Seindah Pelangi Di Langit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

SEINDAH PELANGI DI LANGIT

Hujan mulai mereda, awan hitam pekat telah memudar dari pandangan. Mentari mulai memunculkan keceriaannya. Masih tampak dedauan basah dengan titik-titik air di atasnya.. Dibalik cendela kamarnya, adikku tengah mencari keberadaan tujuh warna penghias langit. Butuh beberapa menit untuk menyadari bahwa sang Pelangi tak memunculkan keindahannya. Rasa kecewa merasuk dalam kalbunya. Entah seberapa ingin ia melihat indahnya pelangi. Ia selalu menanti datangnya hari, dimana ia bisa sepuasnya memandangi langit yang berhiaskan pelangi. Mira, adikku yang masih duduk di kelas lima SD. Dia anak yang usil, jahil dan kadangkadang nakal. Tak jarang aku memarahinya hingga ia berlinangan air mata. Ibu selalu menjadi sosok pahlawan dalam hidupnya. Setiap ia menangis, ibu yang akan memeluk dan mengelusnya dengan penuh kasih sayang. Kakak, ajari aku mengerjakan PR matematika ya! Besok lusa akan dikumpulkan. rengek adikku. Ahkakak malas. Lihat! Kakak masih punya banyak tugas yang harus kakak kerjakan. Minta ajari ibu sana! dengan nada tinggi, aku menyuruhnya pergi. Ia pergi dengan menundukkan kepalanya. Mungkin ia kecewa karena aku tak bisa mengajarinya. Aku kini duduk di kelas tiga SMA. Aku terlalu sibuk dengan urusanku hingga tak pernah bisa membantu dan mengajari adikku mengerjakan PR dan tugas sekolahnya. Aku tak pernah punya waktu untuk mengurusi hal-hal seperti itu karena aku harus mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi UN dan SNMPTN. Sepulang sekolah, aku langsung menuju kamarku. Ku lihat buku-buku berserakan dimana-mana. Aku tahu siapa pelakunya, pasti Mira. Tidak ada orang lain yang masuk ke kamarku kalau bukan Mira. Entah sudah berapa kali ia mengubrak-abrik kamarku, mengambil benda-benda tanpa seizinku, tapi aku biarkan saja. Aku sudah maklum dengan perbuatannya. Malam hari, saat aku sedang belajar, Mira masuk ke kamar sambil membawa bantal, kemudian ia tidur di tempat tidurku. Ada apa Mira, kenapa kamu bawa bantal kesini? tanyaku pada Mira. Biasanya ia hanya duduk di tempat tidurku sambil bercerita tentang teman-temannya, tentang kejadian yang menarik baginya, tapi aku jarang memperhatikannya. Ku pikir itu semua tak bermanfaat bagiku. Aku mau tidur disini, boleh nggak kak? tanya adikku. Kenapa? Tidur sama ibu aja, lebih baik kan? elakku agar Mira tak tidur di kamarku. Nggak ah! Aku mau tidur sama kakak. Mira memaksa.

Kemudian ia merebahkan badannya di tempat tidur, selang beberapa menit ia sudah tertidur dengan pulas. Aku heran, sebenarnya bagaimana jalan pikiran Mira. Dia sengaja menggaguku atau sikapnya memang seperti iu? Hari ini aku libur sekolah, namun tugas dan PR tak henti-hentinya menghadang. Aku berniat menyelesaikan semua tugas agar nanti malam aku bisa menonton TV sepuasnya. Ketika ku cari, tak kutemui buku tugasku itu. Pikiranku langsung tertuju pada Mira. Namun untuk apa Mira mengambil buku tugasku. Ia biasanya hanya mengambil pensil, penghapus atau penggaris. Saat Mira pulang ke rumah, aku langsung mengintrogasinya. Mira, kamu mengambil buku tugas kakak? tanyaku pada Mira. Nggak kak, Mira nggak ngambil apa-apa dari kamar kakak! jawab Mira dengan nada ketakutan. Ah pembohong. Ayo ngaku! Kakak mau menyelesaikan tugas kakak sekarang. Cepat kembalikan! bentakku. Aku nggak ngambil apa-apa kak, beneran? Mira tetap mengelak. Sudah, jangan ngelak terus. Kalau begitu mulai sekarang kamu jangan masuk ke kamar kakak lagi. Tapi kak.! Cukup! Sekarang pergi dari kamar kakak! aku tak bisa menahan emosi, ku tutup pintu kamarku dan kurebahkan badanku di tempat tidur agar hilang kepenatanku. Mira, mau kemana lagi? tanya ibu pada Mira. Mau main ke rumah teman, bu. jawab Mira. Hati-hati, mainnya jangan lama-lama ya! Iya.bu! Ku dengar suara pintu dibanting dengan keras. Mungkin Mira marah padaku, tapi mau bagaimana lagi, tetap saja ia salah. Akhirnya aku punya inisiatif untuk pergi ke kamar Mira. Aku ingin menggeledah kamarnya dan mencari bukuku yang hilang. Ku buka satu persatu buku tulis yang ada, tapi tak kutemukan bukuku disana. Tiba-tiba mataku tetuju pada buku yang ada di atas tempat tidur Mira. Ku buka halaman paling belakang. Ini bukan bukuku. Gumamku dalam hati. Di halaman paling akhir buku itu ada tulisan KAKAK JAHAT, AKU BENCI Karena penasaran, ku buka lembar demi lembar halaman buku itu. Isinya adalah cerita sehari-harinya di sekolah dan di rumah. Mirip buku harian, namun ia menulisnya di buku tulis biasa. Aku baca mulai dari lembar pertama hingga akhir. Aku syok, terkejut dan penuh penyesalan. Di dalam bukunya itu ia menceritakan bahwa aku adalah kakak yang terbaik dalam hidupnya, aku selalu mau mendengarkan curhatnnya, aku selalu bisa membantunya, dan aku selalu sayang padanya.

