini merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna, untuk membantu penduduk yang selama ini masih menerapkan cara tradisional dalam pembuatan tapioka. Cara tradisional pembuatan tepung tapioka terdiri dari proses pemarutan ketela pohon yang sudah dikupas, kemudian pemerasan (penggilasan) dan penyaringan parutan ketela pohon yang sudah dicampur air, untuk mendapatkan tepung tapioka. Pada cara tradisional, masing-masing proses tersebut dilakukan secara terpisah, dan manual. Dengan mesin yang dirancang ini, proses pemarutan ketela pohon yang sudah dikupas, pemerasan (penggilasan) dan penyaringan parutan ketela pohon untuk mendapatkan tepung tapioka bisa dilakukan dalam satu rangkaian proses. Dengan mesin yang dirancang ini, waktu proses, yaitu proses pemarutan, pemerasan (penggilasan), dan penyaringan menjadi lebih singkat, bila dibandingkan dengan cara tradisional. Dengan waktu proses yang lebih singkat, laju produksi per satuan waktu menjadi lebih besar. Kata kunci: proses pemarutan, pemerasan, penyaringan, tapioka.
Abstract
The design of tapioca maker is part of an implementation of appropriate technology, to provide people to have a better way to produce tapioca. Traditionally, producing tapioca consist of three steps: grating, squeezing, and filtering. Each step is done separately, by manual operation. With this tapioca maker, those three steps of producing tapioca could be done automatically in a consecutive process. Compare with that of traditional process, the production rate of this the tapioca maker is much higher. Keywords: grating, squeezing, and filtering process, tapioca.
1. Pendahuluan
Proses pembuatan tepung tapioka secara tradisional terdiri dari tiga tahap yang dilakukan secara terpisah. Tahap pertama adalah proses pemarutan ketela pohon yang sudah dikupas kulitnya, sedangkan tahap kedua dan ketiga adalah proses pemerasan dan penyaringan parutan ketela pohon yang sudah dicampur air, untuk mendapatkan tepung tapioka. Proses pemarutan, proses pemerasan dan penyaringan untuk mendapatkan tepung tapioka dilakukan dengan cara manual, menggunakan tenaga manusia. Selain dengan cara tradisional (yang umumnya dengan cara manual), tahapan pembuatan tepung tapioka juga dapat dilakukan secara mekanik, yaitu dengan bantuan peralatan, baik untuk proses pemarutan maupun proses pemerasan dan penyaringannya. Cara mekanik yang ada, menggunakan
Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Juli 2005. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Mesin Volume 7 Nomor 2 Oktober 2005.
dua alat yang terpisah di mana satu alat dipakai untuk proses pemarutan, sedangkan alat yang lain digunakan untuk proses pemerasan dan penyaringan. Untuk meningkatkan efisiensi proses serta kapasitas per satuan waktu, mesin yang dirancang untuk proses pembuatan tepung tapioka secara mekanik diupayakan agar bisa menggabungkan ketiga tahapan proses (pemarutan, pemerasan, serta penyaringan) dalam sebuah peralatan/mesin. Ada beberapa alternatif mekanisme yang bisa dipakai, baik untuk tahapan pemarutan maupun tahap pemerasan dan penyaringan.
22
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
disaring, campuran yang terdiri dari tepung ketela pohon dan air ini diendapkan. Setelah mengendap dan dipisahkan dari airnya, maka endapan tepung ketela pohon ini kemudian dijemur hingga kering. Proses penjemuran dan pengeringan dilakukan terpisah dan tidak merupakan bagian dari mesin yang dirancang ini. 2.1 Mekanisme Pemarutan Mekanisme yang umumnya dipakai untuk proses pemarutan ada dua macam. Pertama adalah menggunakan parut berputar. Pada proses pemarutan ini, ketela pohon yang telah dikupas diparut dengan menggunakan silinder berparut, yang mendesak pada celah dengan jarak tertentu. Silinder berparut diputar dengan menggunakan motor pada kecepatan putar tertentu. Sistem ini dipakai pada proses pemarutan mekanis. Sedangkan yang kedua menggunakan pemarut manual atau pemarut tetap. Pada proses pemarutan ini, pemarutan menggunakan plat yang terbuat dari stainless steel, yang memiliki gigi parut yang berbentuk seperti paku tajam. Gigi parut ini akan menyayat ketela pohon sehingga menjadi butiran/sayatan yang halus. Untuk pemarut manual yang bahannya menggunakan plat stainless steel, gigi parut berasal dari bahan itu sendiri yang disayat, sehingga lembaran yang disayat tersebut berbentuk seperti paku-paku tajam. 2.2 Mekanisme Pemerasan dan Penyaringan Mekanisme pemerasan dan penyaringan adalah proses pengambilan tepung tapioka dari parutan ketela pohon yang sudah dicampur dengan air. Hasil dari proses pemerasan dan penyaringan ini berupa campuran antara air dan tepung tapioka. Campuran ini kemudian diendapkan. Setelah tepung tapioka mengendap, airnya dipisahkan, dan endapannya di jemur/dikeringkan. Mekanisme pertama untuk proses pemerasan dan penyaringan menggunakan system ayakan atau saringan. Parutan ketela pohon yang sudah dicampur air diletakkan di atas saringan tersebut, kemudian diperas atau digilas perlahan sehingga campuran tepung tapioka dan air akan jatuh ke bawah, terpisah dari ampasnya. Mekanisme kedua menggunakan system screw, yang terdiri dari sebuah screw yang ada dalam silinder (dinding screw). Screw diputar sehingga mendorong parutan ketela pohon yang dicampur air, yang berada diantara screw dan silinder. Parutan ketela pohon yang dicampur air, masuk dari hopper yang ada di salah satu ujung screw, berpindah bersamaan dengan gerakan screw, dan keluar pada ujung lain dari screw (bagian keluaran).
