Lukaaaa
Lukaaaa
Lukaaaa
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu di dunia berisiko untuk cedera atau trauma yang dapat
mengakibatkan luka. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan
antar jaringan seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan
pembuluh darah, jaringan saraf, dan tulang.1
Di seluruh dunia, diperkirakan 5 juta orang meninggal akibat cedera
pada tahun 2000. Cedera mewakili 9% kematian di seluruh dunia dan 12%
dari beban penyakit.1 Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan
tenggara kota London, didapatkan 425 pasien dirawat oleh karena kekerasan
fisik yang disengaja. Sekitar 90% mengalami luka yang serius. Luka-luka
disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%), bermacam-macam senjata
(17%), pisau dan pecahan kaca (15%), serta sisanya disebabkan oleh gigitan
manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidak diketahui. 2 Hal ini didukung
oleh studi di Howard University Hospital, bahwa dari tahun 1994 sampai
2005, terdapat peningkatan kasus trauma, dengan presentasi trauma atau luka
akibat benda tumpul selalu lebih banyak yaitu sebesar 72% dibandingkan luka
akibat benda tajam sebesar 28%.3
Jenis benda yakni, tajam dan tumpul menentukan jenis luka yang
terjadi. Dalam ilmu perlukaan, dikenal trauma tumpul dan tajam. Trauma
tumpul ialah luka pada permukaan tubuh yang diakibatkan oleh benda-benda
tumpul. Kekerasan tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau
senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan
yang lain orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. 4 Trauma
ini dapat menyebabkan tiga macam luka, yaitu luka memar (contusio), luka
lecet (abrasio), dan luka robek (vulnus laceratum). Sedangkan trauma tajam
ialah luka pada permukaan tubuh akibat benda-benda tajam. Trauma ini dapat
menyebabkan luka iris (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum), dan
luka bacok (vulnus caesum).1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
LUKA
1.
Pengertian
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh
akibat kekerasan.5 Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat
menimbulkan efek pada fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa lukaluka, yang kalau diperiksa dengan teliti akan dapat diketahui jenis
penyebabnya, yaitu:6
a. Benda-benda mekanik (benda tajam, benda tumpul).
b. Benda-benda fisik (benda bersuhu tinggi, benda bersuhu rendah,
sengatan listrik, petir dan barotraumas).
c. Kombinasi benda mekanik dan fisik (senjata api).
d. Zat-zat kimia korosif (golongan asam dan golongan basa)
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :7
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
b. Respon stres simpatis.
c. Perdarahan dan pembekuan darah.
d. Kontaminasi bakteri.
e. Kematian sel
2.
Klasifikasi Luka
a.
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
4) Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan
otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas.
c.
Mekanisme Luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas
jaringan atau kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika.
Hukum fisika yang terkenal dimana kekuatan = massa x kecepatan.
Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak akan
menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala
dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan
kekuatan. Kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada
daerah yang lebih kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada
jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung
pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama
pada pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan tidak
menimbulkan memar.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan
menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran. Kerusakan yang terjadi
tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target
jaringannya.11
4.
Umur Luka6
Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur
luka. Tidak ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan
tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup atau mati) dilakukan
mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan
darah, atau penyakit defisiensi).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakannya, yaitu
dengan melakukan:
a. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan dengan
mata
telanjang
atas
luka
dapat
oleh
tanda-tanda
inflamasi
dan
disusul
tanda
penyembuhan.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.
Selain berarti guna bagi penentuan intravitalitas luka, juga dapat
menentukan umur luka secara lebih teliti dengan mengamati
perubahan-perubahan histologiknya.
Infiltrasi perivaskular dari leukosit polimorfonuklear (PMN)
dapat dilihat dengan jelas pada kasus dengan periode-periode survival
sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel leukosit
mungkin dapat lebih dini lagi, bahkan beberapa menit sesudah trauma.
7
terjadinya trauma.
Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan
hidup ketika terjadi trauma antara lain :
a. Retraksi jaringan.
Terjadi karena serabut-serabut elastis di bawah kulit terpotong dan
kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika arah luka
memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan
menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis maka
bentuk luka tidak begitu menganga.
b. Reaksi vaskuler
Bentuk retraksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
1) Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa
eritema (kulit berwarna kemerahan), vesikel atau bula.
9
10
b. Emboli Udara
Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara
arterial (sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena
yang terpotong tidak mengalami kolap karena terfiksir dengan baik,
seperti misalnya vena jugularis eksterna atau subklavia. Udara akan
masuk ketika tekanan di jantung kanan negatif. Gelembung udara yang
terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju ke daerah paru-paru
sehingga dapat mengganggu fungsinya.
