Bayi Tabung Dalam Pandangan Hukum Islam
Bayi Tabung Dalam Pandangan Hukum Islam
Bayi Tabung Dalam Pandangan Hukum Islam
Hukum Islam
Bayi Tabung dalam Pandangan Hukum Islam
Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan
untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT.
Demikian pula dengan keinginan memiliki keturunan setelah adanya
pernikahan yang sah. Betapa bahagianya kita jika setelah menikah
mendapatkan karunia yang sangat indah yaitu seorang bayi. Bagaimana
dengan seseorang yang ternyata setelah menikah bertahun-tahun belum
memiliki keturunan? Berfikirlah postif! Ya mungkin Allah belum percaya
kepada kita karena kita belum dianggap bisa menjaga amanatnya (anak)
tapi apa salahnya jika kita terus berusaha dan berdoa, meminta kepada Allah
agar diberikan karunia yang sangat indah tersebut. Salah satu cara yang
mungkin dapat dilakukan adalah dengan menggunakan proses bayi tabung.
Karena percayalah Allah pasti memberikan segala sesuatu yang terbaik
untuk hambanya.
PENGERTIAN
Bayi tabung atau pembuahan in vitro adalah sebuah teknik pembuahan yang
sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Ini merupakan salah satu
Proses bayi tabung adalah proses dimana sel telur wanita dan sel sperma
pria diambil untuk menjalani proses pembuahan. Proses pembuahan sperma
dengan ovum dipertemukan di luar kandungan pada satu tabung yang
dirancang secara khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu menjadi zygot
kemudian dimasukkan ke dalam rahim sampai dilahirkan.
1.
Tidak ada patokan pasti berapa tahun setelah perkawinan sepasang suami istri
segera dikaruniai anak, namun jika tidak kunjung dikaruniai anak pula maka
biasanya ada beberapa pasang suami istri yang mengikuti program bayi tabung.
Berikut beberapa alasan yang membuat pasangan suami istri memilih mengikuti
program bayi tabung
Mereka yang mengikuti program bayi tabung umumnya mempunyai masalah
kesuburan.
Saluran telur tidak berfungsi dengan baik, atau tidak memungkinkan terjadinya
pertemuan antara sel telur dengan sperma, sehingga pembuahan tidak terjadi.
Walaupun pembuahan bisa terjadi, kemungkinan embrio tidak masuk ke rongga
rahim, sehingga terjadi kehamilan di luar kandungan.
Masalah sperma.
Endometriosis berat.
Unexplained infertility
Antibodi Antisperma.
Adanya antibodi terhadap sperma suami pada istri, atau adanya antibodi pada
sperma itu sendiri (sperma seperti memakai helm, sehingga tidak bisa
menembus sel telur), sehingga menghambat terjadinya pembuahan.
Masalah
tentang
bayi
tabung
ini
memunculkan banyak pendapat, boleh atau tidak? Misalnya Majlis Tarjih
Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi
tabung dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat
edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi
Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan
membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari
isteri sendiri.
Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, cara pertama : indung
telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan folikel
yang berisi sel telur di periksa di mikroskop untuk ditemukan sel telur.
Sedangkan cara kedua ( USG) folikel yang tampak di layar ditusuk dengan
jarum melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel
telur seperti pengisapan laparoskopi.
pendapat ulama
Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau
memegang aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu dapat
dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqih:
Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan terpaksa
( darurat). Dan keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang.
Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut dengan keadaan
darurat , dimana orang lain boleh melihat dan memegang aurat besar
wanita. Karena belum ditemukan cara lain dan kesempatan unutuk melihat
dan memegang aurat wanita itu ditujukan semata- mata hanya untuk
kepentingan medis yang tidak menimbulkan rangsangan.
Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari
istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim
istrinya.
Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma
yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan
wanita lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari
sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya HARAM. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik,
KESIMPULAN
Menurut saya, bayi tabung dibolehkan jika sel telur dan sperma berasal dari
pasangan suami dan isteri yang sah serta setelah pembuahan diluar rahim
tersebut berhasil, maka sel hasil pembuahan tersebut dimasukan kembali
kedalam rahim isteri yang sah. apabila salah satu sel (telur atau sperma)
bukan berasal dari pasangan suami isteri yang sah maka itu diharamkan.