Mekanisme ketiga menggunakan poros penggilas yang diletakkan di atas plat penahan yang berlubang-lubang (yang sekaligus berfungsi sebagai saringan). Parutan ketela pohon yang dicampur air masuk dari salah satu sisi/ujung plat berlubanglubang (bagian masukan), kemudian digilas oleh poros penggilas. Poros penggilas akan menekan dan menggilas campuran parutan ketela pohon dan air. Tepung tapioka yang bercampur air akan jatuh ke bawah, sedangkan ampas parutan akan bergerak bersama poros penggilas ke arah bagian keluaran penampung ampas parutan yang terletak pada sisi/ujung lain dari plat berlubang. 2.3 Mekanisme Pemarutan dan Pemerasan yang Dipilih Mesin pembuat tepung tapioka yang dirancang menggunakan mekanisme pemarut berputar (pemarut berbentuk silinder), yang digabung dengan mekanisme pemerasan dan penyaringan menggunakan poros penggilas yang diletakkan di atas plat berlubang-lubang yang sekaligus berfungsi sebangi penyaring. Penggabungan ini bertujuan untuk menyatukan ketiga proses (pemarutan, pemerasan serta penyaringan) yang umumnya dilakukan melalui alat yang terpisah.
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
sisa perasan akan dibuang melalui saluran pembuangan (11). Proses penggilasan dilakukan oleh rol penggilas (5) yang bergerak sejajar di atas plat berlubang (9). Rol penggilas (5) dipasang pada rantai penggerak rol penggilas (12) yang digerakkan oleh sproket (15). Sproket (15), yang jumlahnya empat buah, digerakkan oleh motor penggilas (4) melalui transmisi rantai penghubung sproket motor penggilas dan sproket mekanisme penggilas (6).
Untuk perencanaan sproket dan rantai, panjang rantai dihitung setelah jumlah gigi sproket besar dan sproket kecil ditentukan. Panjang rantai, yang dinyatakan dalam jumlah mata rantai dihitung dengan rumus: Lp = (Z1 + Z2)/2 + 2 Cp + [(Z1 Z2)/6,28]2 / Cp (5) di mana: Lp : panjang rantai (dinyatakan dalam jumlah mata rantai) Z1 : jumlah gigi sproket kecil Z2 : jumlah gigi sproket besar Cp : jarak sumbu poros (dinyatakan dalam jumlah mata rantai). Perhitungan diameter poros yang digunakan pada peralatan yang dirancang ini, dihitung dengan rumus: [(0,58 Syp) / N] > (16/ d3) (M2 + T2)0,5 di mana: = 0,5 Su Syp : tegangan pada yield point (N/mm2) Su : tegangan ultimate (N/mm2) N : faktor keamanan d : diameter poros (mm) M : momen bending maksimum (N mm) T : torsi (N mm). Torsi yang terjadi pada poros dihitung berdasarkan rumus: T = 716,2 P / n di mana: T : torsi yang terjadi (kg m) P : daya motor (HP) n : putaran (rpm). Untuk menentukan besarnya torsi pada poros pemarut, dilakukan pengujian sehingga didapatkan besarnya torsi pada poros yang mampu melakukan proses pemarutan. Pengujian dilakukan menggunakan rol pemarut dengan diameter 100 mm. Pada poros rol pemarut ini dilengkapi lengan yang panjangnya 50 mm, yang pada ujungnya diberi tali untuk menempatkan beban. Pada rol pemarut ditempatkan ketela pohon yang akan diparut, kemudian pada lengan diberikan beban, sehingga rol bisa memarut ketela pohon tersebut. Pada pengujian tersebut, beban dengan massa 1,5 kg mampu memarut ketela pohon yang digunakan dalam pengujian untuk menentukan besarnya torsi. Dengan torsi yang didapat dari pengujian ini, digunakan untuk memilih/ menentukan motor yang dipakai untuk menggerakkan mekanisme pemarut. (7) (6)
4. Landasan Teori
Bagian-bagian utama mesin pembuat tepung tapioka ini adalah rol penggilas, poros, puli, sabuk V, rantai, penyaring serta pemarut. Dalam rancangan yang dibuat, mekanisme pemarut dan mekanisme pemerasan/penggilas menggunakan dua motor yang berbeda. Daya motor yang diperlukan untuk menggerakkan mekanisme pemarut dan mekanisme pemeras/penggilas dihitung dengan rumus berikut,