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli
udara venosa pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai
akibat dari tindakan pneumotorak artifisial atau karena luka-luka yang
menembus paru-paru. kematian dapat terjadi akibat gelembung udara
masuk pembuluh darah koroner atau otak.
c. Emboli Lemak
Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai
jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang
panjang. Akibatnya jaringan jaringan lemak akan mengalami pencairan
dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah
menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah
paru-paru.
d. Pneumotorak
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru menderita
luka, sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka
berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-paru
akan
masuk
ke
rongga
pleura
setiap
inspirasi.
11
disekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi jika
trauma terjadi sesudah orang meninggal.
B.
1.
jaringan akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing.
Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang
disebabkan oleh benda tumpul.
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah
benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, seperti
golok, pisau, keping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau
2.
3.
rumput.12
Ciri-Ciri Benda Tajam
Adapun ciri-ciri benda tajam adalah benda yang memiliki sudut, sisi,
ataupun ujung yang tajam.
Ciri-Ciri Luka Akibat Benda Tajam6
Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah sebagai berikut:
a.
Garis batas luka biasanya teratur, tepinya
rata dan sudutnya runcing
b.
memar
Macam-Macam Luka Akibat Benda Tajam
Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka
tusuk, dan luka bacok.
a.
1)
2)
12
a)
b)
luka
dipengaruhi
oleh
gerakan
benda
tajam,
13
Postmortem
1. Sedikit mengeluarkan darah
2. Berwarna kekuningan, dan
kering
b.
bermata dua.6
Panjang luka dapat menunjukkan lebar senjata maksimum yang
masuk.16
Postmortem
1. Sedikit mengeluarkan darah
2. Berwarna kekuningan, dan
kering
5.
Postmortem
1. Sedikit mengeluarkan darah
2. Berwarna kekuningan, dan
kering
16
3.
17
dibawah
epidermis
dapat
ikut
terluka
sehingga
arah
kekerasan
yang
terjadi. Arah
dari
kedalaman
pada
luka
yang
menandakan
18
sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Ciri-ciri luka lecet11
a) Sebagian/seluruh epitel hilang.
b) Permukaan tertutup eksudasi yang akan mengering (krusta).
c) Timbul reaksi radang (sel PMN).
d) Biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan
parut.
19
4)
Postmortem
20
1.
2.
3.
4.
Coklat kemerahan
Terdapat sisa-sisa epitel
Tanda intravital (+)
Sembarang tempat
5. Pemeriksaan PA sisa
epithelium
1. Kekuningan
2. Epidermis terpisah
sempurna dari dermis
3. Tanda intravital (+)
4. Pada daerah yang ada
penonjolan tulang
5. Pemeriksaan PA
epidermis terpisah
sempurna dari dermis
21
b) Hari ke 2 3
c) Hari ke 4 6
: biru kehijauan-coklat.
d) Hari ke 7-10
: kuning.
22
4)
Luka Memar
Di sembarang tempat
2.
Terjadinya akibat
kontusio jaringan-
1.
Lebam Mayat
Bagian tubuh yang
terendah
2.
Terjadinya akibat
23
kulit
3.
Pembengkakan (-)
3.
Pembengkakan (+)
4.
4.
5.
Ditekan Menghilang
5.
Ditekan tidak
6.
menghilang
6.
menjadi bersih
7.
dengan ekstravasasi
adanya
luka
dibawahnya,terutama
lurus
jika
yang
yang
tajam
terluka
pada
tulang
daerah
tulang
tengkorak.
d) Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut
tersebut akan terdapat pada luka.
Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan
benda tumpul dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian
24
bila
arah
dari
kekerasan
tumpul
tersebut
3)
tumpul.
Ciri-ciri luka robek6
a) Bentuk luka umumnya tidak beraturan.
b) Tepi atau dinding luka tidak rata.
c) Tampak jembatan jaringan.
d) Bentuk dasar luka tidak beraturan.
e) Sering tampak luka lecet atau memar di sisi luka.
25
4)
D.
Postmortem
Sedikit mengeluarkan darah
Pengertian
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan
yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan
regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu
kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Proses penyembuhan luka meliputi dua komponen utama yaitu
regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-sel
yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan
repair
adalah
tipe
penyembuhan
yang
biasanya
menghasilkan
26
a.
Intension Primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1) Fase Inisial (3-5 hari)
Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai
pertumbuhan sel.
2) Fase Granulasi (5 hari 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi
kolagen. Selama fase granulasi luka berwarna merah muda dan
mengandung pembuluh darah.
3) Fase Kontraktur Scar ( 7 hari beberapa bulan )
Serabut-serabut
kolagen
terbentuk
dan
terjadi
proses
b.
