Kel 8 Asam Mefenamat
Kel 8 Asam Mefenamat
Kel 8 Asam Mefenamat
Oleh :
Kelompok 8
Fuzi Pratiwi
: (31111075)
Nunung Nurjanah
: (31111091)
PRODI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2014
A.
Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami cara menganalisis kadar
suatu zat dalam sediaan farmasi dan menentukan nilai kadar suatu zat
dalam sediaan farmasi.
b. Dapat menentukan kadar Asam mefenamat dalam sediaan farmasi
B.
CH3
H
N
CH3
Pemerian : serbuk hablur, putih hamper putih, melebur pada suhu lebih kurang
230 C disertai peruraian.
Kelarutan : larut dalam larutan alkali hidroksi agak sukar larut dalam kloroform,
sukar larut dalam
dalam air.
Asam mefenamat merupakan obat golongan AINS yang bersifat asam
lemah, memilki berat molekul 241,3 dengan rumus molekul C15H15NO2.
Nama lain asam mefenamat : asam N-2,3-xililantranilat, mengandung
tidak kurang 98% dan tidak lebih dari 102, 0 % C15H15NO2, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan
Titrasi volumetri
Istilah analisis volumetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan
larutan dari zat yang akan ditetapkan(vogel, 1994).
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan, seperti ;
a.
b.
c.
Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai, baik
secara kimia atau fisika.
d.
Harus ada indikator jika syarat 3 tidak dipenuhi. Indikator juga dapat
diamati dengan pengukuran daya hantar listrik (titrasi potensiometri/
konduktometri).(Dr.Sudjadi,2008).
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat
b.
c.
Titrasi kompleksometri
Dasar yang digunakan adalah terjadinya reaksi antara zat-zat pengkompleks
organik dengan ion logam menghasilkan senyawa kompleks yang mantap.
Penetapan
kadar
yang
menggunakan
prinsif
ini
adalah
metode
kompleksometri.
d.
a. Titrasi langsung
Cara ini dilakukan dengan melakukan titrasi langsung terhadap zat yang akan
ditetapkan.
b. Titrasi tidak langsung
Dilakukan dengan cara penambahan titran dalan jumlah berlebihan, kemudian
kelebihan titran dititrasi dengan titran lain(Dr.Sudjadi,2008)
Titrasi Asam Basa
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara
ion hidrogen yang berasal dari asam dengan dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton
(basa). (Dr.Sudjadi, 2008)
a. Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi).
Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.
b. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa :
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
C.
Bahan:
Pipet volume 10 ml
Pipet volume 25 ml
Beaker glass
Botol semprot
Batang pengaduk
Buret
Statif
Klem
Erlenmayer
Glass Ukur
Corong
LabuUkur
Spatel
Timbangan
Kacaarloji
Tabung sentrifuga
Tablet
NaOH 0,1 N
Sampel Asam mefenamat
Natrium bikarbonat
HCl 0,1 N
Asam Oksalat
Indikator phenolftalien
Gerus
Timbang 500mg
Larutkan dengan
NaOH 0,1 N
Uji Kualitatif :
Dengan cara residu +
P.liberman (terbentuk warna
biru + Asam mefenamat).
D.
Prosedur
vortex
Residu
sentrifiugasi
a. Isolasi sampel
+ NaOH 0,1 N
Sentrifugasi
Residu
+ NaOH 0,1 N
Sentrifugasi
Filtrat
Filtrat
+NaOH 0,1 N
sampai 100ml
E.
Data Pengamatan
a. PembakuanNaOH
No
Mg asam oksalat
Volume NaOH
63 mg
10 ml
63 mg
10,1ml
63 mg
9,9 ml
N. NaOH
1. N. NaOH =
= 0,099 N
2. N. NaOH =
= 0,098 N
3. N. NaOH =
= 0,1 N
N. NaOH rata-rata = .
= 0,099 N
No
Mg Na.karbonat
Volume HCl
20 mg
3,5 ml
20 mg
3,5 ml
20 mg
3,6 ml
N HCl
1.
N HCl =
= 0,1 N
2.
N HCl =
= 0,1 N
3.
N HCl =
= 0,1 N
N. HCl rata-rata = .
= 0,1 N
Volume Sampel
Volume HCl
10 ml
23,7 ml
10 ml
23,6 ml
10 ml
23,7 ml
= 23,7 ml
= 23,5 ml
2.
3.
Gram
= BE x N x V
= 241,3 x 0,015 x 0,1
= 0,36 g
% kadar sampel =
F.
Pembahasan
x 100%
x 100% = 72,4 %
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar Asam Mefenamat. Hal
yang pertama dilakukan yaitu mengisolasi sampel. Tujuan dari isolasi yaitu untuk
memisahkan analit dari matriknya. Dilihat dari kelarutannya asam mefenamat
larut dalam alkali hidroksida sehingga pelarut yang digunakan pada proses isolasi
yaitu NaOH .Untuk penetapan kadar sampel digunakan metode titrasi asidialkalimetri (tidak langsung) dengan titrasi asam basa pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui kadar sampel asam mefenamat, kemudian ditirasi (tirasi balik)
karena asam mefenamat bersifat asam lemah sehingga pada saat penentuan titik
akhir titrasi tidak stabil atau tidak akan menemukan titik ekivalen. Indicator yang
digunakan yaitu indicator phenoftalein. Penggunaan fenolftalein karena dalam
metode asidi-alkalimetri, akan ditentukan adalah kadar basa yang ditambahkan
sudah melebihi titik ekivalen, yaitu titik dimana jumlah ekivalen basa sama
dengan jumlah ekivalen asam (asam dan basanya sudah bereaksi dengan tepat).
Indikator fenolftalein sangat peka terhadap perpindahan proton akan merubah pH
dengan menunjukan perubahan warna yang tajam.
Sebelum dilakukan penetapan kadar asam mefenamat, maka dilakukan
pembakuan NaOH terlabih dahulu untuk menstandarisasi atau memastikan
konsentrasi pentiter yang akan digunakan. Berdasarkan praktikum diperoleh kadar
NaOH sebesar 0,099N. Indicator yang digunakan pada pembakuan ini yaitu
menggunakan indicator phenoftalein. Pemilihan indicator ini didasarkan pada titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi berada pada rentang pH lebih dari 8 - 10. Pada
proses titrasi akan terjadi reaksi antara NaOH dengan asam oksalat sampai
mencapai titik ekuivalen dan setelah habis reaksi dengan asam oksalat, pada titik
akhir ditandai dengan adanya perubahan warna dari warna bening menjadi warna
merah muda yang berasal dari indicator phenoftalein.
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat membentuk garam
natrium okasalat sebagai hasil netralisasi antar aasam dan basa dengan persamaan
reaksi :
H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2 H2O
karena metode yang digunakan adalah titrasi tidak langsung maka
dilakukan pembakuan HCl untuk menstandarisasi HCl.
Pada penetapan kadar sampel asam mefenamat dilakukan titrasi asidialkalimetri ( tidak langsung ) dengan cara penambahan HCL berlebih dimana
HCL akan bereaksi dengan analit kemudian kelebihan HCl akan breaksi dengan
larutan baku NaOH, untuk mempermudah mengetahui titik akhir titrasi maka
diguankan indikator phenoftalien
larutan berwarna bening dan hasil akhir titrasi di tandai dengan perubahan warna
dari bening menjadi merah muda.
G. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan :
DAFTAR PUSTAKA
Adelbert M. Knevel . Jenkins . 1959. Quantitative Pharmaceutical
Chemistry. MC-Graw Hill Book Company : New York.