P= T .n 716, 2
(1)
di mana: P : daya motor yang dibutuhkan (HP) T : torsi (kg.m) n : putaran (rpm) Untuk mentransmisikan putaran motor ke mekanisme pemarut, digunakan sabuk V dan puli. Pada perencanaan sabuk V, jarak poros C, harus memenuhi syarat tertentu. Parameter jarak poros menentukan dimensi panjang sabuk V. Syarat yang harus dipenuhi untuk parameter jarak poros C, adalah: C 0,5 (dk Dk) > 0 di mana: C : jarak poros (mm) dk : diameter puli luar kecil (mm) Dk : diameter puli luar besar (mm) Panjang sabuk V, dinyatakan dengan parameter (L), dapat dihitung dengan rumus: L = 2C + 0,5 (dp + Dp) + 0,25C (Dp dp)2 (3) di mana: L : panjang sabuk V (mm) dp : diameter nominal puli kecil (mm) Dp : diameter nominal puli besar (mm) Kecepatan linier sabuk V, dinyatakan dengan parameter (Vp), dihitung dengan rumus: Vp = ( dp n)/ (60.000) (4) di mana: Vp : kecepatan linier sabuk V (m/det) dp : diameter nominal puli kecil (penggerak) (mm) n : putaran motor (rpm) 24 (2)
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
8. Sproket mekanisme penggilas (driver) 9. Sproket mekanisme penggilas (driven) 10. Sproket rol penggilas 11. Diameter poros pemarut 12. Diameter poros penggilas 13. Diameter poros rol penggilas
2. Menyediakan ketela pohon yang telah dikupas. Untuk memperlancar proses masuknya ketela pohon ke bagian pemarut, ketela pohon dipotong menjadi tiga atau empat bagian. 3. Menjalankan mesin serta memasang tempat penampung campuran tepung tapioka dan air (hasil pemarutan, penggilasan dan penyaringan) serta penampung ampas ketela pohon (sisa hasil penggilasan dan penyaringan). 4. Melakukan pengujian. Setiap kali pengujian, jumlah ketela pohon yang dima-sukkan ke dalam hopper pemarut, sebanyak 2 kilogram. Pada saat pengujian dilakukan, proses yang diuji pada mesin ini adalah proses pemarutan, penggilasan dan penyaringan. Data waktu proses pada table 2, adalah proses yang diperlukan untuk memarut, menggilas dan menyaring 2 kg ketela pohon yang dimasukkan melalui hopper. Hasil akhir yang diperoleh dari mesin ini (dari rangkaian proses pemarutan, penggilasan, dan penyaringan) adalah campuran antara air dan tepung tapioka. 5. Mencatat hasil pengujian, berupa waktu yang diperlukan untuk memarut, menggilas, dan menyaring 2 kilogram ketela pohon yang dimasukkan ke dalam hopper. Proses pengeringan campuran antara air dan tepung tapioka (yang merupakan hasil akhir yang diperoleh dari mesin ini setelah melalui proses pemarutan, penggilasan dan penyaringan), dilakukan terpisah dari mesin ini, dan tidak merupakan bagian proses dari mesin yang dirancang ini. 6. Mengendapkan dan mengeringkan campuran tepung tapioka dan air, yang merupakan hasil dari mesin yang dirancang. Langkah ke enam ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak tepung tapioka kering yang diperolah dari 2 kg ketela pohon yg diparut, digilas, dan disaring melalui mesin yang dirancang. Hasil pengujian yang dilakukan, dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. No. 1. 2. 3. 4. 5. Data Hasil Pengujian Mesin Pembuat Tepung Tapioka
Ketela pohon yang Tepung tapioka kering Waktu proses diparut (kg) yang dihasilkan (gr) (*) menit) (**) 2 560 11 2 555 10 2 568 11 2 560 12 2 557 10