Namun dari semua ceritanya, aku tak pernah merasa bahwa aku adalah kakak yang baik, malah aku teringat selama ini aku selalu berpikir negatif pada adikku satu-satunya itu. Aku merasa aku tak pantas menjadi kakak bagi Mira. Aku terlalu egois hingga tak pernah memperhatikannya. Aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri hingga tak pernah memperhatikan orang-orang di sekelilingku. Aku sangat menyesal. Apalagi saat teringat kejadian tadi, aku telah membutnya marah dan membenciku. Tiba-tiba ku dengar HPku berbunyi dan membuyarkan semua lamunanku. Aku pergi menuju kamar ku lihat ada sms dari temanku. Ku buka dan mulai ku baca sms itu. Tania, kmrn aq lp blm ngmbaliin bku tgs km yg aq pnjm, bsk ja ya aq kmbaliin. Hatiku makin remuk, ternyata Mira memang tidak mengambil bukuku. Kini penyesalan menghinggapi relung jiwaku. Aku tak tahu apa yang sebaiknya aku lakukan untuk membuat Mira memaafkanku. Sore hari, Mira baru pulang ke rumah, saat lewat di depanku ia tak menyapaku, tapi langsung menuju ke kamarnya. Aku melihat rasa kecewa dan marah yang ia pendam dari ekspresi wajahnya. Aku makin terpuruk dalam situasi ini. Aku sangat ingin minta maaf, namun rasanya belum tepat jika aku minta maaf hari ini. Keadaan hari ini masih seperti kemarin, Mira tetap belum menyapa saat bertemu denganku. Aku tak tahan dengan keadaan ini, ada banyak yang berbeda dan ganjil jika Mira seperti itu. Akhirnya terbesit dalam pikiranku untuk membelikan Mira buku harian yang baru karena buku hariannya telah habis. Ku belikan Mira buku harian yang sampulnya berhiaskan pelangi. aku yakin kalau Mira pasti suka dengan buku itu. Sesampainya di rumah rintik-rintik air mulai mngguyur bumi. Hujan turun di tengah kegelisahan hatiku. Aku langsung menuju kamar Mira, ku buka pintu perlahan. Disana kulihat Mira sedang memperhatikan hujan yang turun dari cendela kamarnya. Ku dekati ia perlahan, Mira tetap diam, ia terus saja memperhatikan hujan. Mira, kakak minta maaf ya.! aku memulai pembicaraan. Mira tetap diam. Mira, kakak punya sesuatu untuk kamu, semoga kamu senang! ku letakkan buku harian itu di atas meja belajarnya. Aku putuskan untuk keluar dan memberi waktu sejenak bagi Mira untuk bisa memaafkanku. Sebelum pintu ku tutup rapat, ku lihat mira beranjak dari tempatnya dan melihat ke arah buku yang aku berikan. Ia mengambil buku itu melihat dengan tenang hingga selang beberapa saat ia tersenyum. Aku senang Mira bisa tersenyum. Aku pergi meninggalkan kamarnya menuju ke teras rumah untuk menikmati sejuknya udara setelah hujan turun. Matahari mulai bersinar, namun titik-titik air belum sepenuhnya berhenti. Ku lihat di langit muncul keindahan yang sangat ingin disaksikan Mira, yaitu pelangi. Tiba-tiba Mira muncul di hadapanku, ia tersenyum.

Kakak terima kasih hadiahnya, ini adalah hadiah terindah yang pernah aku dapat. ia berbicara sambil meneteskan air mata. Aku mendekati Mira dan memeluknya dengan erat. Maafkan kakak Mira, kakak sayang sekali sama Mira. Kubisikkan kata itu sambil ku lepaskan pelukanku. Mira mengusap air matanya kemudian mengangkat buku di tangannya yang bersampul pelangi. Ia melihat pelangi di langit kemudian mengalihkan pandangannya ke buku itu, sambil tersenyum ia memeluk buku itu. Terima kasih kakakku sayang. Kini giliranku yang menangis. Ku gandeng tangan Mira menuju halaman rumah, kami saksikan pelangi di langit sepuasnya. Akan selalu ku ingat, keceriaan Mira adalah bagai pelangi di langit yang selalu indah untuk dipandang.

NAMA KELAS ABSEN

: EVI NOVITA SARI : XII IA 3 : 13

Anda mungkin juga menyukai