Intension Sekunder
Luka yang terjadi dari trauma, laserasi dan infeksi dan memiliki
sejumlah besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan
jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi
inflamasi dapat lebih besar daripada penyembuhan primer.
c.
Intension Tersier
Merupakan intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan
jaringan granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang
terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan.
Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka
dan dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit.
Intension tersier biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan
lebih dalam daripada intension primer atau sekunder
27
Penyembuhan primer.
1) Berlangsung cepat mencapai kesembuhan.
28
Penyembuhan sekunder
1) Berlangsung lambat (faktor luas kerusakan, banyaknya sel nekrotik
dan eksudat).
2) Hampir selalu berakibat pembentukan jaringan parut & kehilangan
banyak fungsi khas
2.
jaringan
granulasi
bersama-sama
dengan
fibroblast.
c) Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi.
d) Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis
30
31
profeoglycans)
yang
berperan
dalam
membangun
32
luka.
Dengan
sintesa
kolagen
oleh
fibroblas,
33
34
35
Waktu
Segera
Inflamasi
Proliferasi
Neutrofil
Hari 1-4
Granulasi
Kontraktur
Makrofag
Limfosit
Hari 4-21
Fibroblas
Keratinosit
Remodeling
Fibrosit
36
37
terhadap
sekresi
insulin
akan
mengakibatkan
seperti,
steroid
akan
menurunkan
mekanisme
diri
seseorang
akan
mempengaruhi
proses
yang
memiliki
vaskularisasi
kurang
baik
proses
38
39
40
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
2.
3.
41
4.
5.
fase
inflamasi,
proliferasi,
dan
maturasi.
Sedangkan
B. SARAN
1.
Bagi mahasiswa
Diharapkan selalu menambah pengetahuan tentang luka, klasifikasi
luka. Mekanisme luka, sampai dengan proses penyembuhan luka baik
luka akibat benda tajam maupun luka tumpul, sehingga mahasiswa
mampu mendeskripsikan luka yang berguna dalam proses pembuatan
Visum et Repertum saat menjadi dokter di masa depan.
2.
Bagi dokter
Diharapkan dokter menambah pengetahuan dan ketrampilannya dalam
penatalaksanaan luka akibat benda tajam dan tumpul, sehingga mampu
memberi penatalaksanaan yang tepat bagi setiap luka, selain itu dokter
mampu membuat deskripsi luka dalam Visum et Repertum yang
berguna dalam sebuah proses hukum.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
4. Lestari,
C.
Trauma
tumpul.
2009.
Available
from
:
http://cintalestari.wordpress.com/2009/11/22/trauma-tumpul/ [cited : 23
September 2010]
5. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ilmu kedokteran forensik edisi pertama. Jakarta:Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997;37-54.
6. Sofwan D. Ilmu kedokteran forensik pedoman bagi dokter dan penegak
hukum. Semarang:Balai Penerbit Universitas Diponegoro; 2004;67-91.
7. Nugraha A. Penyembuhan luka. 2009. Available from
http://cupu.web.id/pengertian-luka-wound-dan-wound-healing-prosespenyembuhan-luka/ [cited : 19 September 2010]
8. Nadjeeb.
Wound
healing.
Available
from
:
http://gardenrain.wordpress.com/2009/11/page/2/ [cited : 23 Septeber
2010]
9. Martin, Glenn, Porth, Carol, Mattson. Wound classification. 2009.
Available from : http://gardenrain.wordpress.com/category/woundclassification/ [cited : 19 September 2010]
10. Mirzal Tawi. Proses penyembuhan luka. 2008. Available from :
http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/proses-penyembuhan-luka/
[cited : 20 September 2010]
11. Anonim.
Patofisiologi
luka.
2010.
Available
from
:
http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka/index.htm
[cited : 20
september 2010)
12. Apuranto,
Hariadi.
Luka
tajam.
2010.
Available
at
:
www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA
%20TAJAM.pdf [cited : 09 Juni 2010]
13. Jay Dix. Color atlas of forensic pathology. USA:CRC Press LLC; 2000
14. Enda Riandi. Luka memar. (http://endariandi.blogspot.com/2010/07/1/luka
memar.html)
15. A. Munim Idris. Pedoman ilmu kedokteran forensik edisi pertama..
Jakarta:Binarupa Aksara; 1997;
16. Budi S dan Zulhasmar S. Peranan lmu forensik dalam penegakan hukum.
17. M. Ragbir, T. Ali, V. Naraynsingh, M. Ramdass, S. Romany & F.
Mohammed. The use of loupe magnification in microsurgery in the third
44
45