Catatan: (*) Proses pengeringan tepung tapioka dilakukan terpisah, dan bukan merupakan bagian proses dari mesin yang dirancang. (**) Waktu proses yang dimaksud adalah waktu pemarutan, penggilasan dan penyaringan untuk 2 kilogram ketela pohon yang diparut. Waktu proses tersebut tidak termasuk waktu pengeringan. 25
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
proses penyaringan). Penggunaan satu motor penggerak untuk menggerakkan seluruh mekanisme pada mesin pembuat tepung tapioka ini sangat dimungkinkan, dan bisa mengurangi biaya awal untuk mesin. Penyempurnaan ketiga adalah penempatan rantai sproket yang menggerakkan rol penggilas. Pada saat pengujian dilakukan dalam waktu lama, maka sebagian dari hasil parutan yang sedang mengalami proses penggilasan, akan terkumpul pada sisi kiri maupun kanan rol penggilas. Hasil parutan yg terkumpul pada sisi kiri maupun kanan rol penggilas ini lama kelamaan jumlahnya akan semakin banyak, sehingga khirnya akan menempel pada rantai sprocket yang menggerakkan rol penggilas. Ada dua alternative penyempurnaan yang bisa dilakukan, yaitu menambahkan plat pengarah, yang diletakkan di depan rol penggilas, yang berfungsi untuk mengembalikan hasil parutan yang berada di sisi kiri maupun kanan rol penggilas, agar kembali ke posisi tengah (di mana penggilasan berlangsung). Atau menggeser posisi rantai sproket penggerak rol penggilas ke arah luar, sehingga hasil parutan tidak akan menempel pada rantai tersebut.
9. Kesimpulan
Dari pengujian yang dilakukan, mesin yang dirancang untuk membuat tepung tapioka dapat bekerja dengan baik. Proses pemarutan, proses penggilasan maupun penyaringan berjalan baik sehingga menghasilkan kapasitas sesuai dengan yang dirancang. Kapasitas yang dirancang, yaitu kemampuan memarut, menggilas, kemudian menyaring, sebanyak 10 kilogram ketela pohon per jam, bisa dicapai pada saat pengujian dilakukan. Beberapa usulan penyempurnaan bisa dipertimbangkan, agar rancangan berikutnya bisa lebih baik. Usulan penyempurnaan adalah penambahan pipa yang diberi lubang-lubang untuk saluran air agar proses pemberian air saat proses pemarutan merata; pemakaian satu motor penggerak untuk menggerakkan mekanisme pemarut dan mekanisme penggilas; serta memperbesar jarak rantai penggerak rol penggilas agar hasil parutan yang sedang digilas tidak bersentuhan dengan rantai.
Daftar Pustaka
1. Aninditya., Mesin pembuat Tepung Tapioka., Tugas Akhir, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Keristen Petra, Surabaya, 2004. 2. Beer, F.P., and Jhonston, E.R., Mechanics for Engineers: Dynamics., 4th edition, McGraw Hill Company, Singapore, 1987.
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
3. Deutschman, A.D., Machine Design: Theory and Practice., Macmillan Publishing Co., Inc., New York, 1975. 4. Handoyo, S.E., Membuat Tepung Tapioka., Bhatara Karya Aksara, Jakarta, 1985. 5. Kulwice, A.R., Material Handling Handbook, 2nd edition, John Wiley & Sons, Inc., Canada, 1985.
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mekanisme pemarut. Mekanisme penggilas dan penyaring. Tutup silinder pemarut. Motor penggilas. Rol penggilas. Rantai penghubung sproket motor penggilas dan sproket mekanisme penggilas. 7. Penampung ketela pohon sebelum di parut (hopper). 8. Plat penyalur hasil parutan menuju bagian penggilas. 9. Plat berlubang (sebagai penyaring). 10. Penampung campuran tepung tapioka dan air sesudah proses penggilasan dan penyaringan. 11. Saluran pembuangan ampas sisa penggilasan dan penyaringan. 12. Rantai penggerak rol penggilas. 13. Motor pemarut. 14. Puli silinder pemarut. 15. Sproket. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
27